Dialog Presiden - Peninjauan Program dan Kampung KB, Bantul, 10 Oktober 2016 Senin, 10 Oktober 2016 DIALOG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PENINJAUAN PROGRAM DAN KAMPUNG KB (KELUARGA BERENCANA) DUSUN JASEM, DESA SRIMULYO, KECAMATAN PIYUNGAN BANTUL, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA 10 OKTOBER 2016 Saya minta ada satu yang maju ke depan. Silakan tunjuk jari. Saya mau tanya. Mau saya ajak omong-omong. Atau saya kasih pertanyaan nantinya. Kok enggak ada yang tunjuk jari? Sebentar. Ini, kalau enggak tunjuk jari, ini mesti pada takut. Yang mau maju nanti saya beri sepeda. Ya tunjuk jari. Mana? Jangan maju dulu sebelum saya tunjuk. Tunjuk jari dulu. Sebentar. Duduk dulu. Tunjuk jari dulu. Saya mau ibu-ibu dulu ajalah, ibu-ibu. Sebentar.
Ya ibu itu, nggih, ini. Nggih, mriki, Bu. Pun ajrih. Mboten. Diperkenalkan dulu, asma sinten, saking dusun pundi. Kulo Bu Mitro, saking Dusun Jasem. â œkulo Bu Mitro, saking Jasem.â Halus banget. Bu Mitro priyayi Jogja nggih?
Injih. Bu Mitro, putra pinten nggih? Sekawan, nggih saestu. Sampun rumiyin kok nggih, Bapak. Dalem dereng wonten menopo meniko program KB. Sampeyan dereng wonten KB nggih? Dereng nggih. Nembe tahun pinten nggih, pitung doso setunggal. Sekarang saya mau bertanya sajalah. Mungkin tidak ada urusannya langsung dengan KB, tapi ini berkaitan dengan gizi anak. Coba sebutkanâ tadi sudah saya sebutkanâ sebutkan tiga sumber protein yang bisa kita berikan kepada anak-anak kita. Tiga saja nopo. Nanti,
kalau bisa jawab, Bu Mitro saya kasih sepeda. Tapi sepedane kan bisa nanti diberikan ke bapak, atau ke cucu, atau ke anak. Nggih. Saget mboten, sumber protein menopo mawon, setunggal? Daging. Daging, setunggal. Leres. Sayuran. Sumber protein, daging leres.
Telur. Telur leres. Kale tigo, langsung sepeda. Tahu-tempe. Tahu-tempe berarti papat, mboten tiga, tapi sekawan nggih. Nggih mpun sepedane dipun pendet. Pun matur nuwun, Bu Mitro. Dibeto teng pundi meniko, Bu Mitro? Kok langsung tindak wingking meniko? Coba yang lain. Ada lagi enggak yang pingin ke depan?
Sebentar, tadi ibu-ibu sudah. Ya ibu-ibu lagi boleh. Itu yang belakang, yang gini-gini tadi. Monggo, diperkenalkan dulu. Kulo Yani, saking Dusun Onggopatran, Pak. Nggih. Asmo? Nama? Mulyani. Ibu Mulyani saking? Dusun Onggopatran. Onggopatran. Iku kecamatan opo, Bu?
Piyungan. Kecamatan Piyungan? Nggih, leres, Pak. Mlebeti Bantul? Nggih. Bantul nggih.
Ati kulo deg-degan, Pak. Grogi. Apa ya? Ken nyanyi mawon nopo, Pak? Ini tuh urusan KB. Kok urusan nyanyi? Nyanyi mangke dalu, teng Dangdut Akademi. Saya ingin bertanya, empat alat kontrasepsi KB. Gampang banget. Gampil sanget meniko. Nggih. Setunggal?
Setunggal, IUD. IUD, leres? Dua. Implan. Implan, leres? Ketiga. Pil KB. Pil KB, leres? Keempat. Suntik KB.
Suntik KB, leres? Alhamdulillah. Sebentar, saya tanyakan ke dr. Chandra dulu. Nggih leres, betul. Sepedanya pun. Matur suwun nggih, Pak. Salaman rumiyin. Nggih. Coba bapak-bapak mana? Ada enggak? Tadi yang semangat di depan siapa ya, yang semangat tadi? Mriki. Dikenalkan dulu namanya.
Nama Suratman, dari Kampung KB Dusun Jasem. Di sini tadi Jasem semua yang saya salami tadi, leres? Betul, Pak. Pak Suratman dari Jasem. Sebentar, niki spontan tapi sing takon. Pertanyaannya ini tidak ada urusan dengan KB. Tadi saya bisik-bisik dengan dr. Chandra, kelihatannya sudah tahu semuanya. Sekarang saya ingin tanya. Di Indonesia ini, negara kita ini memiliki 516 kabupaten dan kota. Negara kita ini punya 516 kabupaten dan kota. Pak Ratman mriki. Sebutkan 100 saja. Sanggup mboten? Ya enggak
sanggup, Pak, seratus. Nggih. Lima puluh sanggup mboten? Enggak sanggup, Pak. Enggak hafal. Sudah tua. Sepuluh, sanggup enggak, sepuluh? Sanggup. Sepuluh? Nggih. Satu? Karena saya warga Bantul, Bantul.
Kabupaten Bantul nggih. Gunungkidul. Gunungkidul, dua. Sleman. Sleman, tiga. Kulon Progo. Kulon Progo, empat.
Kodya Yogyakarta. Kodya Yogyakarta, lima. Jogja sedanten? Lha nggih. Jogja istimewa, Pak. Luar Jawa, genti? Luar Jawa, Sumbawa Besar. Saya pernah di Sumbawa, Pak. Kan boleh. Wong kabupaten itu. Nggih. Sumbawa Besar, enam.
Pitu? Dompu. Dompu kabupaten, Pak. Nggih di NTB, saya tahu, di Nusa Tenggara Barat, tujuh. Bima. Ini di Nusa Tenggara Barat terus. Ganti lagi. Baru delapan tadi. Dua lagi. Nusa Tenggara Timur, Kupang.
Kupang, sembilan. Kurang satu lagi. Yang Sumatera, Sumatera. Sumatera, Palembang. Ini Pak Ratman pinter banget. Jane seratus, ngerti mungkin, preso mungkin. Nggih pun dipendet sepedane. Terima kasih, Pak Jokowi. Pinter banget. Bapak, Ibu
sekalian yang saya hormati, Terakhir, saya ingin minta kepada Kepala BKKBN, dr. Chandra, untuk terus mengawal program KB ini. Pastikan makin banyak keluarga yang mengikuti. Dan perhatian khusus perlu diberikan kepada generasi muda atau keluarga-keluarga baru supaya, dari awal, mereka tidak salah langkah dalam membangun sebuah keluarga. Tadi di depan sudah saya sampaikan. Saya rasa itu yang bisa saya sampaikan pada kesempatan yang baik ini. Terima kasih. Saya tutup. Wassalamualaikum warahmatullah wabarakatuh. ***** Biro Pers, Media dan Informasi Sekretariat Presiden