Promotif, Vol.5 No.1, Okt 2015 Hal 09-16

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorhagic Fever

BAB I PENDAHULUAN. tropis. Pandangan ini berubah sejak timbulnya wabah demam dengue di

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambaran epidemiologi..., Lila Kesuma Hairani, FKM UI, 2009 Universitas Indonesia

BAB I : PENDAHULUAN. menular yang disebabkan oleh virus dengue, virus ini ditularkan melalui

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. setiap tahunnya. Salah satunya Negara Indonesia yang jumlah kasus Demam

BAB 1 PENDAHULUAN. Demam Berdarah Dengue (DBD) masih merupakan salah satu masalah

SKRIPSI PERBEDAAN PENGETAHUAN DAN SIKAP JUMANTIK KECIL SEBELUM DAN SESUDAH PEMBERIAN PELATIHAN PENCEGAHAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI MIN KETITANG

BAB I PENDAHULUAN. yang masuk ke peredaran darah manusia melalui gigitan snyamuk dari genus Aedes,

BAB I PENDAHULUAN. Tenggara. Terdapat empat jenis virus dengue, masing-masing dapat. DBD, baik ringan maupun fatal ( Depkes, 2013).

HUBUNGAN FAKTOR PERILAKU DENGAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BOYOLALI I

BAB I PENDAHULUAN. tropis dan subtropis di seluruh dunia. Dalam beberapa tahun terakhir terjadi

BAB I PENDAHULUAN. gigitan nyamuk dari genus aedes misalnya Aedes aegypti atau Aedes albovictus.

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit menular

BAB 1 : PENDAHULUAN. yang akan memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial ekonomis.

ANALISIS FAKTOR RISIKO PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI KELURAHAN HELVETIA TENGAH MEDAN TAHUN 2005

BAB I PENDAHULUAN. dewasa (Widoyono, 2005). Berdasarkan catatan World Health Organization. diperkirakan meninggal dunia (Mufidah, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. dengue, yang ditularkan oleh nyamuk. Penyakit ini ditemukan di daerah

Fajarina Lathu INTISARI

Skripsi ini Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun Oleh: DIAH NIA HERASWATI J

SARANG NYAMUK DALAM UPAYA PENCEGAHAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DI DESA KLIWONAN MASARAN SRAGEN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Demam Berdarah Dengue merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorrhage Fever (DHF) banyak

BAB I PENDAHULUAN. Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit yang menyebar

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai risiko tinggi tertular Demam Dengue (DD). Setiap tahunnya

BAB I PENDAHULUAN. virus dengue yang ditularkan dari gigitan nyamuk Aedes aegypti sebagai

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 2009, World Health Organization (WHO) mencatat negara Indonesia sebagai

BAB 1 PENDAHULUAN. Di era reformasi, paradigma sehat digunakan sebagai paradigma

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes

BAB I PENDAHULUAN. semakin besar. Keadaan rumah yang bersih dapat mencegah penyebaran

BAB I LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. anak-anak.penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) sampai saat ini masih

BAB I PENDAHULUAN. Tenggara serta Pasifik Barat (Ginanjar, 2008). Berdasarkan catatan World

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorrhagic Fever

BAB 1 : PENDAHULUAN. Berdarah Dengue (DBD). Jumlah penderita dan luas daerah penyebarannya

BAB I PENDAHULUAN. telah menjadi masalah kesehatan internasional yang terjadi pada daerah tropis dan

BAB I PENDAHULUAN. Dengue ditularkan kepada manusia melalui gigitan nyamuk Aedes

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Hemorrhagic Fever

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN PERILAKU PSN DENGAN KEBERADAAN JENTIK Aedes aegypti DI DESA NGESREP KECAMATAN NGEMPLAK KABUPATEN BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit infeksi yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perjalanan penyakit yang cepat, dan dapat menyebabkan. kematian dalam waktu yang singkat (Depkes R.I., 2005). Selama kurun waktu

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN PERILAKU PSN DENGAN KEBERADAAN JENTIK Aedes aegypti DI DESA NGESREP KECAMATAN NGEMPLAK KABUPATEN BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) dalam beberapa tahun terakhir

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Haemorraghic Fever

BAB I PENDAHULUAN. manusia melalui perantara vektor penyakit. Vektor penyakit merupakan artropoda

Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Banyumas 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun 2009, World Health Organization (WHO) mencatat negara Indonesia sebagai

ARTIKEL KARYA TULIS ILMIAH. Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat sarjana strata-1 kedokteran umum

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut Kementerian Kesehatan RI (2010), program pencegahan dan

BAB I PENDAHULUAN. misalnya akibat gigitan nyamuk dapat menyebabkan dermatitis, alergika dan

masyarakat, bangsa dan negara yang ditandai oleh penduduknya yang hidup dalam lingkungan sehat, berperilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), mempunyai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PERILAKU 3M, ABATISASI DAN KEBERADAAN JENTIK AEDES HUBUNGANNYA DENGAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE

BAB 1 PENDAHULUAN. Demam Berdarah Dengue (DBD) disebabkan oleh virus dengue, ditularkan

BAB 1 : PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat yang utama di Indonesia, salah satunya penyakit Demam

HUBUNGAN BREEDING PLACE DAN PERILAKU MASYARAKAT DENGAN KEBERADAAN JENTIK VEKTOR DBD DI DESA GAGAK SIPAT KECAMATAN NGEMPLAK KABUPATEN BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk demam berdarah (Aedes

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Tujuan pembangunan berkelanjutan 2030/Suistainable Development Goals (SDGs)

BAB 1 PENDAHULUAN. selalu diusahakan peningkatannya secara terus menerus. Menurut UU No.36 Tahun 2009 tentang kesehatan, dalam pasal 152

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit demam berdarah dengue merupakan penyakit yang disebabkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. kejadian luar biasa dengan kematian yang besar. Di Indonesia nyamuk penular

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit yang disebabkan

BAB 1 PENDAHULUAN. mengalami kemajuan yang cukup bermakna ditunjukan dengan adanya penurunan

BAB 1 PENDAHULUAN UKDW. kelompok B Arthropod Borne Virus (Arboviroses) dan ditularkan oleh nyamuk

BAB 1 PENDAHULUAN. dari genus Aedes,misalnya Aedes aegypti atau Aedes albopictus. Penyakit DBD dapat

Jurnal Keperawatan, Volume X, No. 1, April 2014 ISSN

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorrhagic Fever

Penyakit DBD merupakan masalah serius di Provinsi Jawa Tengah, daerah yang sudah pernah terjangkit penyakit DBD yaitu 35 Kabupaten/Kota.

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat di Indonesia dan bahkan di Asia Tenggara. World Health

HUBUNGAN ANTARA TINDAKAN PEMBERANTASAN SARANG NYAMUK (PSN) DENGAN KEBERADAAN JENTIK NYAMUK AEDES

INFORMASI UMUM DEMAM BERDARAH DENGUE

SKRIPSI. Skripsi Ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun Oleh AGUS SAMSUDRAJAT J

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan oleh virus dengue yang tergolong Arthropod Borne Virus, genus

BAB 1 PENDAHULUAN. di Indonesia yang cenderung jumlah pasien serta semakin luas. epidemik. Data dari seluruh dunia menunjukkan Asia menempati urutan

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat Indonesia, disamping mulai meningkatnya masalah

BAB I PENDAHULUAN. harus dipenuhi oleh setiap bangsa dan negara. Termasuk kewajiban negara untuk

HUBUNGAN KEBERADAAN BREEDING PLACES, CONTAINER INDEX DAN PRAKTIK 3M DENGAN KEJADIAN DBD (STUDI DI KOTA SEMARANG WILAYAH BAWAH)

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN juta orang saat ini diseluruh dunia. Serta diperkirakan sekitar

SUMMARY HASNI YUNUS

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. ditularkan melalui gigitan nyamuk yang banyak ditemukan di daerah tropis dan subtropis di

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN PERILAKU PEMBERANTASAN SARANG NYAMUK DI RT 3 RW 4 DESA KEMBANGBAHU KECAMATAN KEMBANGBAHU KABUPATEN LAMONGAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh virus dengue. Virus dengue merupakan famili flaviviridae

HUBUNGAN BREEDING PLACE DAN PERILAKU MASYARAKAT DENGAN KEBERADAAN JENTIK VEKTOR DBD DI DESA GAGAK SIPAT KECAMATAN NGEMPLAK KABUPATEN BOYOLALI BAB I

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dengue adalah salah satu penyakit infeksi yang. dalam beberapa tahun terakhir ini menjadi masalah

Al-Sihah : Public Health Science Journal. Sulaemana Engkeng 1, Roy Max Dotulong Mewengkang 2

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar belakang. Demam berdarah dengue merupakan masalah utama penyakit menular

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam pengertian umum perilaku adalah segala perbuatan atau

Al Ulum Vol.54 No.4 Oktober 2012 halaman

Transkripsi:

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN PELAKSANAAN PEMBERANTASAN SARANG NYAMUK (PSN) DENGAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI KELURAHAN TALISE KECAMATAN PALU TIMUR KOTA PALU 1) DaraSuci 2) NurAfni Bagian Epidemiologi FKM Unismuh Palu ABSTRAK Latar Belakang : Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Di Kelurahan Talise merupakan daerah endemis DBD, dimana kasus DBD setiap tahunnya selalu ada, bahkan pada tahun 2011 Kelurahan Talise merupakan kelurahan tertinggi se-kota Palu dengan jumlah kasus DBD. Tujuan Penelitian : untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan pelaksanaan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) di Kelurahan Talise Kecamatan Palu Timur Kota Palu. Metode Penelitian : Penelitian ini merupakan jenis penelitian analitik dengan pendekatan Cross Sectional Study. Sampel : Seluruh Kepala Keluarga (KK) yang ada dii Kelurahan Talise, yaitu sebanyak 4394 KK. Adapun besar sampel dalam penelitian ini adalah 98 responden dengan tehnik pengambilan sampel Simple Random Sampling. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis Univariat dan analisis Bivariat dengan uji Chi-Square. Hasil Penelitian : menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan penyakit DBD di Kelurahan Talise Kecamatan Palu Timur Kota Palu dengan nilai p = 0.000 ( p =0,05) dan ada hubungan yang signifikan antara Pelaksanaan PSN dengan penyakit DBD di Kelurahan Talise Kecamatan Palu Timur Kota Palu dengan nilai p = 0.000 ( p =0,05). Kesimpulan : ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan dan pelaksanaan PSN dengan penyakit DBD. Saran : Ditujukan kepada Puskesmas agar meningkatkan penyuluhan kepada masyarakat Kelurahan Talise untuk meningkatkan pemahaman masyarakat tentang DBD. Kata Kunci : Pengetahuan,Pelaksanaan PSN, DBD Daftar Pustaka : PENDAHULUAN Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) ditemukan hampir diseluruh belahan dunia terutama di negara tropik dan subtropik baik secara endemik maupun epidemik dengan masa peralihan yang berkaitan dengan datangnya musim penghujan. Beberapa dekade terakhir ini, insiden DBD menunjukkan peningkatan yang sangat pesat di seluruh penjuru dunia. Sebanyak 2,5 milyar penduduk dunia berisiko terserang DBD. Sebanyak 1,6 milyar 9 (52%) dari penduduk yang beresiko tersebut hidup di wilayah Asia Tenggara.World Health Organization (WHO) memperkirakan sekitar 50 juta kasus infeksi dengue tiap tahunnya. Case fatality rate (CFR) DBD dapat saja melampaui angka 20%. Adanya akses yang lebih baik untuk mencapai tempat pelayanan kesehatan dan penanganan yang tepat baik sejak gejala awal maupun perawatan lanjutan serta peningkatan pengetahuan tentang DBD dapat menurunkan tingkat kematiannya hingga di bawah 1% (WHO, 2010).

Di Indonesia pada tahun 2010, jumlah kasus DBD 156.086 dengan korban meninggal 1.358 orang. Insiden Rate (IR) sebesar 65,70/100.000 penduduk dan CFR 0,87 %. Sementara hingga Oktober 2011, jumlah kasus 49.486 dengan korban meninggal 403 orang. IR 20,83/100.000 penduduk dan CFR 0,81 % (Anonim, 2011) Di Sulawesi Tengah DBD mulai ditemukan pada tahun 1992 dengan kasus suspect DBD sebanyak 8 orang. Sampai bulan November 2011 di seluruh wilayah Indonesia, Propinsi Sulawesi Tengah menduduki urutan ke empat Insiden Rate (IR) atau angka penularan paling tinggi sepanjang tahun 2011 yaitu 47,37 kasus/100.000 penduduk (Dirjen P2 & PL Depkes RI, 2011). Jumlah kasus DBD di Propinsi Sulawesi tengah sampai pada tahun 2010 berjumlah 2.092 kasus yang terjadi di 11 kabupaten/kota dan yang paling tertinggi wilayah Kota Palu dengan jumlah 1.325 kasus DBD (Abdullah, 2010). Kota Palu merupakan daerah perkotaan dengan peningkatan arus transpotasi dan kepadatan penduduk serta dikelilingi daerah-daerah endemis dan kepadatan vector yang tinggi sehingga menjadi daerah yang berpotensi terjadinya Kejadian Luar Biasa (KLB) DBD. Kasus DBD di Kota Palu selama 3 tahun terakhir cenderung berfluktuasi. Jumlah kasus DBD di Kota Palu pada tahun 2011 berjumlah 1.061 penderita dengan kematian 9 orang CFR 0,84%. Kasus DBD pada tahun 2010 mencapai 1.325 penderita dan 14 orang diantaranya meninggal atau CFR 1,05 %. Kasus DBD pada tahun 2010 meningkat drastis dibandingkan pada tahun 2009 berjumlah 577 penderita dan 4 orang meninggal atau CFR 0,69 %. Hal ini masih sangat tinggi dibandingkan dengan angka standar nasional yaitu < 20 per 100.000 penduduk,dan jumlah kematian atau CFR= 0,69 %.(Sukmawati, 2011) 10 Di Wilayah Kerja Puskesmas Talise jumlah kasus DBD pada tahun 2011 sebanyak 127 kasus dan 2 orang diantaranya meninggal, CFR 1,57 %. Jumlah kasus DBD paling tinggi wilayah kerja Puskesmas Talise berada di Kelurahan Talise dengan jumlah kasus 78 penderita dan 1 orang meninggal atau CFR 1,28 %. Kelurahan Talise dengan jumlah penduduk 18.878 jiwa merupakan daerah endemis DBD, dimana kasus DBD setiap tahunnya selalu ada, bahkan pada tahun 2011 Kelurahan Talise merupakan kelurahan tertinggi se-kota Palu dengan jumlah kasus DBD.Tingginya angka kesakitan dan angka kematian DBD disebabkan oleh faktor risiko yang mempengaruhi penyakit DBD dari segi pengetahuan misalnya pengetahuan tentang tanda/gejala, cara penularan, dan penyebabnya serta pencegahan dan penanggulangan penularan penyakit DBD (Kusumawati, 2007), dan masih kurangnya kepedulian masyarakat untuk melakukan pemberantasan sarang nyamuk (PSN)Hal ini terlihat dari Angka Bebas Jentik (ABJ) di Kelurahan Talise pada tahun 2011 sebesar 88,5%. Angka ini masih jauh dibawah angka standar nasional (> 95 %) (Sukmawati, 2011). Masyarakat tidak mengetahui bahwa PSN merupakan cara yang efektif untuk memutuskan rantai penularan DBD. Tingkatan pengetahuan masyarakat tentang penyakit DBD dapat memberikan suatu hambatan dalam upaya pencegahan penyakit DBD. BAHAN DAN METODE Jenis penelitian analitik dengan pendekatan Cross Sectional Study, yaitu dimana data yang menyangkut data variabel Independen dan variabel Dependen akan dikumpulkan dalam waktu yang bersamaan (Notoatmodjo, 2005). Lokasi penelitian dilaksanakan di Kelurahan Talise Kecamatan Palu Timur

Kota Palu Propinsi Sulawesi Tengah. Waktu pelaksanaan penelitian yaitu pada bulan Mei Tahun 2014. Populasi dalam penelitian ini adalah jumlah Kepala Keluarga (KK) yang ada di Kelurahan Talise, yaitu sebanyak 4.394 KK. Sampel dalam penelitian ini adalah 98 responden. HASIL Uji statistik yang dilakukan adalah Chi-Square dengan hasil analisis sebagai berikut: a. Analisis Univariat Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Pengetahuan responden dapat diketahui dari pengisian kuesioner, dengan kriteria pengetahuan rendah jika hasil ukur < median dan pengetahuan tinggi jika hasil ukur > median. Berdasarkan data hasil pengisian kuesioner tersebut setelah dilakukan penskoran diperoleh gambaran responden yang berpengetahuan rendah dan berpengetahuan tinggi seperti pada tabel berikut: Tabel 1 Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan di Kelurahan Talise Pengetahuan n Persentase (%) Tinggi 49 50.0 Rendah 49 50.0 Jumlah 98 100.0 Sumber : Data Primer diolah Juli 2012 Berdasarkan tabel 1 menunjukkan bahwa responden yang mempunyai pengetahuan tinggi sebanyak 49 responden (50,0%). Dan responden yang mempunyai pengetahuan rendah sebanyak 49 responden (50,0%). Tabel 2 Distribusi Responden Berdasarkan Pelaksanaan PSN di Kelurahan Talise Pelaksanaan PSN n Persentase (%) Baik 60 61.2 Kurang Baik 38 38.8 Jumlah 98 100.0 Sumber : Data Primer diolah Juli 2012 Berdasarkan tabel 2 menunjukkan bahwa responden yang melaksanakan PSN dengan baik sebanyak 60 responden (61,2%) dan yang melaksanakan PSN kurang baik sebanyak 38 responden (38,8%). 11

Tabel 3 Distribusi Responden Berdasarkan Penyakit DBD di Kelurahan Talise Penyakit DBD n Persentase (%) Tidak Menderita 52 53.1 Menderita 46 46.9 Jumlah 98 100.0 Sumber : Data Primer diolah Juli 2012 Berdasarkan table 3 menunjukkan bahwa responden yang tidak menderita DBD sebanyak 52 responden (53,1%) dan yang menderita DBD sebanyak 46 responden (46,9%). b. Analisis Bivariat Analisis Bivariat dilakukan dengan meihat ada tidaknya hubungan antara variabel yaitu pengetahuan dan pelaksanaan PSN dengan variabel terikat yaitu Penyakit DBD melalui uji Chi-Square, dimana tingkat kepercayaannya adalah sebesar 95 %. Pengetahuan tentang DBD merupakan hal yang sangat menentukan dalam membentuk perilaku masyarakat agar dapat terhindar dari suatu penyakit, termasuk penyakit DBD. Adapun hubungan pengetahuan dengan penyakit DBD di Kelurahan Talise dapat di lihat pada tabel berikut : Tabel 4 Distribusi Hubungan Pengetahuan dengan Penyakit DBD di Kelurahan Talise Pengetahuan Menderit a Penyakit DBD Tidak Menderi ta Total n % n % n % Rendah 36 73.5 13 26.5 49 100.0 Tinggi 10 20.4 39 79.6 49 100.0 Total 46 46.9 52 53,1 98 100.0 P Value 0.000 Odds Ratio( OR) CI= 95 % 10.800 (4.216-27.666) Sumber : Data Primer 2012 Berdasarkan tabel 4 menunjukkan bahwa dari 49 responden yang berpengetahuan rendah serta menderita DBD sebanyak 36 responden (73,5%) dan tidak menderita DBD sebanyak 13 responden (26,5%). Sedangkan dari 49 responden yang berpengetahuan tinggi serta menderita DBD sebanyak 10 responden (20,4%) 12 dan tidak menderita DBD sebanyak 39 responden (79,6%). Hasil uji statistik dengan menggunakan Chi-Square diperoleh nilai P= 0,000 (P < 0,05) berarti secara statistik ada hubungan bermakna antara pengetahuan responden dengan penyakit DBD (Ho ditolak). Dari hasil analisis diperoleh pula nilai Odds Ratio

(OR) = 10,800 berarti responden yang mempunyai pengetahuan rendah mempunyai risiko atau peluang 10,800 kali lebih besar untuk menderita penyakit DBD dibanding dengan responden yang mempunyai pengetahuan tinggi. Pelaksanaan PSN yang dilakukan oleh masyarakat dapat mengurangi angka kesakitan maupun angka kematian Penyakit DBD. Adapun hubungan pelaksanaan PSN dengan Penyakit DBD di Kelurahan Talise dapat di lihat pada tabel berikut : Tabel 5 Distribusi Hubungan Pelaksanaan PSN dengan Penyakit DBD di Kelurahan Talise Penyakit DBD Pelaks anaan PSN Tidak Mender Total Mender ita ita n % n % n % P Value Odds Ratio(OR) CI= 95 % Kurang 31 81.6 7 18.4 38 100.0 Baik Baik 15 25.0 45 75.0 60 100.0 Total Sumber : Data Primer 2012 46 46.9 52 53.1 98 100.0 0.000 13.286 (4,853-36,370) Berdasarkan tabel 5 menunjukkan bahwa dari 38 responden yang melaksanakan PSN kurang baik serta menderita DBD sebanyak 31 responden (81,6%) dan tidak menderita DBD sebanyak 7 responden (18,4%). Sedangkan dari 60 responden yang melaksanakan PSN dengan baik serta menderita DBD sebanyak 15 responden (25,0%) dan tidak menderita DBD sebanyak 45 responden (75,0%) Hasil uji statistik dengan menggunakan Chi-Square diperoleh nilai P= 0,000 (P < 0,05) berarti secara statistik ada hubungan bermakna antara pelaksanaan PSN oleh responden dengan penyakit DBD (Ho ditolak).dari hasil analisis diperoleh pula nilai Odds Ratio (OR) = 13.286 berarti responden yang melaksanakan PSN kurang baik mempunyai risiko atau peluang 13.286 kali lebih besar untuk menderita penyakit DBD dibanding dengan responden yang melaksanakan PSN dengan baik. PEMBAHASAN 1. Hubungan Pengetahuan dengan Penyakit DBD Hasil penelitian melalui analisis Univariat menunjukkan, bahwa responden yang memiliki pengetahuan rendah berjumlah sama dengan responden yang memiliki pengetahuan tinggi dan hasil analisis Bivariat dengan menggunakan Chi-Square menunjukkan bahwa ada hubungan pengetahuan dengan penyakit DBD, karena responden yang berpengetahuan rendah 13

serta menderita penyakit DBD jumlahnya lebih banyak (73,5%) di bandingkan dengan responden yang memiliki pengetahuan tinggi dan menderita penyakit DBD (26,5%). Responden yang memiliki pengetahuan rendah 10,800 kali lebih berisiko untuk menderita penyakit DBD dibandingkan dengan responden yang memiliki pengetahuan tinggi, hal ini berdasarkan hasil Odds Ratio (OR) sebesar 10,800(CI= 4,216-27,666). Adanya hubungan pengetahuan dengan penyakit DBD di dukung oleh penelitian Ferawati AR (2009) di wilayah kerja Puskesmas Parigi dengan nilai P = 0,010 (P < 0,05) berarti terdapat hubungan antara pengetahuan dengan kejadian DBD, dimana pengetahuan yang kurang baik memiliki risiko 7,429 kali lebih besar menderita penyakit DBD di bandingkan dengan pengetahuan yang baik. Menurut peneliti, masyarakat yang pernah menderita penyakit DBD di Kelurahan Talise mempunyai pengetahuan yang masih rendah disebabkan karena kurangnya kepedulian masyarakat untuk mencari informasi yang berkaitan dengan penyakit DBD baik dari media informasi maupun penyuluhan oleh tenaga kesehatan karena masyarakat hanya disibukkan oleh aktifitas keseharian masing-masing. Pengetahuan yang tinggi tentang penyakit DBD akan mempengaruhi perilaku masyarakat dalam melakukan upaya pencegahan penyakit DBD sehingga dapat menurunkan angka kejadian penyakit DBD di Kelurahan Talise. 14 Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting utnuk terbentuknya tindakan seseorang, karena perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Sebelum orang mengadopsi perilaku baru, dalam diri seseorang terjadi proses berurutan, yaitu kesadaran, merasa tertarik, menimbangnimbang, mencoba, daan akhirnya subjek berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan,kesadaran dan sikapnya terhadap rangsangan (Notoadmodjo,2007). Dari segi pengetahuan, faktor risiko yang mempengaruhi penyakit DBD misalnya pengetahuan tentang tanda/gejala, cara penularan,penyebabnya serta pencegahan dan penanggulangan penularan penyakit DBD (Kusumawati, 2007) 2. Hubungan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dengan Penyakit DBD Hasil penelitian melaui analisis Univariat menunjukkan, bahwa responden yang melaksanakan PSN kurang baik lebih sedikit(38,8%) di bandingkan responden yang melaksanakan PSN dengan baik (61,2%). Hasil analisis Bivariat dengan menggunakan Chi- Square menunjukkan bahwa ada hubungan pelaksanaan PSN dengan penyakit DBD karena responden yang melaksanakan PSN kurang baik serta menderita penyakit DBD lebih banyak (81,6%) di bandingkan dengan responden yang melaksanakan PSN dengan baik(18,4%). Responden yang melaksanakan

PSN kurang baik 13.286 kali lebih berisiko untuk menderita penyakit DBD, hal ini berdasarkan hasil Odds Ratio (OR) sebesar 13.286 (CI=4,853-36,370). Penelitian ini didukung oleh penelitian Farid Setyo Nugroho (2009) tentang Hubungan Pelaksanaan PSN di wilayah kerja Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah dengan nilai P = 0,039 (P < 0,05) berarti terdapat hubungan antara pelaksanaan PSN dengan terjadinya penyakit DBD. Pelaksanaan PSN yang kurang baik banyak dilakukan oleh masyarakat yang mempunyai anggota keluarganya pernah menderita DBD, menurut peneliti pelaksanaan PSN dengan baik merupakan cara yang paling efektif untuk memberantas perkembangbiakan vektor peyakit DBD. Permasalahan utama dalam upaya menekan angka kesakitan DBD adalah masih belum KESIMPULAN berhasilnya upaya menggerakkan peran serta masyarakat dalam Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) DBD Pelaksanaan PSN yang kurang baik diketahui dari perilaku responden yang tidak menutup tempat-tempat penampungan air jarang menguras atau membersihkan tempat-tempat penampungan air lebih dari sekali seminggu,tidak menaburkan bubuk abate tempat penampungan air, tidak membakar atau mengubur sampah yang menjadi tempat perindukan nyamuk Aedes Aegepty, dan masyarakat yang memiliki kolam tidak memeliharan ikan pemakan jentik. Menurut (Depkes RI, 2005) cara yang dianggap paling 15 tepat untuk memberantas vektor (nyamuk Aedes aegypti) adalah dengan PSN DBD. Apabila kegiatan PSN DBD dilakukan oleh seluruh masyarakat secara terus menerus dan berkesinambungan maka keberadaan jentik Aedes aegypti dapat dibasmi, sehingga resiko penularan DBD dapat dikurangi. Untuk itu maka perlu dilakukan kegiatan-kegiatan di dalam masyarakat seperti kegiatan bulan bakti gerakan 3-M, pemeriksaan jentik berkala dan penyuluhan kepada keluarga atau masyarakat (Depkes RI, 2005). Partisipasi masyarakat dalam PSN DBD perlu lebih ditingkatkan, antara lain melalui Juru Pemantau Jentik (Jumantik) dalam melakukan pemeriksaan jentik secara berkala dan berkesinambungan serta menggerakkan masyarakat dalam PSN (Sukmawati, 2011). Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan penyakit DBD di Kelurahan Talise Kecamatan Palu Timur Kota Palu dengan nilai P= 0,000 (P < 0,05).Responden yang memiliki pengetahuan rendah mempunyai resiko atau peluang 10,800 kali lebih besar untuk menderita penyakit DBD, dibandingkan dengan responden memiliki pengetahuan tinggi. 2. Ada hubungan yang signifikan antara pelaksanaan Pemberantasa Sarang Nyamuk (PSN) dengan penyakit DBD di Kelurahan Talise Kecamatan Palu Timur Kota Palu dengan nilai P= 0,000 (P < 0,05). Responden yang melaksanakan PSN kurang baik mempunyai resiko atau peluang

13,286 kali lebih besar untuk menderita penyakit DBD, dibandingkan dengan responden yang melaksanakan PSN dengan baik. SARAN 1. Kepada Kepala Puskesmas Talise disarankan agar dapat membuat kebijakan mengenai rutinitas kegiatan PSN yang dilaksanakan oleh masyarakat Kelurahan Talise. 2. Kepada Tenaga Kesehatanperlu meningkatkan kegiatan penyuluhan secara berkesinambungan terutama di Kelurahan Talise agar dapat lebih meningkatkan pemahaman masyarakat tentang DBD dan dapat mempraktikkan kegiatan PSN dengan baik. 3. Kepada institusi pendidikan disarankan agar penelitian ini dapat dijadikan referensii untuk pengembangan keilmuan di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Muhammadiyah. 4. Kepada peneliti selanjutnya disarankan agar dapat melakukan penelitian tentang penyakit DBD dengan variabel yang berbeda untuk pengembangan ilmu pengetahuan di bidang kesehatan masyarakat. DAFTAR PUSTAKA Abdullah. 2011. Profil Kesehatan Propinsi SultengTahun 2011, Palu. Anonim. 2011.Perkembangan Kasus Demam Berdarah di Indonesia.Jakartahttp://www.de pkes.go.id. Di unduh tanggal 08 februari 2012 Depkes RI 2005. Pencegahan dan Pemberantasan Demam Berdarah Dengue (DBD) di Indonesia, Jakarta. Kusumawati, 2007. Hubungan Faktor Perilaku dengan Kejadian Demam Berdarah Dengue(DBD) di Wilayah Kerja Puskesmas Boyolali. 2008.http://www.penyakitmenul ar.info/webpppl/def_menu.asp? menuldtype=0&subid=1.diund uh tanggal 26 Februari 2012 Notoatmodjo, S.2005.Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta, Jakarta Sukmawati, E.2010. Profil Kesehatan Kota Palu Tahun 2010, Palu. 16