BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, pemerintah, dan pemerintah daerah. Di era ini Pariwisata merupakan sumber devisa utama negara selain dari sektor sektor lainya, Sektor Pariwisata merupakan andalan sumber Devisa Negara oleh Pemerintah, Karena tidak mengeksploitasi sumber daya alam lain (www.antaranews.com), untuk itu negara berupaya untuk lebih meningkatkan sumber daya yang dimiliki oleh suatu obyek wisata dengan cara melakukan pembangunan unsur-unsur fisik maupun non fisik untuk meningkatkan produktifitas. Yang dimaksud produktifitas obyek wisata yaitu meningkatnya pendapatan daerah yang didapatkan dari kunjungan wisatawan yang datang / masuk. Pengembangan pariwisata yang dilakukan oleh Pemerintah khususnya dalam hal ini Museum Benteng Vredeburg diantaranya untuk mengembangkan fasilitas-fasilitas Museum. Pengertian Museum dewasa ini adalah sebuah lembaga yang bersifat tetap, tidak mencari keuntungan, melayani masyarakat dan pengembanganya, terbuka untuk umum, yang memperoleh, merawat, menghubungkan dan memerkan, bertujuan untuk pendidikan dan kesenangan dengan barang-barang pembuktian manusia (sejarah) dan lingkunganya (www.disparbud.jabarprov.go.id). Sedangkan
definisi menurut Lembaga Internasional (PBB UNESCO-ICOM = International Council of Museum / Organisasi Permuseuman Internasional dibawah UNESCO). Museum merupakan suatu badan yang mempunyai tugas dan kegiatan untuk memamerkan dan menerbitkan hasil-hasil penelitian dan pengetahuan tentang benda benda yang penting bagi Kebudayaan dan Ilmu Pengetahuan. Bersifat Tetap dan berfungsi sebagai tempat penyimpanan, perawatan, pengamanan dan pemanfaatan benda-benda materil hasil budaya manusia, alam dan lingkunganya guna menunjang upaya perlindungan dan pelestarian kekayaan budaya bangsa. Museum juga merupakan lembaga non profit yang terbuka untuk umum, tempat memamerkan dan mengkomunikasikan benda benda bukti keberadaan manusia dan lingkunganya untuk tujuan penelitian, pendidikan serta rekreasi yang sehat. (Djoko Dwiyanto dkk., 2004) Yogyakarta sebagai sebuah kota yang pernah menjadi ibukota Negara Republik Indonesia pada tahun 1946 sangat kaya akan bangunan peninggalan sejarah. Hal ini tidak mengherankan di kawasan Yogyakarta pernah berdiri sebuah kerajaan besar yaitu Mataram yang mencapai masa kejayaanya pada masa pemerintahan Sultan Agung Hanyakrakusuma (1613-1645). Kasultanan Yogyakarta yang merupakan kelanjutan kerajaan Mataram hasil perjanjian Giyanti (1755) hingga saat ini masih berdiri kokoh dan tetap menjaga kelangsungan tradisinya sebatas tidak menghambat kemajuan seiring dengan adanya peristiwa bersejarah yaitu terjadinya Perang Jawa (de Java Oorlog) yang berlangsung tahun 1825-1830 dibawah pimpinan bangsawan kharismatik Pangeran Diponegoro. Sepenggal peristiwa sejarah tersebut menjadi bagian yang
tidak terpisahkan dengan kota Yogyakarta yang kemudian memiliki predikat Kota Sejarah (Anonim, Buku Museum Benteng Vredeburg, 2012). Sebagai kota Sejarah, banyak tempat-tempat maupun bangunan saksi sejarah yang hingga kini masih dapat kita temui, namun tidak sedikit pula yang telah rusak dan hilang ditelan jaman, ada kisah dari Yogyakarta yang mengisahkan tentang banyaknya bangunan bangunan sejarah terutama di sepanjang kawasan Malioboro yang dulu berfungsi sebagai bangunan bangunan Pemerintahan maupun bangunan hunian pasukan Belanda antara lain : a. Lodji Gedhe (Benteng Vredeburg) b. Lodji Kecil (Sebelah Timur Taman Pintar, yang sudah beralih fungsi, yang dulu sebagai hunian Perwira Belanda) c. Lodji Kebon (Gedung Agung, Kantor Gubernur Belanda) d. Lodji Setan (Sebagai pengadilan pada masa itu, sekarang kantor DPRD Yogyakarta) Lodjhi Gede sekarang berubah fungsi dari markas militer belanda menjadi museum sejarah perjuangan atau Benteng Vredeburg yang menceritakan perjalanan Bangsa Indonesia, dalam merebut kemerdekaan dan mempertahankan kemerdekaan, karena dewasa ini generasi muda mulai pudar rasa Nasionalisme dan Cinta Tanah Air. Harapannya, pemuda Indonesia tidak kehilangan jati dirinya. Museum Benteng Vredeburg berada di jalan Ahmad Yani No.6 Yogyakarta di kawasan nol kilometer. Lokasinya berhadapan dengan Gedung
Istana Presiden (Gedung Agung) dan bersebelahan dengan pasar tradisional Beringharjo. Museum menempati bangunan bekas benteng Militer Kolonial Belanda, kompleks tersebut didirikan pada masa pemerintahan Sri Sultan Hamangkubowono I tahun 1760-1788. Dahulu benteng itu bernama Rustenburg, yang berarti benteng peristirahatan, dan kemudian berganti nama menjadi Vredeburg yang berarti benteng pertahanan. Keberadaan Museum Benteng Vredeburg kini menjadi museum khusus sejarah perjuangan nasional. Keberadaan Benteng Vredeburg Yogyakarta memantapkan Kota Yogyakarta sebagai kota sejarah, kota pariwisata, dan kota pendidikan. Museum ini menyimpan banyak informasi sejarah perjuangan dalam rangka merintis, mencapai, mempertahankan, dan mengisi kemerdekaan. Walaupun Bangunan ini berada di jaman kejayaan kolonial Belanda, tetapi bangunan ini tetap diciptakan dari tangan tangan rakyat Yogyakarta (Anonim, Buku Panduan Museum Benteng Vredeburg, 2012). Selayaknya generasi muda dapat menghargai dan dapat membanggakanya. Oleh karena itu, sangat perlu dilakukan pelestarian terhadap Museum Benteng Vredeburg yang juga ditetapkan sebagai Benda Cagar Budaya, untuk mendapatkan fungsi baru sebagai sumber informasi dan aspirasi perjuangan Nasional bagi generasi yang akan datang. Dalam rangka meningkatkan pelayanan kepada wisatawan, Museum Benteng Vredeburg melakukan Revitalisasi terhadap ruang diorama dan juga fasilitas fasilitas lain seperti penambahan lampu pada ruang diorama dan penambahan touchscreen pada ruang diorama. Selain itu penambahan layar sentuh pada ruang pengenalan/audio visual dengan isi pemutaran video dokumenter
perjuangan nasional yang diputar pada hari Jumat pukul 13.00-16.00 WIB, penambahan patung tentara Jepang, Belanda, dan Indonesia serta fasilitas - fasilitas yang dapat membuat wisatawan merasa lebih nyaman. Dengan adanya kafe, kantin, dan bangunan serta adanya pemugaran pada halaman depan Benteng Vredeburg untuk memperluas pandangan, penggalian kembali parit sebagai monumental pertahanan benteng, adanya air mancur, semua yang disebutkan di atas diharapkan dapat membuat daya tarik terhadap Museum Benteng Vredeburg. Revitalisasi pada Ruang Diorama tiga Benteng Vredeburg merupakan fasilitas baru, yaitu adanya penambahan layar touchscreen dan game untuk permainan anak-anak dan wisatawan, tambahan ruang khusus untuk benda-benda realia seperti gamelan, sepeda tua, dan yang terakhir penambahan ruang baru yang menggambarkan Visualisasi penyergapan pasukan Belanda oleh pejuang Indonesia di salah satu tempat di Benteng Vredeburg. Revitalisasi ini berlangsung selama Tahun 2013, dan baru selesai pada awal 2014. Ruang Diorama berfungsi sebagai sarana utama pameran dan informasi tentang perjalanan bangsa ini yang berisi miniatur -miniatur terbuat dari lilin yang menggambarkan seberkas perjalanan perjuangan bangsa, dilengkapi dengan informasi- informasi menggunakan dua bahasa (Inggris dan Indonesia), yang dapat memudahkan dan menarik wisatawan dalam memahami informasi yang disajikan pada aquarium - aquarium berisi Miniatur 3D (3 Dimensi) yang terbuat dari lilin. Segi bangunan Museum tetap mempertahankan bangunan kuno. Pihak museum tetap melakukan perawatan dan peremajaan bangunan. Bangunan kuno, tata pameran dan ruang Diaroma yang menurut penulis menjadi fokus utama daya tarik Wisatawan.
Sehingga dalam hal ini penulis bermaksud melakukan penelitian sebagai tugas akhir dengan judul Persepsi ketertarikan wisatawan terhadap Museum Benteng Vredeburg.