BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Harga diri pada remaja di panti asuhan dalam penelitian Eka Marwati (2013). Tentang pelatihan berpikir optimis untuk meningkatkan harga diri pada remaja di panti asuhan. Hasil survei menunjukkan 46% remaja di panti asuhan mengarah pada ciri-ciri harga diri rendah. Remaja di panti menganggap dirinya tidak memiliki pendirian, menjadi sumber masalah bagi lingkungan, terasing dari keluarga, dan mudah menyerah serta mengalami hambatan untuk mengekspresikan emosi negatif. Pelatihan berpikir optimis sangat signifikan untuk meningkatkan harga diri remaja di panti asuhan. Remaja yang tinggal di panti asuhan mengalami rendah diri atau minder karena mereka beranggapan bahwa tidak berharga bagi keluarga sehingga mereka berada dipanti asuhan. Tanda dari harga diri rendah yaitu tidak percaya diri, gangguan hubungan sosial, merasa tidak mampu, kegagalan pribadi. Masyarakat atau teman-teman sosial sering memberikan label negatif terhadap anak-anak di panti asuhan. Menurut hurlock (2000) terdapat dampak negatif pola perkembangan kepribadian anak panti asuhan terhadap pola perkembangan kepribadian anak panti asuhan, dimana mereka tidak mendapatkan lingkungan pengganti keluarga yang benar-benar dapat menggantikan fungsi keluarga yaitu: kepribadian inferior, pasif, apatis, menarik diri, mudah putus asa, penuh dengan ketakutan dan kecemasan dan sehingga sulit menjalin hubungan sosial dengan orang lain, lebih menyukai kesendirian, menunjukkan rasa bermusuhan dan lebih egosentrisme. Kehidupan panti asuhan memiliki dampak positif dan negatif bagi penghuninya, diantaranya ada sebagian anak yang besar di panti asuhan justru mendapat gemblengan dari kerasnya hidup sejak muda. Mereka tumbuh menjadi sosok yang tak mudah menyerah dan 1
terbiasa mandiri. Selain itu, walaupun menjadi penghuni panti asuhan namun dalam lingkup kerja dan bermasyarakat mereka bisa bersaing dengan orang yang dibesarkan dalam keluarga biasa (Gandaputra, A 2013, hal: 2). Gambaran self-esteem remaja yang tinggal di panti asuhan dalam penelitian Androe Gandaputra (2013) survey yang memiliki self esteem negatif lebih banyak daripada yang memiliki self esteem positif. Remaja yang memiliki self esteem negatif sebesar 96 orang (52,17%). Pengasuh panti asuhan menyebutkan bahwa sebagian besar remaja panti asuhan memiliki motivasi berprestasi yang sangat kurang. Mereka kurang bersemangat untuk belajar dan kurang memiliki kemauan untuk mengatasi hambatan dalam usaha mencapai prestasi yang diharapkan. Pelanggaran-pelanggaran terhadap peraturan panti asuhan masih sering terjadi dan sering terulang, walaupun sudah diterapkan berbagai sanksi. Namun sepertinya tidak membuat jera bagi remaja panti asuhan untuk melanggar dan melanggar lagi. Hal ini dimungkinkan karena terdapat masalah yang belum terpecahkan pada diri pribadi individu tersebut. Perpisahan dengan orang tua mempengaruhi anak dari berbagai usia. Ketika seorang anak dimasukan dipanti asuhan, mungkin untuk beberapa waktu anak akan menyendiri dan bersikap murung. Mereka akan merasa sedih karena kehilang orang tuanya. Mereka merasa kehilangan dukungan sosial dan emosionalnya yang mereka butuhkan dari orang tua dalam menjalani kehidupan, terlebih dalam memasuki masa remaja. Kasih sayang, perhatian dan rasa aman yang kurang didapat di masa kecilnya akan berpengaruh terhadap perkembangan dirinya. Pada masa menginjak usia remaja, dirinya menunjukan sikap kurang menghargai dirinya, menyalahkan dirinya atas sesuatu yang tidak dimilikinya atau ketidak sempurnaan dirinya dan merasa dirinya tidak bahagia, Androe Gandaputra (2013). Kasih sayang, penerimaan dan penghargaan yang diberikan oleh pengasuh berperan penting dalam perkembangan diri remaja ketika berinteraksi dengan teman sebaya. Masa 2
remaja merupakan masa yang paling penting dan menentukan bagi perkembangan harga dirinya. Harga diri menurut Coopersmith (dalam Wardhani, 2009) mengungkapkan bahwa harga diri merupakan evaluasi atau penilaian yang dibuat oleh seseorang dan biasanya berhubungan dengan penghargaan diri sendiri, hal ini mengungkapkan sikap penerimaan atau penolakan dan mengidikasikan kepercayaan orang yang bersangkutan pada dirinya sendiri untuk merasa mampu, sukses, dan berguna. Dengan kata lain, harga diri adalah penilaian secara personal tentang keberartian yang diekspresikan melalui sikap seseorang terhadap diri sendiri. Dan faktor-faktor yang mempengaruhi harga diri remaja Menurut Coopersmith (dalam Wardhani, 2009) yaitu faktor pengalaman dalam keluarga, dimana menunjukkan penerimaannya, afeksi, minat dan keluarga juga terlibat pada kegiatan yang dialami remaja. Memberikan batasan-batasan yang jelas secara tegas dan konsisten kepada remaja, dan membentuk kedisiplinan yang tidak memaksa guna untuk menghindari hak-hak istimewa dan mendiskusikan alasannya. Faktor umpan balik terhadap performance yaitu kekuatan untuk mengendalikan kejadian-kejadian yang menimpa dirinya. Dan faktor perbandingan sosial yaitu bisa menempatkan diri pada strata sosial. Dimana dari faktor tersebut dapat membentuuk konsep individu dan mempengaruhi penempatan harga diri. Konsep diri menurut Calhoun dan Acocella (2004) adalah gambaran mental yang dimiliki seorang individu. Gambaran mental yang dimiliki individu terdiri dari tiga aspek yaitu pengetahuan yang dimiliki individu mengenai dirinya sendiri, penilaian mengenai kondisi dirinya sendiri dan pengharapan yang dimiliki individu mengenai dirinya sendiri. Pada masa remaja konsep diri akan berkembang terus hingga memasuki masa dewasa. Perkembangan konsep diri remaja memiliki karakteristik yang khas dibandingkan pada masa usia perkembangan lainnya. Sejak kecil individu telah dipengaruhi dan dibentuk oleh pengalaman yang dijumpai dengan individu lainnya, terutama dengan orang terdekat, maupun yang di dapatkan dalam peristiwa-peristiwa kehidupan. 3
Derajat positif-negatif dari konsep diri akan berpengaruh pada rasa percaya diri seseorang dan akhirnya mempengaruhi tingkah lakunya. Remaja dengan konsep diri positif akan lebih percaya diri dan merasa yakin bahwa dirinya memiliki andil terhadap segala sesuatu yang terjadi pada dirinya. Akibatnya, ia akan lebih bersemangat untuk berusaha mencapai segala tujuannya. Konsep diri yang negatif membuat remaja cenderung memusatkan perhatian pada hal-hal yang negatif dalam dirinya, sehingga sulit menemukan hal-hal positif dan pantas dihargai dalam dirinya. Remaja yang mempunyai konsep diri negatif mudah mengecam dan menyalahkan diri sendiri karena merasa kurang cantik atau kurang berbakat. Oleh karena itu konsep diri yang negatif cenderung membawa remaja pada kegagalan. Perasaan tidak mampu dan bayangbayang kegagalan justru akan menghambat keberhasilan, sehingga sering kali bayang-bayang kegagalan tersebut menjadi kenyataan, dan remaja tersebut akhirnya menghindari kesempatan. Kesempatan yang sebenarnya mungkin saat bermanfaat bagi pengembangan dirinya. Di sini nampak jelas bahwa diri mempunyai pengaruh besar dalam kehidupan. Semenjak konsep diri mulai terbentuk, seseorang akan berprilaku sesuai dengan konsep dirinya tersebut. Apabila perilaku seseorang tidak konsisten dengan konsep dirinya, maka akan muncul perasaan tak nyaman dalam dirinya. Inilah hal terpenting dari konsep diri. Hal ini tampak pada sebagian remaja panti asuhan, dimana sebagian remaja menerima pendapat negatif dari lingkungan mengenai anak panti asuhan dan meyakini kebenaran tersebut, sehingga dapat menimbulkan rasa tidak percaya diri pada remaja sehingga merasa terasingkan, tidak disayangi, tidak mampu mengekspresikan atau mempertahankan diri serta tidak mampu mengatasi kelemahan mereka (Ihsan, 2004) 4
Pandangan seseorang tentang dirinya akan menentukan tindakan yang akan diperbuatnya. Apabila seseorang memiliki konsep diri yang positif, maka akan terbentuk penghargaan yang tinggi pula terhadap diri sendiri, atau dikatakan bahwa ia memiliki self esteem (harga diri) yang tinggi. Penghargaan terhadap diri yang merupakan evaluasi terhadap diri sendiri akan menentukan sejauh mana seseorang yakin akan kemampuan dirinya dan keberhasilan dirinya. Jadi, apabila ia memiliki konsep diri yang positif yang ditunjukkan melalui self esteem yang tinggi. Segala perilakunya akan selalu tertuju pada keberhasilan. Ia akan berusaha dan berjuang untuk selalu mewujudkan konsep dirinya. Misalnya apabila seorang merasa bahwa ia pandai maka ia akan belajar tekun dan bekerja keras untuk membuktikan bahwa ia benar-benar pandai seperti keyakinannya. Ia juga tidak akan mudah putus asa karena mempunyai keyakinan bahwa ia pasti berhasil karena kepandaiannya. Konsep diri yang baik dapat berakibat baik pada diri sendiri dan sebaliknya, konsep diri yang buruk dapat berdampak negatif. Beberapa penelitian telah dilakukan untuk memberikan potret yang mendalam tentang situasi anak-anak dan pengasuhan yang di dapatkan di panti asuhan. Menurut Hurlock (2000) Terdapat dampak negatif panti asuhan terhadap pola perkembangan kepribadian anak asuhnya, dimana anak tidak dapat menemukan lingkungan pengganti keluarga yang benarbenar dapat menggantikan fungsi keluarga yaitu: terbentuknya kepribadian anak yang inferior, pasif apatis, menarik diri, mudah putus asa, penuh dengan ketakutan dan kecemasan, sehingga akan sulit menjalin hubungan sosial dengan orang lain, disamping itu menunjukkan perilaku yang negatif, takut melakukan kontak dengan orang lain, lebih suka sendirian, menunjukann rasa bermusuhan, dan lebih egosentrisme. 5
Pada penelitian Figen Gürsoy dkk (2012) meneliti tentang pembelajaran konsep diri pada tingkat remaja dari usia 13-18 tahun pada mereka yang tinggal dipanti asuhan dan yang tidak tinggal di panti asuhan. Penelitian ini bertujuan untuk menguji tingkat konsep diri remaja dalam kelompok usia 13-18 yang tinggal di panti asuhan dan yang tidak tinggal di panti asuhan dan menentukan faktor-faktor yang dapat berdampak pada tingkat konsep yang berdampak pada tingkat konsep diri mereka, Studi ini mencakup total 126 remaja termasuk 63 remaja yang tinggal di panti asuhan dan 63 remaja yang tidak tinggal di panti asuhan. Konsep diri remaja yang tinggal di panti asuhan lebih rendah dibandingkan remaja yang tidak tinggal di panti asuhan dilihat dari faktor jumlah teman dekat mereka, pengaruh pandangan teman-teman mereka, permintaan untuk bantuan dari personil dan sikap remaja dalam hubungan mereka dengan teman-teman menyebabkan perbedaan dalam skor konsep diri remaja menurut jenis kelamin dan menurut tempat mereka tinggal dalam kasus-kasus remaja yang tidak tinggal di panti asuhan. Berdasarkan pengamatan peneliti, remaja yang tinggal di panti asuhan sebagian besar memiliki konsep diri negatif dan harga diri yang rendah, misalnya saja pada harga diri remaja menganggap dirinya tidak memiliki pendirian, menjadi sumber masalah bagi lingkungan, merasa terasing dari keluarga, dan mudah menyerah, serta mengalami hambatan untuk mengekspresikan emosi negatifnya (Eka, 2013). Sedangakan pada konsep diri negatif remaja yang tinggal di panti asuhan misalnya bersikap pesimis, meragukan kemampuan sendiri, menganggap orang tuanya tidak mencintai dirinya, dan tidak percaya diri (Hurlock, 2000). Berbeda dengan remaja yang tidak tinggal di panti asuhan yaitu dalam keluarga faktor orang tua merupakan kontak sosial yang paling awal dialami seseorang dan yang paling kuat, sehingga informasi yang diberikan orang tua kepada anaknya menancap dari pada informasi 6
yang diberikan oleh orang lain. Anak yang tidak memiliki orang tua, di sia-siakan oleh orang tua akan memperoleh kesukaran dalam mendapatkan informasi tentang dirinya dan hal ini akan menjadi penyebab utama anak berkonsep diri negatif. Hubungan dengan kawan sebaya akan mempengaruhi pandangan remaja mengenai diri sendiri. Dan masyarakat sangat berpengaruh terhadap konsep diri yang dimiliki remaja, seperti siapa bapaknya, ras dan lainlain. Dari uraian diatas, alasan ini peneliti tertarik mengetahui apakah ada pengaruh konsep diri terhadap harga diri remaja di panti asuhan Akhiruz zaman, Bekasi Jawa Barat. 1.2. Rumusan masalah Penetapan rumusan masalah dari penelitian ini lebih memberikan fokus permasalahan sebagai berikut : Adakah pengaruh konsep diri terhadap harga diri remaja di panti asuhan Akhiruz zaman Bekasi, Jawa Barat. 1.3. Tujuan penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang ingin di jawab, maka tujuan penelitian ini adalah : Mengetahui adanya pengaruh konsep diri terhadap remaja di panti asuhan Akhiruz Zaman Bekasi, Jawa Barat. 7
1.4. Manfaat Penelitian 1.4.1. Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap perkembangan ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan studi psikologi, khususnya di bidang psikologi kepribadian dan psikologi sosial. 1.4.2. Manfaat Praktis Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan mamfaat dalam bentuk sumbangan pemikiran terhadap panti asuhan untuk membantu meningkatkan konsep diri dan harga diri remaja di panti asuhan. 8