PENGARUH KOMBINASI PROSES PRETREATMENT (KOAGULASI-FLOKULASI) DAN MEMBRAN REVERSE OSMOSIS UNTUK PENGOLAHAN AIR PAYAU

dokumen-dokumen yang mirip
STUDI AWAL REVERSE OSMOSIS TEKANAN RENDAH UNTUK AIR PAYAU DENGAN KADAR SALINITAS DAN SUSPENDED SOLID RENDAH

PEMANFAATAN BIJI KELOR (MORINGA OLEIFERA) SEBAGAI KOAGULAN PADA PENGOLAHAN AIR PAYAU MENJADI AIR MINUM MENGGUNAKAN PROSES KOAGULASI ULTRAFILTRASI

REVERSE OSMOSIS (OSMOSIS BALIK)

Kinerja Membran Reverse Osmosis Terhadap Rejeksi Kandungan Garam Air Payau Sintetis: Pengaruh Variasi Tekanan Umpan

PENINGKATAN KUALITAS AIR MINUM MENGGUNAKAN MEMBRAN REVERSE OSMOSIS (RO)

KAJIAN PENGGUNAAN BIJI KELOR SEBAGAI KOAGULAN PADA PROSES PENURUNAN KANDUNGAN ORGANIK (KMnO 4 ) LIMBAH INDUSTRI TEMPE DALAM REAKTOR BATCH

Abstrak. 1. Pendahuluan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. masyarakat, karena air merupakan salah satu media dari berbagai macam

1 Pendahuluan ABSTRACT

PEMANFAATAN BIJI ASAM JAWA (TAMARINDUS INDICA) SEBAGAI KOAGULAN ALTERNATIF DALAM PROSES PENGOLAHAN AIR SUNGAI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PRALAKUAN KOAGULASI DALAM PROSES PENGOLAHAN AIR DENGAN MEMBRAN: PENGARUH WAKTU PENGADUKAN PELAN KOAGULAN ALUMINIUM SULFAT TERHADAP KINERJA MEMBRAN

RANCANG BANGUN ALAT PEMURNI AIR PAYAU SEDERHANA DENGAN MEMBRAN REVERSE OSMOSIS UNTUK MEMENUHI KEBUTUHAN AIR MINUM MASYARAKAT MISKIN DAERAH PESISIR

BAB I PENDAHULUAN. bahan-bahan yang ada dialam. Guna memenuhi berbagai macam kebutuhan

PRODUKSI KOAGULAN CAIR DARI LEMPUNG ALAM DAN APLIKASINYA DALAM PENGOLAHAN AIR GAMBUT: KALSINASI 700 o C/2 JAM

Pengolahan Limbah Cair Industri Karet Dengan Kombinasi Proses Pretreatment Dan Membran Ultrafiltrasi

SINTESIS MEMBRAN SELULOSA ASETAT UNTUK DESALINASI AIR PAYAU

PENGOLAHAN AIR PAYAU MENJADI AIR BERSIH DENGAN MENGGUNAKAN MEMBRAN REVERSE OSMOSIS

PENGARUH PENAMBAHAN BITTERN PADA LIMBAH CAIR DARI PROSES PENCUCIAN INDUSTRI PENGOLAHAN IKAN

Oleh: Rizqi Amalia ( ) Dosen Pembimbing: Welly Herumurti ST. M.Sc

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

LAPORAN AKHIR PENGOLAHAN AIR PAYAU MENGGUNAKAN MEMBRAN REVERSE OSMOSIS UNTUK MENGHASILKAN AIR TAWAR

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Salah satu sumber air baku bagi pengolahan air minum adalah air sungai. Air sungai

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

STUDI AWAL REVERSE OSMOSIS TEKANAN RENDAH UNTUK AIR PAYAU DENGAN KADAR SALINITAS DAN SUSPENDED SOLID RENDAH

EFISIENSI PENURUNAN KADAR KALSIUM PADA AIR LAUT DENGAN METODA PENUKAR ION YANG MEMANFAATKAN TANAH

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia telah mengakibatkan terjadinya penurunan kualitas lingkungan.

Program Studi Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Riau Kampus Binawidya Km 12,5 Simpang Panam, Pekanbaru

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan

PROSES PENGOLAHAN AIR SUNGAI MENJADI AIR MINERAL

PENGOLAHAN AIR SUNGAI MENGGUNAKAN TEKNOLOGI MEMBRAN : PENGARUH MEMBRAN SELULOSA ASETAT TERHADAP KUALITAS AIR OLAHAN SUNGAI SIAK

SIDANG SEMINAR TUGAS AKHIR

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PERBAIKAN KUALITAS AIR LIMBAH INDUSTRI FARMASI MENGGUNAKAN KOAGULAN BIJI KELOR (Moringa oleifera Lam) DAN PAC (Poly Alumunium Chloride)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PROC. ITB Sains & Tek. Vol. 36 A, No. 1, 2004,

I. Tujuan Setelah praktikum, mahasiswa dapat : 1. Menentukan waktu pengendapan optimum dalam bak sedimentasi 2. Menentukan efisiensi pengendapan

HASIL DAN PEMBAHASAN. standar, dilanjutkan pengukuran kadar Pb dalam contoh sebelum dan setelah koagulasi (SNI ).

BAB IV HASIL YANG DICAPAI DAN POTENSI KHUSUS

Pengolahan Limbah Cair Industri secara Aerobic dan Anoxic dengan Membrane Bioreaktor (MBR)

PENURUNAN WARNA REAKTIF DENGAN PENGOLAHAN KOMBINASI KOAGULAN PAC (POLY ALUMINIUM CHLORIDE) DAN MEMBRAN MIKROFILTRASI

BAB I PENDAHULUAN. yang semakin tinggi dan peningkatan jumlah industri di Indonesia.

Seminar Nasional Sains dan Teknologi Lingkungan II e-issn Padang, 19 Oktober 2016

Elisa Oktasari 1, Itnawita 2, T. Abu Hanifah 2

BAB I PENDAHULUAN. Kulit jadi merupakan kulit hewan yang disamak (diawetkan) atau kulit

BAB I PENDAHULUAN. mengganggu kehidupan dan kesehatan manusia (Sunu, 2001). seperti Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur, Jawa Barat,

PEMANFAATAN KITOSAN DARI KERANG SIMPING (Placuna placenta) SEBAGAI KOAGULAN UNTUN PENJERNIHAN AIR SUMUR

PENENTUAN KARAKTERISTIK AIR WADUK DENGAN METODE KOAGULASI. ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KINERJA MEMBRAN KERAMIK BERBASIS TANAH LIAT, ZEOLIT DAN SERBUK BESI DALAM PENURUNAN KADAR FENOL

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

Efektivitas Membran Hibrid Nilon6,6-Kaolin Pada Penyaringan Zat Warna Batik Procion

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Kimia: Meliputi Kimia Organik, Seperti : Minyak, lemak, protein. Besaran yang biasa di

Pengolahan Limbah Cair Tahu Menggunakan Membran Nanofiltrasi Silika Aliran Cross Flow Untuk Menurunkan Kadar Nitrat dan Amonium

Teknik Bioseparasi. Dina Wahyu. Genap/ March 2014

Pengolahan Air Produk Reverse Osmosis Sebagai Umpan Boiler Dengan Menggunakan Ion exchange. Abdul Malik Maulana, Ariyanto S.

II. METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. berdampak positif, keberadaan industri juga dapat menyebabkan dampak

APLIKASI KOAGULAN POLYALUMINUM CHLORIDE DARI LIMBAH KEMASAN SUSU DALAM MENURUNKAN KEKERUHAN DAN WARNA AIR GAMBUT

PENURUNAN TURBIDITY, TSS, DAN COD MENGGUNAKAN KACANG BABI (Vicia faba) SEBAGAI NANO BIOKOAGULAN DALAM PENGOLAHAN AIR LIMBAH DOMESTIK (GREYWATER)

Mn 2+ + O 2 + H 2 O ====> MnO2 + 2 H + tak larut

PENENTUAN KUALITAS AIR

Judul Tugas Akhir Pengolahan Limbah Laundry menggunakan Membran Nanofiltrasi Zeolit Aliran Cross Flow untuk Filtrasi Kekeruhan dan Fosfat

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. industri berat maupun yang berupa industri ringan (Sugiharto, 2008). Sragen

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado. Kata Kunci: Desa pesisir, air bersih, kekeruhan, total dissolved solid, ph

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Air bersih merupakan salah satu dari sarana dasar yang paling dibutuhkan oleh masyarakat.

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

PENGOLAHAN AIR SUMUR KERUH MENGGUNAKAN MEMBRAN KOMPOSIT BERBASIS KITOSAN-PVA SECARA ULTRAFILTRASI

PROSES PENGOLAHAN LIMBAH ORGANIK SECARA KOAGULASI DAN FLOKULASI

PENGOLAHAN AIR SALURAN PEMATUSAN TERUSAN KEBON AGUNG SEBAGAI AIR BERSIH DENGAN TEKNOLOGI MEMBRAN ULTRAFILTRASI

JAWABAN 1. REVERSE OSMOSIS (RO)

EFEKTIVITAS JENIS KOAGULAN DAN DOSIS KOAGULAN TEHADAP PENURUNAN KADAR KROMIUM LIMBAH PEYAMAKAN KULIT

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN

GAMBARAN PENGOLAHAN AIR BERSIH DI PDAM KOTA SINGKAWANG

BAGIAN IV: PEMILIHAN PROSES PENGOLAHAN

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: ( Print) D-22

DIAGRAM ALIR 4. Teknik Lingkungan. Program Studi. Nama Mata Kuliah. Perencanaan Bangunan Pengolahan Air Minum. Jumlah SKS 3

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Analisa Klorida Analisa Kesadahan

PENGOLAHAN AIR GAMBUT DENGAN KOAGULAN CAIR HASIL EKSTRAKSI LEMPUNG ALAM DESA CENGAR MENGGUNAKAN LARUTAN H 2 SO 4

Lupita Ambarsari 1, Sofia Anita 2

PENYISIHAN KESADAHAN dengan METODE PENUKAR ION

Pengolahan Limbah Industri Pewarnaan Jeans Menggunakan Membran Silika Nanofiltrasi Untuk Menurunkan Warna dan Kekeruhan

Bab IV Hasil Dan Pembahasan

BAB IV HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

EFEKTIVITAS KOAGULAN CAIR BERBASIS LEMPUNG ALAM UNTUK MENYISIHKAN ION Mn (II) DAN Mg (II) DARI AIR GAMBUT

SEMINAR AKHIR. Mahasiswa Yantri Novia Pramitasari Dosen Pembimbing Alfan Purnomo, ST. MT.

PENGARUH PERBEDAAN JENIS PLAT PENYERAP KACA DAN PAPAN MIKA TERHADAP KUALITAS DAN KUANTITAS AIR MINUM PADA PROSES DESTILASI ENERGI TENAGA SURYA

OPTIMASI PENGGUNAAN KOAGULAN ALAMI BIJI KELOR

BAB IV TINJAUAN SUMBER AIR BAKU AIR MINUM

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam kegiatan seperti mandi, mencuci, dan minum. Tingkat. dimana saja karena bersih, praktis, dan aman.

Transkripsi:

PENGARUH KOMBINASI PROSES PRETREATMENT (KOAGULASI-FLOKULASI) DAN MEMBRAN REVERSE OSMOSIS UNTUK PENGOLAHAN AIR PAYAU Sastra Silvester Ginting 1, Jhon Armedi Pinem 2, Rozanna Sri Irianty 2 1 Mahasiswa Jurusan Teknik Kimia S1, 2 Dosen Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Riau Kampus Binawidya Jl. HR Subrantas Km 12,5 Pekanbaru 28293 sastrasilvesterg@gmail.com ABSTRACT In general, Riau coastal communities difficult to get clean water because the water resources in the coastal areas of brackish water is not to be used for everyday life. Therefore, the necessary technology for processing brackish water into clean water. This research aims to determine the performance of the process of coagulation-flocculation and reverse osmosis membrane on processing brackish water into clean water. Reverse osmosis membrane used is a type of spiral wound measuring 0,0001 µm and coagulant used PAC coagulant. In this study, the variable used is the concentration of PAC coagulant and reverse osmosis membrane operating pressure. Experiment result obtained the optimum condition of PAC coagulant concentration is 150 mg/l, which PAC can be designated turbidity up to 88.46% and 91.84% hardness. At a pressure of 8 bar, permeate flux preceded by coagulation-flocculation of 25.81 L/m 2.jam. Rejection coefficient at a pressure of 8 bar brackish water after coagulation-flocculation had 98.72% of TDS; 96.99% of turbidity; 97.62% of organic substances; 96.37% of hardness and 92.4% chloride. Keywords: brackish water, coagulation-flocculation, reverse osmosis membranes. 1. Pendahuluan Daerah yang berbatasan dengan lautan tersebut merupakan daerah pesisir pantai dimana umumnya banyak terdapat sumber air payau. Hal ini menyebabkan masyarakatnya sulit untuk mendapatkan air bersih dikarenakan sumber daya air atau air payau yang terdapat di daerah pesisir pantai umumnya berkualitas buruk. Sumber air payau yang cukup melimpah ini menjadikan proses desalinasi air payau sebagai solusi alternatif untuk menghasilkan air bersih. Air payau adalah campuran antara air tawar dan air laut (air asin). Salah satu permasalahan pada air payau yang sering terjadi adalah kandungan salinitas dan TDS (Total Dissolved Solid) yang terdapat didalam air tersebut. Salinitas adalah tingkat keasinan atau kadar garam terlarut dalam air. Beberapa jenis garam yang terdapat dalam air adalah klorida (Cl - ), natrium (Na), sulfat (SO 4 ), magnesium (Mg), dan kalsium (Ca) [Sutrisno, 2004]. Sedangkan TDS (Total Dissolved Solid) adalah jumlah padatan terlarut yang terdapat dalam air. Padatan terlarut tersebut dapat diakibatkan oleh bahan pelarut dari air berupa padat, cair dan gas yaitu berupa mineral, garam, logam serta anion. [Yusuf, 2008]. Air payau sukar diolah menjadi air bersih dikarenakan kandungan garamnya yang cukup tinggi, metode konvensional Jom FTEKNIK Volume 3 No. 2 Oktober 2016 1

yang digunakan selama ini sulit untuk mengolah air payau dikarenakan kandungan garam yang terlalu tinggi bagi metode konvensional tersebut. Teknologi modern desalinasi termal secara destilasi dan evaporasi yang dipakai secara luas dewasa ini memang mampu melakukan desalinasi air payau dengan baik untuk menghasilkan air minum. Akan tetapi, teknologi ini membutuhkan energi yang besar, biaya investasi mahal, struktur peralatan yang kompleks, membutuhkan ruangan yang cukup luas dan biaya perawatan yang mahal menyebabkan teknologi ini kurang kompetitif [Younos dan Tulou, 2005]. Oleh karena itu diperlukan pengolahan agar memenuhi standart lingkungan yaitu dengan menggunakan membran reverse osmosis. Pengolahan dengan menggunkan membran reverse osmosis merupakan pengolahan proses fisika yang dilakukan dengan memberikan dorongan atau tekanan, menahan semua ion, melepaskan air murni dan membuang air kotor. Membran reverse osmosis memiliki ukuran pori persepuluh ribu mikron dan dapat menghilangkan zat organik, bakteri, pirogen, juga koloid yang tertahan oleh struktur pori yang berfungsi sebagai penyaring 2. Metode Penelitian 2.1 Bahan baku Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah air payau dari daerah pesisir Dumai, PAC sebagai koagulan dan akuades. 2.2 Peralatan yang digunakan Peralatan lain yang digunakan yaitu membran reverse osmosis, Pressure gauge, pompa diafragma, motor pengaduk yang dilengkapi dengan batang pengaduk dan padle, gelas piala 2000 ml, gelas piala 100ml, kertas saring, timbangan analitik, corong, gelas ukur 100 ml, ph meter, TDS meter, Tachometer, botol sampel 1000 ml, dan stopwatch. 2.3 Prosedur Penelitian Pengambila air payau Bahan baku air payau yang akan difiltrasi dengan membran reverse osmosis diambil dari daerah Pesisir Dumai. Air payau diambil dari salah satu sumur warga yang berjarak sekitar 5 km dari pantai. Air yang telah diambil dari sumur tersebut disimpan kedalam botol sampling atau botol kaca untuk kemudian dianalisa. Analisa Sampel Air Payau Air payau yang akan dijadikan sebagai bahan baku penelitian dianalisa terlebih dahulu, adapun parameter yang akan dianalisa yaitu klorida (Cl), kesadahan (CaCO3), ph, kekeruhan, zat organik (KMnO4) dan TDS (Total Dissolved Solid) untuk dapat dibandingkan dengan air hasil penyaringan menggunakan membran reverse osmosis. Proses Pretreatment dengan cara koagulasi-flokulasi Sebelum proses filtrasi dengan membran reverse osmosis dilakukan dahulu proses koagulasi dan flokulasi pada air payau dengan cara menambahkan koagulan PAC [Nusa, 2003] dengan variasi 50 mg/l air payau, 100 mg/l air payau, 150mg/l air payau, 200mg/l air payau, dan 250mg/l air payau. Masing masing sampel akan dilakukan pengadukan cepat selama 5 menit dengan kecepatan pengadukan 200rpm dan dilanjutkan dengan pengadukan lambat dengan kecepatan pengadukan 60rpm selama 10 menit. Setelah proses koagulasi dan flokulasi selesai larutan kemudian didiamkan selama 30 menit [Windy, 2015]. Sampel air payau yang telah dilakukan proses koagulasi- Jom FTEKNIK Volume 3 No. 2 Oktober 2016 2

flokulasi akan membentuk 2 lapisan, lapisan atas berupa air yang berwarna bening sedangkan lapisan bawah berupa air keruh yang berisi endapan/flok. Kemudian air payau dipisahkan dari endapan /flok menggunakan kertas saring. Sampel yang telah melewati proses koagulasi-flukulasi dianalisa kadar TDS, kekeruhan, zat organik, kesadahan, klorida dan ph nya. Proses Filtrasi Setelah Pretreatment Menggunakan Membran Reverse Osmosis Sebelum melakukan proses filtrasi dengan bahan baku air payau, terlebih dahulu dilakukan start up pada membran dengan cara forward flushing menggunakan akuades. Tujuannya adalah untuk mempersiapkan membran terhadap kondisi operasi yang akan dijalankan dan untuk mencegah kerusakan membran sebagai akibat adanya overfeeding atau hydraulic shock. Pada proses start up ini dilakukan pengukuran fluks air murni atau akuades dengan cara mengukur waktu yang diperlukan untuk menampung volume permeat sebanyak 50 ml. Pengukuran fluks dilakukan setiap 5 menit selama 60 menit untuk setiap variasi tekanan yaitu 2 bar. Setelah forward flushing selama 60 menit, maka proses filtrasi air payau dilakukan. Bak air umpan diisi dengan air payau hasil terbaik pada proses koagulasi dan flokulasi yang telah dianalisa yaitu kadar salinitas atau klorida (Cl), Kesadahan (CaCO3), ph, Kekeruhan, zat organik dan TDS (Total Dissolved Solid). Kemudian air payau dilewatkan melalui membran reverse osmosis dengan variasi tekanan 2 bar selama 120 menit untuk setiap variasi tekanan. Selama proses filtrasi, setiap lima menit diukur fluks permeat nya untuk masingmaisng tekanan [Andika, 2006]. Fluks permeat diukur dengan mengukur waktu yang diperlukan untuk menampung volume permeat sebanyak 50 ml. Tekanan operasi diatur dengan menggunakan valve Air yang telah ditampung di Gelas ukur (permeat) kemudian dianalisa untuk mengetahui kadar salinitas atau klorida (Cl), Kesadahan (CaCO3), ph, Kekeruhan, zat organik dan TDS (Total Dissolved Solid). Setelah proses filtrasi pada variasi tekanan 2 bar selesai maka dilakukan metode backwash dengan cara mengalirkan akuades kedalam membran reverse osmosis pada proses ini dilakukan pengukuran fluks kembali pada variasi tekanan dan waktu pengukuran fluks yang sama saat proses start up dengan akuades. setelah itu lalukan kembali filtrasi air payau kemudian ukur fluks permeat yang dihasilkan. Pengukuran hanya dilakukan sekali untuk melihat pengaruh backwash terhadap fluks permeat. Setelah proses filtrasi dengan variai tekanan 2 bar selesai maka dilakukan kembali tahap filtrasi dengan varisi tekanan lainnya yaitu 4 bar, 6 bar dan 8 bar dengan prosedur yang sama yang terdiri dari proses start up, filtrasi air payau dan backwash. 3. Hasil dan Pembahasan 3.1 Analisa Awal Sampel air Payau Sampel air payau yang digunakan pada penelitian ini berasal dari sumur di rumah masyarakat yang tinggal di daerah pesisir Dumai. Jarak antara sumber sampel air payau sekitar ± 5 km dari pinggir laut. Tabel 1 Hasil analisa awal air payau No 1 2 3 4 5 6 Parameter TDS (mg/l) Kekeruhan (NTU) Zat organik (mg/l) Kesadahan (mg/l) Klorida (mg/l) ph *Baku mutu 500 5 10 500 250 6,5-8,5 Hasil analisa Air Payau 3.120 1,8 92,4 552 1.527 8,3 Jom FTEKNIK Volume 3 No. 2 Oktober 2016 3

3.2 Pengaruh Dosis Koagulan PAC terhadap Penyisihan Zat Padat Terlarut (TDS), Kekruhan, Zat organik, Kesadahan, klorida dan ph Air Payau Air payau yang telah dianalisa kemudian dikoagulasi menggunakan koagulan PAC dengan lima variasi dosis koagulan terhadap air payau yaitu 50 mg/l, 100 mg/l, 150 mg/l, 200 mg/l dan 250 mg/l. Berikut hasil analisa setelah proses koagulasi-flokulasi. tekanan operasi adalah salah satu faktor yang mempengaruhi fluks permeat. Sesuai dengan prinsip kerja dari proses reverse osmosis maka tekanan operasi yang diperlukan agar larutan air payau dapat melewati membran reverse osmosis harus lebih besar dari pada tekanan osmotik air payau tersebut. Semakin tinggi tekanan yang diberikan maka akan semakin tinggi perbedaan antara tekanan operasi terhadap tekanan osmotik air payau oleh sebab itu fluks permeat akan semakin meningkat karena laju alir permeat akan semakin cepat. Gambar 1 Pengaruh konsentrasi koagulan pada proses koagulasi-flokulasi terhadap persen penyisihan TDS, kekeruhan, zat organik, kesadahan, klorida dan ph air payau. Semakin besar konsentrasi koagulan PAC yang digunakan maka persen penyisihan terhadap parameter yang dianalisa juga semakin besar namun pada penambahan konsentrasi kaogulan yang berlebih akan membuat koloid yang telah terbentuk menjadi tidak stabil kembali karena tidak adanya ruang untuk membentuk penghubung partikel sehingga proses koagulasi dan flokulasi tidak bekerja maksimal sehingga persen penyisihan menjadi menurun. 3.3.Pengaruh Tekanan Operasi Terhadap Fluks Permeat Fluks adalah jumlah volume permeat yang melewati satuan luas membran dalam waktu tertentu. Pada pengukuran fluks Gambar 2 Kurva pengaruh tekanan terhadap fluks Gambar 2 memperlihatkan pengaruh tekanan operasi terhadap fluks permeat dengan dan tanpa pengolahan awal (pretreatment). Terlihat bahwa fluks meningkat seiring dengan meningkatnya tekanan operasi. Hal ini sesuai dengan pernyataan [Cheryan, 1986] bahwa fluks berbanding lurus dengan tekanan operasi. Dengan konsentrasi yang sama, yang berarti tekanan osmotik juga tidak berubah, namun pemberian tekanan operasi terhadap air umpan semakin meningkat, menyebkan perbedaan tekanan operasi yang diberikan dengan tekanan osmotik menjadi semakin besar, hal ini yang menyebabkan gaya dorong yang terjadi pada air yang melalui membran semakin besar, yang berdampak pada semakin besarnya fluks permeat yang dihasilkan. Jom FTEKNIK Volume 3 No. 2 Oktober 2016 4

3.5. Pengaruh tekanan operasi pada proses filtrasi dengan menggunakan membran reverse osmosis air payau Proses reverse osmosis pada prinsipnya adalah kebalikan proses osmosis. Dengan memberikan tekanan terhadap larutan dengan kadar garam tinggi (concentrated solution) supaya terjadi aliran molekul air yang menuju larutan dengan kadar garam rendah (dilute solution). Pada proses ini molekul garam dan partikel atau padatan terlarut tidak dapat menembus membran, sehingga yang terjadi hanyalah aliran molekul air saja. Melalui proses ini, dapat dihasilkan air murni karena kandungan garam, zat organik dan padatan terlarut dari air payau telah tersaring oleh pori-pori membran reverse omosis. Untuk lebih jelas dibawah akan dijelaskan pengaruh tekanan terhadap hasil permeat untuk masing-masing parameter 1 Zat Padat Terlarut (TDS) Gambar 3 Grafik pengaruh tekanan terhadap koefesien rejeksi kadar TDS Gambar 3 menunjukkan pengaruh tekanan operasi terhadap koefesien rejeksi TDS oleh membran reverse osmosis. Dimana semakin tinggi tekanan yang diberikan maka koefesien rejeksi TDS juga semakin tinggi hal ini disebabkan karena semakin tinggi tekanan yang diberikan maka semakin tinggi juga perbedaan antara tekanan operasi dan tekanan osmotik umpan air payau sehingga rejeksi TDS yang dihasilkan semakin meningkat. Koefesien rejeksi TDS pada air payau dengan didahului proses koagulasiflokulasi pada tekanan 2 bar, 4 bar, 6 bar dan 8 bar bertutur-turut adalah 91,04%, 94,05%, 94,46% dan 96,99%. Sedangakan koefesien rejeksi TDS pada air payau tanpa didahului proses koagulasi-flokulasi pada tekanan 2 bar, 4 bar, 6 bar dan 8 bar bertutur-turut adalah 80,69%, 84,29%, 90,6% dan 91,26%. 2 Klorida Gambar 4 Grafik pengaruh tekanan terhadap koefesien klorida Gambar 4 merupakan grafik yang menggambarkan hubungan pengaruh antar tekanan rejeksi klorida (Cl - ) oleh membran reverse osmosis. Dimana semakin tinggi tekanan yang diberikan maka koefesien rejeksi klorida (Cl - ) juga semakin tinggi hal ini disebabkan karena semakin tinggi tekanan yang diberikan maka semakin tinggi juga perbedaan antara tekanan operasi dan tekanan osmotik umpan air payau sehingga rejeksi klorida (Cl - ) yang dihasilkan semakin meningkat. Koefesien rejeksi klorida (Cl - ) pada air payau dengan didahului proses koagulasi-flokulasi pada tekanan 2 bar, 4 bar, 6 bar dan 8 bar bertutur-turut adalah 93,29%, 95,1%, 95,29% dan 96,37%. Sedangakan koefesien rejeksi klorida (Cl - ) pada air payau tanpa didahului proses koagulasi-flokulasi pada tekanan 2 bar, 4 bar, 6 bar dan 8 bar bertutur-turut adalah 69,38%, 73,91%, 82,24% dan 89,85%. Jom FTEKNIK Volume 3 No. 2 Oktober 2016 5

Klorida (Cl - ) merupakan monovalent yang memiliki ukura lebih besar dibandingkan dengan ukuran pori membran reverse omosis yang digunakan, yaitu sekitar 5x10-3 1x10-4 µm [Afzah, 2011] sedangkan membran RO memiliki ukuran 0,0001 µm, namun seperti disajikan pada grafik, rejeksi membrane reverse osmois terhadap ion cl- tidak mencapai 100%, hal ini dikarenakan membrane reverse osmosis penahan yang tidak sempurna terhadap garam-garam terlarut dalam umpan. 3.6 Pengaruh Backwash terhadap fluks membran reverse osmosis Backwash merupakan salah satu metode yang digunakan untuk mengurangi fouling pada membran, lapisan fouling membran (foulant) akan menghambat flitrasi. Pada tekanan operasi 2 bar dikukur fluks awal akuades yaitu sebesar 4,46 L/m 2.jam. Kemudian saat filtrasi air payau waktu selama 2 jam terjadi penurunan fluks, dimana fluks awal flitrasi sebesar 4,46 L/m 2.jam dan akhirnya mencapai 3,12 L/m 2.jam pada akhir flitrasi. Setelah dilakukan metode backwash fluks kembali meningkat menjadi 3,82 L/m 2.jam. Begitu juga terhadap tekanan 2 bar, 4 bar dan 6 bar terjadi kenaikan fluks setelah dilakukan backwash dengan akuades. Metode backawash menggunkana akuades membantu meningkatkan fluks hal ini disebabkan karena partikel-partikel yang tertahan pada membran penyebab fouling dibersihkan dengan akuades. Namun peningkatan fluks yang diperoleh tidak sebesar pada saat fluks awal filtrasi hal ini disebabkan karena tidak semua partikelpartikel yang ada dipermukaan membran terikut oleh akuades. 4. Kesimpulan Konsentrasi optimal koagulan PAC pada proses koagulasi-flokulasi adalah pada 150 mg/l air payau. Proses pretreatment (koagulasiflokulasi) mampu untuk membantu membran reverse osmosis dalam mengolah air payau sehingga menghasilkan air dengan kualitas yang telah memenuhi baku mutu air minum berdasarkan permenkes 2010 (parameter klorida, kekeruhan, kesadahan, zat organik, TDS dan ph), serta mampu mengurangi beban kerja membran reverse osmosis yang dapat memperpanjang umur pemakaian membran Pengolahan air payau menggunakan kombinasi membran reverse osmosis dan proses pretreatment lebih efektif dibandingkan dengan tanpa kombinasi proses pretreatment. Semakin besar tekanan operasi yang diberikan maka semakin tinggi nilai fluks dan koefesien rejeksi yang diperoleh. Perlakuan backwash pada membran reverse osmosis yang sudah digunakan untuk mengolah air payau mampu meningkatkan nilai fluks dan memperpanjang umur pemakaian membran. Saran Pada penelitian selanjutnya disarankan untuk mempelajari efek fouling dan scaling dengan waktu operasi filtrasi yang lebih lama. Daftar Pustaka Azfah, R.A., Dewi L.K. dan Soedjono E.S., (2011). Studi Awal Reverse Osmosis Tekanan Rendah Untuk Air Payau dengan Salinitas dan Susprnded Solid Rendah. Jurusan Teknik Lingkungan. Institut Teknologi Sepuluh November. Surabaya. Jom FTEKNIK Volume 3 No. 2 Oktober 2016 6

Dow Chemical Co., (1995). FILMTEC Reverse Osmosis Membranes Technical Manual, in Dow Liquid Separations. Form No. 609-00071- 0705.CD Lisa, M., (2008). Kinerja membran reverse osmosis terhadap rejeksi kandungan garam air payau sintetis: pengaruh variasi konsentrasi umpan. Jurusan Teknik Kimia. Universitas Riau, Pekanbaru. Said. N.I., (2003). Aplikasi Teknologi Osmosis Balik Untuk Memenuhi Kebutuhan Air Minum di Kawasan Pesisir atau Pulau Terpencil. Kelompok Teknologi Pengelolaan Air Bersih dan Limbah Cair, Pusat Pengkajian dan Penerapan Teknologi Lingkungan, BPPT. Yusuf. E., Rachmanto. T, A., dan Laksmono. R., (2008). Pengolahan Air Payau Menjadi Air Bersih Dengan Menggunakan Membran Reverse Osmosis. Jurnal Ilmiah Teknik Lingkungan Vol.1, No.1, Halaman 6-15. Jom FTEKNIK Volume 3 No. 2 Oktober 2016 7