BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Harga diri pada remaja di panti asuhan dalam penelitian Eka Marwati (2013). Tentang

dokumen-dokumen yang mirip
1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kesuksesan, karena dengan kepercayaan diri yang baik seseorang akan mampu

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam menjalani kehidupan manusia memiliki rasa kebahagiaan dan

BAB 1 PENDAHULUAN. dan sosial-emosional. Masa remaja dimulai kira-kira usia 10 sampai 13 tahun

BAB I PENDAHULUAN. Di zaman modern ini perubahan terjadi terus menerus, tidak hanya perubahan

Bab I Pendahuluan. Manusia merupakan makhluk sosial yang hidup bermasyarakat atau dikenal dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. jenis kelamin, status ekonomi sosial ataupun usia, semua orang menginginkan

BAB I PENDAHULUAN. dan berfungsinya organ-organ tubuh sebagai bentuk penyesuaian diri terhadap

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tidak setiap anak atau remaja beruntung dalam menjalani hidupnya.

BAB 1 PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. Perjalanan hidup manusia mengalami beberapa tahap pertumbuhan.

BAB I PENDAHULUAN. jenjang pendidikan, di dalam suatu pembelajaran harus ada motivasi belajar, agar

I. PENDAHULUAN. Lingkungan keluarga seringkali disebut sebagai lingkungan pendidikan informal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan periode peralihan dari masa kanak-kanak. Masa

BAB II LANDASAN TEORI A. HARGA DIRI Menurut Coopersmith harga diri merupakan evaluasi yang dibuat oleh individu dan berkembang menjadi kebiasaan

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Harga Diri. Harris, 2009; dalam Gaspard, 2010; dalam Getachew, 2011; dalam Hsu,2013) harga diri

BAB I PENDAHULUAN. Istilah adolescence atau remaja berasal dari kata Latin (adolescence)

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. peristiwa yang menyenangkan maupun peristiwa yang tidak menyenangkan.

SKRIPSI Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Mencapai Derajat Sarjana (S-1) Psikologi

Panti Asuhan Anak Terlantar di Solo BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu fase dalam kehidupan manusia yang sangat penting dilalui bagi

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa yang penting dalam kehidupan seseorang,

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan di sekolah, potensi individu/siswa yang belum berkembang

BAB 1 PENDAHULUAN. berhubungan dengan manusia lainnya dan mempunyai hasrat untuk

BAB I PENDAHULUAN. berbagai umur dan lapisan masyarakat. Kebahagiaan bukan hanya berkisar pada

BAB I PENDAHULUAN. pembeda. Berguna untuk mengatur, mengurus dan memakmurkan bumi. sebagai pribadi yang lebih dewasa dan lebih baik lagi.

BAB I PENDAHULUAN. lain. Sebagai makhluk sosial manusia dituntut untuk dapat menyesuaikan diri,

BAB I PENDAHULUAN. Perhatian dunia pendidikan terhadap remaja semakin besar dan. meningkat.banyak ahli maupun praktisi yang memberikan perhatian besar

PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi. Terjadi pada usia kurang lebih lima

BAB I PENDAHULUAN. dalam menunjukkan bahwa permasalahan prestasi tersebut disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa transisi dari masa anak menuju masa dewasa, dan

BAB III METODE PENELITIAN. serta menguji hipotesis penelitian. Pada bagian pertama akan dijelaskan mengenai

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan siswa. Pada masa remaja berkembang social cognition, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. makhluk sosial. Pada kehidupan sosial, individu tidak bisa lepas dari individu

BAB 1 PENDAHULUAN. berguna kelak di kemudian hari.sekolah sebagai salah satu institusi pendidikan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja adalah masa transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dan

BAB 1 PENDAHULUAN. 2014, remaja adalah penduduk dalam rentang usia tahun. Menurut Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Atas (SMA) untuk melanjutkan studinya. Banyaknya jumlah perguruan tinggi di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terutama karena berada dibawah tekanan sosial dan menghadapi kondisi baru.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dalam kehidupan remaja, karena remaja tidak lagi hanya berinteraksi dengan keluarga

BAB I PENDAHULUAN. dimana individu mengalami perubahan dari masa kanak-kanak menuju. dewasa. Dimana pada masa ini banyak terjadi berbagai macam

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah individu yang selalu belajar. Individu belajar berjalan, berlari,

BAB I PENDAHULUAN. terjadi perubahan-perubahan baik dalam segi ekonomi, politik, maupun sosial

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dianggap sebagai masa topan badai dan stres, karena remaja telah memiliki

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terbatas pada siswa baru saja. Penyesuaian diri diperlukan remaja dalam menjalani

BAB I PENDAHULUAN. kedudukan yang primer dan fundamental. Pengertian keluarga disini berarti nuclear family

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Di era sekarang perceraian seolah-olah menjadi. langsung oleh Direktorat Jenderal Badan Peradilan Agama Mahkamah

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju masa. lainnya. Masalah yang paling sering muncul pada remaja antara lain

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN TEMAN SEBAYA DENGAN KEBERMAKNAAN HIDUP PADA REMAJA YANG TINGGAL DI PANTI ASUHAN

BAB I PENDAHULUAN. Panti asuhan merupakan suatu lembaga yang sangat populer untuk

BAB I PENDAHULUAN. jangka waktunya berbeda bagi setiap orang tergantung faktor sosial dan budaya.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar

BAB I PENDAHULUAN. masalah ini merupakan masalah sensitif yang menyangkut masalah-masalah

BAB I PENDAHULUAN. ikatan yang bernama keluarga. Manusia lahir dalam suatu keluarga,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja adalah individu yang unik. Remaja bukan lagi anak-anak, namun

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. dasarnya, manusia berkembang dari masa oral, masa kanak-kanak, masa

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dengan keadaan yang nyaman dalam perut ibunya. Dalam kondisi ini,

BAB I PENDAHULUAN. membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. proses pertumbuhan dan perkembangan. Individu pada masa remaja mulai

BAB I PENDAHULUAN. untuk saling berinteraksi. Melalui interaksi ini manusia dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. perubahan emosi, perubahan kognitif, tanggapan terhadap diri sendiri

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Subyek yang dipilih adalah remaja panti asuhan Akhiruz zaman Bekasi dengan kriteria

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 KonteksMasalah

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa dimana peserta didik bergaul, belajar dan

BAB I PENDAHULUAN. senantiasa berusaha untuk menjalin hubungan dengan orang lain. Sebagaimana

Hubungan antara Persepsi Anak Terhadap Perhatian Orang Tua dan Intensitas Komunikasi Interpersonal dengan Kepercayaan Diri pada Remaja Difabel

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia adalah makhluk yang tidak bisa hidup tanpa manusia lain dan

BAB I PENDAHULUAN. memiliki berbagai keinginan yang diharapkan dapat diwujudkan bersama-sama,

BAB I PENDAHULUAN. Dalam masa perkembangan negara Indonesia, pendidikan penting untuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. UKM Olahraga merupakan salah satu Unit Kegiatan Mahasiswa sebagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masa remaja merupakan peralihan antara masa kanak-kanak menuju

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dengan kesempatan untuk pertumbuhan fisik, kognitif, dan psikososial tetapi juga

BAB 5 SIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pelajaran yang telah diberikan oleh guru dan didukung oleh nilai-nilai budipekerti

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. bangsa yang mampu bertahan dan mampu memenangkan persaingan yang semakin

BAB I PENDAHULUAN. sebagai contoh kasus tawuran (metro.sindonews.com, 25/11/2016) yang terjadi. dengan pedang panjang dan juga melempar batu.

BAB II. Tinjauan Pustaka

BAB II LANDASAN TEORI. mau dan mampu mewujudkan kehendak/ keinginan dirinya yang terlihat

BAB I PENDAHULUAN. kurang berkembang karena mereka tidak mengaktualisasikan seluruh potensi yang

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. ketidakmampuan. Orang yang lahir dalam keadaan cacat dihadapkan pada

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana pernyataan yang diungkap oleh Spencer (1993) bahwa self. dalam hidup manusia membutuhkan kepercayaan diri, namun

BAB II KERANGKA KONSEP KEGIATAN. penilaian (judgement) diri sendiri dalam melakukan tugas dan memilih

PENERIMAAN DIRI PADA WANITA BEKERJA USIA DEWASA DINI DITINJAU DARI STATUS PERNIKAHAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja adalah masa yang paling indah dalam kisah hidup seseorang. Semua orang

BAB I PENDAHULUAN. dukungan, serta kebutuhan akan rasa aman untuk masa depan. Orang tua berperan

BAB I PENDAHULUAN. dijalanan maupun ditempat-tempat umum lainnya (Huraerah, 2007).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Efikasi Diri Akademik

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Keluarga merupakan lingkungan pertama yang memberikan pengaruh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa peralihan dari usia anak-anak ke usia dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menghadapi era globalisasi, berbagai sektor kehidupan mengalami

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Harga diri pada remaja di panti asuhan dalam penelitian Eka Marwati (2013). Tentang pelatihan berpikir optimis untuk meningkatkan harga diri pada remaja di panti asuhan. Hasil survei menunjukkan 46% remaja di panti asuhan mengarah pada ciri-ciri harga diri rendah. Remaja di panti menganggap dirinya tidak memiliki pendirian, menjadi sumber masalah bagi lingkungan, terasing dari keluarga, dan mudah menyerah serta mengalami hambatan untuk mengekspresikan emosi negatif. Pelatihan berpikir optimis sangat signifikan untuk meningkatkan harga diri remaja di panti asuhan. Remaja yang tinggal di panti asuhan mengalami rendah diri atau minder karena mereka beranggapan bahwa tidak berharga bagi keluarga sehingga mereka berada dipanti asuhan. Tanda dari harga diri rendah yaitu tidak percaya diri, gangguan hubungan sosial, merasa tidak mampu, kegagalan pribadi. Masyarakat atau teman-teman sosial sering memberikan label negatif terhadap anak-anak di panti asuhan. Menurut hurlock (2000) terdapat dampak negatif pola perkembangan kepribadian anak panti asuhan terhadap pola perkembangan kepribadian anak panti asuhan, dimana mereka tidak mendapatkan lingkungan pengganti keluarga yang benar-benar dapat menggantikan fungsi keluarga yaitu: kepribadian inferior, pasif, apatis, menarik diri, mudah putus asa, penuh dengan ketakutan dan kecemasan dan sehingga sulit menjalin hubungan sosial dengan orang lain, lebih menyukai kesendirian, menunjukkan rasa bermusuhan dan lebih egosentrisme. Kehidupan panti asuhan memiliki dampak positif dan negatif bagi penghuninya, diantaranya ada sebagian anak yang besar di panti asuhan justru mendapat gemblengan dari kerasnya hidup sejak muda. Mereka tumbuh menjadi sosok yang tak mudah menyerah dan 1

terbiasa mandiri. Selain itu, walaupun menjadi penghuni panti asuhan namun dalam lingkup kerja dan bermasyarakat mereka bisa bersaing dengan orang yang dibesarkan dalam keluarga biasa (Gandaputra, A 2013, hal: 2). Gambaran self-esteem remaja yang tinggal di panti asuhan dalam penelitian Androe Gandaputra (2013) survey yang memiliki self esteem negatif lebih banyak daripada yang memiliki self esteem positif. Remaja yang memiliki self esteem negatif sebesar 96 orang (52,17%). Pengasuh panti asuhan menyebutkan bahwa sebagian besar remaja panti asuhan memiliki motivasi berprestasi yang sangat kurang. Mereka kurang bersemangat untuk belajar dan kurang memiliki kemauan untuk mengatasi hambatan dalam usaha mencapai prestasi yang diharapkan. Pelanggaran-pelanggaran terhadap peraturan panti asuhan masih sering terjadi dan sering terulang, walaupun sudah diterapkan berbagai sanksi. Namun sepertinya tidak membuat jera bagi remaja panti asuhan untuk melanggar dan melanggar lagi. Hal ini dimungkinkan karena terdapat masalah yang belum terpecahkan pada diri pribadi individu tersebut. Perpisahan dengan orang tua mempengaruhi anak dari berbagai usia. Ketika seorang anak dimasukan dipanti asuhan, mungkin untuk beberapa waktu anak akan menyendiri dan bersikap murung. Mereka akan merasa sedih karena kehilang orang tuanya. Mereka merasa kehilangan dukungan sosial dan emosionalnya yang mereka butuhkan dari orang tua dalam menjalani kehidupan, terlebih dalam memasuki masa remaja. Kasih sayang, perhatian dan rasa aman yang kurang didapat di masa kecilnya akan berpengaruh terhadap perkembangan dirinya. Pada masa menginjak usia remaja, dirinya menunjukan sikap kurang menghargai dirinya, menyalahkan dirinya atas sesuatu yang tidak dimilikinya atau ketidak sempurnaan dirinya dan merasa dirinya tidak bahagia, Androe Gandaputra (2013). Kasih sayang, penerimaan dan penghargaan yang diberikan oleh pengasuh berperan penting dalam perkembangan diri remaja ketika berinteraksi dengan teman sebaya. Masa 2

remaja merupakan masa yang paling penting dan menentukan bagi perkembangan harga dirinya. Harga diri menurut Coopersmith (dalam Wardhani, 2009) mengungkapkan bahwa harga diri merupakan evaluasi atau penilaian yang dibuat oleh seseorang dan biasanya berhubungan dengan penghargaan diri sendiri, hal ini mengungkapkan sikap penerimaan atau penolakan dan mengidikasikan kepercayaan orang yang bersangkutan pada dirinya sendiri untuk merasa mampu, sukses, dan berguna. Dengan kata lain, harga diri adalah penilaian secara personal tentang keberartian yang diekspresikan melalui sikap seseorang terhadap diri sendiri. Dan faktor-faktor yang mempengaruhi harga diri remaja Menurut Coopersmith (dalam Wardhani, 2009) yaitu faktor pengalaman dalam keluarga, dimana menunjukkan penerimaannya, afeksi, minat dan keluarga juga terlibat pada kegiatan yang dialami remaja. Memberikan batasan-batasan yang jelas secara tegas dan konsisten kepada remaja, dan membentuk kedisiplinan yang tidak memaksa guna untuk menghindari hak-hak istimewa dan mendiskusikan alasannya. Faktor umpan balik terhadap performance yaitu kekuatan untuk mengendalikan kejadian-kejadian yang menimpa dirinya. Dan faktor perbandingan sosial yaitu bisa menempatkan diri pada strata sosial. Dimana dari faktor tersebut dapat membentuuk konsep individu dan mempengaruhi penempatan harga diri. Konsep diri menurut Calhoun dan Acocella (2004) adalah gambaran mental yang dimiliki seorang individu. Gambaran mental yang dimiliki individu terdiri dari tiga aspek yaitu pengetahuan yang dimiliki individu mengenai dirinya sendiri, penilaian mengenai kondisi dirinya sendiri dan pengharapan yang dimiliki individu mengenai dirinya sendiri. Pada masa remaja konsep diri akan berkembang terus hingga memasuki masa dewasa. Perkembangan konsep diri remaja memiliki karakteristik yang khas dibandingkan pada masa usia perkembangan lainnya. Sejak kecil individu telah dipengaruhi dan dibentuk oleh pengalaman yang dijumpai dengan individu lainnya, terutama dengan orang terdekat, maupun yang di dapatkan dalam peristiwa-peristiwa kehidupan. 3

Derajat positif-negatif dari konsep diri akan berpengaruh pada rasa percaya diri seseorang dan akhirnya mempengaruhi tingkah lakunya. Remaja dengan konsep diri positif akan lebih percaya diri dan merasa yakin bahwa dirinya memiliki andil terhadap segala sesuatu yang terjadi pada dirinya. Akibatnya, ia akan lebih bersemangat untuk berusaha mencapai segala tujuannya. Konsep diri yang negatif membuat remaja cenderung memusatkan perhatian pada hal-hal yang negatif dalam dirinya, sehingga sulit menemukan hal-hal positif dan pantas dihargai dalam dirinya. Remaja yang mempunyai konsep diri negatif mudah mengecam dan menyalahkan diri sendiri karena merasa kurang cantik atau kurang berbakat. Oleh karena itu konsep diri yang negatif cenderung membawa remaja pada kegagalan. Perasaan tidak mampu dan bayangbayang kegagalan justru akan menghambat keberhasilan, sehingga sering kali bayang-bayang kegagalan tersebut menjadi kenyataan, dan remaja tersebut akhirnya menghindari kesempatan. Kesempatan yang sebenarnya mungkin saat bermanfaat bagi pengembangan dirinya. Di sini nampak jelas bahwa diri mempunyai pengaruh besar dalam kehidupan. Semenjak konsep diri mulai terbentuk, seseorang akan berprilaku sesuai dengan konsep dirinya tersebut. Apabila perilaku seseorang tidak konsisten dengan konsep dirinya, maka akan muncul perasaan tak nyaman dalam dirinya. Inilah hal terpenting dari konsep diri. Hal ini tampak pada sebagian remaja panti asuhan, dimana sebagian remaja menerima pendapat negatif dari lingkungan mengenai anak panti asuhan dan meyakini kebenaran tersebut, sehingga dapat menimbulkan rasa tidak percaya diri pada remaja sehingga merasa terasingkan, tidak disayangi, tidak mampu mengekspresikan atau mempertahankan diri serta tidak mampu mengatasi kelemahan mereka (Ihsan, 2004) 4

Pandangan seseorang tentang dirinya akan menentukan tindakan yang akan diperbuatnya. Apabila seseorang memiliki konsep diri yang positif, maka akan terbentuk penghargaan yang tinggi pula terhadap diri sendiri, atau dikatakan bahwa ia memiliki self esteem (harga diri) yang tinggi. Penghargaan terhadap diri yang merupakan evaluasi terhadap diri sendiri akan menentukan sejauh mana seseorang yakin akan kemampuan dirinya dan keberhasilan dirinya. Jadi, apabila ia memiliki konsep diri yang positif yang ditunjukkan melalui self esteem yang tinggi. Segala perilakunya akan selalu tertuju pada keberhasilan. Ia akan berusaha dan berjuang untuk selalu mewujudkan konsep dirinya. Misalnya apabila seorang merasa bahwa ia pandai maka ia akan belajar tekun dan bekerja keras untuk membuktikan bahwa ia benar-benar pandai seperti keyakinannya. Ia juga tidak akan mudah putus asa karena mempunyai keyakinan bahwa ia pasti berhasil karena kepandaiannya. Konsep diri yang baik dapat berakibat baik pada diri sendiri dan sebaliknya, konsep diri yang buruk dapat berdampak negatif. Beberapa penelitian telah dilakukan untuk memberikan potret yang mendalam tentang situasi anak-anak dan pengasuhan yang di dapatkan di panti asuhan. Menurut Hurlock (2000) Terdapat dampak negatif panti asuhan terhadap pola perkembangan kepribadian anak asuhnya, dimana anak tidak dapat menemukan lingkungan pengganti keluarga yang benarbenar dapat menggantikan fungsi keluarga yaitu: terbentuknya kepribadian anak yang inferior, pasif apatis, menarik diri, mudah putus asa, penuh dengan ketakutan dan kecemasan, sehingga akan sulit menjalin hubungan sosial dengan orang lain, disamping itu menunjukkan perilaku yang negatif, takut melakukan kontak dengan orang lain, lebih suka sendirian, menunjukann rasa bermusuhan, dan lebih egosentrisme. 5

Pada penelitian Figen Gürsoy dkk (2012) meneliti tentang pembelajaran konsep diri pada tingkat remaja dari usia 13-18 tahun pada mereka yang tinggal dipanti asuhan dan yang tidak tinggal di panti asuhan. Penelitian ini bertujuan untuk menguji tingkat konsep diri remaja dalam kelompok usia 13-18 yang tinggal di panti asuhan dan yang tidak tinggal di panti asuhan dan menentukan faktor-faktor yang dapat berdampak pada tingkat konsep yang berdampak pada tingkat konsep diri mereka, Studi ini mencakup total 126 remaja termasuk 63 remaja yang tinggal di panti asuhan dan 63 remaja yang tidak tinggal di panti asuhan. Konsep diri remaja yang tinggal di panti asuhan lebih rendah dibandingkan remaja yang tidak tinggal di panti asuhan dilihat dari faktor jumlah teman dekat mereka, pengaruh pandangan teman-teman mereka, permintaan untuk bantuan dari personil dan sikap remaja dalam hubungan mereka dengan teman-teman menyebabkan perbedaan dalam skor konsep diri remaja menurut jenis kelamin dan menurut tempat mereka tinggal dalam kasus-kasus remaja yang tidak tinggal di panti asuhan. Berdasarkan pengamatan peneliti, remaja yang tinggal di panti asuhan sebagian besar memiliki konsep diri negatif dan harga diri yang rendah, misalnya saja pada harga diri remaja menganggap dirinya tidak memiliki pendirian, menjadi sumber masalah bagi lingkungan, merasa terasing dari keluarga, dan mudah menyerah, serta mengalami hambatan untuk mengekspresikan emosi negatifnya (Eka, 2013). Sedangakan pada konsep diri negatif remaja yang tinggal di panti asuhan misalnya bersikap pesimis, meragukan kemampuan sendiri, menganggap orang tuanya tidak mencintai dirinya, dan tidak percaya diri (Hurlock, 2000). Berbeda dengan remaja yang tidak tinggal di panti asuhan yaitu dalam keluarga faktor orang tua merupakan kontak sosial yang paling awal dialami seseorang dan yang paling kuat, sehingga informasi yang diberikan orang tua kepada anaknya menancap dari pada informasi 6

yang diberikan oleh orang lain. Anak yang tidak memiliki orang tua, di sia-siakan oleh orang tua akan memperoleh kesukaran dalam mendapatkan informasi tentang dirinya dan hal ini akan menjadi penyebab utama anak berkonsep diri negatif. Hubungan dengan kawan sebaya akan mempengaruhi pandangan remaja mengenai diri sendiri. Dan masyarakat sangat berpengaruh terhadap konsep diri yang dimiliki remaja, seperti siapa bapaknya, ras dan lainlain. Dari uraian diatas, alasan ini peneliti tertarik mengetahui apakah ada pengaruh konsep diri terhadap harga diri remaja di panti asuhan Akhiruz zaman, Bekasi Jawa Barat. 1.2. Rumusan masalah Penetapan rumusan masalah dari penelitian ini lebih memberikan fokus permasalahan sebagai berikut : Adakah pengaruh konsep diri terhadap harga diri remaja di panti asuhan Akhiruz zaman Bekasi, Jawa Barat. 1.3. Tujuan penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang ingin di jawab, maka tujuan penelitian ini adalah : Mengetahui adanya pengaruh konsep diri terhadap remaja di panti asuhan Akhiruz Zaman Bekasi, Jawa Barat. 7

1.4. Manfaat Penelitian 1.4.1. Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap perkembangan ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan studi psikologi, khususnya di bidang psikologi kepribadian dan psikologi sosial. 1.4.2. Manfaat Praktis Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan mamfaat dalam bentuk sumbangan pemikiran terhadap panti asuhan untuk membantu meningkatkan konsep diri dan harga diri remaja di panti asuhan. 8