BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. profil kondisi fisik siswa peserta ekstrakulikuler sepakbola di SMP Negeri 13

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODE PENELITIAN. teknik pengumpulan datanya menggunakan tes dan pengukuran, sehingga

BAB III METODE PENELITIAN. terhadap variabel mandiri tanpa membuat perbandingan atau menghubungkan

PROSEDUR PELAKSANAAN TES KONDISI FISIK DAN KETERAMPILAN BERMAIN SEPAKBOLA. Tujuan : Tes ini bertujuan untuk mengukur daya tahan aerobic seseorang

PROFIL KONDISI FISIK SISWA PESERTA EKSTRAKURIKULER SEPAKBOLA SMP NEGERI 13 YOGYAKARTA SKRIPSI

ANALISIS KONDISI FISIK PEMAIN SEPAK BOLA KLUB PERSEPU UPGRIS TAHUN 2016


Sehat &Bugar. Sehat. Sakit

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pandega wreksa 10 Jalan Kaliurang 5,6 Yogyakarta, latihan bertempat di

ARTIKEL SKRIPSI. Oleh : SUGENG SANTOSA

BAB I PENDAHULUAN. satu karakteristik permainan sepak bola yaitu menendang dan mengoper bola

SURVEI KONDISI FISIK PEMAIN PS. PUTRA SAKTI JOMBANG

PERSETUJUAN. Siswa Kelas Khusus Olahraga Sepakbola di Sekolah Menengah Pertama

BAB III METODE PENELITIAN

PROFIL KONDISI FISIK MAHASISWA PROGRAM STUDI ILMU KEOLAHRAGAAN TAHUN ANGKATAN 2014 UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

Tes Kebugaran Jasmani Indonesia (TKJI)

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum pembinaan olahraga di Indonesia diarahkan untuk

HUBUNGAN ANTARA POWER OTOT TUNGKAI DAN KELINCAHAN TERHADAP KEMAMPUAN MENGGIRING BOLA DALAM PERMAINAN SEPAK BOLA USIA TAHUN DI SSB DESA KETRO

BAB III METODE PENELITIAN. artinya penelitian yang bertujuan untuk mencari hubungan kausalita atau

TINGKAT KESEGARAN JASMANI PESERTA EKSTRAKURIKULER SEPAKBOLA DI MTS HASYIM ASY ARI PIYUNGAN TAHUN AJARAN 2016/2017

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metode dalam penelitian ini menggunakan komparatif. Menurut Ulber (2005)

BAB I PENDAHULUAN. aktivitas olahraga. Ada beberapa tujuan olahraga yang dibagi sesuai kebutuhannya,

PERBEDAAAN TINGKAT KEBUGARAN JASMANI PESERTA LATIH EKSTRAKURIKULER SEPAKBOLA DAN BOLABASKET DI SMPN 14 YOGYAKARTA.

BAB I PENDAHULUAN. kelompok. 1 kelompok terdiri dari 6 orang. voli merupakan kegiatan fisik

III. METODE PENELITIAN. variabel satu dengan variabel yang lain. Sedangkan menurut Soekidjo

ANALISIS TINGKAT KESEGARAN JASMANI MAHASISWA PROGRAM STUDI PENJASKESREK IKIP PGRI PONTIANAK

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan kita terus menerus dimanjakan dengan segala sesuatu yang otomatis. bersenyawa dengan hidup manusia (Depdiknas, 2007).

TINGKAT KEBUGARAN JASMANI SISWA EKSTRAKURIKULER BOLA VOLI SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 1 RASAU JAYA

LEMBAR KESEDIAAN DALAM PENELITIAN. Penelitian yang berjudul : Hubungan status gizi dengan tingkat kebugaran pada siswa kelas XI SMAN 1 Palimanan.

untuk mengetahui hubungan antara kelincahan dan kekuatan power tahun. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survai

DOKUMEN INSTRUMEN PENILAIAN UJIAN KETERAMPILAN

I. PENDAHULUAN. Untuk mencapai kinerja (Performance) yang lebih baik dari seorang pemain

BAB 1 PENDAHULUAN. dapat meningkatkan derajat kebugaran jasmani. Melalui olahraga diharapkan

BAB III METODE PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Pembangunan Surakarta pada tanggal April 2015 jam WIB selesai.

PROFIL KOBDISI FISIK PEMAIN EKSTRAKURIKULER BOLABASKET DI SMAN 2 PARE TAHUN 2014/2015 SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Permainan bola voli dalam perkembangan di zaman modern ini semakin

BAB II KAJIAN PUSTAKA. gabungan dari jalan, lari dan lompat serta unsur kekuatan, kecepatan,

THE EFFECT OF SKIPPING ROPE EXERCISE ON THE LEG MUSCLE POWER IN MEN S BASKETBALL PLAYERS EXTRACULICULAR SMA HANDAYANI

FORM RECALL MAKANAN 3X24 JAM (Untuk Mengukur Tingkat Konsumsi Makanan Atlet PSBL Langsa)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil penelitian yang didapat selanjutnya diolah dan digambarkan dalam

TES POWER VERTIKAL JUMP. Aris Fajar Pambudi FIK UNY

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. pelaksanan eksperimen pada pada kelompok siswa putri kelas VIII SMP N 3 Gorontalo yang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dari pretest dan postest. Data dalam penelitian ini berupa tes kesegaran

BAB III PROSEDUR PENELITIAN. mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu (Sugiyono, 2010:3). Metode

Tingkat Kesegaran Jasmani...(Said Erwan Susanto)1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. olahraga tidak akan datang dengan sendirinya, melainkan prestasi tertinggi hanya

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Gorontalo. Waktu penelitian selama 6 minggu, Treatmen atau perlakuanlatihan high

BAB I PENDAHULUAN. bergantung kepada faktor, kondisi,dan pengaruh-pengaruh dalam menuju sebuah

BAB III METODE PENELITIAN

TINGKAT KEBUGARAN JASMANI ANAK TUNAGRAHITA MAMPU DIDIK USIA TAHUN DI SLB NEGERI 1 BANTUL Oleh : Heige Ma shum Hidaya NIM ABSTRAK

I. PENDAHULUAN. mewujudkan tujuan yang akan dicapai. Oleh sebab itu, untuk mencapai tujuan

SURVEI PERBEDAAN TINGKAT KEBUGARAN JASMANI PADA PESERTA DIDIK KELAS VIII DI SMPN 4 LAMONGAN DAN SMPN 1 SOLOKURO LAMONGAN

BAB I PENDAHULUAN. tehnik dasar dalam bola voli yaitu ; servis, passing atas, passing bawah, smash,

Serambi Akademica, Vol. III, No. 2, November 2015 ISSN :

PROFIL KONDISI FISIK SISWA PUTRA KELAS XI SMA N 1 BERAU Fellyson Titting. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. Prinsip dasar permainan bola voli adalah untuk memenangkan. bola voli adalah memasukan bola ke daerah lawan untuk memperoleh

BAB III PROSEDUR PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap orang membutuhkan kesegaran jasmani yang baik agar dapat

TES PENGUKURAN KAPASITAS AEROBIK

HUBUNGAN POWER OTOT TUNGKAI DAN KECEPATAN LARI TERHADAP KCEPATAN TENDANGAN PENALTI JURNAL. Oleh SINGGIH PRADITO

Tes Awal Perlakuan Test Akhir X1 T X2

PERBANDINGAN PENGARUH LATIHAN ANTARA SINGLE LEG HOP DENGAN DOUBLE LEG HOP TERHADAP PENINGKATAN POWER OTOT TUNGKAI

BAB III METODE PENELITIAN

I Pt. Adi Gunawan*, I.A.Kd. Arisanthi Dewi **, Ngurah Adi Santika***

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh latihan Senam Ayo

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

ARTIKEL SURVEI TINGKAT KEBUGARAN JASMANI SISWA EKSTRAKURIKULER SEPAKBOLA DI SMP PGRI BESOWO KEPUNG TAHUN AJARAN 2017/2018

BAB III METODE PENELITIAN. adalah survei dengan teknik tes dan pengkuran.

TES KESEGARAN JASMANI INDONESIA (TKJI)

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

PENGARUH LATIHAN SKIPPING TERHADAP PENINGKATAN POWER OTOT TUNGKAI JURNAL. Oleh RULIYADI S

Yan Indra Siregar. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. mother of sport. Semua negara di dunia memasukkan atletik sebagai cabang

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan dan olahraga, mulai dari pemilihan calon atlet sampai pada metode latihan

Latihan Kekuatan Otot Tubuh Bagian Atas

BAB I PENDAHULUAN. Untuk mencapai prestasi yang maksimal, banyak. Harsono (2000:4) mengemukakan bahwa: Apabila kondisi fisik atlet dalam

BAB I PENDAHULUAN. tersebut diwajibkan oleh pihak sekolah. Untuk memberikan kegitan tambahan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Olahraga merupakan aktivitas yang sangat penting untuk mempertahankan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

THE DIFFERENCE OF CARDIORESPIRATORY ENDURANCE LEVEL BETWEEN STRIKERS AND DEFENDERS OF FOOTBALL EXTRACURRICULAR AT SMA NEGERI 1 KOTA MUNGKID

BAB I PENDAHULUAN. Keolahragaan (FIK) Universitas Negeri Medan (UNIMED). Atletik juga

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan penjelasan ketentuan umum undang-undang. keolahragaan No. 5 tahun 2005 tentang sistem keolahragaan, yaitu:

BAB 1 PENDAHULUAN. Sepak bola adalah salah satu olahraga yang sangat popular di dunia. Di

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, mulai dari kalangan anak-anak sampai orang dewasa, baik oleh

III. METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah analitik komparatif dengan teknik

TINGKAT KETERAMPILAN BERMAIN BOLA BASKET PESERTA EKSTRAKURIKULER BOLA BASKET PUTRA SMA NEGERI 1 COMAL KABUPATEN PEMALANG TAHUN PELAJARAN 2016/2017

PERBEDAAN NILAI KAPASITAS VO 2 MAKSIMUM PADA ATLIT SEPAK BOLA DENGAN FUTSAL DI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. salah satunya adalah atletik. Menurut Yoyo Bahagia (2000:7) Atletik merupakan cabang

HUBUNGAN DAYA LEDAK TUNGKAI DAN PANJANG TUNGKAI TERHADAP HASIL TENDANGAN JARAK JAUH. Jurnal. Oleh YOGA HARLIS SIDIAWAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan selama 2 bulan dengan 22 kali pertemuan, setiap minggu

BAB I PENDAHULUAN. kebugaran jasmani, keterampilan gerak, keterampilan berpikir kritis,

BAB I PENDAHULUAN. Untuk mencapai prestasi terhadap kemampuan hasil passingbola yang benar

III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. memperbaiki potensi fisik, mengurangi pemberian obat-obatan, memperbaiki

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Aditia Bahrul Ilmy, 2014

SURVEY KEMAMPUAN MOTORIK SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR MUHAMMADIYAH SE-KECAMATAN TAMAN SIDOARJO TAHUN AJARAN DIDIK CAHYO WICAKSONO ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada mulanya olahraga hanya dimanfaatkan untuk sekedar

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS. teknik-teknik dasar dan teknik-teknik lanjutan untuk bermain bola voli secara

Transkripsi:

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Data Hasil Penelitian Pada bab ini akan dipaparkan hasil dari penelitian yang membahas tentang profil kondisi fisik siswa peserta ekstrakulikuler sepakbola di SMP Negeri 13 Yogyakarta. Data untuk menilai profil kondisi fisik diukur dengan empat penilaian yaitu multistage fitness test, vertical jump, lari 30 meter dan Illinois agility test. Analisis data yang digunakan adalah deskriptif statistik. Deskriptif statistik data dilakukan untuk mendeskripsikan informasi mengenai jawaban responden terhadap variabel penelitian. Hasil dari pengumpulan data dipaparkan sebagai berikut. 1. Data Multistage fitness test Multistage fitness test merupakan tes untuk mengukur tingkat kebugaran seseorang. Berikut ini hasil pengukuran data multistage fitness test yang disajikan pada tabel 13. Tabel 13. Data hasil pengukuran multistage fitness test No Tingkat Balikan Prediksi 1 9 4 44,5 2 11 12 53,9 3 10 10 49,9 4 12 8 56 5 13 9 59,55 6 14 7 62,45 7 9 4 44,5 8 10 9 49,6 9 13 10 59,8 10 12 3 54,55 11 13 2 57,6 12 12 5 55,1 13 11 2 50,8 14 11 1 50,5 15 10 1 47,1 16 12 5 55,1 17 8 6 41,8 18 11 4 51,4 19 13 6 58,7 20 12 11 57,1 21 9 4 44,5 22 12 12 57,26 23 9 2 43,9 64

Data kasar dari hasil pengukuran multistage fitness test terdiri dari tingatan dan balikan. Dari data tingkatan dan balikan tersebut kemudian diperoleh pengukuran prediksi dari multistage fitness test yang biasa disebut dengan nilai prediksi VO2Mix. Hasil dari perolehan prediksi VO2mix tersebut kemudian dianalisis nilai maksimum, minimum, rata-rata dan standar deviasinya. Nilai prediksi VO2Mix inilah yang akan dibuat T skor. Tabel 14. Deskripsi Statistik Data Prediksi VO2Mix Deskriptis Statistik Minimum 41,8 Maksimum 62,45 Rata-rata 52,42 Standar deviasi 5,93 Multistage fitness test dari 23 siswa tercatat memiliki nilai minimum 41,8 dengan nilai maksimum 62,45. Nilai rata-rata yang diperoleh dari tes multistage fitness ini adalah 52,42 dengan nilai standar deviasi sebesar 5,93. Selain informasi mengenai statistic deskriptif dari data prediksi uji multistage fitness dapat pula diketahui pengelompokan kategorisasi dari data tersebut. Rentang dari kategorisasi data multistage fitness test ini bersumber pada Brianmact Sport Coach diakses tanggal 12 Desember 2013. Berikut ini hasil perhitungan kategorisasi data multistage fitness test yang berasal dari data kasar tabel 13. 65

Tabel 15. Kategori Pada Pengukuran Multistage Fitness Test No Rentang Kategori f % 1 >50,9 Sangat baik 11 48% 2 45,2-50,9 Baik 4 17% 3 38,4-45,1 Cukup 5 22% 4 35,0-38,3 Kurang 2 9% 5 <35,0 Sangat kurang 1 4% Jumlah 23 100% Berdasarkan norma multistage fitness test terdiri dari lima kategori. Hasil pengukuran diketahui bahwa terdapat siswa dengan nilai multistage fitness dengan kategori sangat baik sebanyak 6 siswa (26%). Namun masih terdapat pula siswa dengan penilaian multistage fitness dalam kategori sangat kurang yaitu sebanyak 1 siswa (4%). Pada pengukuran multistage fitness test diketahui dari 23 siswa terlihat bahwa semua kategori ada pada diri siswa. Dari kategori sangat baik sampai dengan kategori sangat kurang. Dari hasil ini maka dapat dikatakan bahwa siswa memiliki tingkat kebugaran siswa SMP Negeri 13 Yogyakarta yang mengikuti ekstrakulikuler sepakbola berbeda-beda. Berikut ini ditampilkan pula dalam bentuk diagram batang. 50% 40% 30% 20% 10% 0% 4% Sangat kurang Multistage Fitness Test 48% 22% 17% 9% Kurang Cukup Baik Sangat baik Gambar 5. Diagram Batang Multistage Fitness Test 66

Secara visual terlihat bahwa tingkat kebugaran siswa SMP Nnegeri 13 Yogyakarta yang mengikuti ekstrakulikuler sepakbola menyebar dari sangat baik sampai dengan sangat kurang. Hanya ada 26% siswa yang memiliki kebugaran yang sangat baik, sedangkan masih ada 9% siswa yang masih kurang bahkan ada 4% yang memiliki kebugaran sangat kurang. Untuk itu dapat dikatakan bahwa masih kurang maksimalnya pelatih dalam memberikan pelatihan kebugaran sehingga masih terdapat siswa yang sangat kurang dalam hal kebugaran tubuh. Sedangkan untuk dapat bermain sepakbola dengan baik perlu adanya kebugaran tubuh yang bagus. 2. Data Vertical jump Vertical jump merupakan tes untuk mengukur kekuatan otot kaki dan kekuatan ledak. Berikut ini data hasil pengukuran vertical jump dari 23 siswa. Tabel 16. Data Hasil Pengukuran Vertical Jump No Tinggi Raihan Loncatan 1 Loncatan 2 Loncatan Terbaik Selisih Loncatan 1 229 257 262 262 33 2 257 263 262 263 6 3 210 256 256 256 46 4 200 241 241 241 41 5 207 256 255 256 49 6 212 252 250 252 40 7 206 249 250 250 44 8 199 235 236 236 37 9 206 247 255 255 49 10 191 226 225 226 35 11 216 270 275 275 59 12 215 267 265 267 52 13 215 256 258 258 43 14 200 246 248 248 48 15 202 243 239 243 41 16 203 242 244 244 41 17 200 237 238 238 38 18 195 230 232 232 37 19 203 265 269 269 66 67

No Tinggi Raihan Loncatan 1 Loncatan 2 Loncatan Terbaik Selisih Loncatan 20 201 250 245 250 49 21 221 267 268 268 47 22 216 261 261 261 45 23 187 230 230 230 43 Data hasil pengukuran dari vertical jump berupa satuan centimeter. Awalnya peserta diukur terlebih dahulu tinggi raihan. Kemudian peserta melakukan loncatan dua kali. Loncatan terbaik adalah loncatan yang tertinggi. Setelah dipilih salah satu loncatan terbaik kemudian dilakukan pengurangan antara loncatan terbaik dengan tinggi raihan. Selisih loncatan inilah yang nantinya akan dibuat T skor. Tabel 17. Deskripsi Statistik Data Vertical Jump Deskriptis Statistik Minimum 6 Maksimum 66 Rata-rata 43 Standar deviasi 11,03 Untuk tes vertical jump nilai minimum yang diperoleh dari 23 siswa adalah 6 cm dan nilai maksimum 66 cm dengan nilai rata-rata 43 cm. Nilai standar deviasi sebesar 11,03. Selain informasi mengenai statistic deskriptif dari data tes vertical jump dapat pula diketahui pengelompokan kategorisasi dari data tersebut. Rentang dari kategorisasi data tes vertical jump ini bersumber pada buku Perkembangan Olahraga Terkini, (2003) Jakarta. Berikut ini hasil perhitungan kategorisasi data tes vertical jump yang berasal dari data kasar tabel 18. 68

Tabel 18. Kategori Pada Pengukuran Vertical Jump No Rentang Kategori f % 1 >92 Sangat baik 0 0% 2 78-91 Baik 0 0% 3 65-77 Cukup 0 0% 4 52-64 Kurang 3 13% 5 <51 Sangat kurang 20 87% Jumlah 23 100% Dalam pengukuran vertical jump yang disajikan dalam bentuk kategori berdasarkan norma kategorisasi vertical jump diketahui hanya ada 2 kategori yang ada pada hasil pengukuran yaitu kurang dan sangat kurang. Mayoritas berdasarkan pengukuran siswa masuk ke dalam kategori sangat kurang dalam tes vertical jump. Sebanyak 20 siswa (87%) siswa masuk dalam kategori sangat kurang dalam vertical jump dan sisanya sebanyak 3 siswa (13%) masuk dalam kategori kurang. Hasil analisis ditampilkan pula dalam bentuk diagram batang berikut ini. 100% 80% 60% 40% 20% 0% 87% Sangat kurang Vertical Jump 13% 0% 0% 0% Kurang Cukup Baik Sangat baik Gambar 6. Diagram Batang Vertical Jump 69

Pada diagram di atas terlihat bahwa tidak ada siswa yang memiliki penilaian dalam kategori sangat baik bahkan kategori baik dalam tes vertical jump. Hal ini menunjukkan bahwa masih kurangnya latihan kekuatan otot kaki dan kekuatan ledak pada siswa SMP Negeri 13 Yogyakarta yang mengikuti ekstrakulikuler sepakbola. Kurangnya latihan kekuatan otot kaki ini mengakibatkan kekuatan dalam bermain sepakbola menjadi kurang optimal. Namun hal ini dapat pula dikarenakan siswa kurang melakukan gerakan melompat seperti halnya permainan bolabasket. Masih perlunya pelatihan kekuatan otot kaki dan ledak agar siswa menjadi lebih kuat kakinya saat bermain sepakbola. 3. Data Lari 30 meter Pengukuran selanjutnya adalah lari 30 meter yang dilakukan dua kali kemudian diambil waktu yang terbaik. Berikut ini hasil pengukuran dari lari 30 meter yang disajikan pada tabel 19. Tabel 19. Data Hasil Pengukuran Lari 30 meter No Lari 1 Lari 2 Lari Terbaik 1 5,17 5,14 5,14 2 4,9 4,69 4,69 3 4,79 4,85 4,79 4 5,09 4,84 4,84 5 4,36 4,42 4,36 6 4,18 4,59 4,18 7 5,28 5,14 5,14 8 5,13 4,84 4,84 9 4,48 4,16 4,16 10 5,09 4,82 4,82 11 3,45 4,03 3,45 12 4,18 4,11 4,11 No Lari 1 Lari 2 Lari Terbaik 13 4,58 4,58 4,58 14 4,57 4,5 4,5 15 4,58 4,6 4,58 16 5,23 4,44 4,44 17 4,57 4,57 4,57 18 5,13 4,84 4,84 19 4,19 4,03 4,03 20 4,48 4,05 4,05 21 4,21 4,37 4,37 22 5,08 4,39 4,39 23 5,14 5,08 5,08 70

Hasil pengukuran dari lari 30 meter ini diambil dua kali pengukuran. Hal ini untuk memperoleh waktu lari terbaik. Waktu lari terbaik merupakan waktu yang lebih kecil. Setelah diperoleh waktu terbaik kemudian data ini digunakan untuk menghitung T skor. Untuk mengukur T skor memerlukan informasi mengenai statistic deskriptif data. Berikut ini statistic deskriptif data terbaik dari lari 30 meter. Tabel 20. Deskripsi Statistik Data Lari 30 meter Deskriptis Statistik Minimum 3,45 Maksimum 5,14 Rata-rata 4,52 Standar deviasi 0,41 Pada tes lari 30 meter diketahui nilai minimum sebesar 3.45 menit nilai maksimum 5.14 menit dengan nilai rata-rata 4.52 menit. Standar deviasi dari data tersebut 0,41 menit. Selain informasi mengenai statistic deskriptif dari data tes lari 30 meter dapat pula diketahui pengelompokan kategorisasi dari data tersebut. Rentang dari kategorisasi data tes lari 30 meter ini bersumber pada buku Perkembangan Olahraga Terkini, (2003) Jakarta. Berikut ini hasil perhitungan kategorisasi data tes vertical jump yang berasal dari data kasar tabel 22. Tabel 21. Kategori Pada Pengukuran Lari 30 Meter No Rentang Kategori f % 1 3,58-3,91 Sangat baik 1 4% 2 3,92-4,34 Baik 5 22% 3 4,35-4,72 Cukup 9 39% 4 4,73-5,11 Kurang 6 26% 5 5,12-5,50 Sangat kurang 2 9% Jumlah 23 100% 71

Tes selanjutnya adalah lari 30 meter. Pengukuran kondisi fisik ini menyatakan bahwa terdapat 9 siswa (39%) merupakan kondisi fisik terbanyak yang dimiliki oleh siswa. Namun demikian masih terdapat 2 siswa (9%) yang masuk dalam kategori sangat kurang. Tetapi ada satu siswa (4%) yang masuk dalam kategori sangat baik. Berikut ini disajikan dalam bentuk diagram batang. 45% 40% 35% 30% 25% 20% 15% 10% 5% 0% 9% Sangat kurang Lari 30 Meter 39% 26% 22% 4% Kurang Cukup Baik Sangat baik Gambar 7. Diagram Batang Lari 30 Meter Lari 30 meter yang dilakukan oleh siswa SMP Negeri 13 Yogyakarta yang mengikuti ekstrakulikuler sepakbola ini menunjukkan bahwa rata-rata kekuatan lari peserta ekstrakulikuler sepakbola siswa SMP Negeri 13 Yogyakarta masih tergolong cukup. Meskipun terdapat 4% siswa dengan kekuatan lari 30 meter masuk dalam kategori sangat baik namun masih terdapat 9% siswa yang sangat kurang dalam penilaian lari 30 meter. Untuk itu perlu adanya latihan yang lebih giat agar siswa memiliki kemampuan lari 30 meter yang baik. 72

4. Data Illinois Agilility Test Illinois agilility test adalah salah satu tes yang mengukur kelincahan dengan cara berlari membentuk pola. Berikut ini hasil dari pengukuran Illinois agilility test yang disajikan pada tabel 22. Tabel 22. Hasil Pengukuran Illinois Agilility Test No Tes 1 Tes 2 Tes Terbaik 1 15,62 13,97 13,97 2 15,03 15,5 15,03 3 15 15,03 15 4 15,06 14,63 14,63 5 14,65 14,1 14,1 6 14,78 14,6 14,6 7 15,18 15,5 15,18 8 15,09 15,25 15,09 9 15,41 14,29 14,29 10 15,34 14,69 14,69 11 13,59 13,68 13,59 12 15,75 13,93 13,93 No Tes 1 Tes 2 Tes Terbaik 13 15,72 14,34 14,34 14 15,84 14,72 14,72 15 15,4 15,37 15,37 16 14,78 14,78 14,78 17 16,62 15,12 15,12 18 14,93 15 14,93 19 13,48 13,5 13,48 20 14,84 14,63 14,63 21 15,78 14,88 14,88 22 14.15 14.56 14.15 23 14,85 15,06 14,85 Seperti pada pengukuran lainnya, untuk pengukuran illinois agilility test juga dilakukan pengukuran dua kali. Dari pengukuran dua kali ini dipilihlah salah satu pengukuran yang terbaik. Pengukuran yang terbaik adalah pengukuran yang memiliki nilai terkecil. Hasil dari pengukuran terbaik inilah yang nantinya akan dijadikan T skor. Berikut ini ditampilkan statistic deskripsi data pengukuran dari illinois agilility test yang disajikan pada tabel 23. Tabel 23. Deskripsi Statistik Data Illinois Agilility Test Deskriptis Statistik Minimum 13,48 Maksimum 15,37 Rata-rata 14,58 Standar deviasi 0,51 73

Untuk tes kelincahan diketahui nilai minimumnya adalah 13,48 detik, nilai maksimumnya 15,37 detik dengan nilai rata-rata 14,58 detik. Nilai standar deviasi dari tes kelincahan ini sebesar 0.51. Selain informasi mengenai statistic deskriptif dari data tes kelincahan dapat pula diketahui pengelompokan kategorisasi dari data tersebut. Rentang dari kategorisasi data tes kelincahan ini bersumber pada buku Perkembangan Olahraga Terkini, (2003) Jakarta. Berikut ini hasil perhitungan kategorisasi data tes vertical jump yang berasal dari data kasar tabel 24. Tabel 24. Kategori Pada Pengukuran Illinois Agilility Test No Rentang Kategori f % 1 <15,2 Sangat baik 22 96% 2 15,2 16,1 Baik 1 4% 3 16,2 18,1 Cukup 0 0% 4 18,2 19,3 Kurang 0 0% 5 >19,3 Sangat kurang 0 0% Jumlah 23 100% Tes yang terakhir adalah Illinois Agilility Test. Tes ini bertujuan untuk mengetahui kelincahan seseorang. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa terdapat 22 siswa (96%) memiliki kelincahan yang sangat baik. Sedangkan sisanya hanya ada satu siswa (4%) yang memiliki kelincahan dalam kategori baik. Tidak terdapat siswa yang tercatat memiliki kategori cukup maupun kurang dan sangat kurang. Berikut ini disajikan pula hasil analisis dalam bentuk diagram batang. 74

100% 80% 60% 40% Illinois Agilility Test 96% 20% 0% 0% 0% 0% Sangat kurang 4% Kurang Cukup Baik Sangat baik Gambar 8. Diagram Batang Illinois Agilility Test Hasil uji kelincahan pada 23 siswa yang mengikuti ekstrakulikuler sepakbola di SMP Negeri 13 Yogyakarta terlihat sebagian besar masuk dalam kategori sangat baik. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa sebesar 96% kelincahan siswa masuk dalam kategori sangat baik dan sisanya 4% masuk dalam kategori baik. Tidak terdapat siswa yang memiliki kelincahan cukup, kurang, maupun sangat kurang. 5. Hasil Profil Kondisi Fisik Penelitian Dari keempat jenis tes yang menguji kondisi fisik siswa maka dapat dihitung pula bagaimana profil kondisi fisik secara keseluruhan. Oleh karena satuan pada masing-masing jenis tes ada yang berbeda maka dilakukan kesetaraan skor dengan menggunakan rumus T skor yang telah dipaparkan di bab 3. Keempat jenis tes yang hasilnya telah dikonvensi ke T skor kemudian dijumlahkan. Berikut ini merupakan hasil perhitungan nilai T skor yang ditampilkan pada tabel 11. 75

Tabel 25. Hasil Perhitungan T Skor T skor T skor T skor multistage No Vertical lari 30 fitness Jump meter test T skor Illinois Agilility Test Total T skor 1 63,34 40,94 34,83 61,87 200,98 2 47,5 16,48 45,83 41,26 151,07 3 54,24 52,72 43,39 41,84 192,19 4 43,96 48,19 42,17 49,04 183,36 5 37,98 55,44 53,9 59,34 206,66 6 33,1 47,28 58,3 49,62 188,3 7 63,34 50,91 34,83 38,34 187,42 8 54,75 44,56 42,17 40,09 181,57 9 37,56 55,44 58,79 55,65 207,44 10 46,41 42,75 42,66 47,87 179,69 11 41,27 64,5 76,14 69,26 251,17 12 45,48 58,15 60,01 62,65 226,29 13 52,73 50 48,52 54,68 205,93 14 53,23 54,53 50,48 47,29 205,53 15 58,96 48,19 48,52 34,65 190,32 16 45,48 48,19 51,94 46,12 191,73 17 67.89 45.47 48.77 39.51 201.64 18 51,71 44,56 42,17 43,2 181,64 19 39,41 70,84 61,97 71,4 243,62 20 42,11 55,44 61,48 49,04 208,07 21 63,34 53,62 53,66 44,18 214,8 22 41,84 51,81 53,17 58,37 205,19 23 64,35 50,00 36,30 44,76 195,41 Nilai total dari T skor tersebut menjadi dasar dalam perhitungan kategori tes profil kondisi fisik. Rumus kategori tes profil kondisi fisik yang digunakan didalam penelitian ini adalah rumus kategori lima berdasarkan Anas yang telah dipaparkan pada bab 3. Nilai rata-rata pada total T skor adalah 200 dan nilai standar deviasi pada total T skor adalah 21.31. kemudian nilai rata-rata dan 76

standar deviasi ini dimasukkan pada rumus kategori lima. Berikut ini diperoleh rentang skor dan hasil kategori pada tes profil kondisi fisik. Tabel 26. Kategori Pada Pengukuran Tes Profil Kondisi Fisik No Rentang Kategori f % 1 >231,97 Sangat baik 2 9% 2 210,67 231,97 Baik 2 9% 3 189,35 210,66 Cukup 12 52% 4 168,04 189,34 Kurang 6 26% 5 <168,02 Sangat kurang 1 4% Jumlah 23 100% Hasil dari perhitungan menggunakan rumus kategori lima diketahui bahwa profil kondisi fisik siswa peserta ekstrakurikuler sepakbola di SMP Negeri 13 Yogyakarta ini mayoritas memiliki kondisi fisik yang cukup yaitu sebanyak 12 siswa dengan kondisi fisik dalam kategori cukup. Meskipun ada sebanyak 2 siswa dengan kategori sangat baik, namun masih terdapat 1 siswa dengan kondisi fisik yang sangat kurang. Analisis juga ditampilkan dalam bentuk diagram batang berikut ini: 60% 50% Tes Profil Kondisi Fisik 52% 40% 30% 20% 10% 0% 4% Sangat kurang 26% 9% 9% Kurang Cukup Baik Sangat baik Gambar 9. Diagram Batang Profil Kondisi Fisik 77

Diagram batang dari profil kondisi fisik secara visual terlihat bahwa siswa peserta ekstrakurikuler sepakbola di SMP Negeri 13 Yogyakarta merata ada yang memiliki kondisi fisik yang sangat baik, baik, cukup, kurang hingga sangat kurang. Tercatat ada 52% siswa dengan kondisi fisik yang cukup, 9% dengan kondisi fisik yang sangat baik dan baik. Namun demikian masih terdapat 26% siswa dengan kondisi fisik yang kurang bahkan ada 4% yang sangat kurang. Oleh karena itu perlu upaya dari pelatih untuk dapat meningkatkan kondisi fisik siswa peserta ekstrakurikuler sepakbola di SMP Negeri 13 Yogyakarta agar memiliki tubuh yang prima dan optimal. B. Pembahasan Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa profil kondisi fisik siswa peserta ekstrakurikuler sepakbola SMP Negeri 13 Yogyakarta mayoritas masuk dalam kategori cukup yaitu sebesar 52%. Siswa yang mempunyai kondisi fisik yang optimal hanya ada 9% yaitu masuk kategori sangat baik dan baik. Hanya saja yang menjadi perhatian adalah kondisi fisik peserta yang masih dalam kategori kurang dan sangat kurang. Ada sebanyak 26% siswa yang memiliki kondisi fisik kurang dan 4% yang masuk dalam kondisi sangat kurang. Kondisi fisik dapat diukur dengan berbagai macam jenis, namun di dalam penelitian ini hanya menggunakan 4 jenis tes yaitu multistage fitnee, vertical jump, lari 30 meter, dan Illinois agilility. Keempat jenis tes ini menjadi ukuran dalam menentukan profil kondisi fisik. 78

Multistage fitnee test mengukur mengenai kebugaran seseorang. Kebugaran peserta ekstrakurikuler di dalam penelitian ini rata-rata masuk dalam kategori sangat baik sebanyak 26% siswa memiliki kategori sangat baik dalam hal kebugaran. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar siswa memiliki kebugaran yang sangat baik. Meskipun masih terdapat 9% dengan kebugaran yang kurang dan 4% memiliki kebugaran yang sangat kurang. Kebugaran ini masih terus ditingkatkan sebab masih terdapatnya siswa dengan kebugaran yang masih kurang. Untuk dapat meningkatkan kebugaran tubuh dapat membiasakan diri dengan berolahraga rutin setiap hari seperti jogging, berenang, bersepeda dan lain-lain. Kebugaran ini perlu untuk dimiliki oleh pemain sepakbola mengingat permainan sepakbola membutuhkan fisik yang kuat. Jenis tes selanjutnya adalah vertical jump atau loncat tegak. Tes ini bertujuan untuk mengetahui kekuatan otot kaki. Kekuatan otot kaki ini perlu dimiliki oleh pemain sepakbola sebab untuk dapat lari dengan baik perlu kekuatan otot kaki yang baik. Dari hasil perhitungan pada masing-masing kategori terlihat pada tes vertical jump siswa peserta ekstrakurikuler sepakbola masih kurang. Tidak ada siswa yang memiliki penilaian vertical jump yang masuk dalam kategori sangat baik, baik dan cukup. Justru mayoritas siswa masuk dalam kategori sangat kurang 87% dan sisanya 13%. Hal ini dapat dikarenakan para peserta ekstrakurikuler sepakbola kurang memiliki ketrampilan dalam melakukan lompat tegak. Lompat tegak ini berfungsi untuk menguatkan otot kaki. Meskipun pemain sepakbola tidak melakukan lompatan 79

saat bermain seperti layaknya permainan bolabasket, akan tetapi kekuatan otot sangat diperlukan untuk dapat berlari dengan kencang. Jika pada tes lompat tegak menjadi salah satu kekurangan siswa dalam menjalani tes kekuatan otot kaki namun pada tes lari 30 meter dapat menjadi uji kekuatan otot kaki. Kecepatan kaki dalam melakukan lari 30 meter terlihat lebih baik. Hal ini dikarenakan siswa lebih sering dalam melakukan lari dari pada lonvat tegak. Ada sebanyak 39% siswa masuk dalam kategori cukup baik dalam melakukan lari. Namun nilai ini belum optimal dimana seorang pemain sepakbola seharusnya memiliki kemampuan lari yang baik bahkan sangat baik. Tes selanjutnya adalah uji kelincahan. Dalam permainan sepakbola perlu adanya kelincahan. Hal ini diperlukan untuk dapat bermain dengan optimal. Sepertinya peserta ekstrakurikuler telah memiliki kelincahan yang baik. Terbukti dari hasil perhitungan tes kelincahan mayoritas masuk dalam kategori sangat baik. Sedangkan sisanya masuk dalam kategori baik. Tidak adanya siswa yang masuk dalam kategori kelincahan cukup, kurang dan sangat kurang menunjukkan bahwa siswa telah memiliki kelincahan yang optimal. Kondisi fisik pemain sepakbola turut andil dalam menentukan baik tidaknya suatu permainan. Permainan sepakbola yang bagus tentunya tidak terlepas pula dari bagusnya kondisi fisik para pemainnya. Hal ini sesuai dengan pengertian kondisi fisik yang diungkapkan oleh Harsono (2001) yang menyatakan bahwa kondisi fisik adalah kemampuan fungsional dari organ tubuh agar dapat melakukan aktifitas fisik secara maksimal. Artinya jika 80

kondisi fisik yang dimiliki oleh pemain optimal maka permainan yang dilakukan pun akan berjalan dengan optimal dengan hasil yang memuaskan. Kondisi fisik umum merupakan kemampuan dasar untuk mengembangkan kemampuan prestasi tubuh yang menurut Martin dalam Syafruddin (1999) terdiri dari komponen kekuatan, kecepatan, daya tahan dan kelenturan. Oleh karena itu perhitungan mengenai kondisi fisik pada pemain perlu dilakukan untuk mengetahui bagaimana kekuatan otot, kecepatan berlari, kebugaran dan kelincahan pemain. Latihan fisik yang tepat sangat mempengaruhi tingkat penampilan seseorang pemain sepakbola. Untuk mendukung kemampuan lainnya, seorang pemain dapat tampil baik dan prima bila mempunyai kondisi fisik yang baik. Kondisi fisik yang baik hanya dapat dicapai bila pemain melakukan latihan secara benar dan pembebanan secara tepat selama proses latihannya. Bouchard, Claude, et.al. (1992) yang dikutip oleh Herwin, 2006: 78) mengungkapkan bahwa melalui latihan kondisi fisik, hasil yang dapat diperoleh oleh pemain adalah sistem pengaturan kalori, pengaturan berat tubuh, pengaturan tingkat stress (tekanan), interaksi sosial, penurunan resiko cedera atau gangguan kesehatan, pencapaian imajinasi diri, dan perasaan yang baik. Untuk dapat mengoptimalkan kondisi fisik siswa peserta ekstrakurikuler sepakbola maka pelatih dapat memberikan latihan tambahan sebelum berlatih dalam bermain sepakbola. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan kondisi fisik siswa sehingga dapat bermain sepakbola dengan optimal. 81