KOMPOR BIOMASS UB: MENUJU KEMANDIRIAN. Dr.. rer.nat. Muhammad Nurhuda. Penerima Penghargaan Energi Prakarsa Perorangan
|
|
- Hartanti Widjaja
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 KOMPOR BIOMASS UB: MENUJU KEMANDIRIAN ENERGI BAGI RAKYAT MISKIN Dr.. rer.nat. Muhammad Nurhuda Penerima Penghargaan Energi Prakarsa Perorangan S A R I Dr.rer.nat. Muhammad Nurhuda adalah salah seorang Penerima Penghargaan Energi Prakarsa Perorangan yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 2229 K/74/MEM/2011 Tanggal 27 September 2011 tentang Penerima Penghargaan Energi Prakarsa Tahun Dr.rer.nat. Muhammad Nurhuda dalam lampiran Keputusan Menteri ESDM tersebut dinyatakan berjasa luar biasa sebagai Pemrakarsa dan Pelopor kemandirian energi masyarakat miskin dengan mengembangkan 5 (lima) jenis kompor biomassa ramah lingkungan menggunakan potensi biomassa setempat, efisien pembakaran tinggi, capaian produk Unit Dalam/Luar Negeri, yang berdampak meningkatkan perekonomian/industri rumah tangga, sosial, budaya, terlebih terhadap kesadaran menjaga lingkungan masyarakat sekitar, secara lebih luas juga untuk pembangunan sektor energi dan sumber daya mineral. Kompor biomass UB merupakan kompor berbahan bakar biomassa padat, seperti ranting atau kayu yang dipotong-potong, cangkang kelapa sawit, kulit kemiri, bongol jagung, limbah pertanian atau perkebunan yang dikeringkan dan dipadatkan baik dalam bentuk pellet maupun briket. Kompor biomass UB merupakan kompor semi-gasifikasi dengan system pre-heating, yang membakar bahan bakar dalam dua tahap sehingga menghasilkan api yang jauh lebih bersih dibandingkan dengan system pembakaran langsung. Dibandingkan dengan tungku tradisional, kompor biomass UB mampu menghemat kebutuhan bahan bakar kayu 60-80%, sehingga layak untuk dipilih sebagai produksi teknologi yang mendukung program - program kemandirian energi, seperti Desa Mandiri Energi dan Mitigasi Karbon Dioksida dalam kerangka Mekanisme Pembangunan Bersih. 1. TUNGKU TRADISIONAL KURANG SEHAT Masyarakat pedesaan umumnya masih menggunakan kayu bakar untuk memasak (Gambar 1), yang dibakar dalam tungku tradisional (pawon) dengan sanitasi yang kurang bagus. Penggunaan tungku tradisional ini tidak saja boros bahan bakar, tetapi juga menyebabkan polusi di ruangan karena pembakaran tak sempurna yang menghasilkan asap dan jelaga yang sangat banyak. Kontak berjam-jam pengguna tungku setiap harinya berpotensi menimbulkan penyakit infeksi saluran pernafasan. Perempuan dan anak-anak merupakan kelompok yang paling beresiko. Kemiskinan merupakan penyebab utama warga tetap menggunakan tungku tradisional. Apalagi pada era BBM mahal seperti sekarang ini, menjadikan warga berpaling ke kayu bakar sebagai pilihan paling hemat. Karena kebutuhan kayu bakar sulit dipenuhi dengan ranting-ranting dan dahan di sekitar mereka, akhirnya 4 M&E, Vol. 9, No. 4, Desember 2011
2 Gambar 1. Tipikal dapur tradisional, konsumsi banyak kayu, ruangan luas, banyak asap berpotensi menyebabkan penyakit infeksi pernafasan. Gambar 2. Penebangan kayu di hutan untuk bahan bakar mereka mencari kayu hingga ke hutan-hutan dan menebang pohon (Gambar 2). Pada gilirannya, kemarau panjang dan banjir besar hanya tinggal menunggu waktu saja karena hutan gundul. Salahkah mereka? Tentu tidak. Karena hingga kini pemerintah belum mampu menyediakan sumber-sumber energi yang murah dan terjangkau oleh daya beli mereka, terutama kaum miskin. Karenanya, penting dicarikan jalan keluar agar mereka tetap dapat menggunakan kayu bakar. Yang perlu diubah adalah cara penggunaannya agar seefisien mungkin dan ramah lingkungan. Dalam konteks ini, penggunaan kompor biomass hemat energi merupakan sebuah keniscayaan. Kehadiran kompor biomass UB diharapkan mampu memberikan jawaban. Terutama bagi masyarakat miskin, agar mereka memperoleh akses energi secara murah dari sekitar mereka, tanpa mengorbankan lingkungan, juga kesehatan mereka. Untuk masyarakat miskin yang tinggal di perkotaan, tersedia alternatif mengolah sampah organik menjadi pellet atau briket sampah. Bila hal ini dilakukan, bukan saja masyarakat miskin mendapatkan akses energi murah, dan membuka peluang usaha baru, tetapi juga akan menyelesaikan problem sampah yang hingga kini tak kunjung ada penyelesaiannya. 2. ALTERNATIF SOLUSI: KOMPOR BIO- MASS UB Kompor biomass UB adalah kompor yang bekerja dengan mekanisme semi gasifikasi, untuk membedakan dengan tungku tradisional yang bekerja dengan model pembakaran langsung. Pada pembakaran langsung, api yang terjadi mengelilingi bahan-bakar dan menghalangi pasokan udara. Akibatnya muncul asap serta jelaga akibat residu dari gas-gas yang tidak terbakar. Pada kompor gasifikasi, bahan bakar dibakar secara tidak sempurna (gasifikasi) dengan pasokan udara primer terbatas, sehingga menghasilkan asap. Selanjutnya asap tersebut dibakar dengan aliran udara sekunder (secondary air) yang mengalir melalui lubang-lubang burner. Pada kompor UB semi gasifikasi, sebagian dari udara primer tersebut digunakan untuk pre-combustion. M&E, Vol. 9, No. 4, Desember
3 Asap tersusun atas gas-gas diantaranya adalah H 2, CO, CH 4, CO 2, SOx, NOx dan uap air. Sebagian gas-gas tersebut, yaitu hydrogen (H 2 ), karbonmonoksida (CO), dan metana (CH 4 ) adalah gas-gas yang dapat terbakar, sehingga dapat dimanfaatkan menjadi bahan bakar. Jika gas-gas tersebut tidak terbakar dan menyebar ke ruangan, maka akan sangat membahayakan. Salah satu gas berbahaya tersebut adalah karbon monoksida (CO), gas tidak berbau, tidak berwarna, tetapi mempunyai afinitas yang lebih kuat terhadap hemoglobin dibandingkan dengan oksigen (O 2 ). Jika kadar CO dalam ruangan dapur melebihi batas ambang normal, maka berpotensi menimbulkan kematian bagi yang menghirup. Dengan menggunakan kompor gasifikasi, asap-asap yang berbahaya tersebut dibakar habis sehingga gas buang tidak lagi membahayakan kesehatan. Ada bermacam cara untuk mengefisienkan pembakaran, diantaranya adalah penambahan kipas angin, namun cara ini kurang disukai masyarakat pedesaan. Cara lain adalah dengan mekanisme pre-heating dan turbulensi. Secara fisis, pembakaran akan lebih baik bila udara yang digunakan untuk membakar sudah terpanaskan terlebih dahulu, layaknya mesin kendaraan yang tenaganya bertambah setelah mesin panas. Pada kompor biomass UB, udara yang digunakan untuk gasifikasi mendapatkan pemanasan dari panas terbuang tabung bakar yang mengarah ke samping. Proses pre- heating ini bukan saja memperbaiki kualitas pembakaran, tetapi juga mampu menaikkan efisiensi, karena panas yang seharusnya terbuang, diumpankan kembali ke ruang bakar. Pada pengembangan lebih lanjut, ditemukan model pembakaran counter flow dimana aliran udara sekunder bergerak melawan arah asap. Akibatnya terjadi turbulensi sehingga asap dan udara bercampur secara sempurna. Hasil test yang dilakukan di jurusan Teknik Fisika, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada menunjukkan kompor biomass UB mempunyai efisiensi pada kisaran 40-50%, jauh lebih tinggi dari efisiensi tungku tradisional yang berada pada kisaran 5-10%, serta level emisi yang rendah sekali. Ini berarti, kompor biomass UB mampu menghemat bahan bakar hingga 80% dibandingkan dengan tungku tradisional. Gambar 3 memperlihatkan berbagai jenis kompor biomass UB yang sudah dikembangkan. UB-02 adalah yang pertama kali dikembangkan yang hanya menekankan pada pre-heating saja. UB-03 merupakan generasi berikutnya yang mengkombinasikan mekanisme pre-heating dan counter-flow. Kompor biomass UB-03-1 merupakan varian dari kompor biomass UB-03, yang didesain agar menyerupai kompor minyak tanah (Gambar 4). Untuk UB-03-1, disediakan dua jenis tabung bakar, untuk bahan bakar berukuran relatif besar dan untuk bahan bakar seukuran pellet. Kedua jenis tabung bakar tersebut berbeda dalam cara membakar bio- Gambar 3. Empat jenis kompor biomass UB: Dari kiri ke kanan, kompor biomass UB-02, UB-03, UB-03-1 dan UB-03 dengan side feeding. Kompor UB-03-1 merupakan varian UB-03 yang dibuat menyerupai kompor minyak tanah. 6 M&E, Vol. 9, No. 4, Desember 2011
4 mass. Untuk bahan bakar seukuran pellet, proses pembakaran disamping menggunakan mekanisme pre-heating dan counter-flow, juga gasifikasi terdifusi. Hasilnya adalah api yang bebas asap dan jelaga. Gambar 4. Nyala kompor biomass UB-03-1 dengan bahan bakar cangkang kelapa sawit Dibandingkan dengan kinerja kompor biomass dari belahan bumi yang lain, ternyata kompor biomass UB mampu menunjukkan kinerja yang bagus. Tabel 1 di bawah ini merangkum bandingan kinerja kompor biomass UB-02 dan UB-03, dibandingkan dengan kompor biomass manca negara. 3. KOMPOR BIOMASS UB UNTUK DESA MANDIRI ENERGI Potensi penghematan yang sangat tinggi dari kompor biomass UB memungkinkan kompor biomass UB digunakan untuk Program Desa Mandiri Energi. Dengan kebutuhan bahan bakar yang sangat sedikit, masyarakat sebenarnya dapat memenuhi kebutuhan bahan bakar dari beragam biomass disekitar mereka, seperti seperti potongan ranting, dahan, bonggol jagung, dan lain sebagainya (Gambar 5). Di samping itu, bagi sebagian masyarakat pengguna kompor minyak tanah, kompor biomass UB merupakan alternatif pengganti yang menarik. Memasak dengan kompor biomass UB tidak terlalu berbeda dengan menggunakan kompor minyak tanah. Dengan demikian, masyarakat pengguna kompor minyak tanah tidak perlu lagi membeli minyak atau gas, karena telah ada kompor alternatif dengan bahan bakar yang jauh lebih murah. Simulasi potensi penghematan yang dapat diperoleh pengguna kompor biomass UB ditampilkan dalam Tabel 2. Melalui penggunaan kompor biomass UB diharapkan dapat terwujud: a) Kemandirian dalam penyediaan energi untuk masyarakat miskin. Tabel 1. Perbandingan kinerja kompor biomass UB-02 dan UB-03, dibandingkan dengan kompor biomass dari manca negara No Jenis Kompor Kebutuhan bahan bakar untuk mendidihkan air 1 Kompor biomass UB-02 dan UB-03 2 Vesto (Schwaziland, Afrika Selatan) Mendidihkan air 6 liter membutuhkan potongan ranting kering 350 gram (UB-02). Mendidihkan air 12 liter membutuhkan 710 gram ranting kering (UB-03). Suhu ruangan 25 o C. Mendidihkan 4 liter air membutuhkan 420 gram potongan ranting kering. Suhu lingkungan waktu tes 12 o C. 3 Turbo stove Mendidihkan 4 liter air membutuhkan 600 gram potongan ranting kering. Suhu lingkungan waktu tes 12 o C Sumber : Schwarzer, K., 2003, Testing the wood stove VESTO Stove, IBEU Ingenieur Büro für Energie und Umwelttechnik, Tuchbleiche 12, Jülich M&E, Vol. 9, No. 4, Desember
5 b) Terjaganya kelestarian lingkungan/hutan, karena penebangan untuk kayu bakar dapat dihindari. c) Tereliminasi ketergantungan terhadap bahan bakar fosil. 4. ALTERNATIF SUMBER BAHAN BAKAR KOMPOR BIOMASS UB Sampah merupakan konsekuensi aktifitas manusia. Jumlah atau volume sampah Gambar 5. Berbagai bahan bakar kompor biomass UB Tabel 2. Simulasi kebutuhan bulanan pengguna bahan bakar LPG, minyak tanah dan biomass Kebutuhan Pengeluaran/ Konten No Bahan Bakar per bulan Harga (Rp) Bulan Energi (MJ/kg) (kg) (Rp) 1 LPG 46, /kg (subsidi) /kg (non-subsidi) 2 Minyak tanah 43,2 15 liter /liter Biomass padat (dengan 17,6 36 kg 300/kg (desa) kompor biomass UB-02 (potongan atau UB-03) kayu) 1.000/kg (kota) (Pellet biomass) 36 kg 1.250, M&E, Vol. 9, No. 4, Desember 2011
6 sebanding dengan tingkat konsumsi manusia terhadap barang/material yang digunakan sehari-hari. Peningkatan jumlah penduduk dan gaya hidup akan meningkatkan volume sampah yang dihasilkan. Jakarta sebagai kota metropolitan pada tahun 1985 menghasilkan sampah sejumlah m 3 per hari dan pada tahun 2000 meningkat menjadi m 3 per hari [Bapedalda, 2000]. Demikian juga dengan kotakota besar yang lain di Indonesia. Sudah jamak menjadi tabiat manusia, bahwa sesuatu hal kurang diperhatikan bila tidak ada nilai manfaat ekonominya. Demikian pula dengan sampah. Berdasarkan data BPS tahun 2000, 384 kota menimbulkan sampah sebesar ,87 ton setiap hari, penanganan sampah yang diangkut ke dan dibuang ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) adalah sebesar 4,2%, dibakar sebesar 37,6%, dibuang ke sungai 4,9% dan tidak tertangani sebesar 53,3% [BPS, 2000]. Sampah dibiarkan menggunung karena sampah dianggap tidak mempuyai manfaat ekonomi. Besarnya timbunan sampah yang tidak dapat ditangani tersebut akan menyebabkan berbagai permasalahan baik langsung maupun tidak langsung bagi penduduk kota. Dampak langsung dari penanganan sampah yang kurang bijaksana diantaranya adalah berbagai penyakit menular maupun penyakit kulit serta gangguan pernafasan, sedangkan dampak tidak langsungnya diantaranya adalah bahaya banjir yang disebabkan oleh terhambatnya arus air di sungai karena terhalang timbunan sampah yang dibuang ke sungai. Karenanya, pengelolaan sampah haruslah dengan mengemukakan manfaat bagi masyarakat sekitarnya, terutama sisi ekonominya. Selama ini pemanfaatan sampah yang sudah dilakukan adalah dengan mengubah menjadi kompos. Namun karena daya serap masyarakat terhadap kompos relatif rendah, sampah akhirnya tetap menggunung. Salah satu alternatif yang dapat dilakukan adalah mengubah sampah organik menjadi briket sampah untuk kompor biomass. Alternatif ini dapat dipandang sebagai alternatif yang paling menjanjikan, apalagi di era BBM mahal seperti ini. Dengan mengolah sampah organik menjadi briket sampah, masyarakat miskin perkotaan mendapatkan akses energi murah, karena briket dibuat dari sampah organik yang secara ekonomis tidak berharga. Bukan hanya itu saja, bila dikelola secara baik, pengolahan sampah organik menjadi briket bisa menjadi ladang usaha yang mampu membuka lapangan kerja baru. Proses pembuatan briket sampah sangat sederhana, dan dapat dilakukan baik secara individual sebagai home industry, atau secara swadaya oleh masyarakat. Berbeda dengan briket arang, pada briket biomass, tidak ada komponen sampah yang perlu dibakar sehingga tidak berpotensi polusi. Briket sampah dibuat dari sampah organik yang dihancurkan, dikeringkan dan dipadatkan, sehingga konten energinya meningkat, setara dengan kayu bakar. 5. USULAN PENGEMBANGAN Meski kompor biomass UB sangat hemat bahan bakar, dalam implementasinya ternyata banyak kendala yang harus dihadapi. Kendala utama adalah faktor kemiskinan. Sasaran utama kompor biomass adalah keluarga miskin. Dari pengalaman di lapangan selama ini, mereka adalah kelompok pengguna setia. Tetapi mereka yang justru secara finansial merupakan kelompok yang paling lemah daya belinya. Karenanya, implementasi kompor biomass UB tidak dapat dilakukan berdasarkan logika pasar bebas. Harus ada dukungan untuk mewujudkan hal tersebut oleh stake holder, baik pemerintah, swasta melalui program-program Corporate Social Responsibility (CSR), lembaga swadaya masyarakat (LSM) maupun pihak-pihak yang berkepentingan pada program-program pengentasan kemiskinan maupun Kemandirian Energi bagi rakyat miskin. M&E, Vol. 9, No. 4, Desember
7 Perlu pula digagas untuk mendekatkan jarak produsen dengan pengguna. Sejauh ini, pengguna terbesar kompor biomassa berasal dari luar Jawa. Dengan biaya transportasi yang tinggi, harga jual ke pengguna akhirnya menjadi tinggi. Karenanya, perlu peran aktif pemerintah untuk membina usaha-usaha kecil di daerah yang akan memproduksi kompor tersebut. Hal ini bisa disinergikan dengan kembali mengaktifkan pabrik-pabrik kompor minyak tanah yang kolaps karena konversi minyak tanah ke gas sejak 3 tahun silam. Disamping itu, kemudahan mendapatkan akses bahan bakar merupakan masalah lain yang harus diselesaikan, khususnya untuk masyarakat pinggiran yang sulit mendapatkan kayu bakar. Karenanya, perlu digerakkan unitunit usaha di masyarakat yang memungkinkan pengguna dapat memperoleh bahan bakar biomassa dengan harga terjangkau. Dalam konteks ini, sudah selayaknya pemerintah berperan aktif sebagai, mentor, pendorong dan fasilitator, karena untuk jenis-jenis usaha perintis seperti diatas, tingkat resikonya yang masih tinggi menjadikan bank-bank konvensional belum tertarik mengucurkan kredit. * Disusun oleh Zulkifliani, Puslitbang Teknologi Minyak dan Gas Bumi "LEMIGAS" 10 M&E, Vol. 9, No. 4, Desember 2011
BAB I PENDAHULUAN. dan kotoran ternak. Selain digunakan untuk tujuan primer bahan pangan, pakan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Biomassa adalah bahan organik yang dihasilkan melalui proses fotosintetik, baik berupa produk maupun buangan. Contoh biomassa antara lain adalah tanaman, pepohonan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hidup. Menurut kamus besar bahasa Indonesia, definisi biomassa adalah jumlah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Biomassa adalah bahan biologis yang berasal dari organisme atau makhluk hidup. Menurut kamus besar bahasa Indonesia, definisi biomassa adalah jumlah keseluruhan organisme
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diperbaharui (non renewable ). Jumlah konsumsi bahan bakar fosil baik
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Bahan bakar fosil adalah termasuk bahan bakar yang tidak dapat diperbaharui (non renewable ). Jumlah konsumsi bahan bakar fosil baik minyak bumi, gas alam, ataupun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Ketika ketergantungan manusia terhadap bahan bakar tak terbarukan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penggunaan energi di dunia meningkat pesat sejalan dengan pertumbuhan ekonomi dan pertambahan penduduk, sementara itu akses energi yang handal dan terjangkau merupakan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. semakin banyak di Indonesia. Kini sangat mudah ditemukan sebuah industri
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Waktu demi waktu kini industri baik industri rumahan maupun pabrik semakin banyak di Indonesia. Kini sangat mudah ditemukan sebuah industri meskipun letaknya dekat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dipancarkan lagi oleh bumi sebagai sinar inframerah yang panas. Sinar inframerah tersebut di
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pancaran sinar matahari yang sampai ke bumi (setelah melalui penyerapan oleh berbagai gas di atmosfer) sebagian dipantulkan dan sebagian diserap oleh bumi. Bagian yang
Lebih terperinciPEMANFATAN LIMBAH SERBUK GERGAJI ULIN DAN KAYU BIASA SEBAGAI ENERGI ALTERNATIF PENGGANTI BAHAN BAKAR MINYAK
p-issn: 2088-6991 Jurnal Tarbiyah (Jurnal Ilmiah Kependidikan) e-issn: 2548-8376 Desember 2017 PEMANFATAN LIMBAH SERBUK GERGAJI ULIN DAN KAYU BIASA SEBAGAI ENERGI ALTERNATIF PENGGANTI BAHAN BAKAR MINYAK
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang ada dibumi ini, hanya ada beberapa energi saja yang dapat digunakan. seperti energi surya dan energi angin.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penggunaan energi pada saat ini dan pada masa kedepannya sangatlah besar. Apabila energi yang digunakan ini selalu berasal dari penggunaan bahan bakar fosil tentunya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut World Health Organization (WHO) tahun 2016, 2/3 dari total penduduk negara berkembang atau 3 miliar orang mengandalkan biomassa (kayu dan sisa tanaman) untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sementara produksi energi khususnya bahan bakar minyak yang berasal dari
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertambahan jumlah penduduk, kemajuan teknologi, dan peningkatan perekonomian menyebabkan peningkatan konsumsi energi di Indonesia. Sementara produksi energi khususnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pengelolaa sampah dan penyediaan sumber daya alam adalah dua. membuat peningkatan konsumsi bahan bakar fosil dan membuat volume
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Pengelolaa sampah dan penyediaan sumber daya alam adalah dua masalah utama bagi pemerintah saat ini. Pertumbuhan penduduk membuat peningkatan konsumsi bahan bakar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kehidupan sehari-hari. Hampir setiap manusia memerlukan bahan. Sekarang ini masih banyak digunakan bakan bakar fosil atau bahan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bahan bakar merupakan sesuatu yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari. Hampir setiap manusia memerlukan bahan bakar untuk memenuhi kebutuhan dan menunjang
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN. Saat ini, bahan bakar fosil seperti minyak, batubara dan gas alam merupakan
BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Saat ini, bahan bakar fosil seperti minyak, batubara dan gas alam merupakan sumber energi utama di dunia (sekitar 80% dari penggunaan total lebih dari 400 EJ per tahun).
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini, Indonesia sedang berkembang menjadi sebuah negara industri. Sebagai suatu negara industri, tentunya Indonesia membutuhkan sumber energi yang besar. Dan saat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sehari-hari. Permasalahannya adalah, dengan tingkat konsumsi. masyarakat yang tinggi, bahan bakar tersebut lambat laun akan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahan bakar minyak (BBM) dan gas merupakan bahan bakar yang tidak dapat terlepaskan dari kehidupan masyarakat sehari-hari. Permasalahannya adalah, dengan tingkat konsumsi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sumber energi yang keberadaanya dialam terbatas dan akan habis. dalam kurun waktu tertentu, yaitu minyak bumi, gas alam, dan
1 BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Sumber energi ada yaitu sumber energi tidak terbarukan dan sumber energi terbarukan. Sumber energi tidak terbarukan adalah sumber energi yang keberadaanya dialam
Lebih terperinci2015 POTENSI PEMANFAATAN KOTORAN SAPI MENJADI BIOGAS SEBAGAI ENERGI ALTERNATIF DI DESA CIPOREAT KECAMATAN CILENGKRANG KABUPATEN BANDUNG
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Energi merupakan bagian penting dalam kehidupan manusia, karena hampir semua aktivitas manusia selalu membutuhkan energi. Sebagian besar energi yang digunakan di Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penjemuran. Tujuan dari penjemuran adalah untuk mengurangi kadar air.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada proses pengeringan pada umumnya dilakukan dengan cara penjemuran. Tujuan dari penjemuran adalah untuk mengurangi kadar air. Pengeringan dengan cara penjemuran
Lebih terperincipemanfaatannya di Indonesia ialah energi biomassa. Indonesia memiliki sumber
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Biomassa Salah satu sumber energi alternatif yang besar peluangnya untuk dikembangkan pemanfaatannya di Indonesia ialah energi biomassa. Indonesia memiliki sumber biomassa yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. energi untuk melakukan berbagai macam kegiatan seperti kegiatan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bahan bakar adalah suatu materi yang dapat dikonversi menjadi energi untuk melakukan berbagai macam kegiatan seperti kegiatan transportasi, industri pabrik, industri
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I. 1. Latar Belakang. Secara umum ketergantungan manusia akan kebutuhan bahan bakar
BAB I PENDAHULUAN I. 1. Latar Belakang Secara umum ketergantungan manusia akan kebutuhan bahan bakar yang berasal dari fosil dari tahun ke tahun semakin meningkat, sedangkan ketersediaannya semakin berkurang
Lebih terperinciPEMANFAATAN LIMBAH KAYU (BIOMASSA) UNTUK PEMBANGKIT LISTRIK. PT. Harjohn Timber. Penerima Penghargaan Energi Pratama Tahun 2011 S A R I
PEMANFAATAN LIMBAH KAYU (BIOMASSA) UNTUK PEMBANGKIT LISTRIK PT. Harjohn Timber Penerima Penghargaan Energi Pratama Tahun 2011 S A R I PT. Harjhon Timber adalah salah satu Penerima Penghargaan Energi Pratama
Lebih terperinciPENGOLAHAN DAN PEMANFAATAN SAMPAH ORGANIK MENJADI BRIKET ARANG DAN ASAP CAIR
PENGOLAHAN DAN PEMANFAATAN SAMPAH ORGANIK MENJADI BRIKET ARANG DAN ASAP CAIR Nisandi Alumni Mahasiswa Magister Sistem Teknik Fakultas Teknik UGM Konsentrasi Teknologi Pengelolaan dan Pemanfaatan Sampah
Lebih terperinciPENGARUH VARIASI JUMLAH LUBANG BURNER TERHADAP KALORI PEMBAKARAN YANG DIHASILKAN PADA KOMPOR METHANOL DENGAN VARIASI JUMLAH LUBANG 12, 16 DAN 20
TUGAS AKHIR PENGARUH VARIASI JUMLAH LUBANG BURNER TERHADAP KALORI PEMBAKARAN YANG DIHASILKAN PADA KOMPOR METHANOL DENGAN VARIASI JUMLAH LUBANG 12, 16 DAN 20 Tugas Akhir ini Disusun Guna Memperoleh Gelar
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Biomassa Guna memperoleh pengertian yang menyeluruh mengenai gasifikasi biomassa, maka diperlukan pengertian yang tepat mengenai definisi biomassa. Biomassa didefinisikan
Lebih terperinciPEMANFAATAN KOTORAN AYAM DENGAN CAMPURAN CANGKANG KARET SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIF
PEMANFAATAN KOTORAN AYAM DENGAN CAMPURAN CANGKANG KARET SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIF Dwi Irawan Jurusan Teknik Mesin Universitas Muhammadiyah Metro Jl. Ki Hajar Dewantara No. 116 Kota Metro (0725) 42445-42454
Lebih terperinciPENDAHULUAN. diperbahurui makin menipis dan akan habis pada suatu saat nanti, karena itu
PENDAHULUAN Latar Belakang Energi merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia dan saat ini konsumsi meningkat. Namun cadangan bahan bakar konvesional yang tidak dapat diperbahurui makin menipis dan akan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan energi semakin meningkat seiring dengan laju pertumbuhan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan energi semakin meningkat seiring dengan laju pertumbuhan penduduk. Sumber energi yang digunakan masih mengandalkan pada energi fosil yang merupakan sumber
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan energi gas memang sudah dilakukan sejak dahulu. Pemanfaatan energi. berjuta-juta tahun untuk proses pembentukannya.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Energi mempunyai peranan yang penting dalam kehidupan manusia. Hampir semua aktivitas manusia sangat tergantung pada energi. Berbagai alat pendukung, seperti alat penerangan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. adanya energi, manusia dapat menjalankan aktivitasnya dengan lancar. Saat
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Energi merupakan salah satu kebutuhan vital manusia karena dengan adanya energi, manusia dapat menjalankan aktivitasnya dengan lancar. Saat ini energi yang banyak
Lebih terperinciBiomas Kayu Pellet. Oleh FX Tanos
Biomas Kayu Pellet Energi Pemanas Rumah Tangga (winter) Energi Dapur Masak Energi Pembangkit Tenaga Listrik Ramah Lingkungan Karbon Neutral Menurunkan Emisi Karbon Oleh FX Tanos Pendahuluan Beberapa tahun
Lebih terperinciPEMBUATAN BRIKET BIOARANG DARI ARANG SERBUK GERGAJI KAYU JATI
PEMBUATAN BRIKET BIOARANG DARI ARANG SERBUK GERGAJI KAYU JATI Angga Yudanto (L2C605116) dan Kartika Kusumaningrum (L2C605152) Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro Jln. Prof. Sudharto,
Lebih terperinciProgram Bio Energi Perdesaan (B E P)
Program Bio Energi Perdesaan (B E P) Salah satu permasalahan nasional yang kita hadapi dan harus dipecahkan serta dicarikan jalan keluarnya pada saat ini adalah masalah energi, baik untuk keperluan rumah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Ketika konsumsi domestik bahan bakar minyak terus meningkat. sehingga membawa Indonesia sebagai net oil importet, dimana kita
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Ketika konsumsi domestik bahan bakar minyak terus meningkat sehingga membawa Indonesia sebagai net oil importet, dimana kita ketahui energi fosil merupakan energi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terus menerus akan mengakibatkan menipisnya ketersediaan bahan. konsumsi energi 7 % per tahun. Konsumsi energi Indonesia tersebut
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Bahan bakar fosil adalah termasuk bahan bakar yang tidak dapat diperbaharui (non renewable).jumlah konsumsi bahan bakar fosil baik minyak bumi, gas alam, ataupun batu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. krusial di dunia. Peningkatan pemakaian energy disebabkan oleh pertumbuhan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahan bakar (minyak, gas dan batu bara) merupakan persoalan yang krusial di dunia. Peningkatan pemakaian energy disebabkan oleh pertumbuhan populasi penduduk dan menipisnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Timbulnya kelangkaan bahan bakar minyak yang disebabkan oleh ketidakstabilan harga minyak dunia, maka pemerintah mengajak masyarakat untuk mengatasi masalah energi
Lebih terperinciINOVASI PEMANFAATAN BRINE UNTUK PENGERINGAN HASIL PERTANIAN. PT Pertamina Geothermal Energi Area Lahendong
INOVASI PEMANFAATAN BRINE UNTUK PENGERINGAN HASIL PERTANIAN PT Pertamina Geothermal Energi Area Lahendong Penerima Penghargaan Energi Pratama Tahun 2011 S A R I PT. Pertamina Geothermal Energi adalah salah
Lebih terperinciENERGI BIOMASSA, BIOGAS & BIOFUEL. Hasbullah, S.Pd, M.T.
ENERGI BIOMASSA, BIOGAS & BIOFUEL Hasbullah, S.Pd, M.T. Biomassa Biomassa : Suatu bentuk energi yang diperoleh secara langsung dari makhluk hidup (tumbuhan). Contoh : kayu, limbah pertanian, alkohol,sampah
Lebih terperinciIklim Perubahan iklim
Perubahan Iklim Pengertian Iklim adalah proses alami yang sangat rumit dan mencakup interaksi antara udara, air, dan permukaan daratan Perubahan iklim adalah perubahan pola cuaca normal di seluruh dunia
Lebih terperinciALTERNATIF KOMPOR BIOMASS DENGAN FORMULASI GETAH PINUS YANG BERNILAI EKONOMIS. Agustin Sukarsono*)
ALTERNATIF KOMPOR BIOMASS DENGAN FORMULASI GETAH PINUS YANG BERNILAI EKONOMIS Agustin Sukarsono*) ABSTRAKSI Kebutuhan energi di Indonesia dipenuhi oleh bahan bakar minyak. Untuk rumah tangga sebagian besar
Lebih terperinciSumber-Sumber Energi yang Ramah Lingkungan dan Terbarukan
Sumber-Sumber Energi yang Ramah Lingkungan dan Terbarukan Energi ramah lingkungan atau energi hijau (Inggris: green energy) adalah suatu istilah yang menjelaskan apa yang dianggap sebagai sumber energi
Lebih terperinciNASKAH PUBLIKASI KARYA ILMIAH Pengembangan Desain Alat Produksi Gas Metana Dari Pembakaran Sekam Padi Menggunakan Filter Tunggal
NASKAH PUBLIKASI KARYA ILMIAH Pengembangan Desain Alat Produksi Gas Metana Dari Pembakaran Sekam Padi Menggunakan Filter Tunggal Disusun Dan Diajukan Untuk Melengkapi Syarat-Syarat Guna Memperoleh Gelar
Lebih terperinciNASKAH PUBLIKASI KARYA ILMIAH
NASKAH PUBLIKASI KARYA ILMIAH Pengembangan Teknologi Alat Produksi Gas Metana Dari Pembakaran Sampah Organik Menggunakan Media Pemurnian Batu Kapur, Arang Batok Kelapa, Batu Zeolite Dengan Satu Tabung
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kelangsungan hidup dimasa mendatang. Jumlah penduduk yang. sangat tinggi membuat kebutuhan bahan bakar fosil semakin
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Konsumsi bahan bakar fosil dan kebutuhan sumber daya alam yang semakin meningkat adalah masalah yang penting untuk kelangsungan hidup dimasa mendatang. Jumlah penduduk
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 AREN (Arenga pinnata) Pohon aren (Arenga pinnata) merupakan pohon yang belum banyak dikenal. Banyak bagian yang bisa dimanfaatkan dari pohon ini, misalnya akar untuk obat tradisional
Lebih terperinciLAPORAN HASIL PENELITIAN PEMBUATAN BRIKET ARANG DARI LIMBAH BLOTONG PABRIK GULA DENGAN PROSES KARBONISASI SKRIPSI
LAPORAN HASIL PENELITIAN PEMBUATAN BRIKET ARANG DARI LIMBAH BLOTONG PABRIK GULA DENGAN PROSES KARBONISASI SKRIPSI OLEH : ANDY CHRISTIAN 0731010003 PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Energi listrik menjadi kebutuhan utama manusia baik sektor rumah tangga, industri, perkantoran, dan lainnya. Kebutuhan energi terus meningkat seiring dengan meningkatnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sampah selalu identik dengan barang sisa atau hasil buangan. tak berharga. Seperti sampah organik yang banyak di pedesaan, meski
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sampah selalu identik dengan barang sisa atau hasil buangan tak berharga. Seperti sampah organik yang banyak di pedesaan, meski setiap hari manusia selalu menghasilkan
Lebih terperinciRANCANG BANGUN TUNGKU PIROLISA UNTUK MEMBUAT KARBON AKTIF DENGAN BAHAN BAKU CANGKANG KELAPA SAWIT KAPASITAS 10 KG
RANCANG BANGUN TUNGKU PIROLISA UNTUK MEMBUAT KARBON AKTIF DENGAN BAHAN BAKU CANGKANG KELAPA SAWIT KAPASITAS 10 KG Idrus Abdullah Masyhur 1, Setiyono 2 1 Program Studi Teknik Mesin, Universitas Pancasila,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terkecuali Indonesia. Selain terbentuk dari jutaan tahun yang lalu dan. penting bagi kelangsungan hidup manusia, seiring dalam
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sekarang ini pemanfaatan minyak bumi dan bahan bakar fosil banyak digunakan sebagai sumber utama energi di dunia tak terkecuali Indonesia. Selain terbentuk dari jutaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. utama yang dihadapi dunia saat ini. Pemanasan global berhubungan dengan proses. infra merah diserap oleh udara dan permukaan bumi.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemanasan global (global warming) menjadi salah satu isu lingkungan utama yang dihadapi dunia saat ini. Pemanasan global berhubungan dengan proses meningkatnya suhu
Lebih terperinciI. BAB I PENDAHULUAN
I. BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Energi merupakan sektor yang sangat penting dalam menunjang berbagai aspek di bidang ekonomi dan sosial. Seringkali energi digunakan sebagai tolok ukur kesejahteraan
Lebih terperincidiharapkan dapat membantu pemerintah dalam mengatasi ketergantungan masyarakat terhadap penggunaan bahan bakar minyak yang ketersediaannya semakin
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Saat ini zaman sudah semakin berkembang dan modern. Peradaban manusia juga ikut berkembang untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Manusia terus berpikir bagaimana
Lebih terperinciPENGEMBANGAN DISAIN TUNGKU BAHAN BAKAR KAYU RENDAH POLUSI DENGAN MENGGUNAKAN DINDING BETON SEMEN
Available online at Website http://ejournal.undip.ac.id/index.php/rotasi PENGEMBANGAN DISAIN TUNGKU BAHAN BAKAR KAYU RENDAH POLUSI DENGAN MENGGUNAKAN DINDING BETON SEMEN *Bambang Yunianto, Nazarudin Sinaga,
Lebih terperinci4.1.1 Nilai Kalor (Heating value)
4.1.1 Nilai Kalor (Heating value) Lanjutan. 4.2 ANALISA EKSPERIMEN Laju Pengurangan Massa Briket Laju Perubahan Temperatur Briket Laju Pembakaran Briket Lanjutan. 4.3 ANALISA SIMULASI KONTUR TEMPERATUR
Lebih terperinci1. Pendahuluan. *
UNJUK KERJA KOMPOR GASIFIKASI PP-PLUS BERBAHAN BAKAR LIMBAH KAYU OLAHAN Rio Sunarya, Zulfansyah*, Sri Helianti 1 Departemen Teknik Kimia, Universitas, Simpang Baru Panam, Riau, Indonesia *E-mail: zulfansyah@unri.ac.id
Lebih terperinciPROGRAM TUNGKU SEHAT HEMAT ENERGI BIOMASSA (TSHE) INDONESIA
PROGRAM TUNGKU SEHAT HEMAT ENERGI BIOMASSA (TSHE) INDONESIA Program kerja sama antara Kementrian ESDM Direktorat Jendral Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi Direktorat bioenergi - dan Bank Dunia
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Energi listrik merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Energi listrik merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam menunjang pembangunan nasional. Penyediaan energi listrik secara komersial yang telah dimanfaatkan
Lebih terperinciPENERAPAN TEKHNOLOGI PEMBUATAN BIOARANG DENGAN MEMANFAATKAN LIMBAH KOTORAN TERNAK DI PETERNAKAN SAPI POTONG ZELTI FARM LUBUK MINTURUN KODYA PADANG
PENERAPAN TEKHNOLOGI PEMBUATAN BIOARANG DENGAN MEMANFAATKAN LIMBAH KOTORAN TERNAK DI PETERNAKAN SAPI POTONG ZELTI FARM LUBUK MINTURUN KODYA PADANG Ellyza Nurdin, Salam N.Aritonang, Elly Roza Fak. Peternakan
Lebih terperinciPENGEMBANGAN TEKNOLOGI TUNGKU PEMBAKARAN MENGGUNAKAN AIR HEATER TANPA SIRIP
NASKAH PUBLIKASI KARYA ILMIAH PENGEMBANGAN TEKNOLOGI TUNGKU PEMBAKARAN MENGGUNAKAN AIR HEATER TANPA SIRIP Disusun oleh : SUMARWAN NIM : D200 080 060 JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Interaksi manusia dan lingkungan hidupnya merupakan suatu proses yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Interaksi manusia dan lingkungan hidupnya merupakan suatu proses yang alami dan akan berlangsung mulai dari saat manusia dilahirkan sampai ia meninggal dunia. Interaksi
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Biomassa BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Biomassa meliputi semua bahan yang bersifat organik ( semua makhluk yang hidup atau mengalami pertumbuhan dan juga residunya ) (Elbassan dan Megard, 2004). Biomassa
Lebih terperinciPengembangan Desain dan Konstruksi Alat Produksi Gas Metana Dari Pembakaran Sampah Organik Sekam Padi
JURNAL PUBLIKASI Pengembangan Desain dan Konstruksi Alat Produksi Gas Metana Dari Pembakaran Sampah Organik Sekam Padi Disusun oleh: ARIANTO SUYATNO PUTRO D 200 090 043 JURUSAN MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS
Lebih terperinciPENGEMBANGAN TEKNOLOGI TUNGKU PEMBAKARAN DENGAN AIR HEATER TANPA SIRIP
PENGEMBANGAN TEKNOLOGI TUNGKU PEMBAKARAN DENGAN AIR HEATER TANPA SIRIP Putro S., Sumarwan Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik, Universitas Muhamadiyah Surakarta Jalan Ahmad Yani Tromol Pos I Pebelan,
Lebih terperinciRANCANG BANGUN MESIN PENYULING MINYAK ATSIRI DENGAN SISTEM UAP BERTINGKAT DIKENDALIKAN DENGAN MIKROKONTROLLER DALAM UPAYA PENINGKATAN MUTU PRODUK
PKMM-1-13-1 RANCANG BANGUN MESIN PENYULING MINYAK ATSIRI DENGAN SISTEM UAP BERTINGKAT DIKENDALIKAN DENGAN MIKROKONTROLLER DALAM UPAYA PENINGKATAN MUTU PRODUK Yuli Dwi Gunarso, Emi Susanti, Sri Nanik Sugiyarmi
Lebih terperinciKinerja Kompor Gasifikasi Turbo Stove
EL-19 Kinerja Kompor Gasifikasi Turbo Stove Darwis Damanik, Sri Helianty, Hari Rionaldo, Zulfansyah* Laboratorium Pengendalian dan Perancangan Proses Jurusan Teknik Kimia Universitas Riau Kampus Binawidya
Lebih terperincibesarnya energi panas yang dapat dimanfaatkan atau dihasilkan oleh sistem tungku tersebut. Disamping itu rancangan tungku juga akan dapat menentukan
TINJAUAN PUSTAKA A. Pengeringan Tipe Efek Rumah Kaca (ERK) Pengeringan merupakan salah satu proses pasca panen yang umum dilakukan pada berbagai produk pertanian yang ditujukan untuk menurunkan kadar air
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
PENDAHULUAN Latar Belakang Bahan bakar minyak dari bahan bakar fosil merupakan sumber energi yang dikonsumsi paling besar dibandingkan sumber energi lain. Minyak tanah merupakan salah satu sumber energi
Lebih terperinciGREEN INCINERATOR Pemusnah Sampah Kota, Industri, Medikal dsbnya Cepat, Murah, Mudah, Bersahabat, Bermanfaat
GREEN INCINERATOR Pemusnah Sampah Kota, Industri, Medikal dsbnya Cepat, Murah, Mudah, Bersahabat, Bermanfaat WASTE-TO-ENERGY Usaha penanggulangan sampah, baik dari rumah tangga/penduduk, industri, rumah
Lebih terperinciTEKNOLOGI PEMBUATAN BIOBRIKET DARI LIMBAH BAGLOG
TEKNOLOGI PEMBUATAN BIOBRIKET DARI LIMBAH BAGLOG Oleh: Masnun, S.Pt., M.Si. Widyaiswara Madya I. PENDHULUAN A. Latar Belakang Energi mempunyai peranan yan sangat penting dalam kehidupan manusia, karena
Lebih terperinciStudi Kualitas Briket dari Tandan Kosong Kelapa Sawit dengan Perekat Limbah Nasi
Jurnal Sains dan Teknologi Lingkungan ISSN: 2085-1227 Volume 5, Nomor 1, Januari 2013 Hal. 27-35 Studi Kualitas Briket dari Tandan Kosong Kelapa Sawit dengan Perekat Limbah Nasi Hijrah Purnama Putra 1)
Lebih terperinciPENGARUH LUBANG SALURAN PEMBAKARAN PADA TUNGKU GASIFIKASI SEKAM PADI
PENGARUH LUBANG SALURAN PEMBAKARAN PADA TUNGKU GASIFIKASI SEKAM PADI Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata 1 pada Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Oleh: PURNOMO D200
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tidak dapat dipungkiri bahwa minyak bumi merupakan salah satu. sumber energi utama di muka bumi salah. Konsumsi masyarakat akan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tidak dapat dipungkiri bahwa minyak bumi merupakan salah satu sumber energi utama di muka bumi salah. Konsumsi masyarakat akan bahan bakar fosil ini semakin meningkat
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN
III. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November 2011 sampai dengan bulan Januari 2012 di bengkel Mekanisasi Pertanian Jurusan Teknik Pertanian Fakultas Pertanian
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Sampah masih merupakan masalah bagi masyarakat karena perbandingan antara
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Sampah masih merupakan masalah bagi masyarakat karena perbandingan antara jumlah sampah yang dihasilkan dengan sampah yang diolah tidak seimbang. Sampah merupakan
Lebih terperinciRENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN NGAWI
1. Kondisi geologi a. Tidak berlokasi di zona holocene fault; serta b. Tidak boleh di zona bahaya geologi. 2. Kondisi hidrogeologi a. Tidak boleh mempunyai muka air tanah < 3 m; b. Keluasan tanah tidak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Biomassa merupakan sumber energi terbarukan yang berasal dari derivat ternak maupun tumbuhan (dapat ditanam ulang) dan dikenal sebagai energi hijau (Kong, 2010). Bahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan penduduk yang terus bertambah di Indonesia. menyebabkan konsumsi bahan bakar yang tidak terbarukan seperti
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Pertumbuhan penduduk yang terus bertambah di Indonesia menyebabkan konsumsi bahan bakar yang tidak terbarukan seperti minyak bumi, gas alam dan batu bara semakin meningkat,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Sampai saat ini, Indonesia masih menghadapi persoalan dalam mencapai target pembangunan bidang energi. Ketergantungan terhadap energi fosil terutama minyak bumi dalam
Lebih terperinciSOLUSI PENGHEMATAN BENSIN DENGAN PENGGUNAAN TEKNOLOGI SEDERHANA GEN TANDON SEBAGAI UPAYA MEMINIMALISIR PENYEBAB PEMANASAN GLOBAL Oleh: Benny Chandra
SOLUSI PENGHEMATAN BENSIN DENGAN PENGGUNAAN TEKNOLOGI SEDERHANA GEN TANDON SEBAGAI UPAYA MEMINIMALISIR PENYEBAB PEMANASAN GLOBAL Oleh: Benny Chandra Monacho LATAR BELAKANG Di zaman modern, dengan mobilitas
Lebih terperinciPENGEMBANGAN TEKNOLOGI TUNGKU PEMBAKARAN MENGGUNAKAN AIR HEATER YANG DIPASANG DIDINDING BELAKANG TUNGKU
NASKAH PUBLIKASI KARYA ILMIAH PENGEMBANGAN TEKNOLOGI TUNGKU PEMBAKARAN MENGGUNAKAN AIR HEATER YANG DIPASANG DIDINDING BELAKANG TUNGKU Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Menyelesaikan Program Studi Strata
Lebih terperinciPERBANDINGAN UNJUK KERJA KOMPOR METHANOL DENGAN VARIASI DIAMETER BURNER
PERBANDINGAN UNJUK KERJA KOMPOR METHANOL DENGAN VARIASI DIAMETER BURNER Subroto Program Studi Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Surakarta Jl. A. Yani Tromol Pos 1 Pabelan, Kartasura
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan terhadap energi terus meningkat untuk menopang kebutuhan hidup penduduk yang jumlahnya terus meningkat secara eksponensial. Minyak bumi merupakan salah satu
Lebih terperinciTEKNOLOGI PEMANFAATAN KOTORAN TERNAK MENJADI BIOGAS SKALA RUMAH TANGGA (Oleh: ERVAN TYAS WIDYANTO, SST.)
TEKNOLOGI PEMANFAATAN KOTORAN TERNAK MENJADI BIOGAS SKALA RUMAH TANGGA (Oleh: ERVAN TYAS WIDYANTO, SST.) PENDAHULUAN Makin mahal dan langkanya BBM, menyebabkan makin tingginya kebutuhan hidup peternak.
Lebih terperinciSEMINAR TUGAS AKHIR. Oleh : Wahyu Kusuma A Pembimbing : Ir. Sarwono, MM Ir. Ronny Dwi Noriyati, M.Kes
SEMINAR TUGAS AKHIR KAJIAN EKSPERIMENTAL TERHADAP KARAKTERISTIK PEMBAKARAN BRIKET LIMBAH AMPAS KOPI INSTAN DAN KULIT KOPI ( STUDI KASUS DI PUSAT PENELITIAN KOPI DAN KAKAO INDONESIA ) Oleh : Wahyu Kusuma
Lebih terperinciPERBANDINGAN PEMBAKARAN PIROLISIS DAN KARBONISASI PADA BIOMASSA KULIT DURIAN TERHADAP NILAI KALORI
TURBO Vol. 5 No. 1. 2016 p-issn: 2301-6663, e-issn: 2477-250X Jurnal Teknik Mesin Univ. Muhammadiyah Metro URL: http://ojs.ummetro.ac.id/index.php/turbo PERBANDINGAN PEMBAKARAN PIROLISIS DAN KARBONISASI
Lebih terperinciKOMPOR BIOMASSA UB UNTUK MENDUKUNG KEMANDIRIAN ENERGI. M. Nurhuda. Jurusan Fisika, FMIPA, Universitas Brawijaya
KOMPOR BIOMASSA UB UNTUK MENDUKUNG KEMANDIRIAN ENERGI M. Nurhuda Jurusan Fisika, FMIPA, Universitas Brawijaya mnurhuda@gmail.com S A R I Kompor biomassa UB merupakan kompor dengan konsep aliran udara alami
Lebih terperinciUNJUK KERJA TUNGKU GASIFIKASI DENGAN BAHAN BAKAR SEKAM PADI MELALUI PENGATURAN KECEPATAN UDARA PEMBAKARAN
UNJUK KERJA TUNGKU GASIFIKASI DENGAN BAHAN BAKAR SEKAM PADI MELALUI PENGATURAN KECEPATAN UDARA PEMBAKARAN Subroto, Dwi Prastiyo Teknik Mesin Universitas Muhammadiyah Surakarta Jl. A. Yani Tromol Pos 1
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. mengimpor minyak dari Timur Tengah (Antara News, 2011). Hal ini. mengakibatkan krisis energi yang sangat hebat.
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Krisis energi merupakan salah satu permasalahan yang dihadapi oleh dunia maupun Indonesia. Kementerian Riset dan Teknologi mencatat bahwa produksi minyak Nasional 0,9
Lebih terperinciANALISA KUALITAS BRIKET ARANG KULIT DURIAN DENGAN CAMPURAN KULIT PISANG PADA BERBAGAI KOMPOSISI SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIF
ANALISA KUALITAS BRIKET ARANG KULIT DURIAN DENGAN CAMPURAN KULIT PISANG PADA BERBAGAI KOMPOSISI SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIF Paisal 1), Muhammad Said Karyani. 2) 1),2) Jurusan Teknik Mesin Politeknik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari, manusia tidak bisa lepas dari kebutuhan energi. Peningkatan permintaan energi disebabkan oleh meningkatnya populasi manusia. Akibatnya,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan jumlah penduduk yang terus meningkat menyebabkan permintaan energi semakin meningkat pula. Sektor energi memiliki peran penting dalam rangka mendukung kelangsungan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sungai maupun pencemaran udara (Sunu, 2001). dan dapat menjadi media penyebaran penyakit (Agusnar, 2007).
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Berkembangnya sektor industri dan pemanfaatan teknologinya tercipta produk-produk untuk dapat mencapai sasaran peningkatan kualitas lingkungan hidup. Dengan peralatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Produksi kendaraan bermotor di negara-negara berkembang maupun di berbagai belahan dunia kian meningkat. Hal ini dipengaruhi oleh mobilitas dan pertumbuhan penduduk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dunia. Hal ini disebabkan karena manusia memerlukan daya dukung unsur unsur
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Interaksi manusia dengan lingkungan hidupnya merupakan suatu proses yang wajar dan terlaksana sejak manusia itu dilahirkan sampai ia meninggal dunia. Hal ini disebabkan
Lebih terperinciKarakteristik Pembakaran Briket Arang Tongkol Jagung
Jurnal Kompetensi Teknik Vol. 1, No. 1, November 2009 15 Karakteristik Pembakaran Briket Arang Tongkol Jagung Danang Dwi Saputro Jurusan Teknik Mesin, Universitas Negeri Semarang Abstrak : Potensi biomass
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terpenting di dalam menunjang kehidupan manusia. Aktivitas sehari-hari
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Semakin menipisnya sumber daya alam yang berasal dari sisa fosil berupa minyak bumi diakibatkan karena kebutuhan manusia yang semakin meningkat dalam penggunaan energi.
Lebih terperinciJurnal SAINS Vol.4.No.1.Januari 2015 ISSN : PERANCANGAN KOMPOR BIOMASSA YANG BEBAS POLUSI. Design of Free Pollution Biomass Stove
PERANCANGAN KOMPOR BIOMASSA YANG BEBAS POLUSI Design of Free Pollution Biomass Stove Jhonni Rahman Fakultas Teknik Universitas Islam Riau, Jl. Kaharuddin Nasution 113, Pekanbaru 28284 Riau Telp: 0761-72126
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pendapatan negara dalam hal menyediakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat. penting dilakukan untuk menekan penggunaan energi.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sektor industri merupakan sektor yang berperan dalam meningkatkan pendapatan negara dalam hal menyediakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat. Namun demikian
Lebih terperinci