BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas hidup manusia dan memiliki peranan pokok dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pertama dan utama adalah pendidikan. Pendidikan merupakan pondasi yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah membawa perubahan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Menurut UU No.20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional menyatakan. bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Pasal 31 ayat 2 Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menduduki posisi sentral dalam pembangunan. Kualitas sumber

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa yang maju adalah bangsa yang mampu menunjukan tingkat

BAB I PENDAHULUAN. kompetensi yang diharapkan. Karena hal itu merupakan cerminan dari kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. lebih besar, karena kedudukannya sebagai orang yang lebih dewasa, lebih

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

1 BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Dikutip dari Pendidikan Nasional Bab II pasal 3, menyatakan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting bagi seorang

SANTI BBERLIANA SIMATUPANG,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang sedang terjadi dengan apa yang diharapkan terjadi.

BAB I PENDAHULUAN. tingkah laku pada diri pribadinya. Perubahan tingkah laku inilah yang

BAB I PENDAHULUAN. seutuhnya. Hal ini dijelaskan dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran berakar pada pihak pendidik. Anshari (1979:15) mengemukakan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. manusia dalam mengembangkan potensi dirinya, sehingga mampu. menghadapi segala perubahan dan permasalahan pada kemajuan jaman yang

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan seluruh aspek pribadi siswa secara utuh. Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 1 Ayat (1) yang

mengembangkan seluruh aspek pribadi peserta didik secara utuh.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada era globalisasai saat ini suatu bangsa dituntut bersaing dan selalu

BAB I PENDAHULUAN. perundang-undangan di Indonesia juga sudah tercantum dalam pembukaan. kehidupan berbangsa dan bernegara adalah dengan pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. memiliki peranan penting bagi keberlangsungan hidup dan masa depan seseorang.

BAB I PENDAHULUAN. masyarakatnya harus memiliki pendidikan yang baik. Sebagaimana tujuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

dengan memberi tekanan dalam proses pembelajaran itu sendiri. Guru harus mampu menciptakan kondisi pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif,

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah sarana yang dapat menumbuh-kembangkan potensipotensi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. pembelajaran. Karena itu guru harus dapat membuat suatu pengajaran menjadi

BAB I PENDAHULUAN. partisipasi dalam proses pembelajaran. Dengan berpartisipasi dalam proses

I. PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi

BAB I PENDAHULUAN. serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan pondasi utama dalam upaya memajukan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi kehidupan dimana hal ini

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 1 Ayat (1) yang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan proses pengembangan daya nalar, keterampilan, dan

BAB I PENDAHULUAN. dan kecerdasan intelektualnya agar menjadi manusia yang terampil, cerdas,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. bangsa yang bermartabat dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Secara spesifik

A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk menjadikan manusia memiliki kualitas yang lebih baik.

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Dalam UU RI Nomor 20 tahun 2003 Pasal 1 ayat 1 tentang Sistem Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. memiliki peranan penting bagi keberlangsungan hidup dan masa depan seseorang.

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan, keterampilan, dan sikap serta nilai-nilai sehingga sehingga mampu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan, manusia dapat mengembangkan diri untuk menghadapi tantangan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mendorong berbagai upaya dan perhatian seluruh lapisan masyarakat terhadap

BAB I PENDAHULUAN. yang diharapkan. Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

BAB I PENDAHULUAN. memiliki penetahuan dan keterampilan, serta manusia-manusia yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan satu sektor yang paling penting dalam

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi seperti sekarang ini, segala sesuatu berkembang secara pesat dan sangat cepat.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana yang tertuang dalam Undang Undang Nomor 20 tahun negara yang demokratis dan bertanggung jawab.

BAB 1 PENDAHULUAN. yang baik (Hamalik, 2009, h. 60). Dalam UU No. 20 Tahun 2003 pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan. membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

I. PENDAHULUAN. Pendidikan di negara Indonesia dilakukan dalam upaya meningkatkan mutu

BAB I PENDAHULUAN. hakikatnya tujuan pendidikan yaitu mengembangkan pengetahuan dan

BAB I PENDAHULUAN. manusia untuk mengembangkan pengetahuan dan kepribadiannya. merupakan satu usaha yang sangat penting dan dianggap pokok dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. memiliki penetahuan dan keterampilan, serta manusia-manusia yang memiliki. latihan bagi peranannya di masa mendatang.

1. PENDAHULUAN. menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,

BAB I PENDAHULUAN. karena pada dasarnya setiap orang membutuhkan pendidikan. Pendidikan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu bagian terpenting dalam suatu pembangunan,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spritual keagamaan, pengendalian diri,

BAB I PENDAHULUAN. sertifikasi untuk meningkatkan kemampuan profesional pendidik, kebijakan baik kurikulum maupun standar pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. dan melaksanakan pendidikan. Anak-anak menerima pendidikan dari

BAB I PENDAHULUAN. Syamsuddin Abin (2007, h. 22) mengatakan bahwa pendidikan dapat

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah membawa perubahan dihampir semua aspek kehidupan manusia, termasuk dalam pendidikan formal. Pendidikan merupakan sesuatu peranan penting dalam kehidupan manusia. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spritual keagamaan, pengenalan diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat. Pendidikan meliputi pengajaran keahlian khusus, dan juga sesuatu yang tidak dapat dilihat tetapi lebih mendalam yaitu pemberian pengetahuan, pertimbangan, dan kebijaksanaan. Dalam undang-undang RI Nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional dikatakan sebagai berikut: Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar da proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan oleh dirinya, masyaraka, bangsa, dan negara. Pendidikan memiliki peranan penting dalam upaya mengembangkan dan mewujudkan potensi yang dimiliki peserta didik. Pengembangan potensi tersebut bisa dimulai dengan menumbuhkan keterampilan dan kemampuan berpikir peserta didik. Selain itu pendidikan bertujuan mengembangkan potensi peserta didik yaitu manusia yang beriman, bertaqwa kepada tuhan, berbudi pekerti luhur, berkepribadian, bekerja keras, tangguh, tanggung jawab, mandiri, cerdas, sehat jasmani dan rohani, sebagaimana tercantum dalam Undangundang RI Nomor 20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional (2009, hlm.5) menjelaskan sebagai berikut: 1

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan YME, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Berdasarkan pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa pendidikan merupakan suatu kegiatan yang terencana. Selain itu, pendidikan memberikan kemampuan, keterampilan, serta menjadikan manusia yang berakhlak mulia. Manusia membutuhkan pendidikan dalam kehidupannya. Pendidikan merupakan usaha agar manusia dapat mengembangkan potensi dirinya melalui proses belajar dini atau cara lain yang dikenal dan diakui oleh masyarakat. Pendidikan dengan peserta didik, untuk mencapai tujuan pendidikan yang berlangsung dalam suatu lingkungan tertentu. Pendidikan dapat diberikan melalui bimbingan, pengajaran, dan latihan yang berfungsi mengembangkan seluruh aspek pribadi peserta didik yang utuh. Untuk lebih meningkatkan mutu pendidikan yang ada di Indonesia bukan hanya perubahan kurikulum saja yang harus dilakukan tetapi haruslah melakukan perubahan pada kegiatan pembelajaran. Kegiatan pembelajaran merupakan suatu proses interaksi atau hubungan timbal balik antara guru dan siswa, sesuai dalam pasal 1 butir 20 UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang sidiknas yaitu, Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Guru sebagai salah satu komponen dalam pembelajaran yang merupakan pemegang peran yang sangat penting. Pada umumnya kegiatan pembelajaran di dalam kelas didominasi oleh guru sehingga siswa di dalam kelas hanya duduk, diam, dan mendengarkan (teacher centred) hal tersebut membuat siswa menjadi pasif di dalam kelas dan siswa hanya mendapat pengetahuan dari apa yang guru berikan saja. Untuk memenuhi hal tersebut di atas, guru dituntut mampu mengelola proses pembelajaran yang memberikan rangsangan kepada siswa, sehingga ia mau belajar karena siswa merupakan subjek utama dalam belajar. Hal ini menunjukan betapa pentingnya keterampilan mengorganisasikan siswa agar 2

3 kondusif saat belajar. Cara yang dilakukan guru antara lain adalah dengan cara membimbing siswa belajar, menyediakan media dan sumber belajar, memberikan penguat dalam pembelajaran, menjadi teman dalam mengevaluasi pelaksanaan, pemilihan model pembelajaran yang tepat, memberikan kesempatan pada siswa untuk memperbaiki diri. Dalam Undang-undang No. 14 Tahun 2005 pasal 10 ayat 1 dijelaskan bahwa, kompetensi guru sebagaimana dimaksud dalam pasal 8 meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi professional yang diperoleh melalui pendidikan profesi. Sudah sepantasnya guru harus memenuhi aspek-aspek tersebut agar keberhasilan pencapaian kompetensi dapat diperoleh secara maksimal dan mutu pendidikan nasional akan meningkat. Berdasarkan observasi awal dilapangan yang dilakukan di SDN Ciptawinaya Kecamatan Baleendah Kabupaten Bandung subtema keberagaman budaya bangsaku terdapat masalah hasil belajar siswa, nilai siswa kelas IV cenderung rendah. Jumlah siswa pada kelas IV adalah 36 siswa, yang mampu mencapai KKM hanya 8 siswa, sedangkan 28 siswa lainnya masih belum mencapai nilai KKM, dengan hasil belajar yang cukup rendah ini siswa kelas IV belum memenuhi kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang telah ditetapkan di SDN Ciptawinaya yaitu 70. Selain hasil belajar yang rendah ada satu hal yang kurang mendapatkan perhatian yaitu situasi kelas pada proses pengajaran yang bersifat monoton, yaitu siswa hanya diberi atau menerima, jarang di jumpai keaktifan siswa dalam kegiatan belajar karena kurangnya rasa percaya diri dalam diri siswa. Guru memegang peran sentral dalam proses pembelajaran dalam konteks ini guru seharusnya menjadi fasilitator penunjang ketercapaiannya hasil belajar siswa. Selain itu hal ini akan berdampak sangat besar kepada siswa karena model pembelajaran konvensional membuat siswa menjadi kurang bersosialisasi di dalam kelas. Hal ini disebabkan oleh kurangnya komunikasi dalam kelas dan rasa takut siswa untuk bertanya kepada guru maupun siswa lainnya. Dalam hal ini bisa dilihat bahwa model yang digunakan oleh guru kurang tepat.

4 Upaya yang dilakukan untuk meningkatkan hasil belajar siswa adalah dengan mengganti model pembelajaran yang lama dengan model Cooperative Learning tipe Examples Non Examples. Adang Heriawan dkk (2012, hlm. 112) mengatakan bahwa Examples Non Examples adalah metode belajar yang menggunakan contoh-contoh. Dengan menggunakan model pembelajaran ini siswa diminta untuk berkelompok dan setiap kelompok berdiskusi menganalisa gambar dan setiap kelompok mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas. Pada Model Cooperative Learning tipe Examples Non Examples siswa diminta untuk berpartisipasi dalam setiap skenario yang telah disedikan guru dengan tujuan meningkatkan hasil belajar siswa. Melalui penelitian ini dengan diterapkannya model Cooperative Learning tipe Examples Non Examples subtema pemanfaatan kekayaan sumber energi diharapkan proses pembelajaran yang berlangsung pada kelas IV di SDN Ciptawinaya Kecamatan Baleendah Kabupaten Bandung dapat berjalan dengan kondusif, aktif, kreatif, serta terjadinya umpan balik yang baik antara siswa dan guru sehingga tercapainya pengetahuan kognitif, afektif, dan psikomotor yang diharapkan sesuai dengan KI yang telah dirumuskan dalam buku guru yang berbunyi (1) Menerima, menjalankan dan menghargai ajaran agama yang dianutnya, (2) Menunjukkan perilaku jujur, displin, tanggung jawab, santun, peduli, dan percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, guru dan tetangganya, (3) Memahami pengetahuan faktual dengan cara mengamati dan menanya berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya, mahluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya, benda-benda yang dijumpainya di rumah, di sekolah dan tempat bermain, (4) Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas, sistematis dan logis, dalam karya yang estetis, dalam gerakan yang mencerminkan anak sehat, dan dalam tindakan yang mencerminkan perilaku anak beriman dan berakhlak mulia. Dari latar belakang diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian tindakan kelas yang berjudul Penerapan Model Cooperative Learning tipe Examples Non Examples untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada Subtema Keberagaman Budaya Bangsaku (Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas IV SDN Ciptawinaya Kecamatan Baleendah Kabupaten Bandung).

5 B. Identifikasi Masalah Atas dasar latar belakang masalah yang telah disajikan diatas maka dalam penelitian ini dapat di identifikasi sebagai berikut: 1. Sebagian besar nilai siswa belum mencapai KKM. Hal tersebut dikarenakan model pembelajaran yang digunakan kurang tepat dan kurang sesuai dengan materi pembelajaran. 2. Rendahnya hasil belajar siswa kemungkinan dipengaruhi oleh Kurangnya pemahaman guru mengenai variasi model pembelajaran sehingga hanya mengandalkan model konvensional yaitu dengan metode ceramah dan buku paket sehingga pembelajaran terkesan monton. 3. Pembelajaran Student Centered tidak berlangsung sebagaimana seharusnya, sehingga sikap percaya diri siswa didalam kelas rendah, kemungkinan pada saat proses pembelajaran didalam kelas cenderung pasif dan berpusat pada guru. C. Rumusan Masalah Atas dasar latar belakang dan identifikasi masalah sebagaimana diutarakan diatas maka masalah utama dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Apakah penggunaan model Cooperative Learning tipe Examples Non Examples dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV pada Subtema Keberagaman Budaya Bangsaku? Untuk memfokuskan penelitian maka permasalahan dirinci dalam beberapa pertanyaan sebagai berikut: 1. Bagaimana perencanaan penerapan model Cooperative Learning tipe Examples Non Examples pada subtema Keberagaman Budaya Bangsaku pada siswa kelas IV semester 1 SDN Ciptawinaya? 2. Bagaimana pelaksanaan model Cooperative Learning tipe Example Non Example untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam subtema Keberagaman Budaya Bangsaku pada siswa kelas IV semester 1 SDN Ciptawinaya?

6 3. Apakah melalui model Cooperative Learning tipe Example Non Example dapat meningkatkan hasil belajar pada subtema Keberagaman Budaya Bangsaku pada siswa kelas IV semester 1 SDN Ciptawinaya? 4. Adakah peningkatan hasil belajar siswa pada subtema Keberagaman Budaya Bangsaku dikelas IV SDN Ciptawinaya setelah melakukan pembelajaran menggunakan model Cooperative Learning tipe Examples Non Examples? D. Tujuan Penelitian Secara umum tujuan penelitian ini yaitu untuk menigkatkan hasil belajar siswa kelas IV SDN Ciptawinaya melalui model Cooperative Learning tipe Examples Non Examples pada sub tema Keberagaman Budaya Bangsaku. Adapun tujuan khusus dari penelitian adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui perencanaan model cooperative learning tipe examples non examples untuk meningkatkan hasil belajar siswa subtema keberagaman budaya bangsaku pada siswa kelas IV SDN Cipyawinaya. 2. Untuk mengetahui pelaksanaan pembelajaran siswa menggunakan model cooperative learning tipe example non example dalam subtema Keberagaman Budaya Bangsaku. 3. Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa setelah melakukan pembelajaran menggunakan model Cooperative Learning tipe Examples Non Examples. E. Manfaat Penelitian 1. Secara Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dan memberikan masukan terhadap dunia pendidikan tentang penggunaan model Cooperative Learning tipe Examples Non Examples yang mendukung pembelajaran dalam meningkatkan hasil belajar siswa. 2. Secara Praktis a. Bagi guru, bisa menjadi alternatif model pembelajaran disekolah dasar dengan menerapkan model Cooperative Learning tipe Examples Non

7 Examples, sehingga cara penyampaian materi lebih variatif, inovatif, dan efektif. b. Bagi siswa, menigkatkan hasil belajar, memberikan pengalaman belajar yang lebih baik dan bermakna, dan meningkatkan daya ingat dan rasa ingin tahu siswa terhadap materi. c. Bagi Sekolah, Hasil penelitian ini dapat menjadi masukan untuk mengembangkan penggunaan metode Cooperative Learning tipe Example Non Example dalam subtema Keberagaman Budaya Bangsaku dikelas IV SD. F. Definisi Operasional Judul yang peneliti ajukan dari penelitian ini PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE EXAMPLE NON EXAMPLE UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA SUBTEMA KEBERAGAMAN BUDAYA BANGSAKU (penelitian tindakan kelas IV semester 1 SDN Ciptawinaya Kecamaan Baleendah). Untuk menghindari terjadinya salah pengertian terhadap istilah-istilah yang terdapat dalam variabel penelitian ini, maka istilah-istilah tersebut kemudian didefinisikan sebagai berikut: 1. Definisi Model Cooperative Learning Model kooperatif adalah konsep yang lebih luas meliputi semua jenis kerja kelompok termasuk, bentuk-bentuk yang dipimpin oleh guru atau diarahkan oleh guru (Agus Suprijono 2009, hlm.54). Menurut Slavin (dalam Isjoni 2011, hlm.15) Cooperative Learning atau pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran dimana sistem belajar dan bekerja kelompok-kelompok kecil berjumlah 4-6 orang secara kolaboratif sehingga dapat merangsang peserta didik lebih bergairah dalam belajar. Dari beberapa pengertian menurut para ahli dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif adalah cara belajar dalam bentuk kelompok-kelompok kecil yang saling bekerjasama dan diarahkan oleh guru untuk mencapai tujuan pembeajaran yang diharapkan. Pembelajaran kooperative adalah pembelajaran yang didalamnya mengkondisikan para siswa untuk bekerja bersama-sama

8 didalam kelompok-kelompok kecil untuk membantu satu sama lain dalam belajar. 2. Tipe Examples Non Examples Metode Example Non Example adalah metode yang menggunakan media gambar dalam penyampaian materi pembelajaran yang bertujuan mendorong siswa untuk belajar berfikir kritis dengan jalan memecahkan permasalahan-permasalahan yang terkandung dalam contoh-contoh gambar yang disajikan Examples Non Examples adalah metode belajar yang menggunakan contoh-contoh. Contoh-contoh dapat dari kasus/gambar yang relevan dengan KD (Adang Heriawan dkk 2011, hlm.112). 3. Definisi Hasil Belajar Hasil belajar merupakan bagian terpenting dalam pembelajaran. Nana Sudjana (2009, hlm.3) mendifinisikan hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian yang lebih luas mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotorik. Dimyati dan mudjiono (2006, hlm.3-4) juga menyebutkan hasl belajar merupakan hasil dari suatu inteeraksi tindak belajar dan tindakmengajar. Dari sisis guru, tindak menhajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar. Dari sisi sswa, hasil belajar merupakan berakhirnya pengajaran dari puncak proses belajar. Benjamin S. Bloom (dalam Dimyati dan mudjiono, 2006, hlm.26-27) menyebutkan enam jenis perilaku ranah kognitif, sebagai berikut : pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi. G. Sistematika Skripsi Penulisan skripsi dalam bentuk Penelitian Tindakan Kelas disusun dengan sistematika sebagai berikut : 1. Bagian Pembuka Skripsi Bagian pembuka disusun dengan urutan : a. Halaman Sampul b. Halaman Pengesahan c. Halaman Motto dan Persembahan

9 d. Halaman Pernyataan Keaslian Skripsi e. Kata Pengantar f. Ucapan Terima Kasih g. Abstrak h. Daftar Isi i. Daftar Tabel j. Daftar Gambar k. Daftar Grafik l. Daftar Lampiran 2. Bagian Isi Skripsi Bagian isi skripsi disusun dengan urutan : a. Bab I Pendahuluan Pendahuluan bermaksud mengantarkan pembaca ke dalam pembahasan suatu masalah. Adapun isi dari bab I ini antara lain : 1) Latar Belakang Masalah 2) Identifikasi Masalah 3) Rumusan Masalah 4) Tujuan Penelitian 5) Manfaat Penelitian 6) Definisi Operasional 7) Sistematika Skripsi b. Bab II Kajian Teori Dan Kerangka Pemikiran Kajian teori berisi deskripsi teoretis yang memfokuskan kepada hasil kajian atas teori, konsep, kebijakan, dan peraturan yang ditinjau oleh hasil penelitian terdahulu sesuai dengan masalah penelitian. Adapun isi dari bab II ini antara lain : 1) Kajian teori dan kaitannya dengan pembelajaran yang akan diteliti 2) Hasil-hasil penelitian terdahulu yang sesuai dengan variabel penelitian yang akan diteliti 3) Kerangka pemikiran dan diagram atau skema paradigma penelitian 4) Asumsi dan hipotesis penelitian c. Bab III Metode Penelitian

10 Bab III menjelaskan secara sistematis dan terperinci langkah-langkah dan cara yang digunakan dalam menjawab permasalahan dan memperoleh simpulan. Isi bab III antara lain : 1) Metode Penelitian 2) Desain Penelitian 3) Subjek dan Objek Penelitian 4) Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian 5) Teknik Analisis Data 6) Prosedur Penelitian d. Bab IV Hasil Penelitian Dan Pembahasan Bab IV menyampaikan dua hal utama, antara lain : 1) Temuan penelitian berdasarkan hasil pengolahan dan analisis data dengan berbagai kemungkinan bentuknya sesuai dengan urutan rumusan permasalahan penelitian; dan 2) Pembahasan temuan penelitian untuk menjawab pertanyaan penelitian yang telah dirumuskan. e. Bab V Simpulan Dan Saran Bab V Kesimpulan dan saran merupakan kondisi hasil penelitian yang merupakan jawaban terhadap tujuan penelitian. Kesimpulan merupakan uraian yang menyajikan penafsiran dan pemaknaan penelitian terhadap analisis temuan hasil penelitian sedangkan saran merupakan rekomendasi yang ditujukan kepada para pembuat kebijakan, pengguna, atau kepada peneliti berikutnya yang berminat untuk melakukan penelitian selanjutnya, dan kepada pemecah masalah di lapangan dari hasil penelitian.