Jurnal Teknika ISSN : Fakultas Teknik Universitas Islam Lamongan Volume 1 No.2 Tahun 2009

dokumen-dokumen yang mirip
DURABILITAS LASTON DENGAN FILLER ABU GAMBUT

KARAKTERISTIK LASTON MENGGUNAKAN BAHAN PENGISI ABU SAWIT

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melebihi daya dukung tanah yang diijinkan (Sukirman, 1992).

PEMANFAATAN LIMBAH ABU SERBUK KAYU SEBAGAI MATERIAL PENGISI CAMPURAN LATASTON TIPE B

PENGARUH PENGGUNAAN AGREGAT HALUS (PASIR BESI) PASUR BLITAR TERHADAP KINERJA HOT ROLLED SHEET (HRS) Rifan Yuniartanto, S.T.

PENGGUNAAN ABU GAMBUT SEBAGAI FILLER PADA CAMPURAN LAPIS ASPAL BETON DENGAN PENGUJIAN MARSHALL

KAJIAN KINERJA CAMPURAN BERASPAL PANAS JENIS LAPIS ASPAL BETON SEBAGAI LAPIS AUS BERGRADASI KASAR DAN HALUS

Jurnal Sipil Statik Vol.4 No.7 Juli 2016 ( ) ISSN:

Jurnal Sipil Statik Vol.5 No.1 Februari 2017 (1-10) ISSN:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Pengaruh Penggunaan Abu Sekam Padi sebagai Bahan Pengisi pada Campuran Hot Rolled Asphalt terhadap Sifat Uji Marshall

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1. Hasil Pemeriksaan Agregat dari AMP Sinar Karya Cahaya (Laboratorium Transportasi FT-UNG, 2013)

Kamidjo Rahardjo Dosen Teknik Sipil FTSP ITN Malang ABSTRAKSI

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan kebutuhan pokok dalam kegiatan masyarakat sehari-hari. Kegiatan

BATU KAPUR BATURAJA SEBAGAI FILLER PADA LAPIS ASPHALT CONCRETE-BINDER COURSE (AC-BC) CAMPURAN PANAS. Hamdi Arfan Hasan Sudarmadji

Alik Ansyori Alamsyah Fakultas Teknik Jurusan Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah Malang

PENGGUNAAN MIKRO ASBUTON SEBAGAI BAHANPENGIGSI (FILLER) TERHADAP DURABILITAS CAMPURAN HOT ROLLED ASPHALT(HRA)

PENGARUH VARIASI RATIO FILLER-BITUMEN CONTENT PADA CAMPURAN BERASPAL PANAS JENIS LAPIS TIPIS ASPAL BETON-LAPIS PONDASI GRADASI SENJANG

BAB III LANDASAN TEORI. bergradasi baik yang dicampur dengan penetration grade aspal. Kekuatan yang

PENGARUH VARIASI KANDUNGAN BAHAN PENGISI TERHADAP KRITERIA MARSHALL PADA CAMPURAN LAPIS ASPAL BETON-LAPIS ANTARA BERGRADASI HALUS

PEMANFAATAN ABU AMPAS TEBU ( BAGASSE ASH OF SUGAR CANE ) SEBAGAI BAHAN PENGISI ( FILLER ) DENGAN VARIASI TUMBUKAN PADA CAMPURAN ASPAL PANAS LASTON

3.1 Lataston atau Hot Rolled Sheet

Jurnal Sipil Statik Vol.4 No.12 Desember 2016 ( ) ISSN:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang terletak pada lapis paling atas dari bahan jalan dan terbuat dari bahan khusus

VARIASI AGREGAT PIPIH TERHADAP KARAKTERISTIK ASPAL BETON (AC-BC) Sumiati Arfan Hasan ABSTRAK

Jurnal Sipil Statik Vol.3 No.4 April 2015 ( ) ISSN:

PENGARUH KEPADATAN MUTLAK TERHADAP KEKUATAN CAMPURAN ASPAL PADA LAPISAN PERMUKAAN HRS-WC

NILAI KEHANCURAN AGREGAT (AGGREGATE CRUSHING VALUE) PADA CAMPURAN ASPAL

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

KARAKTERISTIK MARSHALL ASPHALT CONCRETE-BINDER COURSE (AC-BC) DENGAN MENGGUNAKAN LIMBAH BETON SEBAGAI PENGGANTI SEBAGIAN AGREGAT KASAR

ANALISA PERBANDINGAN PENGGUNAAN SEMEN PORTLAND DAN FLY ASH SEBAGAI FILLER PADA ASPHALT CONCRETE WEARING COURSE (AC-WC)

TUGAS AKHIR EVALUASI KINERJA FILLER ASBUTON DALAM CAMPURAN MORTAR HOT ROLLED ASPHALT. Oleh : Erwin Wisnu Wardana Ragil Purwanto

BAB I PENDAHULUAN. berkembang, sampai ditemukannya kendaraan bermotor oleh Gofflieb Daimler dan

PERBANDINGAN PENGARUH PENGGANTIAN AGREGAT KASAR No. 1/2 dan No. 3/8 TERHADAP PARAMETER MARSHALL PADA CAMPURAN HRS-WC 1 Farid Yusuf Setyawan 2

Vol.16 No.2. Agustus 2014 Jurnal Momentum ISSN : X

PERBANDINGAN KARAKTERISTIK AGREGAT KASAR PULAU JAWA DENGAN AGREGAT LUAR PULAU JAWA DITINJAU DARI KEKUATAN CAMPURAN PERKERASAN LENTUR

PENGARUH GRADASI AGREGAT TERHADAP KEDALAMAN ALUR RODA PADA CAMPURAN BETON ASPAL PANAS

DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR NTISARI BAB I PENDAHULUAN 1

BAB 1. PENDAHULUAN. Perkerasan jalan merupakan lapisan perkerasan yang terletak diantara

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

TINGKAT KEMUDAHAN MEMENUHI SPESIFIKASI PADA BERBAGAI JENIS CAMPURAN PANAS ASPAL AGREGAT.

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan bahan pengikatnya konstmksi perkerasanjalan dapat dibedakan atas:

STUDI PENGGUNAAN PASIR SERUYAN KABUPATEN SERUYAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH SEBAGAI CAMPURAN ASPAL BETON AC WC

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENGGUNAAN LIMBAH HANCURAN GENTENG SEBAGAI ALTERNATIF AGREGAT KASAR PADA CAMPURAN HOT ROLLED ASPHALT

BAB III LANDASAN TEORI

KAJIAN LABORATORIUM PENGGUNAAN MATERIAL AGREGAT BERSUMBER DARI KAKI GUNUNG SOPUTAN UNTUK CAMPURAN BERASPAL PANAS

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kerusakan yang berarti. Agar perkerasan jalan yang sesuai dengan mutu yang

Akhmad Bestari, Studi Penggunaan Pasir Pantai Bakau Sebagai Campuran Aspal Beton Jenis HOT

BAB IV HASIL DAN ANALISA DATA. aspal keras produksi Pertamina. Hasil Pengujian aspal dapat dilihat pada Tabel 4.1

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERSETUJUAN HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ABSTRAK ABSTRACT KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL

STUDI PARAMETER MARSHALL CAMPURAN LASTON BERGRADASI AC-WC MENGGUNAKAN PASIR SUNGAI CIKAPUNDUNG Disusun oleh: Th. Jimmy Christian NRP:

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan hal tersebut mengakibatkan peningkatan mobilitas penduduk

sampai ke tanah dasar, sehingga beban pada tanah dasar tidak melebihi daya

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Pengujian Agregat

BAB III LANDASAN TEORI. perkerasan konstruksi perkerasan lentur. Jenis perkersana ini merupakan campuran

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH GRADASI AGREGAT TERHADAP NILAI KARAKTERISTIK ASPAL BETON (AC-BC) Sumiati 1 ), Sukarman 2 )

Jurnal Sipil Statik Vol.3 No.3 Maret 2015 ( ) ISSN:

PENGARUH JUMLAH TUMBUKAN PEMADATAN BENDA UJI TERHADAP BESARAN MARSHALL CAMPURAN BERASPAL PANAS BERGRADASI MENERUS JENIS ASPHALT CONCRETE (AC)

PENGARUH KEPIPIHAN DAN KELONJONGAN AGREGAT TERHADAP PERKERASAN LENTUR JALAN RAYA ABSTRAK

STUDI PERBANDINGAN PENGGUNAAN JENIS-JENIS AGREGAT HALUS TERHADAP KARAKTERISTIK UJI MARSHAL PADA CAMPURAN LATASTON DI KABUPATEN KETAPANG

PENGARUH LIMBAH BAJA ( STEEL SLAG ) SEBAGAI PENGGANTI AGREGAT KASAR NO. ½ DAN NO.8 PADA CAMPURAN HRS-WC TERHADAP KARAKTERISTIK MARSHALL 1

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI. dari campuran aspal keras dan agregat yang bergradasi menerus (well graded)

KAJIAN LABORATORIUM SIFAT FISIK AGREGAT YANG MEMPENGARUHI NILAI VMA PADA CAMPURAN BERASPAL PANAS HRS-WC

I. PENDAHULUAN. diperkirakan km. Pembangunan tersebut dilakukan dengan kerja paksa

Jurnal Sipil Statik Vol.3 No.12 Desember 2015 ( ) ISSN:

BAB I PENDAHULUAN. tahun ke tahun makin meningkat. Laston (Asphalt Concrete, AC) yang dibuat sebagai

PERENCANAAN CAMPURAN ASPAL BETON AC-BC DENGAN FILLER ABU SEKAM PADI, PASIR ANGGANA, DAN SPLIT PALU ABSTRACT

KINERJA MARSHALL CAMPURAN LASTON DENGAN AGREGAT BULAT DARI SUNGAI KAMPAR SEBAGAI AGREGAT KASAR

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan untuk menunjang dan menggerakkan bidang bidang kehidupan

TINJAUAN STABILITAS PADA LAPISAN AUS DENGA MENGGUNAKAN LIMBAH BETON SEBAGAI PENGGANTI SEBAGIAN AGREGAT KASAR

BAB III LANDASAN TEORI

KAJIAN HUBUNGAN BATASAN KRITERIA MARSHALL QUOTIENT DENGAN RATIO PARTIKEL LOLOS SARINGAN NO.#200 BITUMEN EFEKTIF PADA CAMPURAN JENIS LASTON

ANALISIS KEKUATAN TARIK MATERIAL CAMPURAN SMA (SPLIT MASTIC ASPHALT) GRADING 0/11 MENGGUNAKAN SISTEM PENGUJIAN INDIRECT TENSILE STRENGTH

METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Operasi Teknik Kimia Fakultas

VARIASI AGREGAT LONJONG SEBAGAI AGREGAT KASAR TERHADAP KARAKTERISTIK LAPISAN ASPAL BETON (LASTON) ABSTRAK

PENGARUH PENAMBAHAN SERBUK BAN KARET PADA CAMPURAN LASTON UNTUK PERKERASAN JALAN RAYA

BAB III LANDASAN TEORI

KAJIAN EKSPERIMENTAL CAMPURAN HRS-WC DENGAN ASPAL MINYAK DAN PENAMBAHAN ADITIF LATEKS SEBAGAI BAHAN PENGIKAT

VARIASI AGREGAT LONJONG PADA AGREGAT KASAR TERHADAP KARAKTERISTIK LAPISAN ASPAL BETON (LASTON) I Made Agus Ariawan 1 1

PENGGUNAAN PASIR BESI SEBAGAI AGREGAT HALUS PADA BETON ASPAL LAPISAN AUS

NASKAH SEMINAR INTISARI

BAB I PENDAHULUAN. penduduk di Yogyakarta. Pembangunan hotel, apartemen, perumahan dan mall

I. PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan, pendidikan, dan pekerjaan. Ketersediaan jalan adalah

1. Kontruksi Perkerasan Lentur (Flexible Pavement)

PENGARUH TEPUNG KANJI SEBAGAI ZAT ADITIF TERHADAP NILAI STABILITAS DAN NILAI KELELEHAN PADA CAMPURAN ASPAL

PENGGUNAAN ABU BATUBARA HASIL PEMBAKARAN ASPHALT MIXING PLANT (AMP) SEBAGAI BAHAN CAMPURAN LAPIS ASPAL BETON (LASTON)

BAB I PENDAHULUAN. terjadi berlebihan (overload) atau disebabkan oleh Physical Damage Factor (P.D.F.)

ABSTRAKSI. Kata kunci : filler lumpur lapindo, HRS, laston, parameter uji Marshall, kadar aspal optimum

EFEK PEMAKAIAN PASIR LAUT SEBAGAI AGREGAT HALUS PADA CAMPURAN ASPAL PANAS (AC-BC) DENGAN PENGUJIAN MARSHALL

Transkripsi:

KAJIAN PENGGUNAAN FILLER ABU SEKAM PADI UNTUK MENGUJI DURABILITAS LASTON Zulkifli Lubis 1 Agus Zuliyanto 2 1) Dosen dpk, Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Islam Lamongan 2) Dosen Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Islam Lamongan ABSTRAK Campuran beraspal merupakan campuran yang digunakan untuk membentuk lapis perkerasan lentur jalan raya. Campuran beraspal umumnya terdiri dari agregat, filler dan aspal sebagai bahan pengikat. Material yang umum digunakan sebagai filler adalah semen, pasir kapur dan abu sekam padi, yang persediaannya terbatas serta relatif mahal. Alternatf lain yaitu penggunaan abu sekam padi yang merupakan limbah industri dari bahan bakar pabrik kertas. Salah satu jenis campuran beraspal adalah Lapis Aspal Beton (Laston). Campuran Laston yang baik adalah yang memiliki stabilitas, fleksibilitas, skid resistance, kedap air dan durabilitas yang cukup. Untuk mengetahui keandalan dari Laston dengan abu sekam padi dari segi durabilitasnya, maka dilakukan pengujian durabilitas dengan tes perendaman modifikasi Marshall. Indek keawetan dinyatakan dalam nilai IRS dan Indeks Keawetan Craus dkk. Dari pengujian laboratorium pada campuran Laston dengan filler abu sekam padi memberikan nilai IRS sebesar 87,64% pada perendaman selama 28 hari dan nilai Indeks Keawetan Pertama Craus dkk (r) sebesar 7.02% serta Indeks Keawetan Kedua Craus dkk (a) sebesar 25 %. Jika dibandingkan syarat nilai IRS minimal dari Bina Marga untuk Laston, yaitu 70%, nilai IRS Laston dengan filler abu sekam padi memenuhi syarat. Kata Kunci : Filler; Abu sekam padi, Bahan bisa diperbaharui, Laston, Durabilitas. PENDAHULUAN Konstruksi jalan raya sistem perkerasan lentur biasanya menggunakan campuran aspal dan agregat sebagai lapis pennukaan. Campuran aspal berfungsi sebagai lapisan struktural dan non strukutural. Campuran aspal yang berfungsi sebagai lapisan struktural adalah lapisan yang menahan dan menyebarkan beban roda. Sebagai lapisan non struktural aspal beton berfungsi sebagai lapis kedap air dan lapis aus (wearing course) atau lapisan yang langsung menderita gesekan akibat rem kendaraan. Lapis perkerasan aspal beton harus memiliki stabilitas yang cukup untuk memikul beban lalu lintas, fleksibilitas yang baik sehingga bisa mengikuti deformasi lapisan dibawahnya, skid resistance yang baik sehingga kendaraan tidak mengalami slip, kedap air dan durabilitas yang baik sehingga perkerasan jalan dapat menahan keausan akibat pengaruh cuaca, air dan perubahan suhu. Campuran Aspal terdiri dari berbagai jenis agregat seperti agregat halus, agregat kasar, mineral filler dan aspal sebagai bahan pengikat. Material yang umum digunakan sebagai filler pada penyusunan campuran perkerasan lentur adalah semen, pasir, kapur dan abu sekam padi yang mana persediaannya terbatas serta relatif mahal. Bila dilihat dari sumber materialnya, filler dan semen, pasir, kapur dan abu sekam padi berasal dari sumber material yang tidak dapat diperbaharui Untuk itu perlu adanya inovasi-inovasi baru dengan menggunakan alternatif bahan yang lain sehingga program pembangunan dan pemeliharaan jalan di masa yang akan datang dapat berjalan dengan lancar dan diusahakan lebih ekonomis. Salah satu bahan alternatif yang diteliti adalah abu sekam padi yang digunakan sebagai filler. Dimana abu sekam padi ini merupakan limbah industri pembakaran batu bata dan tembikar di daerah Baturono, Sukodadi Lamongan yang diperoleh dari hasil pembakaran gambut di dalam dapur/tungku pembakaran. Lapis Aspal Beton (Laston) Aspal beton adalah suatu lapisan pada konstruksi perkerasan jalan raya yang terdiri dari campuran aspal keras dan agregat yang mempunyai gradasi menerus yang dicampur, lalu dihamparkan 35

dan dipadatkan dalam kondisi panas pada suhu tertentu (Silvia Sukirman, 1993). Russ Bona Frazila, (2000) menyatakan bahwa Laston atau campuran aspal beton adalah campuran dengan agregat bergradasi menerus dan rapat yang dicampur pada suhu minimum 115 0 C, dihamparkan dan dipadatkan pada suhu minimum 110 0 C. Campuran ini berfungsi sebagai pendukung lalu lintas, pelindung lapisan dibawahnya dari cuaca dan air, sebagai lapis aus, menyediakan lapisan permukaan jalan yang rata dan tidak licin. Aspal beton merupakan salah satu jenis lapis permukaan yang umum dipakai di Indonesia yang berfungsi sebagai lapisan bersifat struktural yang menahan dan menyebarkan beban roda, lapis kedap air serta sebagai lapis aus. Pemilihan campuran aspal beton sebagai lapisan perkerasan jalan karena campuran aspal beton tersebut digunakan untuk jalan-jalan dengan lalu lintas berat, tanjakan dan jalan antar daerah. Bina Marga (1989) menyatakan bahwa agregat campuran untuk aspal beton harus mempunyai gradasi yang menerus dari butiran yang kasar sampai yang halus. Bahan Pengisi (Filler) Mineral filler adalah suatu mineral agregat dari fraksi halus yang merupakan bahan non-plastis dan non-organik. Dalam campuran Hot Rolled Asphalt (HRA) material filler bersama-sama dengan aspal membentuk mortar dan berperan sebagai pengisi rongga sehingga meningkatkan kepadatan dan ketahanan campuran serta meningkatkan stabilitas campuran, sedangkan pada campuran Laston filler berfungsi sebagai bahan pengisi rongga dalam campuran. Pada prakteknya fungsi dari filler adalah untuk meningkatkan viskositas dari aspal dan mengurangi kepekaan terhadap temperatur. Menurut Hatherly, (1967) meningkatkan komposisi filler dalam campuran dapat meningkatkan stabilitas campuran tetapi menurunkan kadar air void (rongga udara) dalam campuran. Meskipun demikian komposisi filler dalam campuran tetap dibatasi, karena terlalu tinggi kadar filler dalam campuran akan mengakibatkan campuran menjadi getas (brittle) dan akan retak (crack) ketika menerima beban lalu lintas. Akan tetapi terlalu rendah kadar filler akan mengakibatkan campuran akan terlalu lunak pada saat cuaca panas. Material yang sering digunakan sebagai filler adalah semen portland (PC), batu kapur dan abu sekam padi dan stone crusher. Abu sekam padi Abu sekam padi adalah sejenis abu terbang yang merupakan sisa pembakaran batu bata atau tembikar. Pemanfaatan sekam padi kering serinmg digunakan sebagai bahan bakar dalam proses pembakaran batu bata atau tembikar, dikarenakan harganya yang relatif murah dan mudah didapatkan di pedesaan. Secara visual abu sekam padi adalah material berwarna abu abu dengan bentuk butiran yang halus, padat dan bulat. Dari hasil pra penelitian, abu sekam padi tersebut 57% - 62% lolos saringan no.200 (0,075mm) dan bersifat non plastis. Indeks Keawetan (Durability Index) Campuran Beraspal Metoda praktis yang sering digunakan untuk mengevaluasi keawetan campuran beraspal adalah dengan melakukan perendaman benda uji di air pada suhu tertentu dan waktu tertentu. Bina Marga (1989) menyaratkan untuk pengujian keawetan campuran beraspal adalah dengan merendam benda uji dalam air selama 24 jam dengan suhu 600 C, kemudian dibandingkan stabilitasnya dengan benda uji yang tidak direndam. Indeks keawetan dinyatakan dengan Indeks penurunan kuat tekan sisa (Index Retained Strength) campuran beraspal akibat pengaruh perendaman dirumuskan sebagai berikut : S (IRS) = 2 100% S1 dengan : S 1 = Rata-rata kuat tekan benda uji kelompok I S 2 = Rata-rata kuat tekan benda uji kelompok II Beberapa peneliti melakukan penelitian tingkat keawetan dengan pengujian masa perendaman yang Iebih lama. Craus, dkk (1981) menyatakan bahwa kriteria perendaman satu hari tidak selalu mencerminkan sifat keawetan dari campuran setelah beberapa waktu masa perendaman. Pernyataan ini dibuktikan oleh Siswosoebrotho, B.I, dkk (1999), dengan melakukan perendaman selama 30 hari pada jenis campuran HRS Kelas A. Hasil penelitian tersebut menunjukan bahwa perendaman sampai 14 hari nilai nilai stabilitas campuran turun secara bertahap sampai 90% setelah 14 hari stabilitas 36

campuran turun drastis hingga mencapai dibawah 70% pada perendaman 30 hari. Dalam penelitiannya Craus dkk, (1981) memperkenaikan 2 macam indeks keawetan yaitu : a. Indeks keawetan pertama yang didefenisikan sebagai jumlah dari kelandaian-kelandaian secara berurutan dari kurva keawetan. Indeks (r) dihitung berdasarkan rumus; r n 1 i 0 ( S i S i 1 )/( ti 1 t) b. Indeks keawetan kedua, yang didefenisikan sebagai daerah kehilangan kekuatan rata-rata meliputi antara kurva keawetan dan garis S0 = 100%. Indeks (a) ini dinyatakan sebagai berikut : 1 a ( Si Si 1).[2tn ( ti 1 ti)] tn dengan : S i = persen kekuatan tertahan pada waktu t i S i+1 = persen kekuatan tertahan pada waktu t i+1 t i, t i+1 = Periode perendaman = total waktu perendaman t n METODE PENELITIAN Pengujian durabilitas campuran beraspal Laston dilakukan dengan memodifikasi pengujian durabilitas metoda Marshall, dengan cara menambah masa perendaman. Variasi masa perendaman adalah 1 hari, 4 hari, 7 hari dan 28 hari dengan suhu perendaman 60 0 C. Jenis campuran beraspal yang digunakan adalah Laston tipe Gradasi VII. Pengujian durabilitas dilakukan pada kondisi kadar aspal optimum. Abu sekam padi yang digunakan sebagai filler berasal dari sisa pembakaran batu bata atau tembikar yang didapatkan dari pedesaan sekitar Baturono, Sukodadi dan Sukobendu, Mantup Lamongan. Sebelum digunakan abu sekam padi disaring untuk mendapatkan bagian yang lolos saringan no.200 sebagai bahan filler. Sebagai pembanding digunakan filler semen Portland tipe I produksi PT. Semen Gresik, dengan variasi proporsi filler; 100% abu sekam padi, 50% abu sekam padi, 50% semen, dan 100% semen. Agregat kasar yang digunakan berasal dari Crusher AMP dan pasir alam didapatkan dari Kali Brantas Mojokerto. Aspal yang digunakan adalah aspal penetrasi 60/70 dari Pertamina. Pengujian dilakukan di Laboratorium Base Camp AMP Milik PT. BRD Babat Lamongan. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pengujian Berat Jenis Filler Pengujian yang dilakukan terhadap filler yang digunakan adalah pengujian berat jenis, hasil pengujian seperti pada Tabel 1 Tabel 1 Hasil Pengujian Berat Jenis Filler No Jenis Pengujian Metoda Pengujian Hasil Pengujian 1 Berat Jenis Semen SNI 15-2531-1991 3.04 2 Berat Jenis Abu sekam padi SNI 15-2531-1991 2.10 Hasil pengujian itu menunjukkan bahwa abu sekam padi memiliki nilai berat jenis lebih rendah dari semen, hal ini akan menyebabkan secara volumetric abu sekam padi lebih banyak daripada semen pada jumlah berat yang sama. Hasil Pengujian Sifat-sifat Marshall Pengujian Marshall yang dilakukan pada campuran Laston dengan filler Abu sekam padi dan semen serta filler pencampuran dari keduanya, memberikan hasil kadar asal optimum filler abu sekam padi 7,53%, jauh lebih tinggi dari filler semen sebesar 6,21%, sedangkan filler campuran keduanya nilai kadar aspal optimum berada di antara keduanya, yaitu 7,65%. Perbedaan kadar aspal yang cukup signifikan ini disebabkan oleh perbedaan berat jenis kedua jenis filler ini. Dalam perancangan campuran perbandingan yang dipakai adalah perbandingan berat, sehingga secara volumetrik abu sekam padi lebih banyak daripada semen, yang mengakibatkan jumlah aspal yang dibutuhkan untuk menyelimuti seluruh permukaan agregat dalam campuran dengan filler abu sekam padi juga lebih banyak, sehingga kadar aspal optimum campuran Laston dengan filler abu sekam padi lebih tinggi. Hasil pengujian sifat-sifat Marshall seperti pada Tabel 2. Tabel 2 memperlihatkan bahwa penggunaan abu sekam padi sebagai filler pada campuran Laston memberikan nilai-nilai sifat Marshall yang memenuhi nilai-nilai yang telah disyaratkan dalam spesifikasi yang dikeluarkan Bina Marga, (1989). 37

No Tabel 2. Hasil Pengujian Sifat Marshall Variasi Filler Campuran 50% Abu 100% Sat 100% sekam padi Abu Semen 50% sekam Semen padi Sifat Marshall 1 Kadar aspal optimum 2 Berat isi (kepadatan ) Spesifikasi untuk Lalu Lintas Berat *) % 6,21 7,65 7,53 - gr/cc 2.412 2.392 2.322-3 VMA % 17.82 18,92 19,87 Min 13 4 VIM % 3,652 3.164 3.103 3 5 5 VFA % 76.87 82.643 83.875 Min 65 6 Stabilitas kg 1221 1197.87 1112.13 Min 550 7 Flow mm 3,02 3,12 3,18 2 4 8 Marshall Quotient *) Spesifikasi Bina Marga, (1989), untuk Laston kg/mm 338,732 341.872 342.542 200 350 Hubungan Stabilitas dengan Waktu Perendaman Stabilitas Marshall merupakan indikator untuk menunjukan kemampuan campuran beraspal menahan beban lalu lintas kendaraan diatasnya tanpa mengalami perubahan bentuk. Ketidakstabilan perkerasan akan mengakibatkan terjadinya perubahan bentuk berupa jejak roda dan bergelombang bahkan sampai terjadi kerusakan. Kecepatan kerusakan perkerasan akan diperparah oleh adanya air tergenang pada perkerasan jalan dan perubahan suhu udara. Pengujian durabilitas campuran beraspal dengan cara perendaman dalam air pada suhu tertentu bertujuan untuk melihat kemampuan campuran mempertahankan kekuatannya setelah direndam dalam air dan pengaruh suhu. Dari pengujian yang dilakukan terlihat bahwa nilai stabilitas campuran pada perendaman 1 hari turun, kemudian naik sampai perendaman 7, lalu turun kembali setelah perendaman Iebih dari 7 hari, penurunan seiring dengan Iamanya waktu perendaman. Dari pengujian juga terlihat penurunan kekuatan campuran terus berlangsung jika masa perendaman ditambah, tetapi tidak terlalu signifikan, seperti yang terlihat pada Gambar 1. Hal ini membuktikan pernyataan yang dikemukakan Craus dkk, (1981) bahwa kriteria keawetan tidak bisa dilihat hanya dengan perendaman 1 hari saja. Gambar 1. Hubungan Stabilitas dengan Masa Perendaman Sebelum dan sesudah mengalami perendaman dalam kurun waktu tertentu, nilai stabilitas campuran Laston dengan filler abu sekam padi berada di bawah semen, tetapi masih berada diatas syarat stabilitas yang ditetapkan Bina Marga, (1989) sebesar 550 Kg untuk lalu lintas berat. Pengurangan nilai stabilitas selama masa perendaman memiliki kecenderungan yang sama untuk kedua jenis filler yang digunakan. Dari Gambar 1 terlihat, jika filler abu sekam padi dicampur dengan semen dengan komposisi 50% abu sekam padi 50% semen, maka nilai stabilitasnya mendekati filler 100% semen. Indeks Keawetan Campuran Indeks keawetan pada penelitian ini menggunakan indeks keawetan berdasarkan nilai IRS, (menggunakan persamaan 1) dan indeks keawetan yang dikemukan oleh Craus dkk (1981). (menggunakan Persamaan 2 dan 3). Indek Keawetan yang dinyatakan dengan IRS merupakan perbandingan nilai stabilitas antara sebelum direndam dengan setelah direndam. Persentasi perbandingan tersebut yang dinyatakan dalam IRS. Pengujian IRS menghasilkan nilai yang menurun pada perendaman 1 hari, kemudian naik sampai pada perendaman 7 hari, dan jika masa perendaman terus ditambah, nilai IRS turun kembali, seperti yang terlihat pada Gambar 2. Indeks keawetan yang dinyatakan dengan IRS menunjukkan hasil nilai IRS campuran Laston filler abu sekam padi memiliki kecendrungan yang sama dengan filler semen, yaitu pada pengujian perendaman 1 hari cenderung turun kemudian naik sampai perendaman 7 hari kemudian cenderung mengalami penurunan kembali jika perendaman 38

lebih dari 7 hari. Pengujian perendaman sampai 28 hari menunjukkan nilai IRS masih diatas batas minimal yang ditetapkan Bina Marga, (1989) sebesar 75%, atau dengan kata lain secara laboratorium keawetan Laston dengan filler abu sekam padi masih memenuhi syarat. stabilitas campuran, artinya durabilitasnya makin kecil. Gambar 3. Skema Kurva Keawetan Campuran Laston dengan Filler 100% Abu sekam padi Gambar 2. Hubungan Nilai IRS dengan Masa Perendaman Nilai Indek Keawetan Craus dkk seperti pada Tabel 3, berikut ini. Tabel 3. Hasil Perhitungan Indek Keawetan Craus dkk Variasi Campuran Indek Keawetan Pertama (r,%) Indek Keawetan Kedua (a,%) 100% Abu sekam padi 1,52 3,96 50% Abu sekam padi 50% Semen 3,21 5.98 Gambar 4. Skema Kurva Keawetan Campuran Laston dengan Filler 50% Abu sekam padi 50% Semen 100% Semen 7,54 12.78 Tabel 3 menunjukkan nilai indeks keawetan Laston dengan filler abu sekam padi Iebih besar daripada filler semen, artinya keawetan Laston dengan filler abu sekam padi lebih rendah daripada filler semen, atau kehilangan nilai stabilitas akibat perendaman pada Laston dengan filler abu sekam padi lebih besar daripada Laston filler semen. Kehilangan nilai stabilitas masing-masing variasi campuran tersebut bisa dilihat lebih jelas pada gambar 3, Gambar 4 dan Gambar 5. Bagian yang diarsir merupakan persentase kehilangan stabilitas selama waktu perendaman. Makin luas daerah yang diarsir menunjukkan makin besar kehilangan Gambar 4. Skema Kurva Keawetan Campuran Laston dengan Filler 50% Abu sekam padi 50% Semen 39

Jika dilihat nilai indeks keawetan yang dikemukakan di atas, seperti pada Gambar 2, sampai dengan Gambar 5 dan Tabel 3, filler abu sekam padi memberikan nilai yang paling baik. Dengan kata lain akan menghasilkan nilai keawetan yang lebih baik. KESIMPULAN Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan : 1. Durabilitas campuran beraspal yang dinyatakan dengan indeks keawetan nilai IRS, Laston dengan filler abu sekam padi lebih tinggi daripada filler semen. 2. Durabilitas yang dinyatakan dengan indeks keawetan Craus dkk. (1981), menunjukkan nilai indeks keawetan Laston dengan filler abu sekam padi lebih tinggi daripada filler semen. 3. Berdasarkan indeks keawetan nilai IRS dapat dinyatakan bahwa durabilitas Laston dengan filler abu sekam padi memenuhi persyaratan minimal yang ditetapkan Bina Marga, (1989). DAFTAR PUSTAKA Bina Marga. (1989). Petunjuk Pelaksanaan Lapis Aspal Beton (Laston) Untuk Jalan Raya, SNI No. 1737 1989 F, 1989, Departemen PU, Jakarta. British Standard Institution, BS 812, (1975), Method for Sampling and Testing of Mineral Aggregates, Sands and Fillers, London. British Standard Institution, BS 594, (1985), Specifications for Constituent Material and Asphalt Mixture, Hot Rolled Asphalt for roads and Other Paved Areas, London. Craus, J., Ishai, I., and Sides, A., (1981), Durability of Bituminous Paving Mixtures as Related to Filler Type and Properties Proceedings Association of Asphalt Paving Technologists, Technical sessions, February 16,17 and 18, Volume 50, San diego, California. Hathetlay, L.W. and Leaver, P.C., (1967), Asphaltic Road Materials, Edward Arnold (Publisher) LTD, London. Leo Sentosa, (2001) Kinerja Laboratorium Campuran Hot Rolled Asphalt dengan Abu sekam padi sebagai Filler Prosiding Simposium Nasional FSTPT ke-4, Denpasar, Bali, 8 November 2001. Leo Sentosa, (2004) Abu sekam padi sebagai Bahan Filler Alternatif pada Campuran Beraspal Prosiding Seminar Hasil Penelitian Dosen Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik UNRI, tanggal 29 Mei dan 11 Desember 2004. Leo Sentosa, Agus Ika Putra, dan Mufriadi, (2004), Durabilitas Laston Menggunakan Filler Abu Sawit dengan Tes Perendaman Modifikasi Marshall, Jurnal Penelitian, Vol XIII, No. 2 Lembaga Penelitian Universitas Riau, Pekanbaru. Russ Bona Frazila, (2000), Pemanfaatan Limbah sebagai Komponen dan Material Aditif Campuran Beraspal, dalam makalah Simposium Nasional FSTPT ke-3, Yogyakarta. Bambang Imanto Siswosoebrotho, (1994), Peran Filler pada Sifat-sifat Teknik Campuran Hot Rolled Asphalt, Makalah yang disampaikan pada Konfrensi Tahunan Teknik Jalan ke-5, pada tanggal 9 11 Mei 1994 di Bandung. Bambang Ismanto Siswosoebrotho, Buyung Oktarizal, Syukri, (1999), Pengaruh Air Asin terhadap Durabilitas Campuran Aspal Beton, Prosiding Simposium Nasional FSTPT ke-2, Surabaya, 2 Desember 1999 40