1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam dunia ilmu pengetahuan, matematika memiliki peran yang sangat penting dimana matematika bukan hanya digunakan dalam lingkup matematika itu sendiri, tetapi juga dalam kehidupan sehari-hari bahkan dalam ilmu pengetahuan lain. Matematika merupakan salah satu bidang studi yang sangat penting dalam sistem pendidikan karena matematika merupakan ilmu yang mendasari perkembangan sains dan teknologi, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin ilmu dan perkembangan pola pikir manusia. Bagi dunia pendidikan, matematika memiliki peranan yang penting. Oleh karena itu, pembelajaran matematika perlu diajarkan pada setiap jenjang pendidikan baik pendidikan dasar maupun sampai pendidikan menengah. National Cauncil of Teacher of Mathematics (NCTM, 2000) menyebutkan kemampuan matematis dalam pembelajaran matematika yaitu pemecahan masalah (problem solving), penalaran (reasoning), komunikasi (communication), koneksi (connection), dan representasi (representation). Kemampuan matematis tersebut termasuk pada kemampuan berpikir matematis tingkat tinggi (high order mathematical thinking). Salah satu kemampuan matematis yang perlu dimiliki siswa adalah kemampuan pemecahan masalah. Kemampuan pemecahan masalah merupakan bagian yang sangat penting, karena dalam proses pembelajaran maupun 1
2 penyelesaian, siswa dimungkinkan memperoleh pengalaman menggunakan pengetahuan dan keterampilan yang telah dimiliki untuk diterapkan pada pemecahan masalah. Pemecahan masalah lebih mengutamakan proses dan strategi yang dilakukan dalam menyelesaikan masalah daripada hanya sekedar hasilnya. Di dalam pemecahan masalah, siswa tidak hanya dapat untuk memecahkan masalah tetapi juga dapat mengembangkan kemampuan berpikirnya. Selain kemampuan pemecahan masalah, hal yang tak kalah penting yaitu mengenai self-efficacy. Self-efficacy merupakan aspek psikologis yang memberikan pengaruh signifikan terhadap keberhasilan siswa dalam menyelesaikan tugas dan pertanyaan-pertanyaan pemecahan masalah dengan baik. Self-efficacy dapat mempengaruhi tindakan mereka dalam mencapai sesuatu, berapa banyak usaha yang diupayakan, berapa lama mereka akan bertahan dalam menghadapi rintangan dalam kegagalan, serta ketahanan mereka terhadap kesulitan. Ormrod(2008) mengartikan self-efficacy adalah penilaian seseorang tentang kemampuannya sendiri untuk menjelaskan perilaku tertentu atau mencapai tujuan tertentu. Self-efficacy atau keyakinan pada diri sendiri muncul akibat kebiasaan-kebiasaan seseorang dalam berlatih untuk menyelesaikan suatu permasalahan yang ada. Jadi, siswa perlu memiliki keyakinan self-efficacy atas diri mereka sendiri pada praktik pembelajaran maupun untuk meraih prestasi mereka. Proses belajar mengajar yang dilakukan oleh kebanyakan guru di sekolah adalah pembelajaran langsung. Pada pembelajaran matematika siswa
3 hanya menghafal rumus dan terpaku pada apa yang telah dicontohkan, sehingga siswa menjadi kurang terlatih dalam mengembangkan kemampuannya dan sering dianggap sebagai pembelajaran yang membosankan, menegangkan, dan sulit. Siswa menjadi tidak fokus dan sering mengabaikan materi yang diberikan oleh guru, hal ini berdampak negatif terhadap kemampuan pemecahan masalah dan self-efficacynya juga belum terbentuk. Self-efficacy merupakan suatu keyakinan yang harus dimiliki siswa agar berhasil dalam proses pembelajaran. Self-efficacy harus dikembangkan dalam diri siswa agar dapat memaknai proses pembelajaran matematika dalam kehidupan nyata, sehingga proses pembelajaran terjadi secara optimal. Apabila self-efficacy rendah diduga kemampuan pemecahan masalah juga akan rendah. Salah satu tugas utama pengajar adalah membantu siswa untuk menyelesaikan masalah mereka, sedangkan tujuan dari proses pembelajaran adalah siswa harus dapat menyelesaikan masalah mereka secara mandiri. Untuk mencapai semua ini, tentu saja siswa harus mendapatkan pengalaman yang cukup dan bimbingan dari pengajar. Hal ini berkaitan dengan pemilihan model pembelajaran yang digunakan guru dalam mengajar. Untuk mencapai kemampuan pemecahan masalah matematis dan selfefficacy dalam sebuah pembelajaran diperlukan strategi maupun model pembelajaran. Strategi maupun model pembelajaran tersebut harus dapat mencapai indikator indikator kemampuan pemecahan masalah matematis siswa. Pada saat ini Problem Based Learning (PBL) merupakan salah satu
4 pembelajaran yang diterapkan di sekolah-sekolah apalagi bagi sekolah yang menggunakan kurikulum 2013. PBL dapat diterapkan karena dapat membantu siswa dalam mengembangkan kemampuan berpikir melalui masalah yang berkaitan dengan konteks dunia nyata. Dalam PBL, siswa memecahkan masalah yang diberikan dengan mengintegrasikan pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya untuk menemukan pengetahuan baru. PBL juga memberikan kesempatan kepada siswa untuk menerapkan pengetahuanya dalam konteks dunia nyata (Sanjaya, 2010). Didalam konteks dunia nyata atau kehidupan nyata dihubungkan dengan pengalaman hidup siswa sebagai tempat memungkinkan untuk refleksi dan mendiskusikan masalah (De freitas,2008). Siswa harus memahami materi yang diajarkan oleh guru untuk dapat memecahkan masalah. Pada kenyataannya dalam pembelajaran ada beberapa siswa yang kurang terlibat aktif dalam diskusi kelompok. Siswa yang mempunyai kemampuan akademis kurang cenderung lebih diam. Oleh karena itu diperlukan strategi yang mampu memaksimalkan pengetahuan setiap individu. Salah satu strategi pembelajaran yang dapat meningkatkan aktifitas individu dan kerjasama siswa adalah dengan menggunakan strategi Team- Assisted Individualization (TAI). Strategi Team-Assisted Individualization (TAI) mengkombinasikan keunggulan pembelajaran individual dan pembelajaran kooperatif. Strategi TAI ini dirancang untuk mengatasi kesulitan belajar siswa secara individual atau perorangan. Ciri khas pada strategi TAI ini adalah siswa secara
5 individual belajar materi pembelajaran yang sudah dipersiapkan guru kemudian hasil dari belajar individual dibawa ke kelompok untuk didiskusikan bersama. Melalui penerapan PBL dan TAI siswa diharapkan lebih berperan aktif dalam pembelajaran pada saat berdiskusi kelompok, berpikir lebih kreatif dan siswa dapat memaksimalkan pengertahuan individu mereka, sehingga mereka dapat menyelesaikan dan memahami masalah yang diberikan oleh guru serta dapat menentukan strategi yang cocok digunakan dalam pemecahan masalah matematis. Berdasarkan penjelasan diatas PBL dengan strategi TAI mampu memberikan kesempatan kepada siswa untuk berkelompok secara aktif dan dapat memecahkan masalah yang berkaitan dengan konteks dunia nyata, hal ini membuat peneliti ingin mengkaji lebih lanjut mengenai Pengaruh Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dengan Strategi Team-Assisted Individualization (TAI) Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis dan Self-Efficacy Siswa SMP Negeri 1 Karangpucung. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka rumusan masalah yang akan diteliti dalam penelitian ini sebagai berikut; 1. Bagaimana capaian kemampuan pemecahan masalah matematis dan selfefficacy siswa yang mengikuti pembelajaran PBL dengan strategi TAI? 2. Bagaimana capaian kemampuan pemecahan masalah matematis dan selfefficacy siswa yang mengikuti pembelajaran PBL (tanpa TAI)?
6 3. Apakah capaian kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang mengikuti pembelajaran PBL dengan strategi TAI lebih baik dari pada kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang mengikuti pembelajaran PBL (tanpa TAI)? 4. Apakah capaian self-efficacy siswa yang mengikuti pembelajaran PBL dengan strategi TAI lebih baik dari pada self-efficacy siswa yang mengikuti pembelajaran PBL (tanpa TAI)? C. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk: 1. Untuk mengetahui capaian kemampuan pemecahan masalah matematis dan self-efficacy siswa yang mengikuti pembelajaran PBL dengan strategi TAI. 2. Untuk mengetahui apakah capaian kemampuan pemecahan masalah matematis dan self-efficacy siswa yang mengikuti pembelajaran PBL (tanpa TAI). 3. Untuk mengetahui apakah capaian kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang mengikuti pembelajaran PBL dengan strategi TAI lebih baik dari pada kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang mengikuti pembelajaran PBL (tanpa TAI). 4. Untuk mengetahui capaian self-efficacy siswa yang mengikuti pembelajaran PBL dengan strategi TAI lebih baik dari pada self-efficacy siswa yang mengikuti pembelajaran PBL (tanpa TAI).
7 D. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dalam dunia pendidikan matemtaika. Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah: 1. Bagi siswa Sebagai salah satu sarana untuk melibatkan aktivitas siswa secara optimal dalam memahami konsep matematika, membantu siswa untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis dan selfefficacy serta membuat suasana belajar siswa menjadi lebih bermakna. 2. Bagi guru a. Hasil penelitian ini digunakan sebagai bahan masukan dalam pelaksanaan proses pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis dan self-efficacy siswa. b. Menambah wawasan bagi guru tentang penggunaan model Problem Based Learning (PBL) dan strategi Team Assisted Individualization (TAI) dalam proses pembelajaran matematika. 3. Bagi Sekolah Sebagai masukan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah menggunakan model pembelajaran yang tepat.