PRISMA FISIKA, Vol. III, No. 2 (2015), Hal ISSN :

dokumen-dokumen yang mirip
PRISMA FISIKA, Vol. IV, No. 01 (2016), Hal ISSN :

PROFIL RESISTIVITAS 2D PADA GUA BAWAH TANAH DENGAN METODE GEOLISTRIK KONFIGURASI WENNER-SCHLUMBERGER (STUDI KASUS GUA DAGO PAKAR, BANDUNG)

PENENTUAN TAHANAN JENIS BATUAN ANDESIT MENGGUNAKAN METODE GEOLISTRIK KONFIGURASI SCHLUMBERGER (STUDI KASUS DESA POLOSIRI)

APLIKASI METODE GEOLISTRIK KONFIGURASI POLE-POLE UNTUK MENENTUKAN SEBARAN DAN KEDALAMAN BATUAN SEDIMEN DI DESA WONOSARI KECAMATAN NGALIYAN SEMARANG

Identifikasi Keretakan Beton Menggunakan Metode Geolistrik Resistivitas Timotius 1*), Yoga Satria Putra 1), Boni P. Lapanporo 1)

APLIKASI METODE GEOLISTRIK RESISTIVITAS KONFIGURASI SCHLUMBERGER UNTUK IDENTIFIKASI AKUIFER DI KECAMATAN PLUPUH, KABUPATEN SRAGEN

METODE EKSPERIMEN Tujuan

e-issn : Jurnal Pemikiran Penelitian Pendidikan dan Sains Didaktika

MENENTUKAN LITOLOGI DAN AKUIFER MENGGUNAKAN METODE GEOLISTRIK KONFIGURASI WENNER DAN SCHLUMBERGER DI PERUMAHAN WADYA GRAHA I PEKANBARU

POSITRON, Vol. VI, No. 2 (2016), Hal ISSN :

PRISMA FISIKA, Vol. III, No. 3 (2015), Hal ISSN :

APLIKASI METODE GEOLISTRIK RESISTIVITAS 2 DIMENSI UNTUK MENENTUKAN PERSEBARAN AIR TANAH DI DESA GUNUNGJATI KECAMATAN JABUNG KABUPATEN MALANG

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Aplikasi Metode Geolistrik untuk Identifikasi Sebaran Limbah Lada Putih di Kecamatan Galing Kabupaten Sambas Budiman a, Andi Ihwan a, Joko Sampurno a*

PENERAPAN GEOLISTRIK RESISTIVTY 2D DAN BANTUAN PROGRAM GEOSOFT UNTUK ESTIMASI SUMBERDAYA ANDESIT DI PT. MDG KULONPROGO DIY

INVESTIGASI LAPISAN BEDROCK DENGAN MENGGUNAKAN METODA GEOLISTRIK (Studi Kasus: Gedung Olah Raga Universitas Hasanuddin)

Jurnal Sains dan Teknologi Lingkungan Volume 2, Nomor 2, Juni 2010, Halaman ISSN:

III. METODE PENELITIAN

PRISMA FISIKA, Vol. III, No. 2 (2015), Hal ISSN :

ANALISIS KEBERADAAN BIJIH BESI MENGGUNAKAN METODE GEOLISTRIK 2D DI LOKASI X KABUPATEN LAMANDAU KALIMANTAN TENGAH

PENDUGAAN AIR TANAH DENGAN METODE GEOLISTRIK TAHANAN JENIS DI DESA TELLUMPANUA KEC.TANETE RILAU KAB. BARRU SULAWESI-SELATAN

PENENTUAN ZONA PENGENDAPAN TIMAH PLASER DAERAH LAUT LUBUK BUNDAR DENGAN MARINE RESISTIVITY Muhammad Irpan Kusuma 1), Muhammad Hamzah 2), Makhrani 2)

PENYELIDIKAN BIJIH BESI DENGAN METODE GEOMAGNET DAN GEOLISTRIK

SURVEI GEOLISTRIK METODE RESISTIVITAS UNTUK INTERPRETASI KEDALAMAN LAPISAN BEDROCK DI PULAU PAKAL, HALMAHERA TIMUR

Rustan Efendi 1, Hartito Panggoe 1, Sandra 1 1 Program Studi Fisika Jurusan Fisika FMIPA, Universitas Tadulako, Palu, Indonesia

Riad Syech, Juandi,M, M.Edizar Jurusan Fisika FMIPA Universitas Riau Kampus Bina Widya Km 12,5 Pekanbaru ABSTRAK

REVISI, PEMODELAN FISIKA APLIKASI METODE GEOLISTRIK KONFIGURASI SCHLUMBERGER UNTUK INVESTIGASI KEBERADAAN AIR TANAH

SURVAI SEBARAN AIR TANAH DENGAN METODE GEOLISTRIK TAHANAN JENIS KONFIGURASI WENNER DI DESA BANJAR SARI, KEC. ENGGANO, KAB.

Prosiding Seminar Nasional XII Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi 2017 Sekolah Tinggi Teknologi Nasional Yogyakarta

Identifikasi Bijih Besi dengan Metode Geolistrik di Tanah Laut Deddy Yuliarman, Sri Cahyo Wahyono *, Sadang Husain

PRISMA FISIKA, Vol. III, No. 02 (2015), Hal ISSN :

Pengaruh Kadar Air Tanah Lempung Terhadap Nilai Resistivitas/Tahanan Jenis pada Model Fisik dengan Metode ERT (Electrical Resistivity Tomography)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Data geolistrik dan GPS (akusisi data oleh Pusat Survei Geologi)

Identifikasi Pola Persebaran Sumber Lumpur Bawah Tanah Pada Mud Volcano Gunung Anyar Rungkut Surabaya Menggunakan Metode Geolistrik

BAB III METODE PENELITIAN

IDENTIFIKASI BIDANG GELINCIR DI TEMPAT WISATA BANTIR SUMOWONO SEBAGAI UPAYA MITIGASI BENCANA LONGSOR

Penerapan Metode Geolistrik Untuk Identifikasi Pola Penyebaran Zona Asin Di Bledug Kuwu, Grobogan, Jawa Tengah

APLIKASI METODE GEOLISTRIK RESISTIVITY UNTUK PENDUGAAN SEBARAN INTRUSI AIR LAUT DI KELURAHAN KLEGO KOTA PEKALONGAN

Pendugaan Akuifer serta Pola Alirannya dengan Metode Geolistrik Daerah Pondok Pesantren Gontor 11 Solok Sumatera Barat

BAB III METODE PENELITIAN

Interpretasi Bawah Permukaan. (Aditya Yoga Purnama) 99. Oleh: Aditya Yoga Purnama 1*), Denny Darmawan 1, Nugroho Budi Wibowo 2 1

Metode Geolistrik (Tahanan Jenis)

PENENTUAN RESISTIVITAS BATUBARA MENGGUNAKAN METODE ELECTRICAL RESISTIVITY TOMOGRAPHY DAN VERTICAL ELECTRICAL SOUNDING

Nurun Fiizumi, Riad Syech, Sugianto.

IDENTIFIKASI JENIS BATUAN BAWAH PERMUKAAN SEBAGAI KAJIAN AWAL PERENCANAAN PEMBUATAN PONDASI BANGUNAN MENGGUNAKAN METODE RESISTIVITAS

Dinisa Hanifa 1, Ibrahim Sota 1, Simon Sadok Siregar 1

PENDUGAAN SEBARAN AKAR KELAPA SAWIT PADA LAHAN GAMBUT DENGAN MENGGUNAKAN METODE GEOLISTRIK RESITIVITAS

ANALISIS DATA GEOLISTRIK UNTUK IDENTIFIKASI PENYEBARAN AKUIFER DAERAH ABEPURA, JAYAPURA

Identifikasi Bijih Besi Menggunakan Metode Geolistrik Schlumberger Di Kabupaten Tanah Laut

Pengukuran Geolistrik Tahanan Jenis untuk Menentukan Letak Akuifer Air Bawah Tanah (Studi Kasus : Kecamatan Airmadidi, Kabupaten Minahasa Utara)

POLA SEBARAN AKUIFER DI DAERAH PESISIR TANJUNG PANDAN P.BELITUNG

STUDI BIDANG GELINCIR SEBAGAI LANGKAH AWAL MITIGASI BENCANA LONGSOR

Analysis of Chromite Vein At The Subsurface Using Geoelectrical Method Wenner-Schlumberger Configuration

SURVEI SEBARAN AIR TANAH DENGAN METODE GEOLISTRIK TAHANAN JENIS DI KELURAHAN BONTO RAYA KECAMATAN BATANG KABUPATEN JENEPONTO

IDENTIFIKASI SEBARAN BATUBARA MENGGUNAKAN METODE GEOLISTRIK HAMBATAN JENIS DI DESA LEMBAN TONGOA

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil pemodelan fisik menunjukkan bahwa konfigurasi elektroda yang sensitif

IDENTIFIKASI BATUAN GRANIT KECAMATAN SENDANA KOTA PALOPO MENGGUNAKAN METODE GEOLISTRIK TAHANAN JENIS (RESISTIVITY)

APLIKASI METODE GEOLISTRIK RESISTIVITAS KONFIGURASI DIPOLE-DIPOLE UNTUK IDENTIVIKASI POTENSI SEBARAN GALENA (PBS) DAERAH-X, KABUPATEN WONOGIRI

FOTON, Jurnal Fisika dan Pembelajarannya Volume 18, Nomor 2, Agustus 2014

APLIKASI METODE GEOLISTRIK TAHANAN JENIS KONFIGURASI WENNER- SCHLUMBERGER UNTUK SURVEY PIPA BAWAH PERMUKAAN

PEMODELAN 3D RESISTIVITAS BATUAN ANDESIT DAERAH SANGON, KAB. KULONPROGO, PROVINSI DIY

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

PEMODELAN FISIKA APLIKASI METODE GEOLISTRIK KONFIGURASI SCHLUMBERGER UNTUK INVESTIGASI KEBERADAAN AIR TANAH

Prosiding Seminar Nasional Teknik Sipil 2016 ISSN: Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta

Jurnal Einstein 3 (2) (2015): Jurnal Einstein. Available online

Cross Diagonal Survey Geolistrik Tahanan Jenis 3D untuk Menentukan Pola Penyebaran Batuan Basal di Daerah Pakuan Aji Lampung Timur

Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi Sumatera Barat, Jalan Jhoni Anwar No. 85 Lapai, Padang 25142, Telp : (0751)

Pemodelan Akuifer Air Tanah dengan Metode Geolistrik Tahanan Jenis Konfigurasi Dipole-dipole

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 5 Mei 2015, mulai dari pukul

IDENTIFIKASI KEDALAMAN AQUIFER DI KECAMATAN BANGGAE TIMUR DENGAN METODA GEOLISTRIK TAHANAN JENIS

Bayu Suhartanto, Andy Pramana,Wardoyo, M. Firman, Sumarno Jurusan Fisika Fakultas MIPA Universitas Bengkulu, Bengkulu

Penerapan Metode Resistivitas 2D untuk Identifikasi Bawah Permukaan Situs Maelang Bayuwangi Jawa Timur

Program Studi Pendidikan Fisika FKIP Universitas Jember

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kerentanan longsor yang cukup besar. Meningkatnya intensitas hujan

IDENTIFIKASI POLA AKUIFER DI SEKITAR DANAU MATANO SOROAKO KAB. LUWU TIMUR Zulfikar, Drs. Hasanuddin M.Si, Syamsuddin, S.Si, MT

PENETROMETER TEST (DCPT) DI JALAN ARTERI

PRISMA FISIKA, Vol. V, No. 3 (2014), Hal ISSN :

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia terletak di daerah tropis merupakan negara yang mempunyai ketersediaan air yang cukup.

NILAI RESISTIVITAS DENGAN VARIASI JARAK DI TEMPAT PEMROSESAN AKHIR SAMPAH GUNUNG KUPANG BANJARBARU

PENERAPAN FORWARD MODELING 2D UNTUK IDENTIFIKASI MODEL ANOMALI BAWAH PERMUKAAN

183 PENDUGAAN BIJIH BESI DENGAN GEOLISTRIK RESISTIVITY-2D DAN GEOMAGNET DI DAERAH SEBAYUR, DESA MAROKTUAH, KEC

METODE GEOLISTRIK UNTUK MENGETAHUI POTENSI AIRTANAH DI DAERAH BEJI KABUPATEN PASURUAN - JAWA TIMUR

INVESTIGASI PENYEBARAN LAPISAN PEMBAWA EMAS MENGGUNAKAN METODE GEOLISTRIK RESISTIVITY DI KELURAHAN LATUPPA

IDENTIFIKASI ZONA SESAR OPAK DI DAERAH BANTUL YOGYAKARTA MENGGUNAKAN METODE SEISMIK REFRAKSI

Kata Kunci : Resistivitas, geolistrik, perbandingan, suseptibilitas magnetik, geomagnet. I. Pendahuluan. II. Kajian Pustaka

PEMODELAN AKUIFER AIR TANAH UNTUK MASYARAKAT PESISIR LINGKUNGAN BAHER KABUPATEN BANGKA SELATAN. Mardiah 1, Franto 2

BAB V INTERPRETASI HASIL PENGUKURAN RESISTIVITAS

IDENTIFIKASI BENDA ARKEOLOGI DI KEC. MAKASSAR DENGAN METODE GEOLISTRIK KONFIGURASI WENNER - SCHLUMBERGER

PEMETAAN POTENSI AIRTANAH DALAM MENGGUNAKAN METODE GEOLISTRIK DI KABUPATEN PONOROGO SEBAGAI ANTISPASI BENCANA KEKERINGAN

*

Identifikasi Sebaran Aquifer Menggunakan Metode Geolistrik Hambatan Jenis Di Desa Bora Kecamatan Sigi Biromari Kabupaten Sigi

STUDI SEBARAN BATUAN INTRUSI MENGGUNAKAN METODE GEOLISTRIK RESISTIVITAS

BAB III METODELOGI PENELITIAN

Bab IV Akuisisi, Pengolahan dan Interpretasi Data

PENGUKURAN TAHANAN JENIS (RESISTIVITY) UNTUK PEMETAAN POTENSI AIR TANAH DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PRAYA. Oleh:

Indonesian Journal of Applied Physics (2017) Vol.7 No.2 halaman107

UJI NILAI TAHANAN JENIS POLUTAN AIR LAUT DENGAN METODE OHMIK DAN GEOLISTRIK TAHANAN JENIS SKALA LABORATORIUM

PENDUGAAN POTENSI AIR TANAH DENGAN METODE GEOLISTRIK KONFIGURASI SCHLUMBERGER DI KAMPUS TEGAL BOTO UNIVERSITAS JEMBER

EKSPLORASI NIKEL MENGGUNAKAN METODA RESISTIVITY

Sehah dan Hartono. Keywords: groundwater aquifer, village of Kedungwuluh, geoelectric of resistivity method, Wenner configuration.

Transkripsi:

IDENTIFIKASI STRUKTUR LAPISAN TANAH GAMBUT SEBAGAI INFORMASI AWAL RANCANG BANGUNAN DENGAN METODE GEOLISTRIK 3D Firmansyah Sirait 1), Andi Ihwan 1)* 1) Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Tanjungpura *Email : andihwan@physics.untan.ac.id Abstrak Penelitian pendugaan ketebalan tanah gambut di Jalan Amali Kecamatan Pontianak Tenggara telah dilakukan dengan menggunakan metode geolistrik konfigurasi Wenner-Schlumberger. Pengambilan data dilakukan sebanyak lima lintasan dengan panjang tiap lintasan 60 meter dan spasi antar elektroda 5 (lima) meter. Nilai resistivitas semu yang diukur kemudian diolah menggunakan perangkat lunak Res2Dinv untuk proses pendugaan struktur bawah permukaan secara dua dimensi (2D) dan Res3Dinv untuk profil tiga dimensi (3D). Hasil pencitraan 2D menunjukkan ketebalan maksimum tanah gambut untuk masing-masing lintasan mulai dari lintasan 1 hingga lintasan 5 secara berurutan adalah 3,00; 7,00; 6,00; 2,00 dan 9 meter dengan tingkat kesalahan hampiran 6-17 %. Pada pencitraan tiga dimensi (3D) terlihat lapisan tanah gambut terdistribusi hingga kedalaman 8,68 m pada bagian utara dan barat daerah pengukuran dengan tingkat kesalahan hampiran 10,8 %. Kata Kunci : geolistrik, resistivitas, ketebalan gambut. 1. Latar Belakang Jenis tanah gambut yang terdapat di Kota Pontianak terdiri dari tanah Organosol, Gley, Humus dan Aluvial dengan karakteristik masing-masing berbeda satu dengan yang lainnya. Dari berbagai jenis tanah gambut tersebut, jenis yang memiliki proporsi luas area terbesar dimiliki jenis organosol yang menempati 51,42 % dari total wilayah kota. Bagian terluas terdapat di kecamatan Pontianak Utara yaitu seluas 3.047Ha (Dinas Urusan Pangan Kota Pontianak, 2001). Sebagian wilayah yang mengandung tanah gambut tersebut direncanakan akan dijadikan sebagai tempat pembangunan gedung ataupun perumahan. Dilihat dari sisi daya dukung konstruksi bangunan, terdapatnya tanah gambut pada suatu lahan konstruksi akan menjadi kendala yang cukup serius. Hal ini disebabkan karena tanah gambut memiliki sifat yang sangat compressible, yaitu lapisannya memiliki potensi untuk mengalami settlement atau penurunan. Pada wilayah-wilayah tertentu di Kota Pontianak, ketebalan tanah gambut dapat mencapai 1(satu) hingga 6(enam) meter. Angka tersebut masuk dalam kategori kurang baik apabila diperuntukkan bagi pendirian bangunan berskala besar maupun lahan pertanian (Pokja Sanitasi Kota Pontianak, 2010). Untuk mengatasi hal tersebut di atas, informasi tambahan terkait struktur bawah permukaan sangat diperlukan. Ketepatan peletakan landasan/pondasi pada area bergambut merupakan salah satu solusi dari permasalahan rancang bangun pondasi bangunan. Informasi struktur tanah bergambut, tersebut dapat diperoleh melalui beberapa alat bantu. Sebuah peta geologi daerah penelitian dapat dijadikan sebagai informasi awal keberadaan tanah gambut beserta formasi batuan yang menaunginya. Namun, informasi ini harus dikorelasikan dengan informasi lain agar akurasi informasi yang diinginkan dapat dipenuhi. Penggunaan metode geofisika akhir-akhir ini telah dijadikan sebagai sebuah syarat bagi kelayakan sebuah studi struktur perlapisan bawah permukaan. Metode geolistrik tahanan jenis merupakan salah satu dari beberapa metode geofisika yang efektif untuk mengetahui struktur bawah permukaan. Nilai tahanan jenis yang tercatat yang merupakan hasil pengukuran menggunakan alat geolistrik tahanan jenis dapat diproses lebih lanjut untuk menghasilkan sebuah gambaran struktur bawah permukaan lokasi penelitian. Pada penelitian ini, metode geofisika tahanan jenis digunakan untuk mengidentifikasi struktur bawah permukaan. Pemetaan secara 3D dilakukan dengan menggunakan konfigurasi Wenner Schlumberger. Informasi awal struktur perlapisan bawah permukaan diperoleh dari peta geologi wilayah Nangataman, Kalimantan Barat (Sanyoto dan Pieters, 1993) Berdasarkan data tersebut, kota Pontianak didominasi oleh lumpur, kerikil, pasir dan sisa-sisa tumbuhan. Analisa lebih lanjut menunjukkan keberadaan tanah gambut mencapai kedalaman 50 meter. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah mengenai struktur bawah permukaan dan menjadi acuan awal dalam perancangan pembangunan. 36

Lokasi Penelitian Gambar 1. Cuplikan peta geologi Nangataman, Kalimanatan Barat ( Sanyoto & Pieters, 1993) 2. Metodologi 2.1 Pengambilan data penelitian Penelitian dilaksanakan di Kecamatan Pontianak Tenggara Jalan Amali Gang Amali pada tanggal 17 desember 2014 dengan koordinat S: 00 0 04 1 2,5 E: 109 0 20 27,3. Penelitian struktur lapisan tanah gambut ini diawali dengan proses studi literatur dan mencari informasi detail mengenai lokasi yang akan diteliti. Pencarian informasi lokasi penelitian dimaksudkan untuk mempermudah survei yang nantinya akan dilakukan. Setelah mengetahui informasi dan kondisi lokasi penelitian, maka hal selanjutnya yang dilakukan adalah membuat desain penelitian. Adapun skema atau desain lintasan penelitiannya digambarkan secara detail pada Gambar 2. U dengan cara menginjeksikan arus melalui multielektroda arus menggunakan alat Resistivity meter. Dari hasil injeksi diperoleh nilai resistivitas semu bawah permukaan yang terdapat pada lokasi penelitian. 2.2 Konfigurasi Wenner-Schlumberger Nilai resistivitas untuk metode Wenner- Schlumberger dapat dihitung menggunakan persamaan berikut (Sakka, 2002) : V k I (1) k n ( n 1) a (2) dengan : = resistivitas semu (Ω meter) k = faktor Geometri n = lapisan datum a = spasi elektroda (meter) = 3,14 Gambar 3. Stacking Chart konfigurasi Wenner-Schlumberger Gambar 2. Desain lintasan penelitian Pengambilan data geolistrik resistivitas pada penelitian ini menggunakan konfigurasi Wenner-Schlumberger. Pengukuran dilakukan pada 5 lintasan dengan panjang masing-masing lintasan adalah 60meter. Pengambilan data 3. Hasil dan Pembahasan Data pengukuran yang dihasilkan, yaitu berupa nilai resistivitas semu, kemudian diolah menggunakan perangkat lunak Res3Dinv. Hasil pengolahan data merupakan gambaran struktur lapisan tanah yang nantinya dianalisis dan diinterpretasi.. 37

Gambar 4. Hasil pengolahan data daerah penelitian dilihat dari arah (a) Barat-Daya (b) Timur-Laut dan (c) Utara. Total luas area yang diteliti adalah 3600 m 2. Terlihat pada gambar 4, ketebalan lapisan tanah gambut hingga mencapai 8,68 meter yang terdistribusi menyebar di wilayah utara dan barat. Tanah gambut ditemukan cukup dangkal pada daerah sebelah Selatan dan Timur dengan kedalaman antara 3 hingga 4 meter yang ditunjukkan oleh warna jingga. Di bagian tenggara terdapat resistivitas yang cukup tinggi di permukaan yang berbentuk persegi panjang yang berwarna ungu. Daerah tersebut membentang dari arah selatan ke utara dengan panjang 45 meter dan lebar 15 meter. Hasil tersebut diperkuat oleh adanya timbunan tanah keras bercampur batuan di permukaan sepanjang lintasan 4. Timbunan tanah tersebut digunakan warga sekitar sebagai jalan. Di bagian utara terdalat resistivitas yang kecil berbentuk seperti cekungan dengan kedalaman mencapai 8 meter dengan kisaran resistivitas 60 Ω meter. Daerah tersebut didominasi oleh warna hijau muda. Diduga gambut pada kedalaman ini banyak mengandung air sehingga resistivitasnya cukup kecil. Di bagian barat laut hingga barat daya ditemukan resistivitas yang kecil hingga kedalaman mencapai 4 meter berbentuk dua cekungan yang didominasi ole h warna hijau dengan kisaran resistivitas antara 60 100 Ω meter. Kemudian dibawahnya terdapat lapisan yang berwarna kuning hingga kecoklatan dengan kedalaman mencapai 7 meter. Dibagian selatan gambut hanya mencapai kedalaman 4 meter yang hampir merata di sepanjang lintasan. 38

Tabel 1 Nilai resistivitas batuan dan mineral bumi Material Resistivitas (Ω m) Udara 0 Air asin 0.2 Air tanah 0.5-200 Lempung 1-100 Pasir 1-1000 Tembaga 1-1.7 Magnesium 4.2 Bijih besi 0.1-25 Khrom 13.2 Aluvium 10-800 Mangan 44-160 Kerikil 100-600 Batu Pasir 200-8000 Gamping 50-1x10 7 Karbon 3000 Batuan Garam 30-1x10 7 Kwarsa 10 1 4 4x10-2x10 Andesit 1.7x10 2-4.5x10 4 (Sumber : Telford, dkk, 1990) Hasil pengolahan data dengan menggunakan perangkat lunak Res2Dinv dan Res3Dinv dianalisa dengan menggunakan tabel nilai resistivitas batuan dan mineral bumi yang ditunjukkan oleh tabel1. Validasi data dilakukan dengan cara pengeboran di tiga titik tempat berbeda. Pengeboran pertama berada di bagian lintasan 1. Pengeboran ke-dua berada di bagian lintasan 2 dan pengeboran ke-tiga berada di bagian lintasan 5. Pengeboran ini menggunakan alat bor gambut manual yang memiliki 15 sambungan. Tiap sambungan memiliki panjang 1 meter. Titik pengeboran (6 m) Gambar 6. Pengeboran pada lintan 2 Gambar 6 merupaka lintasan 2 dengan kedalaman pengeboran mencapai 6 meter. Titik pengeboran (7 m) Gambar 7. Pengeboran pada lintasan 5 Gambar 7 merupakan lintan 5 dengan kedalaman pengeboran mencapai 7 meter. Lapisan gambut pada daerah ini paling dalam dibandingkan dengan daerah lainnya. Pada lintasan 1 validasi data dilakukan dengan pengeboran di jarak 20 meter dengan kedalaman Titik pengeboran mencapai (4 m) 4 meter. (a) (b) Gambar 5. Pengeboran pada lintasan 1 Gambar 5 merupakan lintasan 1 dengan kedalaman pengeboran mencapai 4 meter. Terlihat bahwa pada lintasan ini kedalaman gambut cukup dangkal dibandingan didaerah lainnya. Resistivitas yang tinggi ditunjukkan oleh warna ungu sehingga pengeboran dikedalaman 4 meter sudah mencapai maksimal. (c) Gambar 8, Penampang horizontal x-y-z hasil Res3Dinv dengan (a) kedalaman 0-2.5 meter, (b) kedalaman 2.5-5.38 meter dan (c) kedalaman 5.38-8.68 meter. 39

Berdasarkan pada Gambar 8, data tiap sayatan perlapisan yang diperoleh bahwa lapisan tanah gambut masih teridentifikasi hingga mencapai kedalaman 8,68 meter yang ditunjukan oleh warna coklat bagian (c). Lebih dari kedalam tersebut tidak teridentifikasi adanya tanah gambut. 4. Kesimpulan Ketebalan tanah gambut pada pencitraan 3D menunjukkan kedalaman gambut bervariasi hingga mencapai 8,68 meter yang terdistribusi sebagian besar di wilayah Utara dan Barat pada lokasi penelitian. Sedangkan gambut dangkal berada dibagian Selatan dan Timur dengan kedalaman 3 hinga 4 meter. Daftar Pustaka Dinas Urusan Pangan Kota Pontianak. 2001. Profil Agribisnis Aloe Vera di Kota Pontianak. Provinsi Kalimantan Barat. Dinas Urusan Pangan, Pontianak. Pokja sanitasi kota Pontianak. 2010. Buku Putih Sanitasi Kota Pontianak. Pemerintah Kota Pontianak, Pontianak. Sakka. 2002. Metoda Geolistrik Tahanan Jenis. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam UNHAS, Makassar. Sanyoto, P & Pieters, P.E. 1993. Peta Geologi Lembar Kota Pontianak. Nangataman, Kalimantan Barat. Telford, W.M, Geldart LP, Sheriff, RE. 1990. Apllied Geophysics, Secon edition, pp522-524, Austrian & Newyork. Cambridge University Press, USA. 40