PENGARUH METODE THINK ALOUD PAIR PROBLEM SOLVING (TAPPS) TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIKA SISWA SMA

dokumen-dokumen yang mirip
Vol. 3 No. 3(2014) : Jurnal Pendidikan Matematika, Part 1 : Hal Neka Amelia Putri 1), Yarman 2), Yusmet Rizal 3) Abstract

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF DISERTAI TEKNIK TINKING ALOUD PAIR PROBLEM SOLVING

PENGARUH PENERAPAN PENDEKATAN SCAFFOLDING TERHADAP KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMP PERTIWI 2 PADANG

Pengaruh Penerapan Strategi Belajar Aktif Tipe Index Card Match

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWA KELAS X SMA NEGERI 15 PADANG TAHUN PELAJARAN 2013/2014

PENGARUH PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE LEARNING STARTS WITH A QUESTION

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE DISERTAI KUIS DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS X SMAN 14 PADANG

PENGARUH TEKNIK CAWAN IKAN DALAM PROSES PEMBELAJARAN MATEMATIKA TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS X SMA NEGERI 2 BAYANG

PENERAPAN MODEL PROBLEM POSING TIPE POST SOLUTION POSING DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA PADA SISWA KELAS X SMAN 2 PARIAMAN.

Elsa Camelia 1, Edrizon 1

PENERAPAN MODEL COURSE REVIEW HOREY PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI KELAS X SMA NEGERI 13 PADANG

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TSTS PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMPN 22 PADANG

STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF THE POWER OF TWO DAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIKA

PENERAPAN STRATEGI ACTIVE LEARNING TIPE ROTATING TRIO EXCHANGE PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA KELAS XI IPA SMA NEGERI 9 PADANG

EFEKTIVITAS MODEL PROBLEM BASED LEARNING DITINJAU DARI KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIKA SISWA

Tabel 1. Deskripsi Aktivitas Belajar Siswa

Penerapan Metode Inkuiri Untuk Meningkatkan Disposisi Matematis Siswa SMA

PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE GIVING QUESTION AND GETTING ANSWER

PENGARUH PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE TRUE OR FALSE STATEMENT TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA KELAS VIII SMPN 26 PADANG

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS

PENGARUH PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION (GI) TERHADAP KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIS SISWA MTs

PENERAPAN STRATEGI PEMECAHAN MASALAH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 7 PADANG

Key Word : learning activity, math concept comprehension, and PQ4R.

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE SNOWBALL THROWING TERHADAP PEMEHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA KELAS VIII SMPN 17 PADANG

Keywords: Market Technique, Understanding in Mathematis Concept.

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN TIPE THINK TALK WRITE DAN GENDER TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA KELAS VIII SMPN 12 PADANG

PENGARUH PENERAPAN STATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE LISTENING TEAM TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWA KELAS XI IPS SMAN 2 BAYANG

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN GENERATIF TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA KELAS VIII MTsN TARUSAN KABUPATEN PESISIR SELATAN

PENGARUH PENERAPAN TEKNIK ONE TO ONE TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA KELAS VIII SMPN 4 SUTERA KABUPATEN PESISIR SELATAN

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION

Pengaruh Penerapan Strategi Pembelajaran Aktif Tipe Questions Student Have (QSH) Terhadap Pemahaman Konsep Matematis Siswa Kelas VII SMP N 20 Padang

Kata Kunci: Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Kepala Bernomor, Pemahaman Konsep

ARTIKEL. Oleh : RINI MELIA SARI PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

PENERAPAN MODEL PBL UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS SISWA

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMPN 31 PADANG

PENERAPAN STRATEGI PREVIEW, QUESTION, READ, REFLECT, RECITE, REVIEW

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT DITINJAU DARI KEMAMPUANKOMUNIKASI MATEMATIS SISWA

EFEKTIVITAS MODEL PROBLEM BASED LEARNING DITINJAU DARI KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA

PENGARUH PENERAPAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA SMP PADA MATERI GARIS DAN SUDUT

PENGARUH PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE THE

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN AKTIF COURSE REVIEW HORAY TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA KELAS VII SMPN 11 PADANG Oleh: ABSTRACT

PENGARUH PENERAPAN STRATEGI ACTIVE LEARNING

PENERAPAN STRATEGI THINKING ALOUD PAIR PROBLEM SOLVING (TAPPS) DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA KELAS VIII SMPN 11 PADANG

PENGARUH PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE LEARNING STARTS WITH A QUESTION (LSQ)

PENERAPAN STRATEGI GENERATIVE LEARNING TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA KELAS XI IPA SMAN 2 SAWAHLUNTO TAHUN PELAJARAN 2016/2017

PENGARUH PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE THE FIRING LINE TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA KELAS VIIISMPN17 PADANG

PENGARUH PENGGUNAAN HAND OUT DISERTAI MIND MAPPING TERHADAP MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA DI KELAS VIII SMPN 2 BATANG ANAI

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE THE POWER OF TWO TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA KELAS XI MIA SMAN 4 PADANG ABSTRACT

PENGARUH PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN AKTIF TIPE THE LEARNING CELL TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA KELAS X SMAN 13 PADANG

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF DISERTAI STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE QUESTIONS STUDENTS HAVE

PENERAPAN TEKNIK ONE TO ONE DISERTAI SPEED TEST TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA KELAS VIII MTsN VI PADANG ABSTRACT

PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN REALISTIK

*) Mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika STKIP PGRI SUMATERA BARAT

PENGARUH PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE QUESTIONSSTUDENT HAVETERHADAP HASIL BELAJAR SISWAKELAS XI IPS SMAN 1KINALI KABUPATEN PASAMAN BARAT

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA KELAS XI IPA SMA NEGERI 5 PADANG

Oleh: Sesna Fitri*), Rahmi**), Zulfitri Aima**)

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE SNOWBALL THROWING

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN AKTIF TIPE

Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Bung Hatta.

PENGARUH PENDEKATAN OPEN-ENDED TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DAN BERPIKIR KREATIF SISWA KELAS VII MTs SE KECAMATAN SUTERA

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN PROBING-PROMPTING DITINJAU DARI PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA

JURNAL. Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (STRATA I) LIRA JUNITA NIM

Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Round Robin Terhadap Pemahaman Konsep Matematis Siswa Kelas VIII SMPN 5 Padang.

Nola Despita Sari*), Zulfitri Aima**), Mulia Suryani**).

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA KELAS VII SMPN 30 PADANG

PENGARUH PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA KELAS VII SMPN 2 LUHAK NAN DUO

Mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika STKIP PGRI Sumatera Barat 2 Dosen Program Studi Pendidikan Matematika STKIP PGRI Sumatera Barat

Vol. 3 No. 2 (2014) : Jurnal Pendidikan Matematika, Part 1 : Hal Deni Novalita 1), Hendra Syarifuddin 2), Nilawasti ZA 3) Abstract

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF DISERTAI PETA KONSEP

PENGARUH PENERAPAN STRATEGI ONE TO ONE TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA KELAS VIII SMPN 7 LUBUK BASUNG

PENERAPAN TEKNIK MENGAJUKAN PERTANYAAN MENGGUNAKAN PERTANYAAN YANG DITEMPELKAN DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS XI IPA SMA ADABIAH 2 PADANG

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF DENGAN TEKNIK PROBING-PROMPTING TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS

MENGGUNAKAN MIND WEB UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWA. Index Term- Mind Web, understanding of mathematical concepts

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN CREATIVE PROBLEM SOLVING (CPS) TERHADAP KEMAMPUAN PENALARAN ADAPTIF MATEMATIS SISWA

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA

PENGARUH PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA KELAS VIII SMPN 3 PARIAMAN ABSTRACT

PENGARUH METODE DISCOVERY LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA KELAS X SMAN 5 BATAM TAHUN PELAJARAN 2014/2015

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA

PENGARUH PENERAPAN TEKNIK PASAR TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA KELAS VIII SMPN 14 PADANG. Oleh:

PENGARUH PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE PAIR CHECK TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA KELAS VIII SMPN 23 PADANG

PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK TALK WRITE

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW DITINJAU DARI KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LANGSUNG DI SERTAI STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE EVERYONE IS A TEACHER HERE

PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL DENGAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE QUESTION STUDENTS HAVE

PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN GUIDED DISCOVERY LEARNING TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA KELASVIII SMPN 3 PARIAMAN ABSTRACT

*) Mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika STKIP PGRI SUMBAR **) Staf Pengajar Program Studi Pendidikan Matematika STKIP PGRI SUMBAR

PENERAPAN STRATEGI REACT DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWA KELAS X SMAN 1 BATANG ANAI

KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS DAN PEMBELAJARAN INTERAKTIF Purnama Ramellan 1), Edwin Musdi 2), dan Armiati 3)

Key Word: Conceptual Understanding, Numbered Heads

PENERAPAN STRATEGI BELAJAR AKTIF TIPE LEARNING TOURNAMENT PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMPN 15 PADANG

PENGARUH PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SQUARE TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWA KELAS XI IPA SMA ADABIAH PADANG

ABSTRACT. Keywords: Comprehension Math Concept, Technigue Berkirim Salam dan Soal, Quiz.

PENGARUH PENERAPAN TEKNIK OPERAN KERTAS IDE TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA KELAS VIII SMPN 3 LENGAYANG

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF METODE LINGKARAN DALAM LINGKARAN LUAR TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 11 PADANG

PENGARUH PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE INDEX CARD MATCH

ABSTRACT. KeyWords: Concepts Understanding Mathematics, Giving Questions And Getting Answers

Transkripsi:

PENGARUH METODE THINK ALOUD PAIR PROBLEM SOLVING (TAPPS) TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIKA SISWA SMA Laely Suci Handayani 1), Syafriandi 2), Mirna 3) 1) FMIPA UNP, email : Laely.suci@gmail.com 2,3) Dosen Jurusan Matematika, FMIPA UNP, UNP Abstract Mathematical communication skill of the student at grade eleven of science of SMAN 10 Padang have not developed optimally. During do the observation seen that the students are not facilitated in exploring its mathematical communication skills. The learning process still focus on cultivation for concept of mathematics to the student. One of the solution is using Think Aloud Pair Problem Solving (TAPPS) method. This research is quasi experiment with Randomized Control Group Only Design. The population is grade eleven of SMAN 10 Padang in academic year 2013/2014. The sample classes taken by random sampling. Experiment class was treated by implement of TAPPS method and control class was treated to implement by conventional learning. The Data taken by giving the mathematical communication skill test at the end of study. Then the data were analyzed by using t-test and support by minitab software. Based on data analysis obtained P-value = 0,000. For α = 0,05 then P-value < α, it s mean that the hypothesis is accepted, so it can be concluded that student s mathematical communication skills with the implementation of TAPPS method is better than student s mathematical communication skill with the implementation of conventional learning. Keywords - TAPPS Method, Mathematical Communication Skill PENDAHULUAN Matematika merupakan ilmu pengetahuan yang sangat penting sebagai pembentuk sikap dan pola pikir. Matematika diajarkan dalam semua jenjang pendidikan, mulai dari pendidikan dasar hingga tingkat perguruan tinggi. Program pembelajaran pada semua jenjang pendidikan hendaknya dapat membuat siswa menyatukan pikiran matematika mereka melalui komunikasi secara logis dan jelas kepada orang lain, mampu menganalisis pikiran matematika orang lain, dan mampu menggunakan bahasa matematika dalam menyatakan ide-ide matematika. Matematika adalah bahasa yang melambangkan makna dari serangkaian pernyataan yang ingin kita sampaikan. Mengacu pada tujuan pembelajaran matematika yang tercantum dalam Permendiknas No.22 Tahun 2006, pembelajaran matematika mengharapkan setiap siswa mampu mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, atau media lain yang memperjelas keadaan atau masalah. Selama pembelajaran di kelas sebaiknya siswa difasilitasi dan dibimbing menggunakan berbagai cara dan bentuk komunikasi, untuk mengemukakan gagasannya baik secara lisan maupun tulisan. Komunikasi merupakan cara untuk berbagi gagasan dan mengklarifikasi pemahaman baik secara lisan maupun tulisan. Melalui komunikasi, semua gagasan ataupun masalah akan menjadi lebih jelas. Proses komunikasi juga dapat membantu dalam membangun makna gagasan serta menjadikannya mudah diketahui dan dimengerti oleh orang lain. Sama halnya dengan komunikasi pada proses pembelajaran matematika. Ketika siswa mampu menyampaikan gagasan atau ide suatu materi matematika dengan baik maka permasalahan matematika itupun menjadi jelas. Melalui pembelajaran matematika, siswa diharapkan dapat mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah (Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006: 146) [3]. Komunikasi matematika juga merupakan refleksi dari pemahaman konsep matematika, artinya jika siswa telah memiliki kemampuan komunikasi matematika dengan baik maka siswa tersebut telah memahami konsep matematika dengan baik pula dan pemahaman itupun dapat menjadi lebih jelas dan dapat dimengerti orang lain. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan komunikasi matematika merupakan salah satu kompetensi penting yang harus dimiliki oleh seorang siswa. Oleh karena itu, kemampuan komunikasi matematika harus mendapat perhatian khusus dalam pembelajaran matematika. 50

Berdasarkan observasi di kelas X 1, X 2, dan X 3 SMAN 10 Padang pada Tanggal 11-16 Februari 2013 terlihat bahwa pembelajaran yang diterapkan guru di sekolah tersebut masih kurang memfasilitasi siswa untuk dapat mengembangkan kemampuan komunikasi matematika mereka. Untuk memperkuat dugaan tersebut maka dilakukan tes kemampuan komunikasi pada Tanggal 30 Maret 2013. Tes yang diberikan berupa soal komunikasi matematika kepada siswa kelas X 1 dengan topik trigonometri. Dari 32 siswa yang mengikuti tes diketahui bahwa 28,13% siswa tidak memberikan jawaban, 15,63% siswa sudah bisa menyatakan ide soal ke dalam bentuk matematika, dan 40,61% siswa memberikan jawaban namun bukti atas solusi yang diberikan belum lengkap, serta 15,63% siswa yang memberikan kesimpulan atas solusi yang diberikan meskipun masih ada penjelasan yang salah. Secara keseluruhan siswa masih belum mampu menghubungkan ide-ide yang telah didapatkannya sehingga siswa tidak dapat mencari solusi atas permasalahan tersebut. Observasi juga dilakukan pada bulan Maret-Juni 2013 pada saat peneliti mengikuti kegiatan praktek lapangan di SMAN 10 Padang. Selama observasi berlangsung terlihat bahwa sebagian besar siswa senang belajar matematika. Mereka antusias dalam mengerjakan setiap tugas yang diberikan oleh guru. Siswa juga aktif dalam menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru. Namun demikian, siswa masih mengalami kesulitan dalam mengerjakan soal yang memiliki tingkat kesulitan sedang hingga sulit. Hal ini disebabkan siswa terbiasa mendapatkan soal berupa aplikasi rumus yang sederhana. Mereka belum terbiasa dalam menyelesaikan soal yang membutuhkan pemikiran yang lebih mendalam. Dalam hal ini siswa membutuhkan inovasi baru dalam proses pembelajaran yang mampu memfasilitasi dalam menggali potensi yang mereka miliki yaitu kemampuan penalaran, pemecahan masalah, dan komunikasi matematika. Selama proses pembelajaran, peneliti memberikan soal yang bervariasi yang dimaksudkan untuk melihat kemampuan siswa secara spesifik seperti kemampuan pemahaman konsep, pemecahan masalah, penalaran matematis, ataupun komunikasi matematika siswa. Selama proses pembelajaran terlihat bahwa siswa telah memiliki kemampuan pemahaman konsep, representasi, dan penalaran matematis yang baik namun lain halnya dengan kemampuan pemecahan masalah serta komunikasi matematika. Sebagian besar siswa mengalami kesulitan dalam menyelesaikan masalah matematika yang berbentuk pemecahan masalah. Siswa kesulitan dalam menyatakan ide soal serta menyusunnya menjadi sebuah solusi secara lengkap dan logis. Keadaan tersebut menunjukkan bahwa kemampuan pemecahan masalah dan komunikasi matematika siswa masih cukup rendah. Kemampuan pemecahan masalah matematika adalah kemampuan tertinggi yang harus dimiliki oleh siswa. Namun demikian, siswa akan sulit memiliki kemampuan tersebut jika kemampuan komunikasi matematika mereka masih rendah. Oleh karena itu, guru harus memberikan perhatian khusus dalam menggali potensi kemampuan komunikasi matematika siswa. Proses komunikasi dapat membantu dalam membangun makna gagasan serta menjadikannya mudah diketahui dan dimengerti oleh orang lain. Siswa dapat mengkomunikasikan gagasan yang dimilikinya dengan simbol, tabel, atau diagram, untuk memperjelas keadaan atau masalah matematika. Kemampuan komunikasi matematika akan dimiliki oleh siswa jika guru mampu memfasilitasi siswa dengan menerapkan pembelajaran yang kreatif serta inovatif. Selama observasi berlangsung, siswa terlihat antusias dalam mengerjakan soal matematika secara berkelompok. Siswa akan bertanya minimal dengan teman sebangku jika mereka menemukan sebuah masalah. Hal ini bisa menjadi acuan bagi guru untuk menerapkan sebuah strategi pembelajaran dalam menggali kemampuan komunikasi matematika siswa. Dari kenyataan tersebut terlihat bahwa kemampuan komunikasi matematika siswa masih rendah. Dalam jangka panjang, hal ini juga akan berdampak pada kehidupan siswa karena kemampuan komunikasi ini juga berpengaruh pada pola pikir siswa dalam menganalisa sebuah masalah. Untuk mengatasi masalah ini dibutuhkan sebuah metode yang tepat sehingga dalam proses pembelajaran siswa lebih berperan dan belajar aktif. Salah satu metode yang diperkirakan dapat digunakan adalah metode Think Aloud Pair Problem Solving (TAPPS). Menurut Marteen (1994: 18) [4], The think aloud method is a good way to avoid false information and obtain direct data about the solution process that takes place when an expert solves a problem. Metode ini merupakan sebuah metode pembelajaran dimana siswa akan dibagi menjadi beberapa kelompok yang terdiri dari dua orang yang masingmasingnya akan berperan sebagai problem solver (PS) dan listener (L). Di dalam kelompok tersebut siswa akan mengerjakan beberapa masalah matematika yang diberikan oleh guru sesuai dengan perannya masing-masing. Pada metode pembelajaran ini lebih menekankan pada proses penyelesaian masalah matematika daripada hasil. PS akan mengutarakan proses analisa yang digunakan dalam menyelesaikan masalah matematika berupa tulisan beserta penjelasannya. PS akan terus berusaha membuat L mengerti dengan proses yang dipihnya sedangkan L berperan mendorong PS untuk terus berfikir dan menggambarkan langkah-langkah penyelesaian masalah tersebut. Selain itu L juga dapat mengajukan pertanyaan klarifikasi dan memberikan saran tetapi tetap harus menahan diri untuk menyelesaikan masalah. Dalam hal ini siswa akan terlatih untuk menyampaikan semua ide-ide yang dimilikinya dalam proses penyelesaian masalah. Dari hasil diskusi siswa akan 51

dapat menarik kesimpulan atau solusi yang disertai dengan bukti terhadap kesimpulan atau solusi tersebut. Metode TAPPS diperkirakan dapat memantau siswa sehingga siswa dapat mengetahui apa yang dipahami dan apa yang belum dipahaminya. Dengan langkah-langkah problem solving diperkirakan siswa dapat menghubungkan ide-ide dari masalah matematika yang diberikan dan mampu menghubungkannya sehingga mendorong untuk mendapatkan solusi dan kesimpulan atas masalah tersebut. Proses ini cenderung membuat proses berpikir siswa lebih sistematis dan dapat membantu mereka menemukan kesalahan. Berdasarkan uraian yang telah disajikan, penulis berupaya untuk mengungkapkan apakah kemampuan komunikasi matematika siswa dengan diterapkannya metode TAPPS lebih baik daripada kemampuan komunikasi matematika siswa dengan diterapkannya pembelajaran konvensional. Standar kurikulum matematika NCTM (2000: 60) [2] menyatakan bahwa ada tiga aspek komunikasi yaitu reading (membaca), writing (menulis), discussing (diskusi). Representasi tidak menjadi aspek komunikasi namun menjadi salah satu standar kurikulum yang perlu dikembangkan di dalam proses pembelajaran matematika. Di dalam matematika reading (membaca) yang dimaksud adalah membaca aktif yaitu serangkaian keterampilan untuk menyusun intisari informasi dari suatu teks. Discussing (diskusi) termasuk listening (mendengarkan) didalamnya. Writing (menulis) memberikan kesempatan kepada siswa untuk dapat menghubungkan berbagai konsep yang telah dipelajari. Dalam penelitian ini aspek komunikasi matematika yang menjadi fokus utama adalah aspek tulisan. Untuk mengembangkan kemampuan menulis siswa dibutuhkan peran guru seperti pada pemberian tugas atau berupa pertanyaan dan penjelasan selama proses pembelajaran berlangsung. Hal ini sejalan dengan pendapat Armiati (2009: 5) [1] yang menyatakan bahwa salah satu hal yang dapat dilakukan guru untuk mendorong siswa memiliki keterampilan menulis adalah dengan pemberian tugas seperti membuat rangkuman dengan bahasa mereka sendiri. Tugas menulis diartikan sebagai tugas bagi siswa untuk mengorganisasi, merangkum, dan mengkomunikasikan pemikiran mereka secara tertulis. Tugas menulis dapat juga mencakup pengungkapan apa yang sudah dipahami dan yang belum dipahami siswa. METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini adalah penelitian quasi eksperimen. Desain penelitian yang digunakan adalah Randomized Control Group Only Design. Pada desain ini, populasi dibagi atas dua kelompok secara random. Kelompok pertama merupakan kelas eksperimen dan kelompok kedua merupakan kelas kontrol. Pada kelas eksperimen diberi perlakuan metode TAPPS dan kelas kontrol diberi perlakuan pembelajaran konvensional. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 1. TABEL 1 RANCANGAN PENELITIAN Perlakuan Tes Akhir Eksperimen X T Kontrol - T Sumber: Suryabrata(2004:104) [5] Keterangan : X : Metode TAPPS T : Tes Kemampuan Komunikasi Matematika Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA SMAN 10 Padang yang terdaftar pada semester 1 tahun pelajaran 2013/2014. Sampel pada penelitian ini terdiri dari dua kelas XI IPA yang dipilih secara random. Variabel dalam penelitian ini adalah variabel bebas dan variabel terikat. Dalam hal ini yang menjadi variabel bebas adalah metode TAPPS dan variabel terikat adalah kemampuan komunikasi matematika siswa dalam pembelajaran matematika. Instrumen yang digunakan dalam penelitian adalah tes kemampuan komunikasi matematika. Tes ini terdiri dari enam butir soal. Untuk mendapatkan hasil tes yang baik maka dilakukan langkah-langkah sebagai berikut: 1. Penyusunan kisi-kisi tes. 2. Menyusun soal tes sesuai dengan kisi-kisi tes. 3. Validasi tes dengan dosen jurusan matematika FMIPA UNP. 4. Uji coba tes yang dicobakan pada kelas XI IPA SMAN 3 Padang. 5. Analisis soal uji coba tes Untuk menentukan kualitas soal yang baik maka dilakukan hal berikut: a. Uji daya beda soal Uji ini dilakukan untuk membedakan siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan rendah. b. Uji indeks kesukaran Uji ini digunakan untuk melihat apakah soal tersebut soal mudah, sedang atau sukar. c. Uji reabilitas tes Uji ini digunakan untuk mengetahui suatu ukuran apakah tes dari soal-soal tersebut dapat dipercaya. Analisis tes kemampuan komunikasi matematika dimaksudkan untuk menguji hipotesis yang diajukan dalam penelitian. Analisis yang dilakukan terdiri dari beberapa tahap yaitu sebagai berikut: 1. Uji normalitas, uji ini dilakukan dengan uji Kolmogorov-Smirnov. 2. Uji homogenitas, uji ini dilakukan dengan uji-f. 52

Persentase Vol. 3 No. 1 (2014) : Jurnal Pendidikan Matematika, Part 1 Hal. 50-55 3. Uji hipotesis, karena diperoleh sampel yang normal dan homogen, maka pengujian hipotesis dilakukan dengan uji-t. Ketiga uji analisis di atas diperoleh dengan menggunakan bantuan software minitab. HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan pengolahan terhadap hasil tes akhir, diperoleh data tentang kemampuan komunikasi matematika siswa. Deskripsi hasil tes kemampuan komunikasi matematika siswa dapat dilihat pada Tabel 2. TABEL 2 HASIL ANALISIS DATA TES KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIKA N X maks X min s Eksperimen 33 93 34 70,6 14,6 Kontrol 31 94 39 67,8 15,3 Berdasarkan Tabel 2 di atas terlihat bahwa kelas eksperimen memiliki rata-rata tes lebih tinggi daripada kelas kontrol. Ditinjau dari simpangan baku, simpangan baku kelas eksperimen lebih tinggi dari pada kelas kontrol. Hal ini menunjukkan bahwa nilai pada kelas kontrol lebih seragam. Hipotesis dalam penelitian ini adalah kemampuan komunikasi matematika siswa yang menggunakan metode Think Aloud Pair Problem Solving (TAPPS) lebih baik daripada kemampuan komunikasi matematika siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional pada siswa kelas XI IPA SMAN 10 Padang. Sebelum melakukan uji hipotesis, terlebih dahulu dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas dengan bantuan software minitab. Uji normalitas dilakukan dengan uji Kormogorov- Smirnov. Dari uji yang dilakukan diperoleh P-value kelas eksperimen > 0,15 dan P-value kelas kontrol > 0,15. Maka dapat disimpulkan bahwa nilai tes kemampuan komunikasi matematika siswa kelas sampel berdistribusi normal. sampel berdistribusi normal maka dapat dilakukan uji homogenitas data tes kemampuan komunikasi matematika. Dari uji yang dilakukan diperoleh P-value sebesar 0,675. Sedangkan taraf signifikansi yang diuji adalah 0,05. Sehingga diperoleh kesimpulan bahwa data bersifat homogen pada α= 0,05. Setelah ditunjukkan bahwa data berdistribusi normal dan homogen, maka untuk menguji hipotesis digunakan ujit dengan taraf signifikan α = 0,05. Berdasarkan hasil uji t tersebut, diperoleh P-value = 0,000 maka H 0 ditolak sehingga disimpulkan bahwa kemampuan komunikasi matematika siswa yang menggunakan metode Think Aloud Pair Problem Solving (TAPPS) lebih baik daripada kemampuan komunikasi matematika siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional pada siswa kelas XI IPA SMAN 10 Padang. Untuk menunjang hasil uji hipotesis, dilakukan pula analisis data pada setiap indikator kemampuan komunikasi matematika siswa, yang diukur berdasarkan rubrik penskoran yang telah ditetapkan dalam bentuk tes kemampuan komunikasi matematika. Tes yang diberikan kepada siswa berupa soal essay sebanyak enam item soal. Soal tes yang dirancang untuk mengukur kemampuan komunikasi matematika siswa menuntut siswa memberikan penyelesaian dengan menggunakan bahasa matematika yang benar. Sehingga ketika penilaian pada tes dilakukan dengan menggunakan rubrik penskoran kemampuan komunikasi, banyak siswa yang memberikan jawaban kurang lengkap dan pemakaian bahasa matematika yang kurang tepat. Berikut akan diuraikan tentang pencapaian siswa di setiap indikator kemampuan komunikasi matematika pada soal tes. 1. Menyatakan ide soal ke dalam kalimat matematika Berdasarkan analisis yang dilakukan pada lembar jawaban siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol, dideskripsikan hasil kemampuan komunikasi matematika dalam menyatakan ide soal kedalam kalimat matematika. Hasil tersebut dapat dilihat pada Gambar 1. 100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 1 5 Nomor Soal Eksperimen Kontrol Gambar 1. Persentase Siswa yang Mampu Menyatakan Ide Soal Kedalam Kalimat Matematika Berdasarkan Gambar 1, pada soal nomor 5 terlihat adanya perbedaan yang cukup signifikan antara persentase siswa kelas eksperimen dengan persentase siswa kelas kontrol. Namun, untuk soal nomor 1 perbedaan persentase siswa kelas eksperimen dan siswa kelas kontrol tidak terlalu terlihat. Untuk soal nomor 1, persentase siswa yang mampu menyatakan ide soal ke dalam kalimat matematika pada kelas kontrol lebih besar daripada kelas eksperimen meskipun tidak terlalu terlihat. Hal ini dikarenakan tingkat kesulitan soal yang tergolong sedang sehingga sebagian besar siswa baik pada kelas eksperimen maupun kelas kontrol dapat menyelesaikan dengan baik meskipun masih ada beberapa jawaban siswa yang belum lengkap. 53

Persentase Persentase Vol. 3 No. 1 (2014) : Jurnal Pendidikan Matematika, Part 1 Hal. 50-55 Untuk soal nomor 5, terlihat adanya perbedaan yang cukup signifikan antara siswa kelas eksperimen dengan siswa kelas kontrol. Pada kelas eksperimen, siswa telah mampu memahami masalah dengan mengidentifikasi apa yang diketahui, apa yang ditanyakan dari permasalahan, melakukan simbolisasi sampai dengan penyelesaian masalah dengan baik. Sedangkan pada kelas kontrol, kemampuan siswa dalam memahami masalah masih kurang yaitu masih terdapat jawaban siswa yang tidak menyatakan ide soal secara keseluruhan. Berikut disajikan salah satu jawaban siswa kelas eksperimen dan siswa kelas kontrol untuk soal nomor 5. Berdasarkan jawaban siswa di atas, terlihat bahwa siswa pada kelas eksperimen mampu menyatakan ide soal melalui gambar disertai dengan aljabar dan simbol matematika yang lengkap. Sedangkan pada kelas kontrol, siswa masih kesulitan dalam menyatakan semua ide soal ke dalam kalimat matematika sehingga informasi soal terlihat belum lengkap. 2. Melakukan manipulasi matematika Berdasarkan analisis yang dilakukan pada lembar jawaban siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol, dideskripsikan hasil kemampuan komunikasi matematika dalam melakukan manipulasi matematika. Hasil tersebut dapat dilihat pada Gambar 2. 100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 1 2 3a 3b 4 5 Nomor Soal Eksperimen Kontrol Gambar 2. Persentase Siswa yang Mampu Melakukan Manipulasi Matematika Berdasarkan Gambar 2 terlihat bahwa secara keseluruhan persentase siswa kelas eksperimen yang mampu melakukan manipulasi matematika lebih tinggi daripada siswa kelas kontrol. Untuk soal nomor 1 dan 2 terlihat bahwa persentase siswa yang mampu melakukan manipulasi matematika pada kedua kelas sampel tidak mengalami perubahan yaitu 73% untuk kelas eksperimen dan 55% untuk kelas kontrol. Untuk soal nomor 3a, 3b, dan 4, persentase siswa yang mampu melakukan manipulasi matematika mengalami peningkatan baik pada kelas eksperimen maupun kelas kontrol. Hal ini dikarenakan siswa pada kedua kelas sampel telah terbiasa dalam menyelesaikan soal matematika yang berhubugan dengan manipulasi matematika yang diberikan pada saat proses pembelajaran. Untuk soal nomor 5 terlihat perbedaan yang cukup signifikan antara persentase siswa kelas eksperimen dan siswa kelas kontrol dalam melakukan manipulasi matematika. Hal ini terlihat siswa pada kelas eksperimen mampu memnberikan solusi dari suatu permasalahan secara jelas dan benar. Berdasarkan Gambar 2 terlihat bahwa siswa pada kelas eksperimen telah mampu melakukan manipulasi aljabar dengan baik disertai penggunaan simbol matematika yang lengkap dan logis. Siswa telah mampu menghubungkan ideide disetiap langkah penyelesaian yang dipilihnya dan disertai dengan jawaban yang benar. Sedangkan dari jawaban siswa pada kelas kontrol terlihat siswa masih mengalami kesulitan dalam melakukan manipulasi aljabar. Siswa masih kesulitan dalam menghubungkan ide-ide yang ada pada soal. 3. Menarik kesimpulan, menyusun bukti, atau memberi alasan terhadap beberapa solusi Berdasarkan analisis yang dilakukan pada lembar jawaban siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol, dideskripsikan hasil kemampuan komunikasi matematika dalam menarik kesimpulan, menyusun bukti, atau memberi alasan terhadap beberapa solusi. Hasil tersebut dapat dilihat pada Gambar 3. 80 60 40 20 0 1 2 3a Nomor Soal Eksperimen Kontrol Gambar 3. Persentase Siswa yang Mampu Menarik Kesimpulan, Menyusun Bukti, atau Memberi Alasan Terhadap Beberapa Solusi Berdasarkan Gambar 3 terlihat bahwa secara keseluruhan persentase siswa kelas eksperimen yang mampu menarik kesimpulan, menyusun bukti, atau memberi alasan terhadap beberapa solusi lebih tinggi daripada siswa kelas kontrol. Pada kelas eksperimen persentase terendah pada kemampuan tersebut yaitu pada soal nomor 3a. Hal ini disebabkan soal nomor 3a memiliki tingkat kesulitan yang cukup tinggi sehingga menuntut siswa untuk lebih kreatif dalam memunculkan bukti atas solusi yang diharapkan. Persentase siswa kelas kontrol tidak mengalami perbedaan yang cukup signifikan untuk setiap soalnya. Secara umum 54

siswa kelas kontrol mengalami kesulitan dalam menyusun bukti atas solusi yang mereka dapatkan. Berdasarkan jawaban siswa terlihat bahwa siswa kelas eksperimen telah mampu menyusun bukti-bukti yang logis untuk mendukung solusi yang dipilihnya. Siswa juga mampu menghubungkan ide-ide yang dimilikinya sehingga dapat ditarik kesimpulan atas jawaban soal yang diinginkan. Sedangkan pada kelas kontrol, siswa masih mengalami kesulitan dalam menyusun ide-ide soal yang mereka dapatkan sehingga bukti yang mereka berikan kurang logis dan kurang tepat. Hal ini mengakibatkan siswa kesulitan dalam proses penyelesaian soal yang diberikan sehingga tidak didapatkan solusi yang diharapkan. Dari ketiga indikator kemampuan komunikasi matematika yang telah diuraikan di atas terlihat bahwa kemampuan komunikasi matematika kelas eksperimen lebih baik daripada kemampuan komunikasi matematika kelas kontrol. Hal ini dikarenakan dalam pembelajaran menggunakan metode TAPPS, siswa dituntut untuk berfikir keras terhadap solusi atas masalah yang diberikan dan mampu mengkomunikasikannya dalam bentuk bahasa dan simbol matematika serta memanipulasi aljabar dengan lengkap dan logis. Siswa diminta untuk berbagi ide dalam kelompok dan menyelesaikan persoalan secara bersama sehingga siswa saling berbagi pengetahuan dalam kelompok. Kemampuan komunikasi matematika siswa dapat dilatih ketika mereka berbagi ide-ide matematika dan mengkomunikasikan fikiran matematika mereka secara logis dan jelas. Guru hanya sebagai fasilitator yang memberikan motivasi kepada siswa untuk terus aktif selama pembelajaran serta membimbing siswa dalam menyelesaikan masalah matematika yang diberikan. Selama penelitian berlangsung, ditemukan beberapa kendala yaitu pada beberapa pertemuan alokasi jam pelajaran yang seharusnya 90 menit berkurang menjadi 80 menit. Hal ini disebabkan pelajaran matematika di kelas eksperimen berlangsung pada hari Jumat pada jam pertama. Setiap hari Jumat pihak sekolah mengadakan program kuliah tujuh menit sebelum dimulainya proses pembelajaran. Namun waktu yang telah ditetapkan sering melewati dari yang telah dijadwalkan sehingga proses pembelajaran pada jam pertama terganggu. Hal ini mengakibatkan alokasi waktu yang dirancang selama penelitian terutama dalam diskusi kelompok kurang berjalan efektif sehingga berdampak pada alokasi waktu untuk kegiatan seterusnya. Kegiatan yang kurang optimal dalam kegiatan pembelajaran ini adalah pemberian soal mandiri yang terkendala oleh waktu. Keterlambatan dalam memulai pelajaran juga menjadi salah satu kendala karena terkadang kegiatan kultum dari pihak sekolah tidak sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Alokasi waktu yang dirancang selama penelitian terutama dalam diskusi kelompok kurang berjalan efektif sehingga berdampak pada alokasi waktu untuk kegiatan seterusnya. Guru mengalami kesulitan untuk membagi waktu dalam pemberian soal mandiri sehingga pada akhirnya, soal mandiri yang direncanakan dikerjakan di sekolah terkadang dijadikan sebagai pekerjaan rumah (PR) bagi siswa. KESIMPULAN Berdasarkan hasil analisis data penelitian yang telah dilakukan, maka disimpulkan bahwa kemampuan komunikasi matematika siswa kelas XI IPA SMAN 10 Padang yang menggunakan metode pembelajaran Think Aloud Pair Problem Solving (TAPPS) lebih baik daripada kemampuan komunikasi matematika siswa yang menggunakan metode pembelajaran konvensional. DAFTAR PUSTAKA [1] Armiati. 2009. Komunikasi Matematis dan Pembelajaran Berbasis Masalah. Makalah disajikan dalam Semnas Matematika UNPAR Bandung, 5 september 2009. [2] NCTM. 2000. Principles and Standars for School Mathematics. USA: The National Council of Teachers of Mathematics, Inc. [3] Departemen Pendidikan Nasional. 2006. Permendiknas Nomor 22 tentang Standar Isi Untuk Satuan Pendidikan Dasar Dan Menengah. Jakarta: Depdiknas. [4] Marteen, Van Someren. W., Barnard,Yvonne F., dan Sandberg, Jacobijn A.C. (1994). The Think Aloud Method. London: University of Amsterdam. [5] Suryabrata, Sumadi. 2004. Metode Penelitian. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. 55