ANALISIS DEFORMASI JEMBATAN SURAMADU AKIBAT PENGARUH ANGIN MENGGUNAKAN PENGUKURAN GPS KINEMATIK Lysa Dora Ayu Nugraini, Eko Yuli Handoko, ST, MT Program Studi Teknik Geomatika, FTSP ITS-Sukolilo, Surabaya 60 Email : gm07@geodesy.its.ac.id Abstrak Deformasi merupakan salah satu faktor yang harus diperhitungkan dalam rangka monitoring struktur kesehatan jembatan Suramadu. Vibrasi yang terjadi akibat pengaruh berbagai beban dinamik pada jembatan baik beban hidup atau beban mati seperti beban dinamik angin, menjadi salah satu faktor penyebab terjadinya deformasi lateral. Apabila vibrasi tersebut terjadi secara berlebihan dan terakumulasi dalam jangka waktu tertentu, maka akan menyebabkan kerusakan pada struktur jembatan. GPS merupakan sebuah teknologi penentuan posisi dengan keakuratan penentuan posisi yang tinggi. Pengamatan perubahan posisi sebuah titik pada jembatan yang didapatkan melalui pengukuran GPS kinematik dapat digunakan sebagai analisis mengenai vibrasi yang terjadi pada jembatan Suramadu. Hasil pengukuran GPS yang dilakukan pada penelitian ini tidak mendapatkan akurasi yang tinggi dikarenakan kesalahan dan bias akibat kabel penyangga menara jembatan disekeliling lokasi penempatan GPS yang tidak bisa dihindari. Outliers yang merupakan efek dari bias dan kesalahan memberikan pengaruh pada perhitungan pergeseran posisi jembatan. Outliers yang kecil pada pengukuran bulan Januari membuat pergeseran posisi lateral < 5 cm. Sedangkan outliers yang besar pada pengukuran bulan Mei dengan nilai outliers hingga satuan meter, mengakibatkan perhitungan perubahan posisi lateral Jembatan Suramadu bernilai > 5 cm. Moving Average filter merupakan sebuah metode yang digunakan untuk mereduksi noise akibat kondisi pengukuran yang terjadi sehingga didapatkan pola vibrasi Jembatan Suramadu. Kata kunci : Deformasi, Jembatan Suramadu, GPS, Moving Average PENDAHULUAN Jembatan Suramadu merupakan jenis jembatan gantung (jembatan Cable Stayed) dengan struktur bangunan yang dirancang mampu bertahan hingga lebih dari seratus tahun kedepan (Suangga dan Subagyo, 008), sehingga untuk dapat mencapai target life-time (usia teknis) tersebut perlu dilakukan monitoring serta perawatan terhadap struktur bangunan jembatan. Banyak faktor yang perlu diperhatikan dalam rangka mempertahankan dan memonitoring kondisi struktur jembatan suramadu, salah satunya adalah deformasi jembatan. Salah satu faktor yang mempengaruhi deformasi jembatan adalah beban dinamik angin yang melintas di jembatan. Untuk jembatan bentang panjang seperti jembatan Cable Stayed Suramadu, pengaruh beban dinamik angin sangat berperan dalam menentukan kestabilan dari struktur jembatan. Beban dinamik angin yang menyebabkan vibrasi lateral adalah parameter yang diukur untuk mengetahui pola getar dari badan jembatan tersebut. Dengan adanya informasi mengenai kecepatan yang melintas di Jembatan Suramadu maka dari studi ini diharapkan dapat dijadikan sebagai deteksi awal perubahan struktur jembatan untuk mendukung pencapaian target life-time jembatan tersebut dan upaya pemeliharaannya. RUMUSAN MASALAH Rumusan masalah yang akan dibahas dalam tugas akhir ini adalah sebagai berikut: a. Bagaimanakah pengaruh angin terhadap deformasi pada Jembatan Suramadu? b. Berapakah besar nilai deformasi Jembatan Suramadu akibat pengaruh angin? BATASAN MASALAH Batasan masalah pada tugas akhir ini adalah : a. Analisis deformasi Jembatan Suramadu khususnya pada pylon bentang tengah
jembatan terhadap posisi horizontal yaitu koordinat X dan Y dengan lama pengamatan selama jam b. yang dilakukan menggunakan metode GPS kinematik. c. Parameter angin yang diukur adalah kecepatan angin yang melintasi bentang tengah Jembatan Suramadu pada waktu yang bersamaan dengan pengukuran GPS. TUJUAN Tujuan yang ingin dicapai dalam judul tugas akhir ini adalah melakukan analisis pengaruh angin terhadap deformasi Jembatan Suramadu melalui pola getar (vibrasi) dan pergeseran posisi jembatan METODOLOGI Pelaksanaan penelitian berlokasi di Jembatan Suramadu tepatnya pada bagian jembatan utama (main bridge) Suramadu. Secara geografis lokasi ini berada di 7 3 LS dan 46 48 BT. Lokasi Penelitian Gambar. Lokasi Penelitian Lokasi Gambar. Bentang Tengah Jembatan Suramadu Data dan Peralatan. Data. Data Primer Data pengamatan GPS tanggal : a. Januari pukul 8.00 BBWI sampai januari pukul 06.30 BBWI b. Mei pukul 6.00 BBWI sampai 04.00 BBWI c. 3 Mei pukul.00 BBWI sampai 8.00 BBWI. Data Sekunder Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini adalah data angin yang berhembus disekitar selat Madura, khususnya yang melintasi Jembatan Suramadu pada : - Tanggal Januari didapat dari stasiun BMKG Perak II Surabaya dengan koordinat geografis 7 0 LS dan 44 8 BT. - Tanggal Mei diambil langsung diatas jembatan Suramadu pada pukul 6.00 BBWI sampai 04.00 BB WI - Tanggal 3 Mei diambil langsung diatas jembatan Suramadu pada pukul.00 BBWI sampai 8.00 BBWI. Peralatan Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :. Tahap Pengambilan Data a. GPS Geodetik Topcon yang berfungsi sebagai rover. Lokasi Titik GPS bentang tengah Jembatan Suramadu kabel nomor 3 dari pylon sisi Surabaya, Lokasi Titik GPS bentang tengah Jembatan Suramadu kabel nomor 3 dari pylon sisi Madura. b. GPS Topcon GB 000 yang dipasang di lantai 4 gedung Teknik Geomatika ITS Surabaya berfungsi sebagai titik tetap (titik Referensi) dengan koordinat 7 6 47,9506 LS dan 47 40,63867 BT, dan 47,95 m diatas ellipsoid WGS 84. c. Anemometer. Tahap Pengolahan Data a. Perangkat Keras ( Hardware) - Personal Computer (PC) b. Software - Topcon Tools - Matlab 7.0 Metodologi GPS Pada penelitian ini untuk mendapatkan pola getar jembatan suramadu digunakan metode pengukuran GPS Kinematik. Untuk menghindari kesalahan dan bias pengukuran, digunakan metode pengukuran triple difference dengan batas penerimaan sinyal satelit 5 dan frekuensi pengukuran 0, Hz.
Diagram alir pengolahan data Adapun diagram alir pengolahan data adalah sebagai berikut : SP3 GPS week 66 dan 635 GPS Rover titik dan Base Station Data Kecepatan Angin 0,07 Hz tanggal januari, Mei dan 3 Mei Raw Data Januari, Mei dan 3 Mei Ekstraksi Nilai Kecepatan Angin Menjadi Vektor (X,Y) Interpolasi Kecepatan Angin Menjadi 0, Hz Post-Processing Koordinat (X,Y) Hasil titik GPS dan GPS Januari, Mei dan 3 Mei Vektor Kecepatan Angin (X,Y) 0, Hz Perhitungan Toleransi 95% Ketidakpastian Koordinat (X,Y) Januari, Mei dan 3 Mei Eliminasi tidak ρ+σ.k X ρ-σ.k Plotting Koordinat (X,Y) Titik dan Januari, Mei dan 3 Mei 95% Ketidakpastian ya Pola Koordinat titik dan Januari, Mei dan 3 Mei Tidak ada Cek Outliers koordinat (X,Y) ada Moving Average Filter Pola Koordinat Titik dan Januari, Mei dan 3 Mei Perhitungan Pergeseran Koordinat Jembatan Koordinat (X,Y) Titik dan Januari, Mei dan 3 Mei Pola Getar Jembatan Suramadu dan nilai Pergeseran Posisi (X,Y) Jembatan Terhadap Rata- Rata Koordinat (X,Y) Jembatan titik dan Januari, Mei dan 3 Mei Perhitungan Korelasi Koordinat Pergeseran Jembatan Januari, Mei dan 3 Mei Terhadap Beban Dinamik Angin Tanggal Januari, Mei dan 3 Mei Nilai Pergeseran Koordinat Jembatan Koordinat (X,Y) Akibat Beban Dinamik Angin Tanggal Januari, Mei dan 3 Mei Nilai Korelasi Koordinat Pergeseran Jembatan Dengan Beban Dinamik Angin Tanggal Januari, Mei dan 3 Mei Analisis Koordinat Pergeseran Jembatan Terhadap Akibat Beban Dinamik Angin Pola vibrasi jembatan Suramadu Koordinat (X,Y) tanggal Januari, Mei dan 3 Mei Grafik Korelasi Koordinat Pergeseran Jembatan Koordinat (X,Y) Akibat Dinamik Angin (X,Y) Tanggal Januari, Mei dan 3 Mei 3
Pada penelitian ini dilakukan pengolahan data sebagai berikut :. Download Data Titik Pengamatan. Metode Post-Processing Dilakukan metode post-processing pada raw data di software Topcon Tools dengan menambahkan Standart Presice Ephemeris #3 (SP3). Output post-processing ini berupa koordinatkoordinat titik GPS dan GPS. Melalui koordinat-koordinat (X,Y,Z) tersebut selanjutnya dihitung pola getar (vibrasi) dan pergeseran posisi jembatan sebagai parameter terjadinya deformasi. Koordinat X dan koordinat Y sebagai deteksi terjadinya deformasi lateral. 3. Perhitungan Toleransi Semua data (koordinat) tersebut dihitung koordinat rata-rata masingmasing titik, residu, variansi dan standar deviasi pengukuran. Melalui perhitungan tersebut digunakan metode uji statistik distribusi normal dengan 95% tingkat ketidakpastian untuk menentukan batas-batas penerimaan dan penolakan koordinat pengukuran. Apabila koordinatkoordinat hasil processing data berada didaerah penolakan, maka koordinatkoordinat tersebut tidak diikutsertakan kedalam pengukuran selanjutnya (proses eliminasi). Namun apabila koordinat hasil processing tersebut berada dalam batas penerimaan koordinat, maka koordinat-koordinat tersebut diikutsertakan dalam tahapan pengolahan selanjutnya. 4. Plotting Koordinat Hasil Pengamatan Koordinat-koordinat yang di plot adalah keseluruhan koordinat yang berada dalam rentang penerimaan uji statistik. Tujuannya untuk mengetahui pola getar (vibrasi) serta pengaruh dari multipath dan cycle slips yang diakibatkan oleh lingkungan lokasi penempatan titik seperi pagar pembatas jembatan, kabel penyangga jembatan serta pylon jembatan. 5. Cek Outliers Cek Outliers bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya noise melalui hasil plotting koordinat. Apabila hasilnya diketahui terdapat pola multipath dan cycle slips, maka diperlukan tahapan smoothing.. 6. Pemberian Moving Average Filter Pada Data Yang Mengandung Noise Filter yang digunakan untuk menghaluskan data (smoothing) pada data yang mengandung noise yang diwujudkan melalui pola outliers. 7. Perhitungan Pergeseran Posisi (X,Y) Jembatan Suramadu Nilai residu dari perhitungan pergeseran posisi jembatan pada pengukuran Januari, Mei, dan 3 Mei tersebut selanjutnya didefinisikan sebagai gejala awal terjadinya deformasi badan jembatan. 8. Ekstraksi Nilai Kecepatan Angin menjadi Vektor (X,Y) Data kecepatan angin > 0, Hz di ekstrak kedalam vektor X dan Y dengan cara diinterpolasi sehingga memiliki data sebanyak 0, Hz. 9. Perhitungan Korelasi Koordinat Pergeseran Jembatan Suramadu (X,Y) Terhadap Beban dinamik Angin Nilai yang dikorelasikan antara koordinat pergeseran jembatan suramadu (X,Y) terhadap beban dinamik angin (kecepatan angin) adalah koordinat X, Y titik GPS dan GPS terhadap vektor X, Y dari data kecepatan angin rata-rata, masingmasing untuk pengukuran Januari, Mei, dan 3 Mei. 0. Analisis Analisis dilakukan terhadap standar deviasi pengamatan, koordinat hasil filter yang diterapkan, nilai deformasi yang diperoleh dan analisis mengenai sejauh mana pergeseran disebabkan oleh angin dengan melihat koefisien korelasi antara pergeseran koordinat jembatan dengan kecepatan angin serta grafik dua dimensi yang merepresentasikan pola hubungan dari keduanya. Moving Average Filter Moving Average Filter (MA Filter) merupakan metode smoothing yang memiliki prinsip menggantikan setiap titik data dengan rata-rata titik tetangga data. Moving average filter mengurangi intensitas sinyal, dengan hilangnya sinyal kecil berdekatan berikutnya. Efek ini meningkat dengan meningkatnya 4
bandwidth filter (M). Formula MA Filter adalah sebagai berikut : y [ i] M x( i M j 0 j) (.) Dimana : y [ ] = Output sinyal ke i M = Panjang window x [ ] = Input sinyal i = Titik j untuk one side averaging = i, i+, i+,.,i+j j untuk simetrical averaging = -(M-)/ sampai (M-)/ (.) HASIL DAN PEMBAHASAN. Perhitungan Standar Deviasi GPS Tabel. Perhitungan Standar Deviasi Data Hasil No Tanggal. Januari. Mei 3. 3 Mei Titik Standar Deviasi Koordinat (m) X 0,068 Y 0,05 X 0,6 Y 0,058 X 0,05 Y 0,47 X 0,06 Y,00 X 0,307 Y 0,83 X 0,06 Y,04 Dari tabel diatas, tingkat penyimpangan koordinat terhadap rata-ratanya yang ditunjukkan melalui nilai standar deviasi menunjukkan tingkat sebaran maksimum hingga level m, hal ini disebabkan karena adanya loncatan koordinat yang bernilai ekstrim terhadap rata-rata sebarannya (outliers). Untuk mengetahui penyebab outliers tersebut dapat dianalisis pola outliers dari grafik plotting koordinat pengukuran. titik yang tidak bebas obstruksi. Pada penelitian ini, efek ionosfer dan troposfer dan karakteristik metode kinematik dengan rentang pengamatan yang relatif pendek serta lingkungan titik pengamatan seperti pagar pembatas jembatan, kabel penyangga jembatan dan pylon jembatan diperkirakan menjadi faktor terbesar penyebab obstruksi yang tidak bisa dihindari. Oleh karena itu diperlukan suatu nilai batas (range) untuk menentukan penerimaan koordinat hasil pengukuran dan penolakan outliers yang diperkirakan disebabkan oleh terhalangnya sinyal ke receiver GPS. Dibawah ini adalah grafik perbandingan koordinat asli hasil pengukuran dengan koordinat penolakan outliers pada tingkat ketidakpastian 95% distribusi normal. Gambar 4. Grafik Koordinat X Koordinat Titik GPS dengan 95% Tingkat Ketidakpastian Tabel. Perhitungan Standar Deviasi Data Hasil dengan 95% Tingkat Ketidakpastian No Tanggal Januari 3 Mei 3 Mei Daerah Penolakan Koordinat outliers Titik Koordinat Standar Deviasi Tingkat Ketidakpastian 95% (m) X 0,039 Y 0,033 X 0,03 Y 0,03 X 0,8 Y 0,075 X 0.04 Y 0,055 X 0,33 Y 0,094 X 0,0 Y 0,074 Loncatan Nilai Koordinat Yang Ekstim.(otliers) Gambar 3. Grafik Koordinat X Hasil Titik GPS Melalui grafik pada gambar diatas, pola outliers pengukuran dengan pola loncatan yang mendadak dan tidak terjadi secara bertahap merupakan pola efek bias dan kesalahan dalam pengukuran GPS akibat lingkungan penempatan Gambar 5. Grafik Koordinat X Hasil MA Filter Titik GPS. Data 95% Ketidakpastian Ditunjukkan Dengan Warna Biru, Data Hasil MA Filter Ditunjukkan Dengan Warna Merah 5
Dari grafik-grafik koordinat hasil MA Filter, pemberian Moving Average Filter tidak mampu menghilangkan efek sinusoidal dari multipath. Hal ini dibuktikan dengan koordinat loncatan ekstrim tidak dapat dihilangkan dengan metode ini. Namun penggunaan filter tersebut membantu untuk mereduksi outliers akibat cycle slips. Hal ini dapat diketahui dari nilai standar deviasi tabel 3 dibawah ini.. Tabel 3. Perhitungan Standar Deviasi Data Hasil Menggunakan Moving Average Filter No 3 Tanggal Januari Mei 3 Mei Titik Koordinat Standar Deviasi MA Filter (m) X 0,034 Y 0,09 X 0,097 Y 0,03 X 0,77 Y 0,063 X 0,037 Y 0,045 X 0, Y 0,078 X 0,097 Y 0,063. Deformasi Jembatan Suramadu Analisis deformasi yang digunakan adalah analisis pergeseran posisi jembatan terhadap posisi sebenarnya. Analisis pergeseran ini merupakan salah satu metode untuk mengetahui deformasi melalui analisis geometrik. Tabel 4. Nilai Deformasi Jembatan Suramadu tanggal Januari No Tanggal Januari Mei 3 3 Mei Titik Koordin at Pergeseran Posisi Lateral (m) X 0.0 Y -0,00 X 0.05 Y -0,004 X 0.008 Y 0.05 X -0.04 Y 0.6 X 0.00 Y 0.65 X 0.0 Total Pergeseran Posisi Lateral (m) 0,0 0,06 0.053 0.6 0.7 0. Y 0. Tabel 4 menunjukkan bahwa kisaran nilai deformasi yang tidak jauh berbeda pada pengukuran bulan Januari antara titik GPS dan GPS, karena kisaran nilai standar deviasi pada pengukuran bulan tersebut relatif sama, sehingga terjadi fluktuasi yang seragam. Tabel 4 juga menjelaskan bahwa terdapat beberapa nilai deformasi yang melebihi 0 cm, diantaranya adalah pada pengukuran bulan Mei koordinat Y titik GPS yang mencapai 6 cm. Hal ini diakibatkan oleh fluktuasi residu koordinat yang berada diatas angka 0. cm, fluktuasi tersebut dapat dilihat pada gambar 6 dibawah ini : Gambar 6. Pola fluktuasi residu koordinat Y titik GPS Mei 3. Analisis Deformasi Jembatan Akibat Pengaruh Angin Tabel 5. Tabel Analisis Hubungan Pergeseran Posisi Jembatan Suramadu Akibat Pengaruh Angin No 3 Tanggal Penguku ran Januari Mei 3 Mei Titik Ko ord inat Pergeseran Posisi (m) Kecepatan Angin Maksimum Rata-rata (knots) X 0,0 -,3 Y -0,00,08 X 0,05 -,3 Y -0,004,08 X 0,008 4,59 Y 0,05 0,809 X -0,04 4,59 Y 0,6 0,809 X 0,00 3,85 Y 0,65 0,66 X 0,0 3,85 Y 0, 0,66 4. Analisis Korelasi Tabel 6. Tabel Koefisien Korelasi Deformasi Jembatan Suramadu dengan Kecepatan Angin Penguku ran Januari Mei 3 Mei titik GPS GPS GPS koordi nat Nilai Rata-rata Koefisien korelasi ( r ) Nilai maksimum Nilai Minimum Koefisien Determina si (r ) presentasi r X -0,0057 0,00003 0,00% Y 0,6 0,068 6,8% X 0,003 0,0004 0,04% Y 0,0475 0,003 0,3% X -0,44 0,97 9,7% Y 0,38 0,45 4,5% X -0, 0,049 4,9% Y -0,4 0,086,86% X 0.36 0.05 5% Y -0.006 0.0 % X -0.06 0.045.45% Y -0.9 0.05.5% Dari tabel 6 didapatkan hasil bahwa korelasi antara beban dinamik angin dengan deformasi lateral yang terjadi menunjukkan angka yang kecil karena kecepatan angin rata-rata yang berhembus pada saat pengukuran adalah 3 skala beuford atau <0 knot yang masuk kedalam kategori angin sedang dengan kecepatan angin rata-rata pada keseluruhan waktu pengukuran <0 knot yang masuk dalam angin lemah pada kategori beaufort, sehingga pada kurun waktu penelitian ini, angin tidak berpengaruh signifikan terhadap vibrasi lateral Jembatan Suramadu. Selain itu nilai standar deviasi pengukuran yang besar serta fluktuasi pengukuran yang beragam menjadi penyebab dominan ketidakakuratan nilai deformasi, yang 6
secara tidak langsung berpengaruh terhadap nilai koefisien korelasi.. PENUTUP. Kesimpulan Dari penelitian ini dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut :. Pada penelitian ini beban dinamik angin memiliki pengaruh yang lemah terhadap perubahan posisi lateral Jembatan Suramadu. Koefisien keterkaitan pengaruh angin terhadap perubahan posisi lateral yang terjadi adalah < 0% untuk data di titik GPS (di titik kabel ketiga dari pylon Surabaya) dan < 0 % di titik GPS (di titik kabel ketiga dari pylon sisi Madura).. Dari hasil pengamatan GPS pada penelitian ini mengindikasikan bahwa : - bulan Januari memiliki outliers kecil sehingga dengan kecepatan angin rata-rata terukur sebesar knots terdeteksi pergeseran posisi lateral rata-rata Jembatan Suramadu di titik GPS sebesar cm dan cm di titik GPS. - Mei memiliki outliers besar, sehingga dengan kecepatan angin rata-rata terukur sebesar 4,5 knots terdeteksi pergeseran posisi lateral sebesar 5 cm di titik GPS dan 6 cm di titik GPS. - Sedangkan pada pengukuran 3 Mei yang juga memiliki nilai outliers yang besar, dengan angin rata-rata terukur berkecepatan 3,8 knot, terdeteksi pergeseran posisi lateral sebesar 6 cm dititik GPS dan cm dititik GPS. 3. Penggunaan metode kinematik serta kesalahan dan bias akibat kondisi lingkungan pengukuran yang tidak bebas obstruksi (gangguan), mengakibatkan multipath dan cycle slips sehingga hasil pengukuran memiliki banyak pola outliers. Outliers tersebut berpengaruh terhadap standar deviasi pengukuran dan nilai pergeseran posisi Jembatan Suramadu. 4. Penggunaan metode Moving Average filter yang digunakan mampu mereduksi outliers maksimum sebesar 0,43 m dan reduksi outliers minimum sebesar 0 m pada pengukuran Januari, sedangkan pada pengukuran bulan Mei MA filter mereduksi outliers maksimum sebesar 0,98 m, dan minimum 0 m.. Saran Beberapa saran yang diberikan untuk penelitian selanjutnya adalah sebagai berikut :. Data hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi untuk pengembangan penelitian deformasi selanjutnya dengan beberapa perbaikan dalam hal pengolahan data dan metode yang digunakan. Perbaikan yang dimaksud diantaranya adalah pemilihan lokasi penempatan GPS serta selang pengamatan pada metode kinematik yang dilakukan dengan frekuensi high rate yaitu > Hz, atau dengan menggunakan metode statik dengan pengamatan yang kontinyu.. Penempatan anemometer sebaiknya berada di lokasi yang sama dengan posisi penempatan GPS agar data yang didapat berada pada sample titik yang sama serta dilakukan selama 4 jam agar pengaruh angin darat dan angin laut dapat terlihat. Agar analisis mengenai pengaruh beban dinamik angin terhadap perubahan posisi jembatan suramadu lebih stabil, maka diperlukan pengukuran yang kontinyu dengan kurun waktu pengukuran yang lebih panjang dengan memperhatikan faktor musim. Daftar Pustaka Abidin, H. Z.007. Penentuan Posisi GPS dan Aplikasinya. Jakarta : PT. Pradnya Paramitha. Furqon. 999. Statistika Terapan untuk Penelitian. CV. Alphabeta : Bandung. Nababan, P. 008. Structural Health Monitoring System. Proceeding Of Construction And Maintenance Of Main Span Suramadu Bridge. Surabaya : Ministry Of Public Work Directorat General Of Highway Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional V Technical Affair Of National Suramadu Bridge. Wahyuningtias, D. 996. Tugas Akhir : Model Penentuan Dalam Analisis Deformasi Melalui Pendekatan Geodetik. Jurusan teknik Geodesi Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaa ITB. 7
LAMPIRAN Grafik Hubungan Deformasi Jembatan Terhadap Beban Dinamik Angin Untuk mendukung nilai koefisien korelasi yang dihasilkan, serta mengetahui pola hubungan deformasi jembatan suramadu dengan beban dinamik angin, maka diperlukan grafik korelasi antara residu koordinat pengukuran dengan kecepatan angin a. Januari Gambar 9. Grafik Hubungan Pergeseran Koordinat X Titik GPS dengan Kecepatan Angin Kearah X Gambar 0. Grafik Hubungan Pergeseran Koordinat Y Titik GPS dengan Kecepatan Angin Kearah Y Gambar. Grafik Hubungan Pergeseran Koordinat X Titik GPS dengan Kecepatan Angin Kearah X 8
b. Mei Gambar. Grafik Hubungan Pergeseran Koordinat Y Titik GPS dengan Kecepatan Angin Kearah Y Gambar 3. Grafik Hubungan Pergeseran Koordinat X Titik GPS dengan Kecepatan Angin Kearah X Gambar 4. Grafik Hubungan Pergeseran Koordinat Y Titik GPS dengan Kecepatan Angin Kearah Y 9
Gambar 5. Grafik Hubungan Pergeseran Koordinat X Titik GPS dengan Kecepatan Angin Kearah X Gambar 6. Grafik Hubungan Pergeseran Koordinat Y Titik GPS dengan Kecepatan Angin Kearah Y c. 3 Mei Gambar 4. Grafik Hubungan Pergeseran Koordinat X Titik GPS dengan Kecepatan Angin Kearah X 0
Gambar 5. Grafik Hubungan Pergeseran Koordinat Y Titik GPS dengan Kecepatan Angin Kearah Y Gambar 6. Grafik Hubungan Pergeseran Koordinat X Titik GPS dengan Kecepatan Angin Kearah X Gambar 7. Grafik Hubungan Pergeseran Koordinat Y Titik GPS dengan Kecepatan Angin Kearah Y