ALTERNATIF KOMPOR BIOMASS DENGAN FORMULASI GETAH PINUS YANG BERNILAI EKONOMIS. Agustin Sukarsono*)

dokumen-dokumen yang mirip
PEMBUATAN BRIKET BIOARANG DARI ARANG SERBUK GERGAJI KAYU JATI

PEMANFATAN LIMBAH SERBUK GERGAJI ULIN DAN KAYU BIASA SEBAGAI ENERGI ALTERNATIF PENGGANTI BAHAN BAKAR MINYAK

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Desember 2009 sampai Februari

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

RANCANG BANGUN MESIN PENYULING MINYAK ATSIRI DENGAN SISTEM UAP BERTINGKAT DIKENDALIKAN DENGAN MIKROKONTROLLER DALAM UPAYA PENINGKATAN MUTU PRODUK

LAPORAN HASIL PENELITIAN PEMBUATAN BRIKET ARANG DARI LIMBAH BLOTONG PABRIK GULA DENGAN PROSES KARBONISASI SKRIPSI

TEKNOLOGI PEMBUATAN BIOBRIKET DARI LIMBAH BAGLOG

BAB I PENDAHULUAN. energi untuk melakukan berbagai macam kegiatan seperti kegiatan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Jurnal Penelitian Teknologi Industri Vol. 6 No. 2 Desember 2014 Hal :

Pemanfaatan Limbah Tongkol Jagung dan Tempurung Kelapa Menjadi Briket Sebagai Sumber Energi Alternatif dengan Proses Karbonisasi dan Non Karbonisasi

Cara Membuat Alat Untuk Membakar Sekam Padi (Cerobong)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Deskripsi METODE PEMBUATAN BAHAN BAKAR PADAT BERBASIS ECENG GONDOK (Eichhornia crassipes)

Arang Tempurung Kelapa

BAB III METODE PENELITIAN

Pemanfaatan Limbah Sekam Padi Menjadi Briket Sebagai Sumber Energi Alternatif dengan Proses Karbonisasi dan Non-Karbonisasi

III. METODOLOGI PENELITIAN

RANCANG BANGUN ALAT PENCETAK BRIKET ARANG PADA PEMANFAATAN LIMBAH CANGKANG BIJI BUAH KARET

dalam briket hasil rekayasa. Briket hasil rekayasa dari serbuk gergaji kayu sengon

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB IV METODE PENELITIAN. Laboratorium Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik, Universitas Udayana kampus

BAB III METODE PENELITIAN

PEMANFAATAN LIMBAH SEKAM PADI MENJADI BRIKET SEBAGAI SUMBER ENERGI ALTERNATIF DENGAN PROSES KARBONISASI DAN NON-KARBONISASI

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan energi semakin meningkat seiring dengan laju pertumbuhan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

OPTIMASI PRODUKSI BIOBRIKET DARI KULIT BUAH KARET

PENGARUH VARIASI JUMLAH LUBANG BURNER TERHADAP KALORI PEMBAKARAN YANG DIHASILKAN PADA KOMPOR METHANOL DENGAN VARIASI JUMLAH LUBANG 12, 16 DAN 20

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

EFEK PENAMBAHAN BENTONIT TERHADAP SIFAT MEKANIK BRIKET DARI TEMPURUNG KELAPA

BAB I PENDAHULUAN. bahan bakar, hal ini didasari oleh banyaknya industri kecil menengah yang

PEMANFAATAN KOTORAN AYAM DENGAN CAMPURAN CANGKANG KARET SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIF

PENGARUH PERSENTASE PEREKAT TERHADAP KARAKTERISTIK PELLET KAYU DARI KAYU SISA GERGAJIAN

LAPORAN PENELITIAN BRIKET ARANG KULIT KACANG TANAH DENGAN PROSES KARBONISASI. Oleh : REZY PUTRI RAGILIA ( )

PENGOLAHAN DAN PEMANFAATAN SAMPAH ORGANIK MENJADI BRIKET ARANG DAN ASAP CAIR

BAB I PENDAHULUAN. terpenting di dalam menunjang kehidupan manusia. Aktivitas sehari-hari

HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakterisasi Biobriket Campuran Kulit Kemiri Dan Cangkang Kemiri

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

UJI KARAKTERISTIK PEMBAKARAN BRIKET BIO-COAL CAMPURAN BATUBARA DENGAN SERBUK GERGAJI DENGAN KOMPOSISI 100%, 70%, 50%, 30%

PENINGKATAN KUALITAS BIOBRIKET KULIT DURIAN DARI SEGI CAMPURAN BIOMASSA, BENTUK FISIK, KUAT TEKAN DAN LAMA PENYALAAN

BAB I PENDAHULUAN. adanya energi, manusia dapat menjalankan aktivitasnya dengan lancar. Saat

Pengelolaan Dan Pengolahan Limbah PENGELOLAAN DAN PENGOLAHAN LIMBAH SAMPAH ORGANIC KULIT KACANG DAN TONGKOL JAGUNG MENJADI BRIKET ARANG

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. hidup. Menurut kamus besar bahasa Indonesia, definisi biomassa adalah jumlah

KARAKTERISTIK CAMPURAN BATUBARA DAN VARIASI ARANG SERBUK GERGAJI DENGAN PENAMBAHAN ARANG TEMPURUNG KELAPA DALAM PEMBUATAN BRIKET

BAB I PENDAHULUAN. yang ada dibumi ini, hanya ada beberapa energi saja yang dapat digunakan. seperti energi surya dan energi angin.

BAB I PENDAHULUAN. Tidak dapat dipungkiri bahwa minyak bumi merupakan salah satu. sumber energi utama di muka bumi salah. Konsumsi masyarakat akan

Studi Kualitas Briket dari Tandan Kosong Kelapa Sawit dengan Perekat Limbah Nasi

PEMANFAATAN LIMBAH FURNITURE ENCENG GONDOK (Eichornia crassipes) di Koen Gallery SEBAGAI BAHAN DASAR PEMBUATAN BRIKET BIOARANG

SEMINAR TUGAS AKHIR. Oleh : Wahyu Kusuma A Pembimbing : Ir. Sarwono, MM Ir. Ronny Dwi Noriyati, M.Kes

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

STUDI MUTU BRIKET ARANG DENGAN BAHAN BAKU LIMBAH BIOMASSA

BRIKET ARANG DARI SERBUK GERGAJIAN KAYU MERANTI DAN ARANG KAYU GALAM

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Sampah selalu identik dengan barang sisa atau hasil buangan. tak berharga. Seperti sampah organik yang banyak di pedesaan, meski

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. pirolisator merupakan sarana pengolah limbah plastik menjadi

Ibm Kelompok Tani Kelapa Sawit dan Palawija

BAB I. PENDAHULUAN. Saat ini, bahan bakar fosil seperti minyak, batubara dan gas alam merupakan

Pembuatan Briket Batubara

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PENERAPAN TEKHNOLOGI PEMBUATAN BIOARANG DENGAN MEMANFAATKAN LIMBAH KOTORAN TERNAK DI PETERNAKAN SAPI POTONG ZELTI FARM LUBUK MINTURUN KODYA PADANG

KOMPOR BIOMASS UB: MENUJU KEMANDIRIAN. Dr.. rer.nat. Muhammad Nurhuda. Penerima Penghargaan Energi Prakarsa Perorangan

KARAKTERISTIK BRIKET BIOARANG LIMBAH PISANG DENGAN PEREKAT TEPUNG SAGU

PENGARUH VARIASI KOMPOSISI BIOBRIKET CAMPURAN ARANG KAYU DAN SEKAM PADI TERHADAP LAJU PEMBAKARAN, TEMPERATUR PEMBAKARAN DAN LAJU PENGURANGAN MASA

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Diagram Kondisi Energi Nasional 2014 (Sumber: Badan Geologi Kementrian Energi Sumber Daya Mineral 2014)

BAB I PENDAHULUAN. Sementara produksi energi khususnya bahan bakar minyak yang berasal dari

A. Lampiran 1 Data Hasil Pengujian Tabel 1. Hasil Uji Proksimat Bahan Baku

KARAKTERISTIK PEMBAKARAN BRIKET CAMPURAN ARANG KAYU DAN JERAMI

BAB I PENDAHULUAN. terus menerus akan mengakibatkan menipisnya ketersediaan bahan. konsumsi energi 7 % per tahun. Konsumsi energi Indonesia tersebut

(Maryati Doloksaribu)

BAB I PENDAHULUAN. diperbaharui (non renewable ). Jumlah konsumsi bahan bakar fosil baik

I. PENDAHULUAN. Sampah masih merupakan masalah bagi masyarakat karena perbandingan antara

besarnya energi panas yang dapat dimanfaatkan atau dihasilkan oleh sistem tungku tersebut. Disamping itu rancangan tungku juga akan dapat menentukan

EFFEKTIFITAS BRIKET BIOMASSA. Jl Raya Solo Baki km 2 Kwarasan Grogol Solobaru Sukoharjo. *

RANCANG BANGUN TUNGKU PIROLISA UNTUK MEMBUAT KARBON AKTIF DENGAN BAHAN BAKU CANGKANG KELAPA SAWIT KAPASITAS 10 KG

Pembuatan Briket Hasil Pemanfaatan Eceng Gondok dan Sampah Plastik HDPE Sebagai Energi Alternatif

Berapa Total Produksi Sampah di ITS..??

pemilihan kayu sangat penting guna untuk meningkatkan kalor. Kayu sonokeling

PENERAPAN IPTEKS PEMANFAATAN BRIKET SEKAM PADI SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIF PENGGAANTI MINYAK TANAH. Oleh: Muhammad Kadri dan Rugaya

PEMBUATAN BIOBRIKET DENGAN LIMBAH AMPAS DAN DAUN TEBU MENGGUNAKAN PEREKAT LIGNIN DENGAN PROSES PIROLISIS PENELITIAN. Oleh :

PEMANFAATAN BUNGKIL JARAK PAGAR

I. PENDAHULUAN. Persediaan minyak bumi di dunia mulai berkurang, sehingga perlu dicari

NASKAH PUBLIKASI KARYA ILMIAH

ANALISIS PENGARUH PEMBAKARAN BRIKET CAMPURAN AMPAS TEBU DAN SEKAM PADI DENGAN MEMBANDINGKAN PEMBAKARAN BRIKET MASING-MASING BIOMASS

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

PEMANFAATAN LIMBAH DAUN DAN RANTING PENYULINGAN MINYAK KAYU PUTIH (Melaleuca cajuputi Powell) UNTUK PEMBUATAN ARANG AKTIF

ANALISA KUALITAS BRIKET ARANG KULIT DURIAN DENGAN CAMPURAN KULIT PISANG PADA BERBAGAI KOMPOSISI SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIF

BAB I PENDAHULUAN. tumbuh subur di Indonesia. Semua bagian pohon kelapa dapat dimanfaatkan

OPTIMASI KONDISI OPERASI PIROLISIS SEKAM PADI UNTUK MENGHASILKAN BAHAN BAKAR BRIKET BIOARANG SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIF

Gambar 3.1 Arang tempurung kelapa dan briket silinder pejal

PENGARUH VARIASI BAHAN PEREKAT TERHADAP LAJU PEMBAKARAN BIOBRIKET CAMPURAN BATUBARA DAN SABUT KELAPA

4.1.1 Nilai Kalor (Heating value)

II. TINJAUAN PUSTAKA

PEMBUATAN BIOBRIKET DARI LIMBAH DEDAUNAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Sumber energi alternatif dapat menjadi solusi ketergantungan

NASKAH PUBLIKASI INOVASI TEKNOLOGI TUNGKU PEMBAKARAN DENGAN VARIASI KETINGGIAN CEROBONG

BAB I PENDAHULUAN. dan kotoran ternak. Selain digunakan untuk tujuan primer bahan pangan, pakan

Transkripsi:

ALTERNATIF KOMPOR BIOMASS DENGAN FORMULASI GETAH PINUS YANG BERNILAI EKONOMIS Agustin Sukarsono*) ABSTRAKSI Kebutuhan energi di Indonesia dipenuhi oleh bahan bakar minyak. Untuk rumah tangga sebagian besar kebutuhan energinya mengandalkan minyak dan gas elpiji. Oleh karena itu, usaha untuk mencari bahan bakar alternatif yang dapat diperbarui (renewable), ramah lingkungan dan bernilai ekonomis,semakin banyak dilakukan. Serbuk gergaji kayu dan daun daun kering yang diolah menjadi serbuk belum termanfaatkan sepenuhnya, padahal serbuk gergaji kayu merupakan biomass dengan nilai kalor yang relatif besar. serbuk gergaji kayu tersebutdan serbuk daun yang terbentuk dicampur dengan bahan perekat dari getah pinus, maka akan menjadi briket sebagai bahan bakar alternatif yang dapat terbarukan. Proses pembuatan briket diawali dengan cara mengeringkan serbuk gergaji, kemudian di ayak dengan alat pengayak untuk mendapatkan ukuran partikel tertentu, serbuk gergaji dan serbuk daun dicampur dengan bahan perekat dari getah pinu. Setelah itu dicetak dengan alat pencetak. Faktor perubah yang digunakan dalam penelitian ini adalah ukuran partikel serbuk gergaji yaitu 40, 60, 80, 100 mesh dan perbandingan berat getah pinus dengan berat serbuk daun yaitu 0,3 bagian; 0,5 bagian; 0,7 bagian dan 0,9 bagian. Dalam proses pembuatan satu briket terkandung Serbuk kayu 2,5 ons, serbuk daun 1,5 ons dan getah pinus 150 ml, dengan biaya 1500,-/briket.Dimana briket ini sudah dapat digunakan sebagai bahan bakar kompor. Pembakaran satu briket yang berdiameter 16 cm dengan tinggi 10 cm dapat bertahan hingga 6 jam.dengan menggunakan 7 buah briket dari getah pinus sudah lebih dari cukup untuk mensubsidi 1 tabung gas LPG, yang digunakan untukmembantu proses pengolahan bahan mentah menjadi bahan yang siap dihidangkan. Secara ekonomi briket dari getah pinus lebih efisien karena dapat menghemat biaya sebesar Rp. 5.500,- per tabung gas LPG Dengan rincian : 1 tabung gas LPG =3 kg. Dimana 1 tabung gaslpg Rp16.000,- (khususnya untuk Wilayah Nganjuk), sedangkan briket dari getah pinus per briket seharga Rp. 1.500,- maka terjadi penghematan/ biaya sebesar Rp. 5.500,- per tabung gas LPG. Sehingga biaya yang dapat diefisienkan dengan menggunakan briket dari getah pinus adalah sebesar Rp. 5.500,- (dengan rincian Rp 1500,- x 7buah briket dari getah pinus = Rp. 11.500,-). Kata kunci :serbuk daun dan serbuk gergaji kayu, briket, getah pinus. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kompor adalah salah satu alat yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga setiap hari. Dalam kehidupan sehari-hari, fungsi utama kompor adalah untuk membantu proses pengolahan bahan mentah menjadi bahan yang siap dihidangkan.untuk itu orang tidak akan berpikir tentang sistem kerja kompor, tetapi berpikir bagaimana menggunakan kompor ini secara tepat dan efisien sesuai dengan konteks dan situasi. Jadi secara pragmatis kompor lebih merupakan suatu bentuk kinerja dan performansi dari pada sebuah sistem ilmu. Pandangan ini membawa konsekuensi bahwa

pembelajaran teknologi kompor haruslah lebih menekankan fungsi kompor sebagai alat kebutuhan dari pada pembelajaran tentang kompor. Dalam perkembangannya terdapat beberapa jenis kompor diantaranya adalah kompor tungku yang terbuat dari tanah liat dan berbahan bakar kayu, kompor minyak yang terbuat dari alumunium dan berbahan bakar minyak tanah, kompor listik yang memanfaatkan tenaga listrik serta kompor gas elpigi. Masing masing kompor mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-masing. Harapanya masyarakat dapat menggunakan teknologi kompor yang sesuai dengan sumber daya manusia (SDM) dan sumber daya alam (SDA) yang ada di negara kita. produsen juga diharapkan dapat membuat teknologi kompor dengan pilihan bahan yang tepat dan alat yang aman. Sedangkan, kenyataannya selama ini produsen sulit sekali membuat teknologi kompor yang aman bagi konsumen. Kesulitan mendapatkan kayu akibat dari penggunaan yang berlebihan mengakibatkan gundulnya hutan yang ada di Indonesia. Setelah persediaan kayu semakin menipis, masyarakat beralih menggunakan minyak tanah sebagai bahan bakar kompor. Tetapi masalah yang ditimbulkan minyak tanah tak jauh berbeda yaitu menipisnya persediaan. Di era globalisasi manusia menyatakan kompor berbahan bakar gas adalah solusi yang tepat dari masalah diatas. Tetapi bahan bakar gas justru menimbulkan masalah baru bagi masyarakat yaitu meledaknya pada penggunaan tabung gas lpg 3 kilogram. Tidak hanya itu bahan bakar gas juga terjadi masalah pengoplosan yang tidak bertanggung jawab. Dengan adanya beberapa alasan diatas, hubungan antara teknologi sederhana yang dipakai masyarakat dan bahan bakar minyak terhadap kemampuan memenuhi tingginya permintaan, maka dipilihlah penelitian dengan judul ALTERNATIF KOMPOR BIOMASS DENGAN FORMULASI GETAH PINUS YANG BERNILAI EKONOMIS. Identifikasi Masalah Didalam proses pembuatan alternatif kompor dibutuhkan beberapa komponen agar tujuan pembuatan dapat dicapai sesuai dengan yang diharapkan. Salah satu komponen dalam proses pembuatan teknologi tersebut adalah metode. Semakin baik metode yang digunakan, maka semakin baik pula hasil yang akan dicapai. Metode adalah cara yang digunakan untuk mencapai tujuan hal ini sesuai dengan pendapat kesuma (2007:1). Metode adalah cara yang teratur dan terpikir baik-baik untuk mencapai maksud atau cara kerja yang berisikan untuk memudahkan pelaksanaan atau kegiatan dalam mencapai tujuan yang ditentukan. Dalam penelitian yang berjudul alternatif kompor biomass dengan formulasi getah pinus yang ekonomis. tersebut masalah yang akan diteliti adalah alternatif kompor biomass, alternatif tersebut dilihat dari unsur sumber daya manusia (SDM) dan sumber daya alam (SDA). SDA adalah sumber daya yang menjadi dasar pembuatan sebuah teknologi. Sedangkan SDM adalah potensi diri untuk menghasilkan sebuah karya dan yang merupakan anugrah dari Tuhan. Rumusan Masalah Berdasarkan pembatasan masalah diatas, maka masalah penelitian dirumuskan sebagai berikut : 1

1. Apakah kompor biomass dengan formulasi getah pinus memiliki nilai ekonomis bagi masyarakat? 2. Apakah getah pinus mampu menjadi solusi alternatif didalam pembuatan biomass yang berkualitas baik? 3. Apakah alternatif kompor biomass dengan formulasi getah pinus lebih hemat dan efisien dibanding berbahan bakar minyak ataupun gas? Tujuan Penelitian Tujuan penelitian di bagi menjadi 2, yaitu tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh alternatif kompor biomass dengan formulasi getah pinus yang benilai ekonomis. Sedangkan tujuan khususnya adalah : 1. Ingin mengetahui sejauh mana nilai ekonomis akibat pengaruh formulasi getah pinus pada kompor biomass 2. Untuk mengetahui kualitas getah pinus dalam biomass (briket) setelah melakukan beberapa percobaan 3. Untuk mengetahui tingkat kehematan dan tingkat efisiensi dari kompor biomass dengan formulasi getah pinus KAJIAN TEORI kompor Kompor adalah alat masak yang menghasilkan panas tinggi. Istilah ini sering diartikan ruang tertutup di mana bahan bakar dibakar untuk memberikan pemanasan, baik untuk memanaskan ruangan di mana kompor itu berada ataupun untuk memanaskan kompor itu sendiri, dan barang-barang yang diletakkan di atasnya. Biasanya ditemukan di dapur dan bahan bakarnya dapat bermacam-macam. Jenis-jenis bahan bakar LPG atau Elpiji (gas) Resistansi listrik (dengan elemen pemanas) Kayu bakar Bahan bakar minyak Bahan bakar padat seperti arang, briket batu bara, dsb Briket / Briquette Mendengar kata briket, kebanyakan orang akan langsung berfikir kepada batu bara. Sebenarnya briket tidaklah identik dengan bahan bakar karena definisi briket itu sendiri adalah suatu bahan yang berupa serbuk atau potongan potongan kecil yang dipadatkan dengan menggunakan mesin press dengan dicampur bahan perekat sehingga menjadi bentuk yang solid. Dipasaran ada briket garam yang notabene bukanlah bahan bakar. Namun tidak dipungkiri briket memang menjurus kepada bahan bakar. Untuk jenis briket bahan bakar ini tergolong ke dalam dua kelompok besar yaitu briket batu bara dan briket biomasa. Berdasarkan bahan bakunya, briket biomasa terbagi lagi ke dalam beberapa jenis, diantaranya briket tempurung kelapa, briket cangkang sawit, briket serbuk kayu / gergaji, briket ranting dan daun kering serta tidak menutup kemungkinan akan ada jenis jenis briket biomasa lainnya. 2

Pohon Pinus Pohon Pinus adalah pohon yang rindang dan mempunyai banyak manfaat buat Manusia sebagai Obat.Pohon ini banyak dijumpai didaerah yang berbukit dan pegunungan serta sekarang sudah di tanam sebagai pohon Industri. Pohon pinus yang biasa kita lihat didaerah pegunungan ternyata menghasilkan getah yang sangat berguna untuk kita,hasil dari getah pinus itu bisa menghasilkan minyak terpentin yang mengandung senyawa terpene yaitu salah satu isomer hidrokarbon tak jenuh dari C 10 H 16 terutama monoterpene alfa-pinene dan beta-pinene, terpentin biasanya digunakan sebagai pelarut untuk mengencerkan cat minyak,bahan campuran vernis yang biasa kita gunakan untuk mengkilapkan permukaan kayu dan bisa untuk bahan baku kimia lainnya. Aroma terpentin harum seperti minyak kayu putih, karena keharumannya itu terpentin bisa digunakan untuk bahan pewangi lantai atau pembunuh kuman yang biasa kita beli, tapi ada lagi kegunaan lain dari terpentin sebagai bahan baku pembuat parfum, minyak esensial dari. getah pinus ini diekstrak sehingga bisa menghasilkan terpinol yaitu alfa-terpinol merupakan salah satu dari 3 jenis alkohol isomer beraroma harum. Kerangka Berfikir Didalam kehidupan, dedaunan yang gugur dilingkungan masyarakat tidak lagi bermanfaat. Begitu pula dengan serbuk kayu, serbuk kayu yang biasa kita jumpai ditempat-tempat meubel tidak lagi menjadi bahan yang berguna. Dengan diporilisis dedauan yang gugur, daun-daun ini dapat dicampurkan dengan serbuk kayu yang halus. Tetapi berhubung serbuk daun dan serbuk kayu tidak memiliki kelebihan untuk merekat, kedua organik tersebut tidak dapat menjadi satu. Atsiri yang terkandung didalam getah pinus kita manfaatkan untuk dijadikan bahan perekat antara serbuk daun dan serbuk kayu. Dengan bantuan getah pinus, sampah organik yang sudah dilebur dan serbuk kayu yang halus dapat disatukan. Sehingga bahan baku organik tersebut dapat dijadi sebuah briket. METODE PENELITIAN Teknik Penelitian Teknik pengumpulan data adalah cara mengumpulkan data.teknik pengumpulan data di tentukan berdasarkan pertimbangan unsur variabel, objek penelitian dan data penelitian. Hal ini bertujuan agar penelitian memperoleh data secara objektif, jelas, tepat, dan dapat dipertanggungjawabkan. Hal ini sesuai dengan pendapat Arikunto (1993:188): penentuan metode pengumpulan data ditentukan oleh variabel, sampel, lokasi, pelaksanaan, biaya dan waktu. Secara umum teknik pengumpulan data ada dua yaitu tes dan non tes. Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah Observation (Pengamatan). Langkah-Langkah Pengumpulan Data pengumpulan data untuk menjadi acuan keberhasilan dalam menyelesaikan penelitian untuk bisa dipergunakan oleh masyarakat sebagai alat memasak yang layak dipergunakan dengan aman terhindar dari bahaya kebakaran dan ledakan. 3

Skema Alur Penelitian Startt Studi Kelayakan Analisa Perancangan Pemilihan Bahan Analisis Sistem Kerja Faktor keamanan Gambar Teknik Pembuatan Alat dan bahan : 1. Pembuatan briket 2. Pembuatan tabung pembakaran 3. Pembuatan tabung 1 Pengecekan Uji Coba Stop 4

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Model Design Kompor Dan Penjelasan Bagiannya Gambar 4.1 model desain kompor biomass Bahan dan Alat yang Digunakan Bahan yang digunakan dalam penelitian 1. serbuk gergaji kayu jati Serbuk gergaji, mempunyai kadar air 0,1 % diperoleh dari sisa limbah pengolahan kayu. Serbuk gergaji yang diperoleh kemudian dikeringkan dibawah sinar matahari, selanjutnya diayak menggunakan alat pengayak kemudian dipirolisis. Penggunaan serbuk kayu jati dimaksudkan agar asap dari pembakaran tidak banyak. 2. Getah Pinus Getah Pinus yang diperoleh dari hasil deresan, kemudian diukur hingga 350 ml getah pinus. 3. Daun Kering Daun kering yang dimanfaatkan untuk dilebur hingga menjadi serbuk yang halus. Alat Pencetak Briket Beserta Proses Pembuatannya Gambar 4.2 alat pencetak briket dengan formulasi getah pinus 5

Pada percobaan pertama, Serbuk kayu yang telah dipilih, kemudian diambil berat 250 gram ditambahkan serbuk daun sebanyak 150 gram dengan perbandingan berat terhadap berat serbuk kayu. Kemudian ditambahkan getah pinus sebanyak 100 mili liter Lalu diproses pada tahap pembakaran. Setelah dituangkan kedalam alat pencetak, briket yang sudah jadi dijemur di bawah sinar matahari sampai kering selama 3 hari. Briket yang sudah dikeringkan dianalisa nilai kuat tekanannya. Untuk percobaan pertama dihasilkan kepadatan briket belum sempurna Pada percobaan kedua, Serbuk kayu yang telah dipilih, kemudian diambil berat 250 gram ditambahkan serbuk daun sebanyak 150 gram dengan perbandingan berat terhadap berat serbuk kayu. Kemudian ditambahkan getah pinus sebanyak 250 mili liter Lalu diproses pada tahap pembakaran. Setelah dituangkan kedalam alat pencetak, briket yang sudah jadi dijemur di bawah sinar matahari sampai kering selama 3 hari. Briket yang sudah dikeringkan dianalisa nilai kuat tekanannya. Untuk percobaan pertama dihasilkan kepadatan briket mendekati sempurna. Pada percobaan kedua, Serbuk kayu yang telah dipilih, kemudian diambil berat 250 gram ditambahkan serbuk daun sebanyak 150 gram dengan perbandingan berat terhadap berat serbuk kayu. Kemudian ditambahkan getah pinus sebanyak 400 mili liter Lalu diproses pada tahap pembakaran. Setelah dituangkan kedalam alat pencetak, briket yang sudah jadi dijemur di bawah sinar matahari sampai kering selama 3 hari. Briket yang sudah dikeringkan dianalisa nilai kuat tekanannya. Untuk percobaan pertama dihasilkan kepadatan briket cukup baik. Data hasil penelitian Tabel.4.3.1 tabel kebutuhan bahan biomass tahap 1 Percobaan Bahan Volume konversi kepadatan 1 Serbuk kayu 2,5 ons* 250 gram Serbuk daun 1,5 ons* 150 gram renggang Getah pinus 100 ml* 0,08 liter 2 Serbuk kayu 2,5 ons* 250 gram Serbuk daun 1,5 ons* 150 gram Mendekati padat Getah pinus 250 ml* 0,1 liter 3 Serbuk kayu 2,5 ons* 250 gram Serbuk daun 1,5 ons* 150 gram padat Getah pinus 400 ml* 0,15 liter Berdasarkan tabel 4.3.1 didapatkan hasil sebagai berikut, dari percobaan 1, 2 dan 3 yang memenuhi standar biomass atau briket yang di inginkan adalah dengan menggunakan getah pinus sebanyak 400 ml. Dalam penelitian ini dibuat 7 (tujuh) buah briket dengan komposisi bahan diambil dari percobaan yang ke 3 (tiga) dengan kebutuhan total bahan sebagai berikut ; Tabel 4.3.2 Tabel kebutuhan bahan biomass tahap 2 Bahan Jumlah yang Volume Konversi disiapkan awal Serbuk kayu 2 kg 17.5 ons 1.750 gram Serbuk daun 2 kg 10.5 ons 1.050 gram Getah pinus 2,8 liter 2.800 ml 2.800 mili liter 6

Berdasarkan tabel 4.3.2 diatas dapat dianalisis bahwa kebutuhan bahan pembuatan biomass dengan formulasi getah pinus sangat hemat dan efesien karena untuk membuat 7 buah briket hanya dibutuhkan bahan tidak lebih dari 3 kg (serbuk kayu dan serbuk daun) dan getah pinus tidak lebih dari 3 liter. Tabel 4.3.3 Data hasil lelehan getah pinus setelah di panaskan Bahan Jumlah getah suhu hasil Keterangan pinus (liter) Percobaan 1 0,4 liter 40,5 0 C belum meleleh sempurna Tidak bisa dipakai Percobaan 2 0,4 liter 60,21 0 C belum meleleh Di panasi ulang sempurna Percobaan 3 0,4 liter 70,05 0 C Meleleh sempurna Dapat dipakai Percobaan 4 0,4 liter 98,97 0 C mencair Dapat dipakai Dari tabel 4.3.3 diatas dapat dianalisis bahwa proses pelelehan getah pinus tidak memerlukan suhu yang sangat tinggi, suhu yang digunakan berkisar antara 90 0 C-100 0 C. Hal ini dilakukan agar hasil pembakaran sempurna dan didapatkan getah pinus yang sudah mencair, karena getah pinus dalam bentuk cairan akan membantu proses pemadatan dan perekatan briket. Disamping itu getah pinus yang sudah mencair setelah terkena udara akan menjadi padat kembali. Tabel 4.3.4 Data hasil pencampuran bahan briket dengan formulasi getah pinus Bahan Komposisi Briket yang Keterangan pencampuran dihasilkan Serbuk kayu 2,5 ons Briket dengan Untuk pembuatan Serbuk daun 1,5 ons diameter 16 cm, 1 buah briket Getah pinus 400 ml tinggi 10 cm dan tebal 3 cm Berdasarkan data pada tabel 4.3.3 bahwa untuk membuat briket dengan ukuran 16 x 10 x 3 hanya dibutuhkan bahan yang sangat sedikit sekali, hal ini disebabkan kemampuan getah pinus yang mampu menjadi perekat yang baik sehingga mudah dibentuk dalam cetakan. Sistem Kerja Kompor Biomass dengan formulasi getah pinus 7

Tabel 4.3.5 data hasil pembakaran briket dengan formulasi getah pinus dibandingkan dengan Briket tanpa getah pinus dan BBM Jenis Bahan bakar Lama nyala (jam) Warna Api Volume asap Harga Briket tanpa Getah Pinus 3-4 Jam Merah ada Murah Briket dengan getah pinus 6-8 jam Merah ada, sedikit Murah asap gas LPG Tergantung pemakaian Biru kemerahan Tidak ada Mahal Dilihat dari tabel 4.3.5 diatas bahwa keunggulan briket dengan getah pinus dengan tanpa getah pinus dan BBM dapat dilihat dari perbedaan waktu nyalanya yaitu antara 6-8 jam. Walaupun masih mengeluarkan asap namun hal ini tidak dalam jumlah yang sangat banyak sehingga masih aman untuk digunakan. Sedangkan jika menggunakan gas elpigi kelemahannya pada sisi harga dan lebih boros jika diperlakukan sama digunakan 6-8 jam sehari, maka lebih hemat briket dengan formulasi getah pinus dibanding dengan gas elpigi. Analisa Pengembangan Bahan Bakar Organik (biomass) dalam Wujud Briket dengan formulasi getah pinus dilihat dari sisi keunggulan dan sisi ekonomis Dalam proses pembuatan satu briket terkandung Serbuk kayu 2,5 ons, serbuk daun 1,5 ons dan getah pinus 150 ml, dengan biaya 1500,-/briket. Dimana briket ini sudah dapat digunakan sebagai bahan bakar kompor. Pembakaran satu briket yang berdiameter 16 cm dengan tinggi 10 cm dapat bertahan hingga 6 jam. Dengan menggunakan 7 buah briket dari getah pinus sudah lebih dari cukup untuk mensubsidi 1 tabung gas LPG, yang digunakan untuk membantu proses pengolahan bahan mentah menjadi bahan yang siap dihidangkan. Secara ekonomi briket dari getah pinus lebih efisien karena dapat menghemat biaya sebesar Rp. 5.500,- per tabung gas LPG Dengan rincian : 1 tabung gas LPG = 3 kg. Dimana 1 tabung gas LPG Rp 16.000,- (khususnya untuk Wilayah Nganjuk ), sedangkan briket dari getah pinus per briket seharga Rp. 1.500,- maka terjadi penghematan/ biaya sebesar Rp.5.500,- per tabung gas LPG. Sehingga biaya yang dapat diefisienkan dengan menggunakan briket dari getah pinus adalah sebesar Rp. 5.500,- (dengan rincian Rp 1500,- x 7 buah briket dari getah pinus = Rp. 11.50 PENUTUP Kesimpulan Berdasarkan penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Semakin banyak getah pinus yang dugunakan yaitu 400 ml dapat dihasilkan briket yang lebih baik, padat dan mampu menyala 6-8 jam dalam sehari sehingga kompor berbahan bakar organik(biomass) dengan formulasi getah pinus dapat menjadi alternatif bagi masyarakat untuk menggunakannya karena dari sisi ekonomis lebih murah dan ramah lingkungan. 2. Hasil briket yang paling bagus diperoleh pada saat dicampurkan dengan getah pinus sebanyak 400 ml, dengan serbuk kayu 250 gram dan serbuk daun 150 gram dengan perbandingan (2,7 : 1,7: 1). 8

3. Bahwa kompor berbahan bakar organik(biomass) dengan formulasi getah pinus dapat menjadi alternatif pengganti bahan bakar minyak ataupun gas karena lebih hemat dan efesien serta bahannya yang sangat mudah sekali didapatkan dari limbah kayu atau daun yang ada disekitar kita. *) Staff Pengajar STT POMODA DAFTAR PUSTAKA Effendi Syarif (2004). Melawan ketergantungan pada minyak bumi. Febrianto, 1999, Pirolisis Serbuk Gergaji Secara Batch, Laporan Penelitian Proses Kimia, Jurusan Tek Kimia, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta Pari G. 2002., Teknologi Alternatif Pemanfaatan Limbah Industri Pengolahan Kayu. Makalah M Falsafah Sains. Program Pascasarjana IPB, Bogor. Pari G. 2002., Teknologi Alternatif Pemanfaatan Limbah Industri Pengolahan Kayu. Makalah M.K. Falsafah Sains. Program Pascasarjana IPB, Bogor. Seran, J.B.1990., Bioarang untuk memasak, Edisi II, Liberti., Yogyakarta Soeyanto,T, 1982. Cara Membuat Sampah jadi Arang dan Kompos, Yudhistira, Jakarta United Nations Environment Programme (UNEP), Pedoman Efisiensi Energi untuk Industri di Asia, 2006 9