LAPORAN KEMAJUAN PENELITIAN KEMITRAAN

dokumen-dokumen yang mirip
UJI TOKSISITAS SUB KRONIS DARI EKSTRAK ETANOL DAUN SIRSAK (Annona muricata.l) TERHADAP HATI DAN GINJAL PADA MENCIT PUTIH

BAB III METODE PENELITIAN. dengan desain posttest only control group design. perlakuan yang akan diberikan, yaitu 6 kelompok.

BAB I PENDAHULUAN. untuk menelitinya lebih jauh adalah Coriolus versicolor.

I. PENDAHULUAN. perhatian adalah buah luwingan (Ficus hispida L.f.). Kesamaan genus buah

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. tumbuhan, hewan, mineral, sediaan sarian (galenika) atau campuran dari bahanbahan

BAB I PENDAHULUAN. meningkat, terlebih dengan adanya isu back to nature serta krisis berkepanjangan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1 Universitas Kristen Maranatha

Ringkasan Uji Toksisitas Akut. e-assignment

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. penelitian, pengujian dan pengembangan serta penemuan obat-obatan

Oleh : Tanti Azizah Sujono Hidayah Karuniawati Agustin Cahyaningrum

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berat badan, dan sindrom restoran Cina, pada sebagian orang. 2, 3

BAB I PENDAHULUAN. dibuktikan manfaatnya (Sudewo, 2004; Tjokronegoro, 1992). zingiberaceae, yaitu Curcuma mangga (Temu Mangga). Senyawa fenolik pada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. zat-zat asing (xenobiotic). Zat-zat ini dapat berasal dari alam (makanan, dibuang melalui urin atau asam empedu.

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes melitus (DM) adalah penyakit metabolisme berupa suatu

BAB I PENDAHULUAN. Tanaman kedondong hutan (Spondias pinnata), suku Anacardiaceae,

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

I. PENDAHULUAN. dunia telah memanfaatkan tumbuhan obat untuk memelihara kesehatan (Dorly,

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. tumbuhan yang telah banyak dikenal dan dimanfaatkan dalam kesehatan adalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULAN. memetabolisme dan mengekskresi zat kimia. Hati juga mendetoksifikasi zat

Penyakit diabetes mellitus digolongkan menjadi dua yaitu diabetes tipe I dan diabetes tipe II, yang mana pada dasarnya diabetes tipe I disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. kedokteran kortikosteroid mulai dikenal sekitar tahun 1950, dan preparat

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimental in vivo pada hewan. uji dengan posttest only control group design

BAB I PENDAHULUAN. Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 033 tahun 2012 tentang Bahan

BAB I PENDAHULUAN. tradisional maupun pasar modern. Kacang kedelai hitam juga memiliki kandungan

Tanaman Putri malu (Mimosa pudica L.) merupakan gulma yang sering dapat ditemukan di sekitar rumah, keberadaannya sebagai gulma 1

UJI TOKSISITAS AKUT (LD50)

BAB III METODE PENELITIAN. perlakuan pada hewan uji (Taufiqurrahman, 2004). Teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling, yaitu subyek

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penggunaan obat tradisional sudah dikenal sejak zaman dahulu, akan tetapi pengetahuan masyarakat akan khasiat

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. ditambahkan dengan sengaja ke dalam makanan dalam jumlah kecil, dengan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. yang meliputi persentase hepatosit normal, pembengkakan hepatosit, hidropik,

BAB I PENDAHULUAN. Warna merupakan salah satu sifat yang penting dari makanan, di samping juga

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Diabetes mellitus (DM) merupakan penyakit kronis yang dapat

EFEK TOKSISITAS SUBKRONIK EKSTRAK ETANOL KULIT BATANG SINTOK PADA TIKUS PUTIH GALUR WISTAR* Intisari

BAB I PENDAHULUAN. Obat-obat modern walaupun telah mendominasi dalam pelayanan

I. PENDAHULUAN. Rifampisin (RFP) dan isoniazid (INH) merupakan obat lini pertama untuk

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

PERUBAHAN KADAR UREUM DAN KREATININ PASCA PEMBERIAN EKSTRAK ETANOL DAUN KEMBANG BULAN (Tithonia diversifolia) (STUDI PADA TIKUS PUTIH GALUR WISTAR)

BAB I PENDAHULUAN A.LATAR BELAKANG PENELITIAN. dengan defisiensi sekresi dan atau sekresi insulin (Nugroho, 2012). Organisasi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. bertingkat dengan empat dosis tidak didapatkan kematian pada

BAB I PENDAHULUAN. diperuntukkan sebagai makanan dan minuman yang dikonsumsi manusia,

BAB I PENDAHULUAN. imunologi sel. Sel hati (hepatosit) mempunyai kemampuan regenerasi yang cepat,

BAB I PENDAHULUAN. terdiri dari kolesterol total, trigliserida (TG), Low Density Lipoprotein (LDL) dan

BAB I PENDAHULUAN. (Wasser, 2002). Polisakarida mempunyai kemampuan untuk meningkatkan sistem

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. tikus putih (Rattus norvegicus, L.) adalah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. budaya di dalam masyarakat Indonesia. Sebab, obat-obatan tradisional lebih

DiGregorio, 1990). Hal ini dapat terjadi ketika enzim hati yang mengkatalisis reaksi konjugasi normal mengalami kejenuhan dan menyebabkan senyawa

EFEK TOKSISITAS SUBKRONIK EKSTRAK ETANOL KULIT BATANG SINTOK PADA TIKUS PUTIH GALUR WISTAR. Intisari

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian dengan rancangan eksperimental dengan (Post Test Only

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

EFEK EKSTRAK TANDUK RUSA SAMBAR (CERVUS UNICOLOR) TERHADAP KADAR UREUM DAN KREATININ TIKUS PUTIH (RATTUS NOVERGICUS)

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian true experimental dengan

PENGARUH EKSTRAK ETANOL JAMUR LINGZHI (Ganoderma lucidum) TERHADAP KADAR HDL (High Density Lipoprotein) PADA TIKUS DISLIPIDEMIA SKRIPSI.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang penelitian

BAB I PENDAHULUAN. berbagai media massa (Rochmayani, 2008). Menurut World Health

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan analisis obat semakin dikenal secara luas dan bahkan mulai

BAB I PENDAHULUAN. kerusakan sel, dan menjadi penyebab dari berbagai keadaan patologik. Oksidan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Ekstrak memberikan rendemen sebesar 27,13% (Tabel 3).

BAB VI PEMBAHASAN. Mencit Balb/C yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari. Laboratorium Biomedik Fakultas Kedokteran Universitas Muhamadiyah

BAB VI PEMBAHASAN. salam dapat menurunkan ekspresi kolagen mesangial tikus Sprague dawley DM.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang dilakukan oleh Balai Besar Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM)

Uji Toksisitas UJI TOKSISITAS AKUT. Macam Uji Toksisitas. Beda antara jenis uji toksisitas umum

BAB I PENDAHULUAN. darah / hiperglikemia. Secara normal, glukosa yang dibentuk di hepar akan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian menggunakan rancangan eksperimental dengan Post Test Only

GAMBARAN HISTOPATOLOGI JANTUNG DAN OTAK PASCA PEMBERIAN EKSTRAK ETANOL DAUN KEMBANG BULAN

Banyak penyakit yang dihadapi para klinisi disebabkan karena respons inflamasi yang tidak terkendali. Kerusakan sendi pada arthritis rheumatoid,

BAB I PENDAHULUAN. salah satu penyebab utama kematian. Ada sekitar sepertiga penduduk dunia telah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Rancangan penelitian dalam penelitian ini menggunakan rancangan

GAMBARAN HISTOPATOLOGI HEPAR DAN GINJAL PASCA PEMBERIAN EKSTRAK ETANOL DAUN KEMBANG BULAN

BAB I PENDAHULUAN. Parasetamol atau asetaminofen atau N-asetil-p-aminofenol merupakan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Bagi seorang wanita, menopause itu sendiri adalah datangnya masa tua.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. banyak dilakukan oleh kelompok umur lansia (Supardi dan Susyanty, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. Obat tradisional telah dikenal dan banyak digunakan secara turun. temurun oleh masyarakat. Penggunaan obat tradisional dalam upaya

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan nyamuk. Dampak dari kondisi tersebut adalah tingginya prevalensi

Suharmiati Betty Roosihermiatie Pusat Humaniora, Kebijakan Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat Jl. Indrapura 17 Surabaya

BAB I PENDAHULUAN. Asam format yang terakumulasi inilah yang menyebabkan toksik. 2. Manifestasi klinis yang paling umum yaitu pada organ mata, sistem

BAB I PENDAHULUAN. sekarang para ahli tidak henti-hentinya meneliti mekanisme kerja dari obat

1 Universitas Kristen Maranatha

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB IV METODE PENELITIAN

Transkripsi:

Kode /Nama Rumpun ilmu : 402/ Farmakologi dan Farmasi Klinik LAPORAN KEMAJUAN PENELITIAN KEMITRAAN UJI TOKSISITAS AKUT DAN SUB KRONIS EKSTRAK BIJI LABU KUNING (Cucurbita moschata) TERHADAP MENCIT DISUSUN OLEH Sri Tasminatun, S.Si., M.Si., Apt Andy Eko Wibowo, M.Sc., Apt NIDN : 0506117102 NIDN : 0502068801 PRODI FARMASI FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2017 i

ii

KATA PENGANTAR Segala Puji bagi Allah SWT yang telah memberikan keselamatan, rahmat dan barokah sehingga laporan kemajuan penelitian dengan judul Uji Toksisitas akut dan sub kronis ekstrak biji labu kuning (Cucurbita moschata) pada mencit dapat disusun. Akhir kata kami berharap semoga penelitian ini dapat dilanjutkan dan lancar seperti rencana Yogyakarta, Agustus 2017 Penulis iii

DAFTAR ISI Halaman Halaman Judul... Halaman Pengesahan... Kata pengantar... Daftar Isi... Ringkasan... Bab I. Pendahuluan... Tujuan Penelitian... Manfaat Penelitian... Bab II. Tinjauan Pustaka... A. Labu kuning (Cucurbita moschata)... B. Uji toksisitas akut dan sub kronis.... Bab III. Metode Penelitian... i ii iii iv v 1 1 2 3 3 4 7 Bab IV. Hasil Penelitian... 10 Daftar Pustaka... 13 iv

RINGKASAN Biji Labu kuning (Cucurbita moschata) mengandung metabolit sekunder golongan isoflavon yang mempunyai struktur mirip dengan estrogen endogen. Ekstrak biji C moschata dapat meningkatkan kadar kalsium tulang tikus ovariektomi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui toksisitas akut dan sub kronis ekstrak biji C moschata pada mencit. Uji toksisitas akut akan dilakukan terhadap 30 ekor mencit jantan yang dibagi menjadi 5 kelompok yaitu kelompok kontrol dan 4 kelompok perlakuan yaitu ekstrak biji C moschata dosis 5 mg/kgbb, 50 mg/kgbb, 500 mg/kgbb dan 2000 mg/kgbb. Bahan uji diberikan secara oral single dose. Gejala toksik yang muncul diamati dan dihitung jumlah hewan uji yang mengalami kematian untuk menghitung LD50 nya. Uji toksisitas subkronis akan dilakukan terhadap 30 ekor mencit jantan, dibagi 5 kelompok yaitu kelompok kontrol dan 4 kelompok ekstrak biji C moschata dosis 100 mg/kgbb, 200 mg/kgbb, 400 mg/kgbb dan 800 mg/kgbb. Bahan uji diberikan secara oral selama 90 hari. Gejala toksisk yang muncul diamati dan dihitung jumlah hewan uji yang mengalami kematian. Pada hari ke 91 hewan uji dikorbankan. Hati, ginjal dan usus diambil dan dimasukkan dalam formalin 10 % untuk dibuat preparat histologi dengan pengecatan HE. Saat ini penelitian pada tahap pembuatan ekstrak etanol Biji Labu kuning (Cucurbita moschata), proses penguapan etanol. Kata kunci : Cucurbita moschata, toksisitas akut, tosisitas sub kronik v

BAB I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Indonesia merupakan mega senter keanekaragaman hayati terbesar di dunia. Salah satu tanaman yang banyak tumbuh di Indonesia dan telah digunakan dalam pengobatan tradisional adalah Labu Kuning (Cucurbita moschata) yang termasuk familia Cucurbitaceae. Labu kuning (Cucurbita moschata) dibudidayakan di seluruh dunia. Tanaman ini menghasilkan buah yang dimanfaatkan untuk berbagai keperluan seperti dibuat menjadi manisan, atau dikonsumsi segar dalam salad atau makanan penutup. Biji buah Cucurbitacea dilaporkan memiliki efek pencahar, antimuntah dan antihelmintics karena mengandung metabolit sekunder cucurbitacin (Bisognin, 2002;. Rahman et al, 2008 cit Dhiman et al., 2012). Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa cucurbitacin mempunyai efek anti-inflamasi melalui penghambatan enzim siklooksigenase (COX) (Peters et al, 1997; Yesilada et al, 1998 cit Dhiman et al., 2012). Hasil penelitian Tasminatun & Wahyuni (2015) menunjukkan ekstrak biji C moschata dapat meningkatkan kadar calsium tulang tikus ovariektomi. Pemanfaatan bahan alam tersebut harus mempertimbangkan banyak hal, beberapa di antaranya adalah: ketepatan dosis, ketepatan waktu dan cara penggunaan, dan yang tidak kalah penting adalah ketepatan telaah informasi. Meskipun bahan alam seperti jamu adalah relatif lebih aman, penggunaan dalam jangka waktu yang lama tetap mempunyai risiko untuk memberikan efek yang tidak diinginkan. Penggunaan bahan alam yang tidak tepat sangat berpotensi menyebabkan berbagai gejala yang tidak diinginkan. Tidak hanya obat, bahan alam juga mempunyai resiko yang cukup besar dalam menyebabkan kerusakan organ. Suatu agen obat dapat dilanjutkan untuk uji klinik apabila sudah ada bukti ilmiah uji toksisitas, antara lain uji toksisitas akut dan sub kronis. Uji toksisitas akut adalah salah satu uji pra-klinik. Uji ini dirancang untuk mengukur derajat efek toksik suatu senyawa yang terjadi dalam waktu singkat, yaitu 24 jam setelah pemberiannya dalam dosis tunggal. Tolak ukur kuantitatif yang paling sering digunakan untuk menyatakan kisaran dosis letal atau toksik adalah dosis letal tengah (LD50) (Donatus, 2001). B. RUMUSAN MASALAH Berdasarkan latar belakang diatas, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah 1. Berapakah LD50 ekstrak biji Labu kuning ( Cucurbita moschata)? 1

2. Apakah pemberian ekstrak biji Labu kuning ( Cucurbita moschata) sub kronis memberikan efek toksis pada hewan uji ditinjau dari histologi organ ginjal, hepar, usus dan lambung? C. TUJUAN PENELITIAN Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui LD50 dan uji toksisitas sub kronis ekstrak biji Labu kuning ( Cucurbita moschata) pada hewan uji tikus. D. Manfaat Penelitian 1. Apabila terbukti ekstrak biji Labu kuning (Cucurbita moschata) termasuk kategori relatif aman dan tidak menimbulkan toksisitas pada pemberian sub kronis maka dapat dikembangkan sebagai kandidat obat baru untuk berbagai terapi. 2. Memperkaya khasanah tanaman herbal di Indonesia 2

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA A. LABU KUNING ( Cucurbita moschata) Tanaman labu kuning berasal dari Ambon (Indonesia). Ada lima spesies labu yang umum dikenal, yaitu Cucurbita maxima Duchenes, Cucurbita ficifolia Bouche, Cucurbita mixta, Cucurbita moschata Duchenes, dan Cucurbita pipo L. Kelima spesies cucurbita tersebut di Indonesia disebut labu kuning (waluh) karena mempunyai ciri-ciri yang hampir sama. Buah labu kuning berbentuk bulat pipih, lonjong, atau panjang dengan banyak alur (15-30 alur). Ukuran pertumbuhannya cepat sekali, mencapai 350 gram per hari. Tanaman Cucurbita moschata Duch ex Poiret memiliki beberapa nama daerah yaitu Labu parang ( Melayu), Waluh (Sunda), Waluh (Jawa Tengah). Buah dan biji labu kuning dapat dilihat pada Gambar 1. Klasifikasi Tanaman labu kuning sebagai berikut : Divisi : Spermatophyta Sub divisi : Angiospermae Kelas : Dicotyledonae Ordo : Cucurbitales Familia : Cucurbitaceae Genus : Cucurbita Spesies : Cucurbita moschata Duch (Hutapea,1994) Gambar 1. Biji labu kuning (Cucurbita moschata) Labu kuning mengandung karotenoid (betakaroten), Vitamin A dan C, mineral, lemak serta karbohidrat. Dua senyawa glikosida fenolik yang termasuk golongan isoflavon telah diisolasi dari biji Cucurbita moschata yaitu (2-hydroxy) phenylcarbinyl 5-O-benzoyl-beta-Dapiofuranosyl(1 >2)-beta-D-glucopyranoside (1) dan 4-beta-D-(glucopyranosyl hydroxymethyl) phenyl 5-O-benzoyl-beta-D-apiofuranosyl (1 >2)- beta- D-glucopyranoside (2) (Li et al.,2009). Lima senyawa glikosida fenolik baru cucurbitosides A E (1 5), diisolasi dari biji Cucurbita 3

moschata yaitu 2-(4-hydroxy) phenylethanol 4-O-(5-O-benzoyl)-β-D-apiofuranosyl (1 2)-β-Dglucopyranoside (1), 2-(4-hydroxyphenyl)ethanol 4-O-[5-O-(4-hydroxy)benzoyl]-β-Dapiofuranosyl(1 2)-β-D-glucopyranoside (2), 4-hydroxybenzyl alcohol 4-O-(5-O-benzoyl)-β-Dapiofuranosyl(1 2)-β-D-glucopyranoside (3), 4-hydroxybenzyl alcohol 4-O-[5-O-(4-hydroxy) benzoyl]-β-d-apiofuranosyl (1 2)-β-D-glucopyranoside (4) dan 4-hydroxyphenyl 5-O-benzoylβ-D-apiofuranosyl(1 2)-β-D-glucopyranoside (5) (Koike, et al., 2005) Gambar 2. Struktur glikosida fenolik cucurbitosides yang diisolasi dari biji Cucurbita moschata Li FS et al (2009) juga menemukan senyawa glikosida fenolik dalam biji C moschata yaitu phenylcarbinyl 5-O-(4-hydroxy) benzoyl-beta-d-apiofuranosyl (1 >2)-beta-Dglucopyranoside selain 1-O-benzyl [5-O-benzoyl-beta-D-apiofuranosyl(1-->2)]-beta-Dglucopyranoside 2, cucurbitosides C 3 and A 4. Senyawa glikosida fenolik dalam biji C moschata termasuk dalam golongan isoflavon. Struktur kimia isoflavon sangat mirip dengan estrogen endogen. Karena kesamaan dalam struktur inilah, isoflavon dapat mengganggu aksi estrogen endogen tersebut. Isoflavondapat menduduki receptor estrogen sehingga bisa mengurangi resiko kesehatan akibat defisiensi estrogen seperti yang terjadi pada menopause. Isoflavon dapat mengikatdan mengaktifkan reseptor estrogen (ER) pada sel. Sel manusia memiliki dua jenis reseptor-er-alpha dan ER-betayang memiliki distribusi dan efek biologis yang berbeda dalam jaringan yang berbeda. Berbeda dengan estrogen, yang bisa berikatan dengan media receptor, isoflavon lebih memiliher-beta sehingga bisa disebut sebagai SERM (Selective Estrogen Receptor Modulator) (Speroff,2005) Protein yang diisolasi dari Biji Cucurbita pepo dapat menurunkan kadar enzim lactate dehydrogenase (LD), alanine transaminase (ALT), aspartate transaminase (AST) and alkaline phosphatase (ALP) pada tikus yang diinduksi dengan carbon tetrachloride (CCl4) (Nkosi, 2005) 4

B. UJI TOKSISITAS AKUT DAN SUB KRONIS Ketoksikan akut adalah derajat efek toksik suatu senyawa yang terjadi secara singkat (24 jam) setelah pemberian dalam dosis tunggal. Uji toksisitas akut adalah uji yang dilakukan untuk mengukur derajat efek suatu senyawa yang diberikan pada hewan coba tertentu, dan pengamatannya dilakukan pada 24 jam pertama setelah perlakuan dan dilakukan dalam satu kesempatan saja. Data kuantitatif uji toksisitas akut dapat diperoleh melalui 2 cara, yaitu dosis letal tengah (LD50) dan dosis toksik tengah (TD50). Namun yang paling sering digunakan adalah dengan metode LD50. Tujuan dilakukannya uji toksisitas akut adalah untuk menentukan potensi ketoksikan akut dari suatu senyawa dan untuk menentukan gejala yang timbul pada hewan coba. Data yang dikumpulkan pada uji toksisitas akut ini adalah data kuantitatif yang berupa kisaran dosis letal atau toksik, dan data kualitatif yang berupa gejala klinis. Pengamatan dilakukan 24 jam pertama sejak diberikan perlakuan, dan 7 14 hari pada kasus tertentu. Sebaiknya mengamati hewan coba sebelum diberi perlakuan. Hal ini bertujuan untuk mengetahui perubahan gejala yang terjadi setelah diberi perlakuan dengan membandingkan gejala atau perilaku sebelum perlakuan. Kriteria pengamatan meliputi: pengamatan terhadap gejala gejala klinis, perubahan berat badan, jumlah hewan yang mati pada masing masing kelompok uji dan histopatologi organ. Pada dasarnya senyawa toksikan tidak mempengaruhi semua organ secara merata, karena adanya perbedaan tingkat kepekaan dari masing-masing organ, kadar bahan kimia atau metabolitnya terhadap organ sasaran serta mekanisme pemulihan dari setiap organ (Lu, 1995). Ginjal dan hati merupakan organ vital dalam tubuh. Organ ini oleh beberapa zat kimia dapat dirusak melalui susunan saraf pusat atau pembuluh darah. Ginjal mudah mengalami kelainan akibat zat kimia karena ginjal mempunyai volume aliran darah yang tinggi (Lu, 1995). Indikasi gangguan ginjal dapat diamati dari rendahnya nilai bersihan kreatinin, yang disebabkan kadar kreatinin serum jauh lebih tinggi dari pada kadar kreatinin yang diekskresikan melalui urin (Scottish Intercollegiate Guidelines Network, 2008). Hati merupakan organ utama sebagai pertahanan terhadap invasi bakteri dan agen toksik (Prince & Wilson, 1995). Hati juga merupakan organ yang berperan dalam fungsi metabolisme dan ekskresi di dalam tubuh. Hampir semua substan yang masuk ke dalam tubuh dan mengikuti sirkulasi sistemik akan dimetabolisme di hati. Di hati terdapat hepatosit yang mengandung banyak enzim yang digunakan sebagai katalisator dalam metabolisme substan, termasuk obat dan makanan (Guyton, 1996). Enzim yang spesifik diamati untuk monitoring fungsi hati adalah Serum 5

Glutamic Piruvic Transaminase (SGPT) atau Alanine Aminotransferase (ALT). Enzim ini secara normal berada di dalam sel hati. Namun jika terjadi kerusakan, sel hati akan melepaskan enzim ini ke dalam darah. Peningkatan kadar enzim ini di dalam darah menunjukkan kerusakan hati. III. METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan lanjutan dari penelitia terdahulu. Bagan alir penelitian (fish bone diagram) : Biji labu kuning (C moschata) yang belum diuji efek estrogeniknya Standarisasi ekstrak C moschata. PHB 2014 Pemeriksaan kadar estradiol setelah pemberian ekstrak bijic moschata. PHB 2014 Pemeriksaan berat uterus dan histology endometrium PHB 2014 Pemeriksaan siklus estrus, pengukuran ketebalan epitel Penelitian Strategis UMY,2015 Pemeriksaa n panjang dan densitas tulang, analisa mineral, PHB 2014 Uji toksisitas akut Penelitian Reguler Fakultas 2015 Uji toksisitas sub akut, sub kronik Penelitian kemitraan UMY, 2016 Pemeriksa an histologi tulang PHB 2014 Keterangan : PHB = Penelitian Hibah Bersaing Penelitian kemitraan UMY, didanai oleh LP3M UMY Uji toksisitas kronik Penelitian Kemitraan UMY 2017 Pemeriksaa n reseptor estrogen dengan IHC dan kultur sel. PHB 2017 Ekstrak biji labu kuning (C moschata) sebagai agen terapi sulih hormon Tahapan penelitian A. Pembuatan Ekstrak etanolik biji C moschata 6

Serbuk biji diekstraksi menggunakan etanol 96 % dengan metode maserasi sesuai Farmakope Indonesia edisi III. Ekstrak diuapkan diatas penangas air untuk menghilangkan cairan penyari (etanolik) hingga diperoleh ekstrak kental. B. Subyek Uji Subyek uji berupa 50 ekor mencit, umur 8 minggu, berat badan 230-280g diperoleh dari Unit Pengembangan Hewan Percobaan Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Pakan tikus berupa pakan standar BR I. C. Variabel Penelitian 1. Variabel bebas : dosis ekstrak biji Labu kuning (Cucurbita moschata) dan lama pemberian 2. Variabel tergantung : jumlah hewan uji yang mati, gejala gejala klinis, perubahan berat badan, jumlah hewan yang mati pada masing masing kelompok uji dan histopatologi organ : hepar, ginjal, usus 3. Variabel terkendali : a. Subyek penelitian : mencit galur swiss, umur 8 minggu, berat badan 230-280g b. Cara pemeliharaan hewan uji : dilakukan aklimatisasi, dipelihara dalam kondisi kandang, pakan minum dan pencahayaan yang sama. D. Prosedur Penelitian 1. Persiapan dan Aklimatisasi Subyek penelitian diaklimatisasi selama 1 minggu kemudian ditimbang 2. Pengelompokkan Subyek Penelitian Hewan uji mencit dibagi menjadi 10 kelompok yaitu: a) Kelompok 1 tanpa diberi perlakuan apapun sebagai kontrol negatif b) Kelompok 2 : ekstrak etanol biji C moschata dosis 5 mgram/kg BB c) Kelompok 3 : ekstrak etanol biji C moschata dosis 50 mgram/kg BB d) Kelompok 4 : ekstrak etanol biji C moschata dosis 500 mgram/kg BB e) Kelompok 5 : ekstrak etanol biji C moschata dosis 2000 mgram/kg BB Kelompok 1-5 untuk uji toksisitas akut f) Kelompok 6 tanpa diberi perlakuan apapun sebagai kontrol negatif g) Kelompok 7 : ekstrak etanol biji C moschata dosis 0,20 gram/kg BB h) Kelompok 8 : ekstrak etanol biji C moschata dosis 0,40 gram/kg BB 7

i) Kelompok 9 : ekstrak etanol biji C moschata dosis 0,60 gram/kg BB j) Kelompok 10 : ekstrak etanol biji C moschata dosis 0,80 gram/kg BB Kelompok 6-10 untuk uji toksisitas sub kronis 3. Perlakuan pada hewan uji Hewan uji kelompok 2-5 diberikan bahan uji sesuai dosis, single dose dan dilakukan pengamatan selama 24 jam, meliputi gejala klinis yang muncul dan jumlah hewan uji yang mengalami kematian. Hewan uji kelompok 7-10 diberikan bahan uji sesuai dosis 1 kali sehari selama 30 hari dan dilakukan pengamatan meliputi gejala klinis yang muncul dan jumlah hewan uji yang mengalami kematian. Pada hari ke 31 hewan uji dikorbankan. Organ hati, ginjal dan usus diambil, difiksasi dalam formalin 10 %. Organ tersebut dibuat preparat histologi dengan pengecatan HE dan diamati dengan mikroskop pada perbesaran 100x. E. Analisis Data Pada uji toksisitas akut data jumlah hewan uji yang mengalami kematian dianalisis untuk menghitung LD50. Gejala klinis yang muncul dianalisis secara deskriptif. Pada uji toksisitas akut, data jumlah hewan uji yang mengalami kematian dianalisis, dibandingkan antar kelompok. Hasil pengamatan histologi organ dianalisis secara deskriptif dibandingkan antar kelompok. 8

BAB IV. HASIL PENELITIAN Saat ini penelitian pada tahap identifikasi bahan uji dan pembuatan ekstrak etanol Biji Labu kuning (Cucurbita moschata), proses penguapan etanol. Hewan uji sedang dipesan. DAFTAR PUSTAKA Donatus IA. Toksikologi Dasar. Yogyakarta: Laboratorium Farmakologi dan Toksikologi Fakultas Farmasi, Universitas Gajah Mada; 2001 Hutapea, J.R. (1994). Inventaris Tanaman Obat Indonesia III. Jakarta: Departemen Kesehatan RI Koike K, Li W, Liu L,Hata E,Nikaido T. 2005. New phenolic glycosides from the seeds of Cucurbita moschata. Chem Pharm Bull. Feb;53(2):225-8. Li FS,Xu J,Dou DQ,ChiXF, Kang TG, Kuang HX, 2009. Structures of new phenolic glycosides from the seeds of Cucurbita moschata. Nat prod Commum. Apr;4(4):511-2 Nkosi, Opoku, Terblance, 2005. Effect of pumpkin seed (Cucurbita pepo) protein isolate on the activity levels of certain plasma enzymes in CCl4-induced liver injury in low-protein fed rats. Phytother Res, Apr; 19(4) : 341-5. 9