BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Penelitian

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam usaha pencapaian tujuan belajar perlu diciptakan adanya sistem lingkungan

2015 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM GAME TOURNAMENT TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN FUTSAL

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SHOTTING

BAB 1 PENDAHULUAN. Asep Saputra, 2014 Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan jasmani dan kesehatan di sekolah dasar menurut Herdiana dan Saptani (2012, hlm. 1) mengemukakan bahwa :

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia membutuhkan pendidikan dalam kehidupannya. Dimana

BAB I PENDAHULUAN. tubuh. Gerak merupakan perpindahan kedudukan terhadap benda lainnya baik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

2016 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT DALAM PEMBELAJARAN PERMAINAN BOLA BESAR TERHADAP KERJASAMA SISWA

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Engkos Koswara, 2013

I. PENDAHULUAN. Pendidikan Jasmani adalah proses pendidikan seseorang sebagai. dan pembentukan watak. Pendidikan Jasmani pada dasarnya merupakan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan jasmani pada dasarnya merupakan bagian integral dari sistem pendidikan secara keseluruhan,

I. PENDAHULUAN. kemampuan dan teknik yang tinggi. Dimana dalam sepak bola terdapat. banyak unsur-unsur yang harus dikuasai para pemainnya dari

BAB I PENDAHULUAN. menuntut manusia untuk selalu berpikir dan mencari hal-hal baru.

BAB I PENDAHULUAN. yang harus dilakukan guru sebagai pengajar. Mengajar merupakan suatu proses

BAB I PENDAHULUAN. hingga dewasa manusia terus di didik agar mendapat kondisi terbaik yang berguna

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MENGGIRING BOLA PADA PERMAINAN SEPAK BOLA MELALUI PENDEKATAN BERMAIN PADA SISWA SEKOLAH DASAR

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan keterampilan olah raga tetapi pada perkembangan si anak seutuhnya.

BAB I PENDAHULUAN. V SDN 02 Jatiharjo, Jatipuro, Karanganyar. 1. Nilai ulangan Formatif banyak yang kurang memenuhi KKM.

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Ridwan Firdaus, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan berfikir kritis, keterampilan sosial, penalaran, stabilitas emosional,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. memberikan dampak positif dalam aspek kehidupan manusia. indonesia perlu memiliki warga yang bermutu atau berkualitas tinggi.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. perilaku hidup sehat dan aktif, serta sikap sportif. Pendidikan jasmani merupakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah KTSP Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

BAB I PENDAHULUAN. pembukaan UUD 1945 alenia IV, yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. sistem pendidikan nasional, (Depdiknas, 2003: 30). Karanggambas sesuai silabus adalah: atletik, senam, renang, kesehatan dan

GUMELAR ABDULLAH RIZAL,

I. PENDAHULUAN. Melalui penjas yang diarahkan dengan baik, anak-anak akan mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. baik dalam mata pelajaran pendidikan jasmani, maka mereka memiliki fondasi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan aspek penting dalam pelaksanaan pembangunan

BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian


BAB I PENDAHULUAN. Mudzakkir Faozi, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan tujuan pendidikan Nasional. Salah satu diantaranya adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan jasmani merupakan bagian integral dari sistem pendidikan

BAB II KAJIAN TEORI. tingkah laku lebih buruk. Menurut Jerome Bruner dalam Trianto (2010:

BAB I PENDAHULUAN. yang diajarkan di sekolah dasar. Dalam mengajarkan mata pelajaran Ilmu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. bangsa tersebut. Hal itulah yang merupakan asumsi secara umum terhadap

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan pembelajaran yang optimal menuju tujuan yang diharapkan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Purnama Sidiq Nugraha, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu wahana untuk mengembangkan semua

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan (Penjasorkes) meliputi permainan

ARTIKEL. untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga. oleh : Nur Aeni Ratna Dewi

BAB I PENDAHULUAN. pendidikannya, karena kualitas pendidikan merupakan. tingkat kesejahteraan masyarakat pada suatu negara. Melalui pendidikan yang

BAB I PENDAHULUAN. Lompat jauh gaya jongkok merupakan salah satu nomor yang tergabung dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan hal yang sangat penting untuk membekali siswa

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang Masalah. Sekolah adalah salah satu lembaga formal dalam sistem pendidikan yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Kata kunci: Pendekatan perlombaan dengan media sasaran, passing dada dalam bola basket.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sitematis ke arah perubahan tingkah laku menuju kedewasaan peserta didik.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SHOOTING PERMAINAN SEPAKBOLA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL COOVERATIVE LEARNING TIPE TEAMS GAME TOURNAMENT (TGT)

BAB 1 PENDAHULUAN. cukup digemari dan diminati serta seringkali dipertandingkan antar kelas maupun

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan aspek fisik, psikomotor, kognitif, dan afektif secara total.

2016 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT ( TEAM GAME TOURNAMENT ) UNTUK MENINGKATKAN PARTISIPASI SISWA PADA PERMAINAN SEPAK BOLA MINI

BAB I PENDAHULUAN. membawa nama bangsa ke dunia internasional menjadi baik. Mempertahankan

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MENGGIRING BOLA PADA PERMAINAN SEPAK BOLA MELALUI GAYA MENGAJAR LATIHAN

Pendapat lain diutarakan oleh Rosdiani (2013, hlm. 72)yang menyatakan

MODIFIKASI ALAT BANTU PEMBELAJARAN PADA MATERI AJAR GERAK DASAR MENENDANG DALAM SEPAK BOLA. Untung

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

1. PENDAHULUAN. pembinaan warga masyarakat dan peserta didik melalui pendidikan jasmani dan. pembangkitan motivasi harus dimulai pada usia dini.

MAKALAH SIMPOSIUM GURU 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. jasmani juga mencakup aspek mental, emosional, sosial dan spiritual.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sandy Windiana, 2014 Pengaruh Model Pendekatan Taktis Terhadap Hasil Belajar Permainan Kasti

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. kegiatan yang akan dilaksanakan yaitu pertamakali peneliti

BAB 1 PENDAHULUAN. Proses kegiatan belajar mengajar merupakan suatu aktivitas yang bertujuan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan memiliki peran yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. lawan dan berusaha memasukan bola ke dalam jaring atau gawang lawan.

BAB I PENDAHULUAN. didik, sehingga peserta didik dapat mengalami perubahan yang diinginkan.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Hampir para ahli telah mencoba merumuskan dan membuat tafsirannya tentang

BAB I PENDAHULUAN. dalam pendidikan. Akibat pengaruh itu pendidikan semakin mengalami. telah menunjukkan perkembangan yang sangat pesat.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Penelitian Kata penjas merupakan singkatan dari pendidikan jasmani yang secara luas diartikan sebagai bagian penting dari proses pendidikan. Artinya penjas bukan hanya sekedar dekorasi atau ornamen yang ditempelkan pada program sekolah sebagai alat untuk membuat anak sibuk. Tetapi penjas adalah di rancang dan dibuat sebagai bagian penting dari pendidikan. Penjas yang diarahkan dengan baik akan mengembangkan hidup sehat, berkembang secara sosial, dan menyumbang pada kesehatan fisik dan mentalnya. Jadi sekali lagi bahwa pendidikan jasmani adalah proses pendidikan melalui aktivitas jasmani, permainan atau olahraga yang terpilih untuk mencapai tujuan pendidikan. Meskipun penjas menawarkan pada anak untuk bergembira, tetapi tidaklah tepat untuk mengatakan pendidikan jasmani diselenggarakan semata-mata agar anak bergembira dan senang-senang. Bila demikian seolah-olah pendidikan jasmani hanyalah sebagai mata pelajaran selingan, tidak berbobot, dan tidak memiliki tujuan yang bersifat mendidik Susilawati, (2012, hal. 4-5). Senada dengan hal yang telah disampaikan di atas, Susilawati (2012, hal. 5) mengatakan bahwa: Pendidikan jasmani memiliki tujuan seperti halnya pelajaran lain. Pelajaran penjas harus dirumuskan dan dirancang setiap hari, dari mulai perumusan tujuan, pelaksanaan kegitan, teknik motivasi dan cara mengevaluasi. Pendidikan jasmani merupakan wahana pendidikan yang memberikan kesempatan bagi anak untuk mempelajari hal-hal yang penting. Oleh karena itu, penjas tidak kalah pentingnya dengan pelajaran lain. Namun demikian tidak semua guru penjas menyadari hal tersebut, sehingga banyak anggapan bahwa penjas boleh dilaksanakan secara sembarangan. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Rosdiana, (2013, hal. 138)yang mengemukakan bahwa Pendidikan jasmani adalah suatu proses pendidikan melalui aktivitas jasmani, permainan atau olahraga yang terpilih untuk mencapai tujuan pendidikan 1

2 Menurut Dzikry (2016, hal. 25) bahwa pendidikan sangat penting untuk perkembangan dan pertumbuhan anak kara di dalam masa ini anak sangat aktif untuk bergerak dimana anak lebih memilih bermain sambil belajar dibandingkan dengan duduk manis di rumah atau di ruangan untuk membaca buku. Sedangkan menurut Luthfan Aripin Pebriana (2016, hal. 52) mengemukakan bahwa pendidikan jasmani suatu proses pendidikan seseorang sebagai perorangan atau anggota masyarakat yang di lakukan secara sadar dan sistematik melalui berbagai kegiatan jasmani untuk memperoleh pertumbuhan jasmani kesehatan dan kesegaran jasmani. Jadi, pendidikan jasmani diartikan sebagai proses pendidikan melalui aktivitas jasmani atau olahraga. Inti pengertiannya adalah mendidik anak, yang membedakannya dengan mata pelajaran lain adalah alat yang digunakan yaitu gerak insani, manusia yang bergerak secara sadar. Gerak itu dirancang secara sadar oleh gurunya dan diberikan dalam situasi yang tepat, agar dapat merangsang pertumbuhan dan perkembangan anak didik. Dalam proses pembelajaran pendidikan jasmani, diharapkan guru mengajarkan berbagai keterampilan gerak dasar, teknik, strategi permainan/olahraga, internalisasi nilai-nilai seperti: sportivitas, kerjasama, disiplin, kejujuran, tanggung jawab dan pembiasaan hidup sehat yang didalam pelaksanaannya bukan melalui pengajaran konvensional di dalam kelas yang bersifat kajian teoritis, namun yang melibatkan unsur fisik, mental, intelektual, emosi dan sosial. Pada dasarnya pendidikan jasmani bertujuan untuk mengembangkan aspek kebugaran jasmani, keterampilan gerak, pola hidup sehat, dan pengenalan lingkungan bersih melalui aktivitas jasmani yang direncanakan secara sistematis dalam rangka mencapai tujuan pendidikan jasmani. Lembaga pendidikan mempunyai fungsi untuk meletakkan dasar pengembangan aspekaspek afektif dan psikomotor, disamping aspek kognitif sebagai unsur yang menuju kepada pembinaan anak menjadi pribadi-pribadi yang utuh, sehat dan segar baik jasmani, rohani maupun sosialnya. Kesenjangan yang paling mencolok dalam pembelajaran penjas yang terdapat di SDN Cikuya 01 ialah pada saat pembelajaran penjas berlangsung dilapangan, guru tidak menggunakan model-model pembelajaran yang dapat

3 menarik minat siswa untuk mengikuti pembelajaran. Sehingga mengakibatkan permasalahan pada proses pembelajaran yakni siswa merasa jenuh dan terkesan malas dalam mengikuti pembelajaran penjas. Apabila hal tersebut dibiarkan begitu saja, siswa sekolah dasar akan sanagat kurang dalam memenuhi hasrat bergeraknya. Hal tersebut dikarenakan siswa merasa jenuh dalam mengikuti pembelajaran penjas, karena tidak adanya model pembelajaran yang digunakan untuk menarik minat siswa. Dan apabila hal ini dibiarkan begitu saja tanpa adanya upaya untuk memperbaiki proses pembelajaran, dikhawatirkan siswa tidak dapat tumbuh dan berkembang secara optimal, dan kedepannya siswa cenderung tidak akan mampu melakukan aktivitas gerak karena terbiasa pasif dalam proses pembelajaran khususnya dalam proses pembelajaran pendidikan jasmani. Hal ini merupakan suatu realita yang muncul nyata dalam proses pembelajaran pendidikan jasmani yang akan menjadi tantangan bagi para guru sekolah dasar khususnya guru pendidikan jasmani untuk dapat menciptakan suasana pembelajaran yang kondusif bagi siswa sekolah dasar. Guru pendidikan jasmani haruslah mampu mengetahui dan memahami karakteristik pertumbuhan dan perkembangan siswa sekolah dasar itu sendiri. Kemudian guru pendidikan jasmani haruslah mengetahui dan memahami strategi pembelajaran yang tepat untuk siswa sekolah dasar. Hal tersebut merupakan nilai tambah, sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas pembelajaran pendidikan jasmani di sekolah dasar. Banyak sekali tuntutan kepada siswa khususnya mengenai aktivitas jasmani yang mengharuskan siswa melakukan dan memahami manfaat dari aktivitas jasmani yang mereka lakukan tersebut, akan tetapi pada kenyataannya banyak siswa yang kesulitan dan kurang benar dalam melakukan gerak dasar aktivitas jasmani yang mereka lakukan seperti gerak dasar shootingsepak bola. Hal tersebut dikarenakan siswa kurang atau tidak mengetahui gerak dasar shooting karena kurangnya waktu siswa dalam melakukan aktivitas gerak dan tidak sedikit juga siswa yang takut melakukan shootingsepak bola. Ketakutan dan kesalahan siswa dalam melakukan gerak dasar shootingsepak bola ini didasari dari kekurangan guru untuk mengembangkan pembelajaran. Tidak menggunakannya model pembelajaaran yang baik, hanya membuat siswa merasa jenuh dengan pembelajaran yang begitu-begitu saja. Hal tersebut hanya

4 membuat siswa menjadi terkesan pasif dan tidak antusias dalam mengikuti pembelajaran penjas. Apabila hal tersebut dibiarkan begitu saja, hanya dapat membuat siswa sulit untuk berkembang serta tidak dapat mengembangkan semua potensi yang ada pada dirinya. Penulis beranggapan bahwa dengan cara mengajarkan shootingsepak bola kepada siswa melalui permainan sepak bola yang dimodofikasi dengan menerapkan model kooperatif tipe TGT (Teams-Games-Tournament) akan berpengaruh sekali tehadap peningkatan kemampuan siswa dalam melakukan gerak dasar shootingsepak bola. Oleh karena itu, peneliti sangat menginginkan agar siswa dapat melakukan gerak dasar shootingsepak bola dengan baik melalui siswa melakukan permainan sepak bola mini gawang kecil dengan menerapkan model kooperatif tipe TGT dengan harapan siswa dapat sesering mungkin melakukan shootingsepak bola dengan repetisi yang benar-benar banyak. Sehingga ke depannya siswa diharapkan dapat mengembangkan kemampuannya dengan baik dan mudahmudahan apabila dari sejak dini siswa sudah mampu melakukan gerak dasar shootingsepak bola dengan baik, diharapkan ke depannya siswa dapat melakukan kegiatan permainan dan olahraga melalui pembelajaran pendidikan jasmani tanpa mengesampingkan aspek kompetisi dan prestasi yang mungkin bisa diraih di dalamnya. Melalui program pendidikan jasmani yang teratur, terencana dan terbimbing sehingga dapat tercapai seperangkat tujuan yang meliputi pertumbuhan dan perkembangan aspek jasmani, intelektual, emosional, sosial dan moral spiritual yang optimal. Sepak bola adalah salah satu olahraga yang sudah dikenal di seluruh masyarakat dunia. Olahraga sepak bola merupakan olahraga yang murah dan dapat dilakukan oleh siapapun dan dimanapun. Tidak jarang sepak bola dimainkan dilapangan yang berlumpur, tanah liat, sawah, jalan atau gang-gang sempit. MenurutSalim, (2007, hal. 10)menjelaskan sepak bola sebagai berikut. Sepak bola adalah olahraga yang memainkan bola dengan menggunakan kaki. Tujuan utama dari permainan sepak bola adalah untuk memasukan bola ke gawang atau mencetak gol sebanyak-banyaknya yang tertentu harus dilakuka sesuai ketentuan yang telah ditetapkan, untuk bisa

5 mencetak gol kalian harus tangkas, sigap, cepat serta baik dalam mengontrol dan menendang bola. Gerak dasar shooting sepak bola dalam penelitian ini akan dikombinasikan dengan penerapan model kooperatif tipe TGT (Teams-Games-Tournament), tujuannya yaitu agar siswa lebih berantusias dalam mengikuti pembelajaran. Teknis pelaksanaan kooperatif tipe TGT ini yaitu setiap siswa ditempatkan dalam satu kelompok yang terdiri dari lima orang atau lebih sesuai dengan tipe kemampuannya yaitu rendah, sedang dan tinggi. Dengan demikian, masingmasing kelompok memiliki komposisi anggota yang comparable. Komposisi ini dicatat dalam tabel khusus (tabel turnamen), yang disetiap minggunya atau siklusnya haruslah diubah. Dalam TGT setiap anggota ditugaskan untuk mempelajari materi terlebih dahulu bersama dengan anggota-anggota yang lain, lalu mereka diuji secara individual melalui game akademik. Nilai yang mereka peroleh dari game tersebut akan menentukan skor kelompok mereka masingmasing. Slavin Huda, (2012, hal. 117). Berdasarkan hasil analisis proses di atas maka dapat diketahui bahwa pembelajaran shooting sepak bola tersebut kurang efektif dan efisien. Bisa di lihat dari beberapa masalah di atas. Dan hal tersebut mempengaruhi terhadap hasil tes data awal dalam pembelajaran shooting sepak bola itu sendiri. Berikut analisis hasil yang berupa tes data awal pembelajaran shooting di SDN Cikuya 01 : Tabel 1.1 Data HasilTes Awal Pembelajaran Gerak Dasar shooting Sepak Bola di Kelas V SDN Cikuya 01 NO. NAMA SISWA SIKAP AWAL PELAKSANAAN SIKAP AKHIR S N KKM (70) 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 T BT 1 Muhammad Rizky 10 83,3 2 Muhammad Rafly 8 66,6 3 Mahwa Nur 8 66,6 4 Miranda 7 58,3 5 Nita Sulastri 9 75 6 Nendah 10 83,3 7 Farid Miftahudin 8 66,6 8 Putri Amelia 7 58,3

6 NO. NAMA SISWA SIKAP AWAL PELAKSANAAN SIKAP AKHIR S N KKM (70) 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 T BT 9 Rohimat 7 58,3 10 Rizky M.Sopyan 8 66,6 11 Rizky Widando 6 50 12 Robby M. 7 58,3 13 Saobil Haqki 9 75 14 Serly 7 58,3 15 Sandi R. 8 66,6 16 Selvy Selpana 8 66,6 17 Suryana 8 66,6 18 Widia Rahmdani 8 66,6 19 Wildan R. 7 58,3 20 Yeni Mulyani 7 58,3 21 Nesa Aulia Putri 6 50 22 Seli Nur sa adah 6 50 23 Leni 8 66,6 24 Rizki Aqbar 11 91,6 25 Rena Kandini 10 83,3 26 Rama Gustiawan 10 83,3 27 Sania Annisa 8 66,6 28 Sobar Muhammad 11 91,6 JUMLAH 8 20 28,57 71,42 PERSENTASE (%) % % Keterangan : T = Tuntas BT = Belum Tuntas Skor Ideal = 12 Kriteia penilaian tes Shooting : Nilai KKM = 70 Jika siswa mendapat nilai 70 dikatakan tuntas Jika siswa mendapat nilai < 70 dikatakan belum tuntas Dari analisis hasil tersebut dapat diketahui bagaimana kemampuan siswa dalam melakukan shooting dalam permainan sepak bola. Dimana aspek-aspek

7 yang dinilai pada tes shooting dalam permainan sepak bola adalah sebagai berikut: 1. Sikap awal a. Posisi badan dibelakang bola dengan posisi sedikit serong b. Kaki tumpu diletakan disamping bola c. Kaki yang digunakan sebagai tumpuan sedikit ditekuk d. Pusatkan pandangan ke arah bola SKOR NILAI PENJELASAN 1 1. Satu deskriptor tampak 2 2. Dua deskriptor tampak 3 3. Tiga deskriptor tampak 4 4. Empat deskriptor tampak 2. Pelaksanaan a. Tarik kaki yang akan digunakan untuk menendang ke arah belakang b. Luruskan bahu dan pinggul dengan bola dan tempatkan tubuh di atas bola c. Jagalah kaki agar tetap kuat dan jaga keseimbangan tubuh d. Tendang bagian bawah bola dengan menggunakan kaki bagian dalam SKOR NILAI PENJELASAN 1 1. Satu deskriptor tampak 2 2. Dua deskriptor tampak 3 3. Tiga deskriptor tampak 4 4. Empat deskriptor tampak 3. Sikap akhir a. Ikuti gerakan bola ke depan b. Sempurnakan gerakan akhir dari kaki yang menendang c. Pandangan ke depan mengikuti arah bola d. Angkatlah kaki yang menahan keseimbangan dari permukaan lapangan (Jingjit) dan tumpuan pindah pada kaki yang digunakan untuk menendang.

8 SKOR NILAI PENJELASAN 1 1. Satu deskriptor tampak 2 2. Dua deskriptor tampak 3 3. Tiga deskriptor tampak 4 4. Empat deskriptor tampak Dari data awal tersebut dapat diinterpretasikan bahwa hanya ada delapan siswa (28,57%) dinyatakan tuntas dan 20 siswa (71,42%) dinyatakan tidak tuntas dari jumlah 28 siswa. Dengan demikian, kemampuan siswa kelas V SDN Cikuya 01 dalam pembelajaran gerak dasar shooting dalam permainan sepak bola masih rendah dan perlu diperbaiki. Permasalahan tersebut terjadi karena anak tidak terbiasa melakukan gerak dasar shooting yang benar dalam permainan sepak bola. Berdasarkan uraian di atas maka penulis mengambil judul Penerapan model kooperatif tipe tgt melalui permainan modifikasi untuk meningkatkan Gerak dasar shooting sepak bola pada Siswa Kelas V SDN Cikuya 01 Kecamatan Cicalengka Kabupaten Bandung. 2. Identifikasi Masalah Penelitian Berdasarkan latar belakang penelitian di atasterdapat berbagai macam masalah yang nampak di SDN Cikuya 01 khususnya masalah mengenai pembelajaran shootingsepak bola. Informasi yang diperoleh dari wawancara, observasi dan hasil tes data awal pada tanggal 28Januari 2017 dalampembelajaran shootingsepak bola di SDN Cikuya 01 masih sangat rendah atau banyak yang belum mencapai KKM. Hal tersebut dikarenakan ada beberapa permasalahan dalam proses pembelajaran diantaranya adalah: 1. Rendahnya pemahaman siswa tentang permainan sepak bola khususnya gerak dasar shooting sepak bola. 2. Pada awal pembelajaran guru tidak menyebutkan tujuan pembelajaran. 3. Antusias siswa kurang dalam pembelajaran shootingsepak bola tersebut. 4. Pada saat pembelajaran shootingsepak bola siswa merasa jenuh karena model pembelajarannya yang kurang dapat menarik minat siswa. 5. Pada saat pembelajaran guru cenderung memperhatikan sebagian saja dari siswanya dan membiarkan siswanya yang tidak ingin mengikuti pembelajaran.

9 Berdasarkan identifikasi masalah penelitian tersebut untuk mencapai hasil pembelajaran yang maksimal, maka perlu perencanaan pembelajaran yang sangat matang. Karena seringkali siswa-siswa terlihat jenuh dengan pembelajarannya, maka perencanaan yang dibuat agar pada saat pembelajaran shooting sepak bola tangan lebih efektif dan menyenangkan bagi anak. Maka dari itu melalui model pembelajaran kooperatif TGT (Teams-Games- Tournament), dimana dalam pembelajaran kooperatif yang dipilih adalah berupa permainan sehingga pada saat pembelajaran siswa dapat mengerti, memahami, dan dapat melakukan shooting sepak bola dengan penuh kegembiraan. Yang mana rencana pada siklus ke satu akan menggunakan permainan sepak bola dengan modifikasi lapangan yang berukuran 20x10 meter, pada siklus ke dua menggunakan permainan sepak bola dengan modifikasi lapangan yang di perbesar menjadi 30x15 meter dan untuk siklus ke tiga menggunakan permainan sepak bola dengan ukuran lapangan yang diperbesar menjadi 40x20 meter. Dimana permainan ini memiliki karakteristik yang berorientasi pada pembelajaran shooting sepak bola tersebut, sehingga pada saat pembelajaran dengan menggunakan permainan ini siswa dapat mengerti, memahami, dan dapat melakukan shooting sepak bola dengan penuh kegembiraan. Dalam pelaksanaan pembelajarannya siswa melakukan pembelajaran shooting sepak boladari siklus ke satu sampai siklus ke tiga menggunakan penerapan model pembelajaran kooperatif TGT melalui permainan sepak bola yang dimodifikasi. Dimana pelaksanaan permainan disetiap siklusnya melalui sebuah kompetisi, sehingga siswa termotivasi untuk melakukan pembelajaran. Permainan sepak bola mini ini terdiri dari dua regu, yang masing-masing regu harus berusaha menghadapi lawan dengan tujuan membuat poin sebanyakbanyaknya dan mencegah lawan membuat poin (artinya lawan dihalang-halangi untuk tidak biasa membuat goal).dengan demikian penerapan model kooperatif tipe TGT melalui permainan sepak bola mini dapat mengatasi kesulitan dalam gerak dasar shooting sepak bola. 3. Rumusan Masalah Penelitian Berdasarkan latar belakang penelitian, makadirumuskan masalah agar masalah yang akan diteliti di SDN Cikuya 01 Kec. Cicalengka Kab. Bandung

10 akan lebih terfokuskan. Masalah-maslah yang akan dirumuskan diantaranya sebagai berikut: 1. Bagaimana perencanaan pembelajaran kooperatif tipe TGT melalui permainan sepak bola mini untuk meningkatkan pembelajaran gerak dasar shooting sepak bola? 2. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe TGT melalui permainan sepak bola mini untuk meningkatkan pembelajaran gerak dasar shooting sepak bola? 3. Bagaimana aktivitas siswa dalam pembelajaran kooperatif tipe TGT melalui permainan sepak bola mini untuk meningkatkan pembelajaran gerak dasar shooting sepak bola? 4. Bagaimana hasil pembelajaran kooperatif tipe TGT melalui permainan sepak bola mini untuk meningkatkan pembelajaran gerak dasar shooting sepak bola? 4. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui perencanaan pembelajaran kooperatif tipe TGT melalui permainan sepak bola mini untuk meningkatkan pembelajaran gerak dasar shooting sepak bola. 2. Untuk mengetahui pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe TGT melalui permainan sepak bola mini untuk meningkatkan pembelajaran gerak dasar shooting sepak bola. 3. Untuk mengetahui aktivitas siswa dalam pembelajaran kooperatif tipe TGT melalui permainan sepak bola mini untuk meningkatkan pembelajaran gerak dasar shooting sepak bola. 4. Untuk mengetahui hasil pembelajaran kooperatif tipe TGT melalui permainan sepak bola mini untuk meningkatkan pembelajaran gerak dasar shooting sepak bola. 5. Manfaat Peneilitian Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi semua pihak yang terkait dalam penelitian, diantaranya adalah manfaat bagi peneliti, bagi guru, siswa,

11 sekolah, lembaga dan bagi peneliti lain. Adapun manfaat yang diharapkan tersebut adalah sebagai berikut : 1. Manfaat bagi peneliti Hasil penelitian tindakan kelas ini dapat digunakan dalam mengajar dan sebagai acuan untuk proses pembelajaran yang akan dilaksanakan, dan sebagai tolak ukur dalam pembelajaran penjas. 2. Manfaat bagi guru Meningkatkan kreatifitas, menciptakan guru professional, dan meningkatkan pola ajar yang bermutu. 3. Manfaat bagi siswa Meningkatkan aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran, siswa terlibat aktif dalam belajar, dan meningkatan hasil belajar siswa. 4. Manfaat bagi Sekolah Mengetahui masalah proses belajar di sekolah, untuk bahan refleksi terhadap kemajuan sekolah, dan untuk meningkatkan mutu kualitas dan kuantitas sekolah. 5. Bagi lembaga Diharapkan dijadikan sebagi acuan untuk memberikan suntikan motivasi untuk menciptakan tenaga pengajar yang berkualitas dimasa yang akan datang. 6. Bagi peneliti lain Penelitian ini dapat dijadikan sebagai sumber atau referensi bagi peneliti lain dalam melakukan penelitian selanjutnya. 6. Struktur Organisasi Skripsi SKRIPSI PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE TGT MELALUI PERMAINAN MODIFIKASI UNTUK MENINGKATKAN GERAK DASAR SHOOTING SEPAK BOLA (Penelitian Tindakan Kelas di Kelas V SDN Cikuya 01 Kec. Cicalengka Kab. Bandung) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian B. Identifikasi Masalah C. Rumusan Masalah Penelitian D. Tujuan Penelitian E. Manfaat Penelitian F. Struktur Organisasi BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teoritis B. Kajian Praktis C. Hipótesis Penelitian BAB III METODE PENELITIAN A. Rencana Penelitian B. Prosedur Penelitian C. Metode Penelitian D. Definisi Operasional E. Instrument Penelitian F. Teknik Pengumpulan Data G. Analisis Data BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Paoaran Data 1. Paparan Data Awal 2. Paparan Data Tindakan Siklus I 3. Paparan Data Tindakan Siklus II 4. Paparan Data Tindakan Siklus III B. Pembahasan KESIMPULAN 1. Kesimpulan 2. Saran