BAB I PENDAHULUAN. Ahmad Hasan Ridwan, Manajemen Baitul Mal Wa Tamwil, Pustaka Setia Bandung, Bandung, 2013, hlm. 23

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. hal Ahmad Hasan Ridwan, Manajemen Baitul Mal Wa Tamwil, Bandung: Pustaka Setia, 2013,

BAB I PENDAHULUAN. H. Ahmad Hasan Ridwan, Manajemen Baitul Mal Wa Tamwil, Pustaka Setia, Bandung, 2013, hlm.33.

BAB I PENDAHULUAN. sebagai organisasi perantara antara masyarakat yang kelebihan dana dengan

Manusia selalu dihadapkan pada masalah ekonomi seperti kesenjangan. ekonomi, kemiskinan, dan masalah-masalah lainnya. Namun banyak masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Otoritas Jasa Keuangan Republik Indonesia, (diakses pada 15 November 2015). 3

BAB I PENDAHULUAN. lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Dilihat dari

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Setelah berdirinya Bank Muamalat Indonesia (BMI) timbul peluang

BAB I PENDAHULUAN. melakukan pembinaan dan pendanaan yang berdasarkan sistem syari ah. Peran

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. perhatian yang cukup serius dari masyarakat. Hal ini dibuktikan dengan semakin

BAB I PENDAHULUAN. hlm. 5

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Lembaga keuangan perbankan syariah merupakan salah satu lembaga

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

terdiri dari dua istilah, yaitu:baitul maal dan baitul tamwil. Baitul mal lebih

BAB II GAMBARAN UMUM BMT SYARIAH TAMBANG KABUPATEN KAMPAR. A. Sejarah singkat BMT Syariah Tambang Kabupaten Kampar

BAB I PENDAHULUAN. 2004, hlm Muhammad Ridwan, Manajemen Baitul Maal Watamwil (BMT), UII Pres Yogyakarta,

BAB I PENDAHULUAN. keuangan perbankan dan lembaga keuangan non bank. Mengenai lembaga

BAB I PENDAHULUAN. of founds) dengan pihak yang mengalami kekurangan dana. Sehingga

BAB I PENDAHULUAN. bank syariah dan Unit Usaha Syariah belum banyak seperti sekarang.

BAB I PENDAHULUAN. mereka. Lembaga keuangan tersebut diharapkan bisa menyokong seluruh bagian

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

PERANAN BAITUL MAAL WAT TAMWIL (BMT) AHMAD DAHLAN CAWAS DALAM PENINGKATAN PENDAPATAN USAHA KECIL DI KECAMATAN CAWAS

BAB 1 PENDAHULUAN. hlm.15. Press, 2008,hlm. 61

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Laju perkembangan ekonomi syari ah di Indonesia dari hari ke hari mengalami

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Kehadiran Bank Muammalat Indonesia (BMI) pada tahun 1992, telah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu Negara dengan jumlah penduduk muslim

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan yang berarti di Indonesia maupun dunia. Ekonomi Islam juga

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Baitul Maal wa Tamwil (BMT) yang merupakan jasa keuangan syariah yang

BAB I PENDAHULUAN. pula kebutuhan masyarakat dalam pemenuhan pendanaan untuk membiayai

BAB I PENDAHULUAN. Syariah (KSPPS), koperasi tersebut kegiatan usahanya bergerak di bidang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bank Islam merupakan suatu lembaga keuangan yang berfungsi sebagai

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembiayaan murabahan..., Claudia, FH UI, 2010.

BAB I PENDAHULUAN. Bank maupun Lembaga Keuangan Non Bank. jelas. Sistem operasionalnya menggunakan syariah islam,hanya produk dan

BAB II LANDASAN TEORI. mengembangkan usaha-usaha produktif dan investasi dalam meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Usaha Menengah sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini. (KSP), UMKM mampu menyerap 99,9 persen tenaga kerja di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Ikatan Bankir Indonesia, Mengelola Bisnis Pembiayaan Bank Syari ah, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2015, hlm. 1.

BAB I PENDAHULUAN menyebabkan banyak bank yang menjalankan prinsip syariah. Perbankan

PERANAN BAITUL MAL WAT TAMWIL (BMT) BUANA DALAM PENINGKATAN PENDAPATAN PEDAGANG KECIL DI DESA MULUR KECAMATAN BENDOSARI KABUPATEN SUKOHARJO

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan adalah salah satu lembaga yang melaksanakan tiga fungsi utama

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam konteks negara berembang, sistim perekonomian negara sering kali

BAB I PENDAHULUAN. kekurangan permodalan tidak mudah diperoleh. 1. Mudharabah BMT Bina Umat Sejahtera Semarang (Universitas Negeri Semarang, 2007)

BAB I PENDAHULUAN. 1 Nur S. Buchori, Koperasi Syariah Teori dan Praktik, Jakarta: Aufa Media, 2012, h. 4

BAB I PENDAHULUAN. diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, tidak terlepas dari peran lembagalembaga

BAB I PENDAHULUAN. dan Menengah Republik Indonesia Nomor 91/Kep/IV/KUKM/IX/2004. tentang Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan Usaha Koperasi Jasa Keuangan

BAB I PENDAHULUAN. Namun demikian, upaya tersebut kiranya perlu dibarengi pula dengan upaya

BAB I PENDAHULUAN. pengelolaan keuangan yang berbasis syari ah sumber-sumber ekonomi. yang tersedia secara terarah dan terpadu serta dimanfaatkan bagi

BAB I PENDAHULUAN. lebih dikenal dengan nama Bank Syariah di Indonesia bukan merupakan hal

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan bank dan lembaga keuangan syariah. Dimana perkembangan

A. Latar Belakang. 1 Peri Umar Farouk, Sejarah Perkembangan Hukum Perbankan Syariah Di Indonesia,

BAB I PENDAHULUAN. keuangan syariah, Baitul Maal wat Tamwil sangat dibutuhkan oleh para

BAB I PENDAHULUAN. 2001, hlm Muhammad Syafi i Antonio, Bank Syariah: dari Teori ke Praktik, Gema Insani, Jakarta,

BAB I PENDAHULUAN. Nur Rianto Al Arif, LembagaKeuanganSyariah, CV PustakaSetia, Bandung,2012, hlm. 198.

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan pelaksanaan pembangunan di daerah adalah masalah. penyaluran kredit. Meskipun secara nasional jumlah lembaga keuangan

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2011 mengalami tumbuh sebesar

BAB I PENDAHULUAN. Islam, seperti halnya bank konvensional, juga berfungsi sebagai suatu

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perkembangan perbankan syariah sistem pembiayaan mudharabah

BAB I PENDAHULUAN. sekarang ini setiap Usaha Mikro, Kecil dan menengah (UMKM) serta

BAB I PENDAHULUAN. ternyata tidak mampu bertahan dengan baik ketika krisis ekonomi yang mengarah pada krisis

BAB I PENDAHULUAN. atau badan badan hukum koperasi yang memberikan kebebasan masuk

BAB I PENDAHULUAN. menyeluruh tentang kondisi suatu wilayah dapat dilihat dari pembangunan ekonomi yang

BAB I PENDAHULUAN. Sistem bank mana yang dimaksud adalah perbankan yang terbebas dari praktik

BAB I PENDAHULUAN. negara adalah sektor perbankan. Bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang

BAB I PENDAHULUAN. yang dahulu. Namun prinsip-prinsip pertukaran barang dan pinjam-meminjam

BAB I PENDAHULUAN. dengan koperasi atau Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM). Baitul mal wa

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai Lembaga keuangan Mikro Syariah BMT mempunyai dua sisi. membawa misi sosial pada masyarakat, keberadaan BMT ditengah-tengah

BAB I PENDAHULUAN. 1 Ismail, Perbankan Syariah, Prenadamedia Group, Jakarta, 2011, hlm 29-30

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tabungan dan pembiayaan, Bank Syariah, Baitul Mal wat Tamwil (BMT),

BAB I PENDAHULUAN. telah menjadikan manusia dengan berbagai naluri, di antaranya naluri hidup

BAB I PENDAHULUAN. instrumen penting dalam sistem ekonomi telah berkembang pesat dalam dua

BAB I PENDAHULUAN. mempercepat kemajuan ekonomi masyarakat. yang diharamkan, proyek yang menimbulkan kemudharatan bagi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. fatwa MUI yang mengharamkan bunga bank. 1. nilai-nilai syariah berusaha menciptakan suatu keadilan di bidang ekonomi.

BAB I PENDAHULUAN. juga semakin meningkat. Untuk mencari lapangan pekerjaan juga semakin

BAB I PENDAHULUAN. Subagyo, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, Bagian Penerbitan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN, Yogyakarta, 2002, hlm. 127.

BAB I PENDAHULUAN. yang menjalankan sebagian besar sistem operasional perbankan syariah.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keberadaan lembaga keuangan sangat berperan dalam ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. memicu perbankan untuk menjalankan dual banking system yaitu bank. konvensional yang juga menjalankan unit usaha syariah.

BAB I PENDAHULUAN. melalui aktivitas ekonomi, dan ekonomi yang dikenal dalam Islam adalah

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. lalu di Indonesia dengan konsep perbankan, baik yang berbentuk konvensional

BAB I PENDAHULUAN. misal; asuransi syari ah, pegadaian syariah, reksadana syari ah, pasar modal

BAB I PENDAHULUAN. kondisi kesejahteraan ekonomi dari masyarakat juga berkembang.pertumbuhan

Dr. Mulyaningrum Bakrie School of Management Jakarta, Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. 1 M. Aziz A, Pedoman Pendirian BMT. Jakarta: Pinbuk Press, 2004, h. 6.

BAB I PENDAHULUAN. mungkin dipenuhi tanpa bantuan lembaga keuangan. 2 Dari persoalan tersebut,

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ekonomi Islam saat ini cukup pesat, ditandai dengan berkembangnya

BAB I PENDAHULUAN. terdiri dari dua istilah, yaitu Baitul mall dan Baitul Tamwil. Pengertian BMT

ANALISIS PENGARUH KUALITAS PELAYANAN BMT KUBE KARANGANYAR TERHADAP KEPUASAN NASABAH

BAB I PENDAHULUAN. pesat, baik bisnis yang bergerak di bidang manufaktur maupun di bidang jasa. Pada sektor

BAB I PENDAHULUAN. 2004, h Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, Yogyakarta: Ekonosia, 2003, h 96.

BAB I PENDAHULUAN. syari ah yang paling sederhana yang saat ini banyak muncul di Indonesia bahkan hingga

BAB I PENDAHULUAN. A. Konteks Penelitian. Strategi pemasaran merupakan salah satu awal dalam rangka

LANDASAN TEORI Perkembangan Lembaga Keuangan Syariah di Indonesia. negara negara anggota dan masyarakat Muslim pada umumnya.

BAB I PENDAHULUAN. 2005, h Edy wibowo& Untung hendi, Mengapa Memilih Bank Syariah, Bogor: Ghalia Indonesia,

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Baitul Mal Wa Tamwil (BMT) adalah balai usaha mandiri terpadu yang isinya berintikan bayt al-mal wa at-tamwil dengan kegiatan mengembangkan usaha usaha produktif dan investasi dalam meningkatkan kualitas kegiatan ekonomi pengusaha kecil dan menengah dengan mendorong kegiatan menabung dan menunjang pembiayaan kegiatan ekonominya. Selain itu, BMT juga dapat menerima titipan zakat, infak, dan sedekah, serta menyalurkannya sesuai dengan peraturan dan amanatnya. BMT merupakan lembaga ekonomi atau lembaga keuangan syariah nonperbankan yang bersifat informal karena lembaga ini didirikan oleh kelompok Swadaya Masyarakat (KSM).1 Sekitar tujuh tahun lamanya, sejak indonesia mengalami krisis ekonomi dan moneter pada akhir tahun 1997, peranan Baitul Mal Wa Tamwil (BMT) cukup besar dalam membantu kalangan usaha kecil dan menengah. Peranan BMT tersebut sangat penting dalam membangun kembali iklim usaha yang sehat di Indonesia. Bahkan, ketika terjadi krisis ekonomi dan moneter, BMT sering melakukan observasi dan supervisi ke berbagai lapisan masyarakat untuk menelaah bagi terbukanya peluang kemitraan usaha. Hal tersebut ditujukan untuk membangkitkan kembali sektor riil yang banyak digeluti oleh kalangan usaha kecil dan menengah serta untuk memperbaiki kesejahteraan ekonomi masyarakat secara keseluruhan. Ketika pemerintah menetapkan kebijakan tentang pengembangan lembaga keuangan syariah, muncul berbagai pandangan positif terhadap peran aktif lembaga BMT yang telah memberikan prioritas penting bagi perbaikan taraf hidup dan perekonomian masyarakat. Melihat kedudukannya 1 Ahmad Hasan Ridwan, Manajemen Baitul Mal Wa Tamwil, Pustaka Setia Bandung, Bandung, 2013, hlm. 23 1

2 yang cukup stategis, lembaga BMT diharapkan mampu menjadi pilar penyangga utama sistem ketahanan ekonomi Indonesia. Dari kenyataan tersebut, BMT memerlukan strategi yang tepat untuk merumuskan solusi bagi pemberdayaan usaha kecil dan menengah. Strategi itu diharapkan menjadi salah satu alat untuk membangun kembali kekuatan ekonomi rakyat yang berakar pada masyarakat dan mampu memperkukuh sistem perekonomian nasional sehingga problem kemiskinan dan tuntutan kesejahteraan ekonomi di masyarakat secara berangsur-angsur dapat teratasi.2 Keberadaan BMT setidaknya harus memiliki beberapa peran seperti berikut : 1. Menjauhkan masyarakat dari praktik ekonomi nonsyariah, aktif melakukan sosialisasi di tengah masyarakat tentang arti pentingnya sistem ekonomi Islam. Hal ini biasa dilakukan dengan pelatihanpelatihan mengenai cara-cara transaksi yang islami, misalnya bukti transaksi, dilarang mencurangi timbangan, jujur terhadap konsumen, dan sebagainya. 2. Melakukan pembinaan dan pendanaan usaha kecil. BMT harus bersikap aktif menjalankan fungsi sebagai lembaga keuangan mikro, misalnya dengan jalan pendampingan, pembinaan, penyuluhan, dan pengawasan terhadap usaha-usaha nasabah atau masyarakat umum. 3. Melepaskan ketergantungan pada rentenir mampu memenuhi keinginan masyarakat dalam memenuhi dana dengan segera. Oleh karena itu, BMT harus mampu melayani masyarakat secara lebih baik, misalnya tersedia dana setiap saat, birokrasi yang sederhana, dan sebagainya. 4. Menjaga keadilan ekonomi masyarakat dengan distribusi yang merata. Karena langsung berhadapan dengan masyarakat kompleks, BMT dituntut harus pandai bersikap. Langkah-langkah untuk melakukan evaluasi dalam rangka pemetaan skala prioritas yang harus diperhatikan, 2 Ibid, hlm. 23

3 misalnya dalam masalah pembiayaan, BMT harus memerhatikan kelayakan nasabah dalam hal golongan nasabah dan jenis pembiayaan.3 Sebelum masuk pada langkah-langkah pendirian BMT, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu mengenai lokasi atau tempat usaha BMT. Lokasi sebaiknya berada ditempat berlangsungnya kegiatan-kegiatan ekonomi para anggotanya, baik anggota penyimpanan dana maupun pengembang usaha atau pengguna dana. Selain itu, BMT dalam operasionalnya biasa menggunakan masjid atau sekretariat pesantren sebagai basis kegiatan. BMT dapat didirikan oleh : 1. Sekurang-kurangnya 20 (dua puluh) orang 2. Antara satu pendiri dan lainnya tidak memiliki hubungan keluarga vertikal dan horizontal satu kali 3. Sekurang-kurangnya 70% anggota pendiri bertempat tinggal di sekitar daerah kerja BMT 4. Pendiri dapat bertambah dalam tahun-tahun kemudian jika disepakati oleh rapat para pendiri4 Persepsi merupakan tanggapan atau pandangan sesuatu terhadap hal- hal yang baru yang mungkin masih dilihat sebelah mata. Seperti lembaga keuangan syariah adalah lembaga yang baru yang belum banyak masyarakat mengetahui tentang perbedaan-perbedaan yang ada dilembaga keuangan syariah. Kurangnya sosialisasi yang disebut sebagai dampak dari kurangnya pengetahuan masyarakat tentang lembaga keuangan syariah. selain itu anggapan masyarakat yang menilai lembaga keuangan syariah sama dengan lembaga keuangan konvensional yang membedakan hanyalah namanya saja. Namun pada kenyataannya saat ini praktek di BMT mengalami disorientasi atau penurunan kualitas jika ditinjau dari perspektif eksternal atau dalam konteks ini penilaian masyarakat sebagai obyek BMT. Hal ini bisa dilihat dari berbagai macam persepsi masyarakat yang berada di sekitar BMT 3 M.Nur Rianto Al Arif, Lembaga Keuangan Syariah, CV Pustaka Setia, Bandung, 2012, hlm. 319-320 4 Ibid, hlm. 326

4 terhadap kinerja BMT yang bisa dikatakan belum teraplikasikan secara komprehensif (syumul). Seperti rendahnya sosialisasi mengenai standar operasional BMT mulai dari akad-akadnya hingga cara peminjaman bagi masyarakat, rendahnya kualitas SDM pengelola BMT juga mempengaruhi persepsi masyarakat terhadap eksistensi BMT sebagai LKMS. Pendapatpendapat tersebut yang menjadikan lembaga keuangan syariah sulit berkembang dikalangan masyarakat. Padahal sebenarnya BMT atau lembaga keuangan syariah ini lebih dekat dengan masyarakat dari pada bank-bank lainnya. Sikap adalah perilaku seseorang yang dapat diartikan sebagai penampilan dari tingkah laku seseorang yang cenderung ke arah penilaian dari masyarakat berdasarkan norma yang berlaku di masyarakat tersebut Atau bisa diartikan sikap adalah predisposisi (keadaan mudah terpengaruh) untuk memberikan tanggapan terhadap rangsangan lingkungan yang dapat mengarahkan tingkah laku individu. Dan Pembentukan sikap itu dapat positif dan dapat negative sehingga sikap satu orang dengan yang lain pasti berbedabeda hal ini juga dapat di pengaruhi oleh Pengalaman Pribadi Untuk dapat menjadi dasar pembentukan sikap, pengalaman pribadi harus meninggalkan kesan yang kuat. Karena itu, sikap akan lebih mudah terbentuk apabila pengalaman pribadi tersebut melibatkan faktor emosional. Manfaat adanya BMT sebagai lembaga keuangan islam yang merupakan salah satu solusi dan jawaban atas belum diperhatikan dana dan jangkauannya masyarakat kecil oleh lembaga-lembaga keuangan perbankan. Berbagai upaya pun dilakukan BMT dalam rangka meningkatkan taraf hidup perekonomian kaum lemah, dengan membantu mereka memberikan pembiayaan untuk modal atau menambah modal usaha, yang didukung oleh BMT dengan pola kerjasama dan bermitra usaha. Kehadiran BMT di Indonesia, selain ditujukan untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat di bidang ekonomi juga memiliki misi penting bagi pemberdayaan usaha kecil dan menengah diwilayah kerjanya. Hal ini didasarkan kepada visi BMT bahwa pembangunan ekonomi

5 hendaknya dibangun dari bawah melalui kemitraan usaha. Sebagai lembaga ekonomi yang berbasis keumatan atau BMT yang berupaya memainkan peranannya sesuai dengan ketentuan hukum yang ditetapkan pemerintah bagi penyelenggaraan lembaga keuangan berdasarkan prinsip syariah. Meskipun dari segi keberadaan dan peranan Lembaga Keuangan Syariah mengalami perkembangan yang cukup pesat yang ditandai dengan banyak berdirinya lembaga keuangan yang secara operasional menggunakan prinsip syariah, namun dari segi sosialisasi sistem ekonomi syariah umumnya hanya dikalangan akademisi dan praktisi lembaga keuangan syariah saja, sedangkan masyarakat bawah belum tentu mengenal dan memahaminya secara jelas walaupun didaerahnya sudah terdapat lembaga keuangan syariah tersebut. Inilah yang mengakibatkan BMT sulit berkembang karena sikap masyarakatnya yang kurang memahami lembaga keuangan syariah tersebut, di BMT terdapat suatu dana tambahan yang diberikan kepada peminjam yang dinamakan dengan dana ZIS (Zakat, Infak dan Shodaqoh). Dengan adanya dana ZIS ini diharapkan lembaga keuangan syariah atau BMT menjadi lebih dekat dengan masyarakat dan dapat menghilangkan persepsi masyarakat yang kurang terhadap lembaga keuangan syariah atau BMT. KSU Bmt Al-Fatah merupakan Lembaga Keuangan Syariah yang berbasis koperasi serba usaha yang berada di Desa Getas Pejaten kecamatan Jati kabupaten Kudus Jumlah Lembaga Keuangan di Desa Getas Pejaten kecamatan Jati ini ada 5 yaitu : bank umum, BPR/BKD, Koperasi, Asuransi dan Lesing. Desa Getas Pejaten memiliki penduduk kurang lebih 11.198 jiwa yang terdiri dari 5054 laki-laki dan 6144 perempuan. Hal tersebut bisa dikatakan bahwa di Desa Getas pejaten Kecamatan Jati memiliki penduduk yang lumayan banyak Namun, dari sekian banyak penduduk di Kecamatan Jati hanya 658 orang yang menabung di BMT Al-fatah, entah mungkin belum tahu atau bahkan mempunyai anggapan bahwa menabung di lembaga keuangan itu sama saja tidak ada perbedaan. Mungkin perbedaannya hanyalah nama dari produk-produk yang ditawarkan atau ada faktor lain yang mempengaruhinya.

6 Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti melakukan penelitian dengan judul. Pengaruh Persepsi Dan Sikap Masyarakat Terhadap Minat Untuk Menabung Di KSU BMT Al-Fatah Jati Kudus (Studi Kasus Pada Masyarakat Desa Getas Pejaten Kecamatan Jati Kabupaten Kudus) B. Batasan Penelitian Fokus penelitian ditujukan agar ruang lingkup penelitian dapat lebih jelas dan terarah dan tidak meluas. Oleh karena itu skripsi ini hanya terfokuskan sebagai berikut : 1. Dalam penelitian ini, penulis melakukan penelitian mengenai KSU BMT Al-Fatah. 2. Penelitian pada masyarakat di Desa Getas Pejaten Kecamatan Jati Kabupaten Kudus. 3. Peneliti hanya menyoroti persepsi dan sikap masyarakat terhadap minat untuk menabung di KSU BMT Al-Fatah. C. Rumusan Masalah Dari latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut : 1. Apakah Persepsi masyarakat berpengaruh terhadap minat untuk menabung di KSU BMT Al-Fatah? 2. Apakah sikap masyarakat berpengaruh terhadap minat untuk menabung di KSU BMT Al-Fatah? 3. Apakah persepsi masyarakat dan sikap masyarakat berpengaruh terhadap minat untuk menabung di KSU BMT Al-Fatah?

7 D. Tujuan Penelitian Dari rumusan masalah tersebut penelitian ini bertujuan sebagai berikut : 1. Untuk menguji secara empiris pengaruh persepsi masyarakat terhadap minat untuk menabung di KSU BMT Al-Fatah. 2. Untuk menguji secara empiris pengaruh sikap masyarakat terhadap minat untuk menabung di KSU BMT Al-Fatah. 3. Untuk menguji secara empiris pengaruh persepsi masyarakat dan sikap masyarakat berpengaruh terhadap minat untuk menabung di KSU BMT Al-Fatah. E. Manfaat Penelitian Kegunaan penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat dan makna bagi perusahaan maupun bagi pihak yang terlibat didalamnya diantaranya adalah : 1. Teoretis Diharapkan penelitian ini mampu menambah ilmu pengetahuan dan wawasan. Selain itu, untuk mendapatkan gambaran yang jelas tentang persepsi dan sikap masyarakat tentang KSU BMT Al-fatah. 2. Praktis Sebagai informasi bagi semua pihak yang terlibat dalam penelitian ini, diantaranya : a. Bagi BMT, sebagai bahan masukan agar lebih mensosialisasikan BMT kepada masyarakat dan sebagai bahan pertimbangan untuk dapat menambah mitra. b. Bagi peneliti, untuk menambah wawasan dan pengalaman baru tentang penelitian ilmiah yang terkait dengan lembaga keuangan syariah dan menambah pengetahuan di bidang ekonomi islam.

8 F. Sistematika Penulisan Skripsi Sistematika penulisan skripsi atau penelitian ini dimaksudkan untuk mendapatkan gambaran atau garis-garis besar dari masing-masing bagian atau yang saling berhubungan, sehingga nantinya akan diperoleh penelitian yang sistematis dan ilmiyah. Berikut adalah sistematika penulisan skripsi yang akan penulis susun : 1. Bagian awal Bagian awal ini, terdiri dari: halaman judul, persetujuan pembimbing, pengesahan kelulusan, pernyataan, halaman motto, halaman persembahan, kata pengantar, halaman daftar isi, daftar tabel, daftar gambar dan abstrak. 2. Bagian isi Pada bagian ini memuat garis besar yang terdiri dari lima bab, antara bab 1 dengan bab lain saling berhubungan karena merupakan satu kesatuan yang utuh, kelima bab itu adalah sebagai berikut : BAB I : PENDAHULUAN Bab ini meliputi latar belakang masalah, batasan penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat dari penelitian, dan sistematika penulisan skripsi. BAB II : LANDASAN TEORI Bab ini berisi tentang pengertian teori atribusi, persepsi sosial, sikap, minat, BMT, masyarakat, penelitian terdahulu, hipotesis dan kerangka berpikir. BAB III : METODE PENELITIAN Bab ini berisi tentang jenis dan pendekatan penelitian, sumber data, populasi dan sampel, tata variabel penelitian, definisi operasional, tehnik pengumpulan data, uji validitas dan reliabilitas instrument, uji asumsi klasik, dan analisis data. BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Bab ini berisi tentang gambaran umum obyek penelitian, gambaran umum responden, deskripsi hasil data penelitian, hasil

9 uji instrument, hasil uji asumsi klasik, hasil analisis data, dan pembahasan hasil penelitian. BAB V : PENUTUP Bab ini berisi tentang kesimpulan, saran-saran dan penutup. 3. Bagian akhir ini meliputi: daftar pustaka, daftar riwayat pendidikan dan lampiran-lampiran.