BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap akhir periode, manajemen perusahaan wajib menerbitkan laporan keuangan. Laporan keuangan yang dibuat diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai kinerja perusahaan atas sumber daya yang dipercayakan dalam aktivitas operasional perusahaan yang dikelola. Laporan keuangan merupakan salah satu bentuk pertanggung jawaban dalam penyampaian informasi keuangan suatu perusahaan kepada pihak internal maupun pihak eksternal sebagai dasar pengambilan keputusan ekonomi. Kredibilitas dan keandalan laporan keuangan inilah yang dapat mendorong pentingnya peran jasa pihak ketiga yaitu auditor independen yang dapat memberikan keyakinan bahwa laporan keuangan yang disajikan manajemen perusahaan bebas dari salah saji material, baik yang disebabkan oleh kekeliruan atau kecurangan dan telah sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum. Independensi auditor yang memiliki kredibilidas dapat dinilai mampu dalam mendeteksi adanya kesalahhan penyajian yang material, dapat memberikan nasihat kepada perusahaan klien demi kelangsungan usahanya serta menghasilkan informasi yang akurat (Budi et. al., 2015). Independensi auditor adalah kunci utama profesi auditor dalam menilai kewajaran suatu laporan keuangan (Adityawati dan Januarti, 2011). Peran auditor independen menjadi sangat 1
2 penting, seiring meningkatnya kebutuhan atas jasa audit sehingga berpengaruh terhadap perkembangan profesi akuntan publik di Indonesia. Meningkatnya kebutuhan atas jasa audit ini mengakibatkan bertambahnya jumlah Kantor Akuntan Publik (KAP) yang beroperasi, sehingga dapat menimbulkan persaingan antara masing-masing kantor akuntan publik. Setiap Kantor Akuntan Publik memiliki kualitas yang berbeda sehingga perusahaan akan cenderung memilih akuntan publik yang baik dengan kesepakatan metode akuntansi yang dipilih. Hal tersebut merupakan salah satu kemungkinan perusahaan akan berpindah kantor akuntan publik. Perpindahan Kantor Akuntan Publik di Indonesia didukung pemerintah yang mengatur kewajiban pergantian KAP tersebut dengan dikeluarkanya Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 17/PMK.01/2008 tentang Jasa Akuntan Publik. Pemberian jasa audit umum atas laporan keuangan dari suatu entitas dapat dilakukan oleh KAP paling lama 6 tahun buku berturutturut untuk pergantian KAP. Akuntan publik dan KAP dapat menerima kembali penugasan setelah 1 (satu) tahun buku tidak memberikan jasa audit kepada klien. PP Nomor 20 Tahun 2015 tidak diatur batasan paling lama periode perikatan audit atas laporan keuangan historis antara perusahaan dengan KAP. Hal ini berarti sebuah entitas dapat melakukan perikatan audit atas laporan keuangan historis dengan KAP yang sama tanpa batas waktu yang ditentukan, dengan catatan setiap paling lama 5 (lima) tahun buku berturut-turut KAP harus mengganti Akuntan Publik dan Akuntan Publik Terasosiasi yang melakukan audit
3 atas laporan keuangan historis pada perusahaan tersebut. Namun, dengan adanya PP Nomor 20 Tahun 2015 akan menimbulkan hubungan yang lama antara auditor dengan klien, hal tersebut diyakini akan membawa konsekuensi ketergantungan yang tinggi atau ikatan ekonomi yang kuat terhadap klien. Giri (2010) dalam Januarti dan Wijayani (2011) ketentuan pergantian KAP dan auditor secara wajib (mandatory) yang dilandasi peraturan dan alasan teoritis bahwa penerapan pergantian auditor secara wajib diharapkan akan meningkatkan independensi auditor baik secara penampilan maupun fakta. Dengan adanya pergantian auditor, keyakinan pemilik dan investor atas laporan keuangan yang diaudit dapat berkurang, jika mereka menganggap bahwa pergantian auditor sebagai konotasi negatif dan karena masalah independensi auditor (Woo dan Koh, 2001). Pergantian auditor ini berawal dari timbulnya kasus terkait dengan pelanggaran etika profesi akuntansi pada KAP Arthur Anderson di Amerika Serikat tahun 2001. KAP Arthur Aderson dinilai gagal sebagai auditor yang mengaudit laporan keuangan Enron, juga sebagai konsultan manajemen Enron. Karena, KAP Arthur Anderson membantu memanipulasi keuangan tingkat tinggi terhadap kliennya Enron. Reputasi KAP Arthur Anderson runtuh, yang mulanya termasuk dalam golongan KAP big five akibat tidak dapat mempertahankan independensinya. Kasus tersebut melahirkan The Sarbanes-Oxley Act (SOX) pada tahun 2002.
4 Di Indonesia, kasus mengenai kecurangan akuntansi terkait dengan independensi auditor terjadi pada saat PT Telkom terlambat menyerahkan laporan keuangan karena adanya pergantian auditor sehingga proses audit harus diulang kembali. Pada 2002, PT Telkom menggunakan jasa Kantor Akuntan Publik (KAP) Edy Priyatno. Namun, laporan audit itu di tolak Security and Exchange Commision atau Pengawas Pasar Modal Amerika Serikat. Sebab, KAP Eddy Priyatno tidak berafiliasi dengan KAP internasional. Karena kasus itulah PT Telkom beralih menyerahkan laporan keuangan 2003 ke KAP Hadi Sutanto & Rekan yang berafiliasi dengan Pricewaterhouse Coopers (PWC). Namun, belum lama ini Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) menjatuhkan denda kepada KAP yang berafiliasi dengan Pricewaterhouse Coopers (PWC) itu sebesar Rp 20 miliar. Denda ini dijatuhkan karena kantor akuntan publik itu terbukti bersalah dan mengakibatkan rusaknya kualitas audit KAP Eddy Prianto atas laporan keuangan konsolidasi PT Telkomunikasi Indonesia tahun buku 2002. Selain itu, kasus yang sama terjadi pada PT. Inovisi Infracom Tbk. (INVS) mengganti KAP dimana sebelumnya Inovisi memakai KAP Jamaludin, Ardi, SUkimto, dan rekan pada audit laporan keuangan 2013. Kemudian diganti dengan KAP Kreston International (Hendrawinata Eddy Siddharta, Tanzil, dan rekan) untuk mengaudit laporan kinerja keuangannya. Hal ini terjadi karena ditemukan banyak kesalahan di laporan kinerja keuangan persahaan kuartal III-2014. Penerapan ketentuan pergantian wajib dilandasi alasan teoritis bagi auditor baik secara tampilan maupun secara fakta. Pembatasan hubungan antara auditor
5 dengan klien merupakan usaha untuk mencegah auditor terlalu dekat dalam berinteraksi dengan klien sehingga menggangu independensinya (Giri, 2010). Fenomena mengenai penggantian auditor memang sangat menarik untuk dikaji, hal ini dikarenakan banyak faktor yang dapat mempengaruhi keputusan perusahaan untuk melakukan penggantian auditor atau KAP. Fenomena pergantian auditor berdampak pada kredibilitas pelaporan keuangan dan biaya untuk mengendalikan manajeman (Ismail dalam Satriantini et. al., 2015). Faktorfaktor tersebut dapat dipengaruhi oleh faktor klien maupun faktor yang berasal dari auditor. Pergantian auditor ini dibuktikan melalui penelitian-penelitian pada perusahaan di negara maju termasuk Indonesia yang memberlakukan adanya pergantian auditor. Hasil penelitian tersebut memiliki hasil empiris yang tidak sama. Beberapa peneliti sebelumnya telah menguji faktor-faktor yang dapat mempengaruhi auditor switching dengan kepemilikan hasil empiris yang tidak sama. Penelitian yang dilakukan mengenai kecenderungan terhadap faktor-faktor yang dapat mempengaruhi auditor switching diantaranya pergantian manajeman (Woo dan Koh, 2001; Damayanti dan Sudarma, 2007; Tanjung dan Tisia, 2009; Sirnawati, 2010; Wijayani dan Januarti, 2011; Satriantini et. al., 2014; Budi et. al., 2015), opini akuntan (Woo dan Koh, 2001; Damayanti dan Sudarma, 2007; Tanjung dan Tisia, 2009; Wijayani dan Januarti, 2011; Satriantini et. al., 2014), ukuran KAP (Damayanti dan Sudarma, 2007; Tanjung dan Tisia, 2009; Wijayani dan Januarti, 2011; Satriantini et. al., 2014; Budi et. al., 2015), fee audit (Woo dan Koh, 2001; Damayanti dan Sudarma, 2007; Astuti dan Ramantha, 2014), financial
6 distress (Damayanti dan Sudarma, 2007; Sirnawati, 2010; Adityawati dan Januarti, 2011; Astuti dan Ramantha, 2014; Budi et. al., 2015). Penelitian sebelumnya yang telah dilakukan oleh Satriantini et. al. (2014) memperoleh bukti secara empiris bahwa pergantian manajemen, opini audit secara statistik tidak berpengaruh terhadap pergantian KAP, dan ukuran KAP secara statistik tidak berpengaruh negatif terhadap pergantian KAP. Hasil penelitian Adityawati dan Januarti (2011) ukuran KAP memiliki pengaruh signifikan terhadap pergantian auditor. Sedangkan, opini akuntan, ukuran KAP, dan kesulitan keuangan tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap auditor switching. Hasil dari penelitian Astuti dan Ramantha (2014) fee audit berpengaruh pada pergantian auditor, sedangkan financial distress tidak berpengaruh pada pergantian auditor. Hasil penelitian Damayanti dan Sudarma (2007) fee audit dan ukuran KAP sebagai variable yang mempengaruhi perubahan auditor. Perubahan manajemen, opini akuntan, dan financial distress tidak mempengaruhi perubahan auditor. Hasil penelitian Budi et. al. (2015) pergantian manajemen dan ukuran KAP berpengaruh signifikan terhadap pergantian KAP. Sedangkan, financial distress tidak berpengaruh signifikan terhadap pergantian KAP. Hasil penelitian Wijayani dan Januarti (2011) perubahan manajemen dan ukuran KAP berpengaruh signifikan terhadap auditor swithing. Opini audit dan kesulitan keuangan tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap auditor switching.
7 Mengingat banyaknya manfaat yang dapat diberikan mengenai informasi pengaruh dari variable-variabel tersebut maka penulis berusaha membuat analisa variable-variabel tersebut terhadap auditor switching. Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas, penulis termotivasi untuk melakukan penelitian dengan judul Pengaruh pergantian manajemen, opini akuntan, ukuran KAP, fee audit, dan financial distress terhadap auditor switching. B. Rumusan Masalah Penelitian Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan sebelumnya, adapun rumusan masalah yang ingin penulis sampaikan dalam penelitian ini sebagai berikut : 1. Apakah pergantian manajemen berpengaruh terhadap auditor switching? 2. Apakah opini akuntan berpengaruh terhadap auditor switching? 3. Apakah ukuran KAP berpengaruh terhadap auditor switching? 4. Apakah fee audit berpengaruh terhadap auditor switching? 5. Apakah financial distress berpengaruh terhadap auditor switching? C. Tujuan dan Kontribusi Penelitian 1. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian berdasarkan rumusan masalah yang hendak dicapai untuk membuktikan secara empiris yaitu: 1. Penelitian ini bertujuan untuk menguji apakah pergantian manajemen berpengaruh terhadap auditor switching.
8 2. Penelitian ini bertujuan untuk menguji apakah opini akuntan berpengaruh terhadap auditor switching. 3. Penelitian ini bertujuan untuk menguji apakah ukuran KAP berpengaruh terhadap auditor switching. 4. Penelitian ini bertujuan untuk menguji apakah fee audit berpengaruh terhadap auditor switching. 5. Penelitian ini bertujuan untuk menguji apakah financial distress berpengaruh terhadap auditor switching. 2. Kontribusi Penelitian Dari hasil penelitian yang dilakukan, diharapkan dapat memberikan manfaat: 1. Bagi penulis Penelitian ini merupakan manfaat keilmuan. Untuk menambah wawasan, pengetahuan, dan pengalaman dalam penelitian mengenai pengaruh pergantian manajemen, opini akuntan, ukuran KAP, fee audit, dan financial distress terhadap auditor switching. 2. Bagi profesi akuntan publik dan Kantor Akuntan Publik (KAP) Penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi untuk menetahui faktor-faktor yang menyebabkan perusahaan di Indonesia melakukan auditor switching dan sebagai bahan pertimbangan bagi akuntan publik untuk dapat mempertahankan profesionalisme dan independensinya sebagai auditor.
9 3. Bagi Peneliti Selanjutnya Penelitian ini sebagai sumber referensi dan informasi untuk memungkinkan penelitian selanjutnya membahas mengenai auditor switching.