BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. jumpai. Peningkatan tekanan arteri dapat mengakibatkan perubahan patologis

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Penyakit jantung koroner merupakan penyebab. kematian terbanyak di dunia, dengan 7,4 juta kematian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN orang dari 1 juta penduduk menderita PJK. 2 Hal ini diperkuat oleh hasil

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. serat. Kurangnya aktivitas fisik dan mengkonsumsi makanan tinggi lemak termasuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan penyakit yang menyerang

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Stroke merupakan penyebab kematian dan kecacatan yang utama. Hipertensi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. produksi glukosa (1). Terdapat dua kategori utama DM yaitu DM. tipe 1 (DMT1) dan DM tipe 2 (DMT2). DMT1 dulunya disebut

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. penyebab utama kematian di dunia. Menurut organisasi kesehatan dunia

BAB I PENDAHULUAN. dua di dunia. Penyakit ini telah menjadi masalah kesehatan yang mendunia dan semakin

BAB I PENDAHULUAN. kardiovaskular yang diakibatkan karena penyempitan pembuluh darah

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan survei yang dilakukan World Health Organization (WHO)

BAB III METODE PENELITIAN. dilakukan dengan memberikan pretest (sebelum perlakuan) dan. penelitian kuasi eksperimental dengan metode non-randomized

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

AKADEMI FARMASI ISFI BANJARMASIN (Jl. Flamboyan 3 No.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan penyakit Acquired

PENDAHULUAN. kondisi yang disebut aterosklerosis yaitu penyempitan atau pengerasan pembuluh darah. Kondisi

BAB I PENDAHULUAN. penyebab kematian. Berdasarkan Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian di bidang Ilmu Penyakit Dalam. Waktu: Waktu penelitian dilaksanakan pada Maret-Juli 2013.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mellitus tipe 2 di dunia sekitar 171 juta jiwa dan diprediksi akan. mencapai 366 juta jiwa tahun Di Asia Tenggara terdapat 46

BAB I PENDAHULUAN. infeksi dan kekurangan gizi telah menurun, tetapi sebaliknya penyakit degeneratif

BAB 1 PENDAHULUAN. yang saat ini makin bertambah jumlahnya di Indonesia (FKUI, 2004).

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia. Dewasa ini perilaku pengendalian PJK belum dapat dilakukan secara

BAB I PENDAHULUAN. tidak menular yang lebih dikenal dengan sebutan transisi epidemiologi. 1

I. PENDAHULUAN. Diabetes Melitus disebut juga the silent killer merupakan penyakit yang akan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

B A B I P E N D A H U L U A N

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

HUBUNGAN KEPATUHAN MINUM OBAT DENGAN TEKANAN DARAH PADA PASIEN HIPERTENSI RAWAT JALAN DI POLIKLINIK PENYAKIT DALAM RSUD

BAB I PENDAHULUAN. insulin yang tidak efektif. Hal ini ditandai dengan tingginya kadar gula dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Keberhasilan pembangunan adalah cita-cita suatu bangsa yang terlihat

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Penyakit kardiovaskular merupakan penyebab nomor satu kematian di

BAB 1 PENDAHULUAN. kematian berasal dari PTM dengan perbandingan satu dari dua orang. dewasa mempunyai satu jenis PTM, sedangkan di Indonesia PTM

BAB I PENDAHULUAN. irritabilitas, poliuria, polidipsi dan luka yang lama sembuh (Smeltzer & Bare,

BAB 1 PENDAHULUAN. sebagai serangan otak atau brain attack merupakan penyebab kematian ketiga

HUBUNGAN RASIO LINGKAR PINGGANG PINGGUL DENGAN PROFIL LIPID PADA PASIEN PENYAKIT JANTUNG KORONER (PJK)

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Infark miokard akut merupakan salah satu penyakit. yang tergolong dalam non-communicable disease atau

BAB 1 : PENDAHULUAN. dari 8,4 juta pada tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta pada tahun Sedangkan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

HUBUNGAN PELAYANAN INFORMASI OBAT TERHADAP KEPATUHAN MINUM OBAT PASIEN HIPERTENSI DI RSUD PENAJAM PASER UTARA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kolesterol adalah sebuah elemen yang terstruktur didalam membran sel. Kolesterol dapat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

ABSTRAK. F. Inez Felia Yusuf, Pembimbing I : Dra. Rosnaeni, Apt. Pembimbing II: Penny Setyawati M., dr., Sp.PK.,M.Kes.

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit kardiovaskular saat ini merupakan penyebab utama kematian di

BAB I PENDAHULUAN. makan, faktor lingkungan kerja, olah raga dan stress. Faktor-faktor tersebut

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. masalah kesehatan global, penyebab utama dari kecacatan, dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hipertensi merupakan penyakit yang umum ditemukan di masyarakat

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Gagal ginjal kronik (Chronic Kidney Disease) merupakan salah satu penyakit

BAB I LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. secara global, termasuk Indonesia. Pada tahun 2001, World Health Organization

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mencapai 400 per kematian (WHO, 2013).

Kata kunci: Kolesterol LDL, kolesterol HDL, daun jambu biji (Psidium guajava Linn.), tikus wistar

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1 Universitas Kristen Maranatha

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian. promotif dan preventif untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Tingkat morbiditas dan mortalitas penyakit jantung. iskemik masih menduduki peringkat pertama di dunia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit jantung koroner (PJK) atau di kenal dengan Coronary Artery

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Penyakit kardiovaskular merupakan salah satu dari. 10 penyebab kematian terbesar pada tahun 2011.

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Dislipidemia adalah kelainan metabolisme lemak. yang ditandai peningkatan salah satu atau lebih dari

BAB I PENDAHULUAN. yang memerlukan pengobatan dalam jangka waktu yang panjang. Efek

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit kardiovaskuler merupakan penyakit yang masih menjadi masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kurangnya aktivitas fisik (Wild et al., 2004).Di negara berkembang, diabetes

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 5 PEMBAHASAN. dengan menggunakan consecutive sampling. Rerata umur pada penelitian ini

BAB 1 PENDAHULUAN. sebagai pangan fungsional karena kandungan probiotik didalamnya yang baik

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Hiperlipidemia adalah suatu kondisi dimana terjadi peningkatan kadar kolesterol dan

BAB I PENDAHULUAN. utama kematian di negara dengan pendapatan rendah dan menengah

rumah sakit. Selain hal tersebut, pasien juga dapat mengalami resistensi terhadap obat tertentu (Hayers dkk., 2009). Seperti halnya diagnosa suatu

BAB 1 : PENDAHULUAN. merupakan salah satu faktor resiko mayor penyakit jantung koroner (PJK). (1) Saat ini PJK

BAB I PENDAHULUAN. mmhg. Penyakit ini dikategorikan sebagai the silent disease karena penderita. penyebab utama gagal ginjal kronik (Purnomo, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Mellitus (DM) adalah gangguan metabolisme kronik yang

BAB I PENDAHULUAN. berbagai negara mengingat beban biaya serta morbiditas dan mortalitas yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. yang merajarela dan banyak menelan korban. Namun demikian, perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. insulin atau keduanya (American Diabetes Association [ADA] 2010). Menurut

BAB I PENDAHULUAN. a. Latar Belakang Penelitian. Dislipidemia adalah suatu istilah yang dipakai untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. Kolesterol adalah alkohol steroid di jaringan tubuh yang menjalankan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PERBEDAAN PROFIL LIPID DAN RISIKO PENYAKIT JANTUNG KORONER PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE II OBESITAS DAN NON-OBESITAS DI RSUD

BAB I PENDAHULUAN. menurun sedikit pada kelompok umur 75 tahun (Riskesdas, 2013). Menurut

BAB I PENDAHULUAN. kemasan merupakan hal yang penting dan diperlukan oleh konsumen, terutama bagi konsumen dengan kondisi medis tertentu yang

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan kelainan pada satu atau lebih pembuluh

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hiperkolesterolemia adalah suatu kondisi kadar kolesterol di dalam darah melebihi batas normal ( 200 mg/dl). Tingginya kadar koleseterol ini dapat memicu beberapa penyakit kardiovaskular (Kusuma, 2014). Adanya peningkatan kadar Low Density Lipoprotein (LDL) merupakan faktor risiko independen untuk terjadinya penyakit jantung koroner, gaya hidup tidak sehat menjadi salah satu pemicu kondisi ini. Selain itu, faktor genetik seperti monogenic familial hypercholesterolaemia yaitu kondisi dominasi suatu autosomal yang menyebabkan tingginya kadar LDL meningkat sejak lahir dan merupakan penyebab utama kematian di Amerika (Powers dkk., 2007). Penyakit jantung telah menyebabkan kematian 18 juta orang di seluruh dunia pada tahun 2005 (Strong dkk., 2005). Kematian ini terjadi pada delapan juta orang di bawah usia 60 tahun (44%) dan 80 % terjadi di negara yang berpenghasilan rendah dan menengah. Indonesia sendiri di tahun 2002 menepati urutan kedua sebesar 28% bahwa penyakit jantung sebagai penyebab kematian utama (WHO, 2002). Pola penyakit tahun 2006 di instalasi rawat jalan maupun di rawat inap Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Gunung Jati Kota Cirebon, penyakit gangguan jantung dan pembuluh darah menempati urutan kedua dari tiga penyakit kronis yang terjadi di rumah sakit tersebut (Sechan, 2006). 1

Menurut pedoman National Cholesterol Education Program (NCEP) Adult Treatment Panel III (ATP III) kondisi hiperkolesterolemia dapat diterapi dengan perubahan gaya hidup dan obat untuk menurunkan kadar kolesterol total dan LDL sehingga dapat mengurangi risiko penyakit yang berhubungan dengan kardiovaskular. Penyakit-penyakit tersebut misalnya, infark miokard, gagal jantung, stroke iskemik, atau bentuk lain dari penyakit arteri perifer seperti stenosis carotid (Wells dkk., 2009). Statin digunakan sebagai terapi tambahan bersama diet untuk menurunk an peningkatan kadar kolesterol total dalam darah pada pasien hiperkolesterolemia, ketika respon terhadap terapi diet dan langkah-langkah nonfarmakologi lainnya tidak adekuat. Mekanisme statin dengan menghambat enzim Hydroxymethylglutaryl-Coenzyme A (HMG-CoA) reduktase secara kompetitif sehingga membatasi sintesis kolesterol dalam hati. Statin dapat menurunkan kadar kolesterol total dan LDL, meningkatkan High-Density Lipoprotein (HDL), dan menurunkan kadar trigliserid dalam darah, sehingga statin memiliki efek saling menguntungkan terhadap profil lipid keseluruhan. Statin umumnya ditoleransi dengan baik di dalam tubuh. Oleh karena itu, National Cholesterol Education Program (NCEP) Adult Treatment Panel III (ATP III) yang merupakan rujukan pedoman untuk manajemen kolesterol pada dewasa, merekomendasikan penggunaan statin sebagai obat lini pertama untuk menurunkan kadar kolesterol dan LDL dalam darah (Bhatnagar dkk., 2008). Pendekatan paling tepat untuk terapi hiperkolesterolemia adalah dengan kombinasi statin dan perubahan gaya hidup (Balta dkk., 2012). 2

Kepatuhan diperlukan dalam menjalankan terapi hiperkolesterolemia untuk mencapai target terapi. Namun, ketidakpatuhan terhadap terapi obat merupakan masalah yang dihadapi oleh banyak pasien dengan kondisi kronis. Menurut laporan World Helath Organization (WHO) (2003) kepatuhan rata-rata pasien pada penyakit kronis di negara maju hanya sebesar 50%, sedangkan di negara berkembang jumlahnya bahkan lebih rendah. Hasil survey yang dilakukan di delapan negara wilayah Asia, termasuk Indonesia dalam studi Pan-Asian Centralized Pan-Asian Survey on the Under Treatment of Hypercholesterolemia (CEPHEUS) menyebutkan bahwa 68,7% pasien gagal mencapai target terapi dan 65 % pasien mengaku lupa mengonsumsi obat penurun kolesterol beberapa kali (Anna, 2010). Hal ini menjadi salah satu penyebab kegagalan terapi hiperkolesterolemia yang merupakan salah satu penyakit kronis paling umum dan jika tidak dikendalikan maka akan berisiko terjadinya penyakit kardiovaskular (Yeaw dkk., 2009). Beberapa pasien dengan hiperkolesterolemia dapat dikelola dengan perbaikan pola makan, namun sedikit pasien yang paham mengenai pola makan yang dianjurkan bagi pasien hiperkolesterolemia bahkan ada pula yang mengabaikan pentingnya pola makan tersebut (Preiss dan Sattar, 2009). Apoteker adalah profesi yang baik untuk membantu pasien mengatasi hambatan terhadap kepatuhannya dalam menggunakan terapi obat maupun menjalankan pola hidup yang baik. Penelitian yang berjudul The Impact of Pharmacist Face to Face Counseling to Improve Medication Adherence Among Patient Initiating Statin Therapy yang dilakukan di Amerika Serikat menunjukkan bahwa pasien yang 3

mendapat konseling secara face to face di awal pemberian terapi statin menunjukkan kepatuhan yang tinggi terhadap pengobatan dibandingkan dengan pasien yang tidak mendapat konseling. Apoteker memberikan motivasi dalam konsep konselingnya sehingga dapat membantu pasien menyelesaikan masalahnya terhadap terapi awal suatu pengobatan. Hal ini ditunjukkan dengan dalam 15 hari pemberian obat, pasien yang diberi konseling dibandingkan dengan pasien tanpa konseling kembali ke klinik lebih cepat untuk menebus re sep kembali (Taitel dkk., 2012). Menurut Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI) (2004) yang juga merujuk pada pedoman National Cholesterol Education Program (NCEP) Adult Treatment Panel III (ATP III), penatalaksanaan hiperkolesterolemia di Indonesia mencakup terapi non farmaklogis yang disebut Therapeutic Lifestyle Change (TLC) dan penggunaan obat-obatan penurun kolesterol khususnya golongan statin. Konseling secara personal dengan pasien merupakan salah satu peran pelayanan kesehatan dalam menciptakan perubahan pola hidup dan pola makan. Sokol dkk. (2005) dalam studinya menunjukkan bahwa konseling pasien oleh apoteker dapat meningkatkan kepatuhan, perawatan diri, dan beberapa kasus berdampak pada penurunan jumlah biaya untuk kesehatan. Tavridou dkk. (2010) melakukan penelitian yang dilakukan di Yunani menunjukkan bahwa penggunaan simvastatin 40 mg per hari dapat menurunkan kolesterol total sebesar 23 % dalam waktu tiga bulan bulan. Penelitian yang dilakukan oleh Becker dkk. (2008) di Philadelphia menunjukkan bahwa penggunaan sim vastatin 40 mg per hari bersamaan dengan pemberian konseling 4

makanan dan olah raga dapat menurunkan kadar kolesterol total 27,3 %. Sedangkan perubahan pola hidup Therapeutic Lifestyle Change (TLC) dengan tambahan suplemen berupa m inyak ikan dapat menurunkan kadar kolesterol total sebesar 32,4% dalam waktu tiga bulan. Pemberian konseling berupa perubahan pola hidup di perawatan primer menunjukkan penurunan total kolesterol sebesar 5,58 mg/dl dan risiko kardiovaskular secara umum berkurang sebesar 1,35%. Hal ini menunjukkan bahwa program konseling tentang perubahan gaya hidup secara signifikan menurunkan kadar kolesterol total dan risiko kardiovaskular secara umum (Filippi dkk., 2009). Penelitian yang dilakukan oleh Lee dkk. (2004) menunjukkan bahwa 76,9% pasien yang mendapat intervensi berupa konseling berdasarkan pedoman National Cholesterol Education Program (NCEP) Adult Treatment Panel III (ATP III) patuh terhadap peresepan obat penurun kadar lipid. Kelompok kontrol hanya 41,7 % yang patuh dengan pengobatan. Proporsi pasien yang mencapai target terapi berupa penurunan kadar kolesterol total, LDL, dan trigliserid dalam darah sebesar 28,3%, 27,7%, dan 26,1% pada kelompok intervensi dibandingkan dengan kelompok kontrol 15,3%, 16,3%, dan 10,6%. Ditinjau dari latar belakang tersebut maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai bagaimana pengaruh pemberian simvastatin bersamaan dengan konseling apoteker terhadap kepatuhan pengambilan obat (simvastatin) kembali, penurunan kadar kolesterol total dan perubahan pola makan antara pasien hiperkolesterolemia yang mendapat konseling (kelompok 5

intervensi) dibandingkan dengan pasien tanpa konseling (kelompok kontrol) di Poliklinik Penyakit Dalam RSUD Gunung Jati Kota Cirebon dan RSUD Arjawinangun. B. Perumusan Masalah Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : 1. Bagaimana pengaruh pemberian konseling oleh apoteker terhadap kepatuhan pengambilan obat kembali pasien hiperkolesterolemia dengan terapi simvastatin yang mendapat konseling dibandingkan dengan kontrol? 2. Bagaimana pengaruh pemberian simvastatin dengan konseling terhadap penurunan kadar kolesterol total darah, dan perubahan pola makan pasien hiperkolesterolemia yang mendapat intervensi dibandingkan dengan kontrol? 3. Bagaimana pengaruh kepatuhan pengambilan simvastatin kembali terhadap target kadar kolesterol total pada pasien hiperkolesterolemia? 4. Bagaimana hubungan skor kuesioner pola makan terhadap penurunan kadar kolesterol total pasien hiperkolesterolemia? C. Tujuan Penelitian 1. Mengetahui pengaruh pemberian konseling apoteker terhadap kepatuhan pengambilan obat kembali pasien hiperkolesterolemia yang mendapat terapi simvastatin. 6

2. Mengetahui pengaruh pemberian terapi simvastatin dan konseling oleh apoteker terhadap penurunan kadar kolesterol total darah dan perubahan pola makan pasien hiperkolesterolemia. 3. Mengetahui pengaruh kepatuhan pengambilan simvastatin kembali terhadap target kadar kolesterol total pasien hiperkolesterolemia. 4. Mengetahui hubungan skor kuesioner pola makan terhadap penurunan kadar kolesterol total pasien hiperkolesterolemia. D. Manfaat Penelitian 1. Bagi rumah sakit dan segenap tenaga kesehatan, khususnya farmasis, diharapkan penelitian ini dapat memberikan informasi tentang pentingnya terapi pengobatan statin bersamaan dengan pemberian konseling yang dilakukan farmasis terhadap pasien hiperkolesterolemia rawat jalan. 2. Dapat memberikan informasi kepada pihak RSUD Gunung Jati Kota Cirebon dan RSUD Arjawinangun bahwa dengan konseling apoteker dapat meningkatkan kepatuhan pengambilan obat kembali, penurunan kadar kolesterol total dan perubahan pola makan pasien. Selain itu, kepatuhan pengambilan obat kembali dapat berpengaruh terhadap pencapaian target kadar kolesterol total maka kelak dapat digunakan sebagai referensi dalam menjalankan program konseling pasien hiperkolesterolemia di rumah sakit sehingga kadar kolesterol total normal dapat tercapai. 7

E. Keaslian Penelitian Penelitian ini tentang pengaruh pemberian konseling apoteker terhadap kepatuhan dan hasil terapi pasien hiperkolesterolemia di Poliklinik Penyakit Dalam RSUD Kota Cirebon dan RSUD Arjawinangun. Perbedaan dengan penelitian sebelumnya terletak pada lokasi, jumlah subyek, dan metode. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya dapat dilihat selengkapnya pada tabel 1. Perbedaan dari segi metode penelitian, penelitian ini merupakan penelitian prospektif dengan rancangan kelompok kontrol pretest-posttest. Penelitian yang dilakukan oleh Filippi dkk. (2009) dan Rofista (2012), keduanya merupakan penelitian secara prospektif namun hasil akhir intervensi dibandingkan dengan data baseline, sehingga memungkinkan risiko bias yang terjadi semakin besar. Pada outcome primer penelitian hampir memiliki kesamaan antara penelitian ini dengan penelitian sebelumnya, yaitu penelitian yang dilakukan oleh Filippi dkk. (2009) dan Rofista (2012) keduanya sama-sama mengukur kadar kolesterol total akhir setelah mendapat intervensi, sedangkan dengan penelitian Taitel dkk. (2012) kepatuhan pasien diukur dengan menggunakan metode Medication Possession Ratio (MPR). Perbedaan penelitian ini dengan penelitian Taitel dkk. (2012) adalah metode penelitian Taitel dkk. (2012) merupakan retrospective cohort. 8

Tabel 1. Perbandingan Penelitian Terdahulu dengan Penelitian yang Dilakukan Peneliti (Filippi dkk., 2009) (Taitel dkk., 2012) (Rofista, 2012) (Jayanti, 2014) Alat Ukur Framingham equation Medication Possession Kuesioner pola makan, Kuesioner pola makan Penelitian Ratio (MPR) kuesioner aktivitas fisik yang diadopsi dari dan kuesioner kepatuhan penelitian Rofista (2012) New 8 item Self Report dan Medication Possession Morisky Medication Ratio (MPR) Adherence Scale Variabel Metode penelitian) (desain Konseling, kadar kolesterol total, dan risiko kardiovaskular prospektif, membandingkan baseline dengan posttest Konseling, kepatuhan Subjek penelitian Pasien hiperkolesterolemia Pasien hiperkolesterolemia yang baru mendapat terapi statin. Outcome Penurunan kadar kolesterol total dan risiko kardiovaskular menggunakan Framingham Scale (MMAS-8) Leaflet, kepatuhan, kadar kolesterol total Retrospective cohort Prospektif, one group pretest-posttest kepatuhan dan presistensi pengobatan Pasien hiperkolesterolemia yang mendapat terapi statin Penurunan kadar kolesterol total, kepatuhan minum obat, perubahan pola makan dan aktivitas fisik Tempat penelitian Italia USA. Puskesmas Sukmajaya dan Puskesmas Pancoran Mas, Depok. Konseling, kepatuhan, kadar kolesterol total, target kadar kolesterol total, pola makan Prospektif, kelompok kontrol dengan pretestposttest Pasien hiperkolesterolemia yang mendapat terapi statin dalam tiga bulan terakhir sebelum menjadi responden dalam penelitian Penurunan kadar kolesterol total, kepatuhan pengambilan obat kembali, pencapaian kadar kolesterol total normal, dan perubahan pola makan Poliklinik Penyakit Dalam RSUD Gunung Jati Kota Cirebon dan RSUD Arjawinangun 9