BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan ekonomi suatu negara atau daerah tidak terlepas dari pengaruh perkembangan sarana dan prasarana yang mendukung misalnya transportasi (Merdeka Wati, 2012). Pentingnya transportasi terlihat dengan semakin meningkatnya kebutuhan akan jasa angkutan bagi mobilitas orang serta barang dari dan keseluruh pelosok tanah air bahkan dari dan ke luar negeri (Susilowati, dkk. 2011). Transportasi adalah kegiatan pemindahan barang dan manusia dari tempat asal ke tempat tujuan (Siregar, 2012: 3). Transportasi yang menyangkut perpindahan orang maupun barang, seiring berjalannya waktu fungsi dan jenis transportasi juga turut berkembang sesuai kebutuhan dan kondisi yang ada (Pamungkas, 2010). Transportasi sangat berhubungan dengan adanya peningkatan sektor ekonomi di suatu daerah perkotaan guna memicu perekonomian setempat, untuk menciptakan lapangan kerja dan untuk mengembangkan potensi suatu daerah (Sukarto, 2006). Sektor transportasi merupakan kegiatan jasa pelayanan, jasa transportasi diperlukan untuk menunjang kegiatan sektor-sektor lain (sektor pertanian, sektor perindustrian, sektor pertambangan, sektor perdagangan, sektor konstruksi, sektor keuangan, sektor pemerintahan, transmigrasi, pertahanan-keamanan dan lainnya) untuk mengangkut barang dan manusia dalam kegiatan masing-masing sektor tersebut (Petrus, 2012). Transportasi dapat ditinjau dari pandangan makro ekonomi dan mikro ekonomi, 1
makro ekonomi transportasi bukan hanya merupakan salah satu sarana pembangunan yang berperan dalam menjangkau potensi sumber kekayaan alam untuk dikelola, tetapi juga untuk melayani kegiatan ekonomi yang sudah berkembang (Siregar, 2012:1). Transportasi jika dilihat dari sudut mikro ekonomi dapat dilihat dari dua kepentingan berbeda, yaitu: pertama, perusahaan yang memproduksi jasa transportasi sebagai produk (output) untuk dijual guna memperoleh keuntungan. Kedua, pemakai jasa transportasi dimana jasa transportasi sebagai masukan (input), seperti pada perusahaan di bidang produksi dan pengelolaan dan berbagai kegiatan ekonomi lainnya yang memerlukan jasa transportasi. Menurut Fitrin US (2010), dalam kerangka makro ekonomi, transportasi merupakan tulang punggung perekonomian nasional, regional, dan lokal, baik di perkotaan maupun di pedesaan. Transportasi mencakup bidang yang luas, hampir seluruh kehidupan manusia tidak terlepas dari keperluannya akan jasa transportasi yang meningkat sejalan dengan majunya kebudayaan dan kesejahteraan hidup manusia. Menurut Greer (2011), pertumbuhan penduduk dan peningkatan tingkat kemakmuran memperkuat kebutuhan untuk pilihan transportasi umum. Masyarakat yang maju ditandai oleh tingkat mobilitasnya yang tinggi karena tersedia jasa transportasi yang cukup pada harga yang wajar, yang dikelola secara efisien dan efektif dalam sistem yang baik. Eksistensi dari kegiatan-kegiatan ekonomi misalnya akan membangkitkan permintaan jasa transportasi, sedangkan disisi lain tersedianya fasilitas transportasi akan mempengaruhi tingginya tingkat dan sifat dari kegiatan ekonomi (Judhi Pratikno, 2006). Keperluan akan jasa 2
transportasi mengikuti perkembangan berbagai kegiatan yang terjadi di semua sektor ekonomi dan kehidupan masyarakat. Menurut Murray et al. (1998) masyarakat perkotaan yang maju membutuhkan akses untuk melakukan kegiatan bisnis, pendidikan dan kebutuhan untuk rekreasi. Pelayanan angkutan umum perkotaan merupakan bagian integral dari sistem kota yang menyusun interaksi timbal balik antara pola tata guna lahan dengan suatu sistem transportasi (Siswoyo, 2008). Keperluan jasa transportasi akan bertambah dengan meningkatnya kegiatan ekonomi dan aktivitas masyarakat serta berkurang jika kegiatan tersebut menurun (Siregar, 2012:3). Proporsi permintaan perjalanan didasarkan pada anggapan pemilihan moda transportasi yang dilayani oleh umum maupun kendaraan pribadi akan tergantung pada setiap moda dalam persaingan dengan moda lain (Lestarini, 2007). Pengembangan sarana dan prasarana transportasi dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan yang dapat mendukung kegiatan pembangunan daerah. Undang-Undang No.14 Tahun 1992 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, menyatakan transportasi jalan diselenggarakan dengan tujuan untuk mewujudkan lalu lintas dan angkutan jalan dengan selamat, aman, cepat, lancar, tertib dan teratur, nyaman dan efisien, mampu memadukan moda transportasi lainnya, menjangkau seluruh pelosok wilayah daratan, untuk menunjang pemerataan, pertumbuhan dan stabilitas sebagai pendorong, penggerak dan penunjang pembangunan nasional dengan biaya yang terjangkau oleh daya beli masyarakat. Pengangkutan telah menjadi salah satu unsur yang menentukan perkembangan ekonomi di masyarakat, majunya tingkat perekonomian akan 3
menambah pentingnya peran transportasi (Zuhdi Setiawan, 2010). Seiring dengan pertumbuhan jumlah penduduk yang semakin padat dan perkembangan masyarakat yang semakin maju, maka pergerakan barang dan jasa juga akan meningkat yang harus diimbangi dengan peningkatan sarana dan prasarana transportasi, diantaranya penambahan jaringan jalan dan pengaturan lalu lintas (Rosmalindha, 2010). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, menyatakan kelancaran lalu lintas dan angkutan jalan adalah suatu keadaan berlalu lintas dan penggunaan angkutan yang bebas dari hambatan dan kemacetan di jalan. Kemacetan lalu lintas adalah suatu kondisi jalan bila tidak ada keseimbangan antara kapasitas jalan (Kapasitas/C) dengan jumlah kendaraan yang lewat (Volume/V), gejala ini ditandai dengan kecepatan yang rendah sampai berhenti, jarak antar kendaraan yang satu dengan kendaraan yang lain rapat, pengemudi tidak dapat menjalankan kendaraan dengan kecepatan yang diinginkan (Devana, 2012). Kemacetan seolah menjadi sesuatu yang biasa dalam kehidupan perkotaan. Banyak hal yang menjadi penyebab kemacetan seperti buruknya sistem transportasi karena pengelolaan sistem transportasi yang kurang maksimal dan kurang baik (Kusuma, 2010). Menurut Pucher et al. (2005) peningkatan penggunaan kendaraan pribadi telah menyebabkan kemacetan lalu lintas yang serius, terutama pada jalan raya arteri radial menghubungkan pinggiran ke pusat kota, peningkatan penggunaan kendaraan pribadi juga menyebabkan tingkat polusi udara yang berbahaya, kebisingan dan kecelakaan lalu lintas serta penggunaan berlebihan lahan untuk jalan raya dan fasilitas parkir. Kemacetan 4
terjadi karena pertumbuhan permintaan akan pergerakan yang direpresentasikan sebagai unit kendaraan tidak dapat diimbangi oleh penyediaan prasarana transportasi seperti ruang jalan, ruang parker dan terminal bagi angkutan umum (Budiarto, dkk. 2010). Suatu cara memecahkan masalah tersebut adalah membangun prasarana sesuai dengan kebutuhan, mengurangi pergerakan, dan gabungan keduanya (Wiyono, 2012). Kemacetan merupakan salah satu permasalahan yang sering ditemui, salah satunya di Provinsi Bali. Bali merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang perekonomiannya berbasis pariwisata. Perkembangan sektor pariwisata termasuk kepadatan penduduk, menyebabkan kemacetan lalu lintas di kawasan pariwisata di Bali Selatan (Bisnis Bali, 2011). Tingginya aktivitas masyarakat termasuk kegiatan pariwisata memicu terjadinya kemacetan terutama di ruas-ruas jalan utama, di kawasan Kuta, Legian, Simpang Siur, Nusa Dua dan kawasan wisata lainnya (Antaranews, 2012). Kepala Seksi (Kasi) Keselamatan dan Ketertiban Lalu Lintas Dinas Perhubungan Bali, menyatakan ada tiga kebijakan yang dapat diambil untuk mengatasi kemacetan di Bali yaitu: (1) Pembangunan infrastruktur atau jalan baru, (2) Manajemen rekayasa lalu lintas yaitu dengan Area Traffic Control System yang merupakan semacam sistem untuk mengontrol durasi lampu lalu lintas dan terhubung dengan pantauan kemacetan dari CCTV, (3) Mengembangkan angkutan umum. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 1993 tentang Angkutan Jalan, menyatakan kendaraan umum adalah setiap kendaraan bermotor 5
yang disediakan untuk dipergunakan oleh umum dengan dipungut bayaran. Angkutan umum merupakan angkutan dari suatu tempat ke tempat lain dalam wilayah kota dengan menggunakan mobil penumpang umum yang terikat pada trayek tetap dan teratur. Angkutan umum mengangkut penumpang dalam jumlah banyak dalam satu kali perjalanan, sehingga tujuan utama keberadaan angkutan kota adalah memberikan pelayanan angkutan yang aman, cepat, murah dan nyaman bagi masyarakat (Merdeka Wati, 2012). Menurut Peng et al. (2012), sistem transportasi publik yang berkembang dengan baik dapat menjadi cara untuk mengatasi masalah transportasi perkotaan secara berkelanjutan, angkutan umum menjadi pilihan yang paling baik untuk mengangkut penumpang dalam volume yang besar. Menurut Aftabuzzaman et al. (2010), angkutan umum yang efisien dapat menjadi salah satu solusi potensial untuk mengatasi masalah kemacetan lalu lintas perkotaan. Di beberapa negara maju dan berkembang bus merupakan pilihan angkutan masal yang utama, bus memiliki dampak positif pengurangan kemacetan lalu lintas dan salah satu moda transportasi yang aman karena ukurannya yang besar dan kemampuannya untuk menampung dalam jumlah yang banyak (Kharola et al., 2010). Salah satu upaya mengatasi kemacetan di kawasan Denpasar, Badung, Gianyar dan Tabanan (Sarbagita), pemerintah Provinsi Bali mengembangkan model transportasi umum yaitu Trans Sarbagita (VOA, 2013). Bus Trans Sarbagita adalah bus angkutan umum antar kabupaten dan kota yang menghubungkan sejumlah trayek di empat wilayah Kabupaten/Kota di Bali, yakni wilayah Kota Denpasar, Kabupaten Badung, Gianyar dan Tabanan. Nama Sarbagita diambil dari akronim Denpasar (Sar), Badung (Ba), Gianyar (Gi) dan 6
Tabanan (Ta). Pengoperasian bus Trans Sarbagita yakni di jalur Koridor 2 (Batubulan Nusa Dua PP via Sentral Parkir Kuta) dan jalur koridor 1 (Kota GWK PP). Bus Trans Sarbagita koridor 1 pada tahun 2012 ditargetkan load factor 25 persen atau sekitar 750 penumpang per hari dan diharapkan mampu mengurangi operasional kendaraan bermotor jenis sepeda motor dan mobil sebanyak 1.449 unit per hari. Penelitian yang dilakukan Fisipol Universitas Udayana menunjukkan bahwa pengguna transportasi umum, khususnya Trans Sarbagita relatif rendah dibandingkan kendaraan pribadi, hanya 6 persen menurut Kepala Unit Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Udayana (Bali Post, 2013). Bus Trans Sarbagita merupakan realisasi nyata dari Program unggulan Bali Mandara yakni Program Trans Sarbagita Pemerintah Provinsi Bali. Program ini ditangani dengan menerapkan tata kelola transportasi modern dengan tujuan menyediakan dan menyelenggarakan sarana transportasi massal menuju masa depan transportasi Bali yang lebih baik, nyaman dan manusiawi. Dirintis oleh Pemerintah Provinsi Bali di bawah kepemimpinan Gubernur Bali Made Mangku Pastika, bus Trans Sarbagita koridor 2 yang diluncurkan pertama kali pada 17 Agustus 2011 yang kemudian diikuti dengan diluncurkannya bus Trans Sarbagita koridor 1 itu kini makin diminati masyarakat dan mahasiswa, khususnya mahasiswa Universitas Udayana. Universitas Udayana terbagi atas tiga kampus yaitu Kampus Sudirman, Kampus Nias dan Kampus Bukit Jimbaran. Kampus Bukit Jimbaran merupakan kampus terbesar yang terdapat di Universitas 7
Udayana. Tabel 1.1 menunjukkan 13 fakultas yang terdapat di Universitas Udayana beserta alamat. Tabel 1.1 Nama Fakultas dan Alamat Fakultas di Universitas Udayana Tahun 2012 No. Nama Fakultas Alamat Fakultas 1. Sastra Bukit Jimbaran 80361, Bali - Indonesia 2. Kedokteran Jl. PB Sudirman 80232 Denpasar - Bali 3. Hukum Jl. Pulau Bali No. 1 Denpasar Bali 4. Teknik Jl. PB Sudirman Denpasar Bali dan Jl. Kampus Bukit Jimbaran Kuta-Bali 5. Pertanian Jl. PB Sudirman Denpasar dan Jl. Kampus Unud, Bukit Jimbaran 6. Ekonomi Jl. PB Sudirman Denpasar dan Jl. Kampus Unud, Bukit Jimbaran 7. Peternakan Jl. PB Sudirman Denpasar dan Jl. Kampus Bukit Jimbaran 8. MIPA Jl. Kampus Bukit Jimbaran 9. Kedokteran Hewan Jl. PB Sudirman 10. Teknologi Pertanian Jl. Kampus Bukit Jimbaran 11. Pariwisata Jl. Dr. R Goris 7 Denpasar Bali 12. Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Jl. PB Sudirman Denpasar-Bali 13. Kelautan dan Perikanan Kampus Bukit Jimbaran 80361 Sumber: www.unud.ac.id, 2013 Berikut jumlah mahasiswa program reguler yang terdapat di Universitas Udayana pada masing-masing fakultas. Tabel 1.2 menunjukkan bahwa jumlah mahasiswa reguler Universitas Udayana adalah sebanyak 18.062 orang dan jumlah mahasiswa program reguler terbanyak pada Fakultas Ekonomi yaitu sebanyak 3.737 orang. Banyaknya jumlah mahasiswa di Universitas Udayana 8
tentunya mendorong peningkatan penggunaan alat transportasi. Universitas Udayana yang terletak di Bukit Jimbaran merupakan salah satu jalur yang dilalui oleh Bus Trans Sarbagita, maka dari itu sebagian besar penumpang Bus Trans Sarbagita rute Kampus Bukit Jimbaran didominasi oleh para mahasiswa. Untuk itu, dilakukan penelitian untuk meneliti faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi intensitas penggunaan jasa transportasi umum Trans Sarbagita, khususnya pengaruh dari variabel pendapatan, biaya transport dan aksesibilitas halte (Studi Kasus Mahasiswa Universitas Udayana). Tabel 1.2 Jumlah Mahasiswa Reguler Menurut Fakultas Tahun 2012 No. Fakultas Jumlah Mahasiswa 1. Sastra 1.374 2. Kedokteran 2.655 3. Hukum 2.322 4. Teknik 3.571 5. Pertanian 742 6. Ekonomi 3.737 7. Peternakan 219 8. MIPA 1.359 9. Kedokteran Hewan 706 10. Teknologi Pertanian 490 11. Pariwisata 322 12. Ilmu Sosial dan Ilmu Politik 508 13. Kelautan dan Perikanan 57 Universitas Udayana 18.062 Sumber: Kasubag Pendidikan Universitas Udayana, 2013 1.2 Rumusan Masalah Penelitian Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 9
1) Apakah variabel pendapatan, biaya transport dan aksesibilitas halte berpengaruh secara simultan terhadap intensitas penggunaan jasa transportasi umum Trans Sarbagita? 2) Bagaimanakah pengaruh variabel pendapatan, biaya transport dan aksesibilitas halte secara parsial terhadap intensitas penggunaan jasa transportasi umum Trans Sarbagita? 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan pokok permasalahan tersebut di atas, maka yang menjadi tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut. 1) Mengetahui pengaruh variabel pendapatan, biaya transport dan aksesibilitas halte secara simultan terhadap intensitas penggunaan jasa transportasi umum Trans Sarbagita. 2) Mengetahui pengaruh variabel pendapatan, biaya transport dan aksesibilitas halte secara parsial terhadap intensitas penggunaan jasa transportasi umum Trans Sarbagita. 1.4 Kegunaan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan tujuan maka kegunaan penelitian ini adalah. 1) Kegunaan Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pemikiran kepada pemerintah berkaitan dengan transportasi umum Trans Sarbagita sehingga 10
dapat memberikan fasilitas transportasi umum yang aman dan nyaman kepada masyarakat Bali pada khususnya. 2) Kegunaan Praktis Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi media untuk menerapkan konsep-konsep teori yang selama ini diperoleh dalam perkuliahan serta meningkatkan wawasan ilmu pengetahuan melalui berbagai temuan di lapangan yang sebelumnya belum terungkap. 1.5 Sistematika Penulisan Pembahasan penelitian ini disusun berdasarkan urutan beberapa bab secara sistematis, sehingga antara bab satu dengan bab lainnya mempunyai hubungan yang erat. Adapun penyajiannya adalah sebagai berikut. Bab I : Pendahuluan Pada bab ini diuraikan mengenai latar belakang masalah, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian dan kegunaan penelitian, serta sistematika penulisan. Bab II : Kajian Pustaka dan Hipotesis Penelitian Bab ini menguraikan kajian pustaka dan hipotesis penelitian. Dalam kajian pustaka dibahas mengenai Konsep Transportasi, Jenis-Jenis Transportasi, Konsep Angkutan Umum, Konsep Klasifikasi Perjalanan, Konsep Pemilihan Moda, Konsep Perilaku Konsumen, Konsep Intensitas, Teori Permintaan, Konsep 11
Pendapatan, Konsep Permintaan Jasa Transportasi, Konsep Aksesibilitas Bab III : Metode Penelitian Dalam bab ini diuraikan mengenai desain penelitian, lokasi atau ruang lingkup wilayah penelitian, objek penelitian, identifikasi variabel, definisi operasional variabel, jenis dan sumber data, populasi, sampel dan metode penentuan sampel, metode pengumpulan data, serta teknik analisis data. Bab IV : Pembahasan Hasil Penelitian Dalam bab ini diuraikan gambaran umum daerah penelitian dan pembahasan hasil penelitian. Bab V : Simpulan dan Saran Dalam bab ini dikemukakan simpulan-simpulan mengenai hasil pembahasan dan saran-saran yang akan ditujukan sebagai masukan. 12