BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pasal 1 Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 (Merkusiwati, 2007:100)

BAB I PENDAHULUAN. memiliki fungsi intermediasi yaitu menghimpun dana dari masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. aktivitas perbankan selalu berkaitan dengan bidang keuangan. Seperti telah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Tentang Perubahan atas Undang Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang

BAB I PENDAHULUAN. perantara keuangan (financial intermediaries), yang menyalurkan dana dari pihak

BAB I PENDAHULUAN. pensiun, penyediaan sistem pembayaran dan mekanisme transfer dana.

BAB I PENDAHULUAN. dana dalam bentuk simpanan seperti tabungan, deposito, giro, dan lain-lain dari

BAB I PENDAHULUAN. dalam sistem keuangan di Indonesia. Pengertian bank menurut Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Pembiayaan perekonomian suatu Negara membutuhkan suatu institusi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. bisnis yang berkembang dengan pesat sehingga sangat diperlukan sumber-sumber

BAB I PENDAHULUAN. mengalami kemerosotannya. Hal ini terlihat dari nilai tukar yang semakin melemah, inflasi

BAB I PENDAHULUAN. Dunia perbankan Indonesia dalam beberapa tahun terakhir ini telah. mengalami perkembangan yang cukup pesat, ini dibuktikan dengan

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk simpanan. Sedangkan lembaga keuangan non-bank lebih

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan lembaga yang memiliki peranan penting dalam. perekonomian suatu negara baik sebagai sumber permodalan maupun sebagai

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Dalam kegiatan perekonomian, dunia perbankan sangat dibutuhkan. Hal

BAB I PENDAHULUAN. dan menyalurkannya ke masyarakat dalam bentuk kredit dan bentuk-bentuk

I. PENDAHULUAN. sektor jasa keuangan pada umumnya dan pada perbankan khususnya. Pertumbuhan ekonomi dapat terwujud melalui dana perbankan atau potensi

BAB I PENDAHULUAN. didalamnya sektor usaha. Perbankan sebagai lembaga perantara (intermediate)

BAB I PENDAHULUAN. negara Indonesia memiliki peranan cukup penting. Hal ini dikarenakan sektor

BAB I PENDAHULUAN. uang giral serta sistem organisasinya. Lembaga keuangan dibagi menjadi lembaga

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. kembali dalam bentuk kredit. Artinya, bank memiliki fungsi sebagai lembaga

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan usaha tanpa adanya kepercayaan dari masyarakat. yang setia dan menguntungkan pihak bank. Dengan demikian, pihak bank

BAB I PENDAHULUAN. lembaga yang menghimpun dana (Funding) dari masyarakat yang. kembali kepada masyarakat yang kekurangan dana (Deficit unit) untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang Masalah. Indonesia sebagai salah satu negara berkembang masih mengalami gejolak-gejolak

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. dana, menyalurkan dana dan memberikan jasa bank lainnya. Perbankan juga

BAB I PENDAHULUAN. kelebihan dana dengan pihak yang memiliki kekurangan dana. Dimana kegiatan. kepada masyarakat dalam bentuk pemberian kredit.

BAB I PENDAHULUAN. lembaga keuangan seperti perbankan. Perbankan sebagai lembaga keuangan

BAB I PENDAHULUAN. kembali dana tersebut kepada masyarakat dalam bentuk kredit.

BAB I PENDAHULUAN. pengambilan keputusan. Laporan mengenai rugi laba suatu perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. rakyat (Yunan, 2009:2). Pertumbuhan ekonomi juga berhubungan dengan proses

I. PENDAHULUAN. Perbankan Indonesia bertujuan menunjang pelaksanaan pembangunan nasional

BAB I PENDAHULUAN. memiliki fungsi sebagai intermediasi yaitu menghimpun dana dari masyarakat. masyarakat yang kekurangan dana (Ismail,2010:13).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Sektor perbankan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian terdahulu yang dirujuk dalam penelitian ini, diantaranya:

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Masalah. Kebijakan moneter Bank Indonesia dilaksanakan dalam rangka mencapai

BAB I PENDAHULUAN. investasi, seperti pemberian kredit, pembelian surat-surat berhaga dan penanaman

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaaan lembaga perantara keuangan (financial intermediatery institution)

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan bank, mencakup

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dengan baik, prospek usaha yang selalu berkembang, dan dapat memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. yang tidak didukung oleh peran perbankan dalam membangun negaranya.

BAB I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Seorang investor dalam melakukan pembelian dan penjualan suatu saham

Bab I. Pendahuluan. Bank merupakan sebuah lembaga keuangan (financial institution) yang

BAB 1 PENDAHULUAN. melemahnya aktivitas bisnis secara umum yang disebabkan Global Financial

BAB I PENDAHULUAN. Industri perbankan memegang peranan penting bagi pembangunan ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan bank sebagai mitra dalam mengembangkan usahanya.

BAB I PENDAHULUAN. lembaga keuangan terbesar didunia asal Amerika Lehman Brother, kredit

BAB I PENDAHULUAN. Asia. Langkah yang ditempuh dalam menghadapi krisis moneter salah satunya

BAB I PENDAHULUAN. serta perkembangan perekonomian nasional dan internasional yang ada, bisnis

BAB I PENDAHULUAN. semua sektor perekonomian. Dengan memberikan kredit kepada sektor

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. nasional sangatlah diperlukan untuk mengejar ketertinggalan di bidang ekonomi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang (Riyadi : 2006) (Kasmir : 2011)

BAB I PENDAHULUAN. memiliki peranan penting. Menurut Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi di Indonesia dewasa ini mengalami perkembangan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perekonomian di Indonesia pada dasarnya tidak dapat dipisahkan dari

BAB I PENDAHULUAN. akuntansi. Pengukuran ini perlu diketahui pihak yang berkepentingan untuk

BAB I PENDAHULUAN. utama suatu bank adalah menghimpun dana dari masyarakat melalui simpanan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi tidak dapat dilepaskan dari sektor perbankan. Dunia

BAB 1 PENDAHULUAN. bagian yang tidak dapat dipisahkan dari pembangunan ekonomi. Bank adalah lembaga keuangan yang kegiatan utamanya adalah

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal merupakan salah satu alternatif pilihan sumber dana jangka panjang bagi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mengalami perubahan menjadi Undang Undang Nomor 10 Tahun 1998,

BAB 1 PENDAHULUAN. ini, mengalami perkembangan yang sangat cepat. Berdasarkan indikator-indikator

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sektor keuangan di Indonesia masih didominasi oleh industri perbankan

BAB I PENDAHULUAN. Industri perbankan di Indonesia saat ini mengalami perubahan dan perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. dan lainnya (Hanafi dan Halim, 2009). Sedangkan kinerja keuangan bank dapat

BAB I PENDAHULUAN. Industri perbankan memegang peranan penting dalam menunjang kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. Suatu lembaga yang meningkatkan perkembangan ekonomi negara adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bank merupakan suatu lembaga yang berperan sebagai perantara keuangan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang (Rahim dan Irpa, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan dapat memperoleh dana dengan menerbitkan saham dan dijual dipasar

BAB I PENDAHULUAN. sebagai perantara keuangan (financial intermediary) yaitu menghimpun dana dari

BAB I PENDAHULUAN. taraf hidup rakyat banyak. Perbankan sendiri merupakan perantara keuangan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perbankan memegang peranan penting dalam pertumbuhan dan stabilitas

BAB I PENADAHULUAN. satunya adalah agent of trust. Agent of trust berarti dalam kegiatan usahanya bank

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan perekonomian melalui fungsinya sebagai intermediary service, stabilitas ekonomi di lain pihak.

BAB V PENUTUP. terhadap profitabilitas perbankan yang listed di Bursa Efek Indonesia pada

I. PENDAHULUAN. Sistem keuangan terdiri dari lembaga keuangan, pasar keuangan, serta

BAB I PENDAHULUAN. 7 tahun 1992 tentang Perbankan, yang secara eksplisit menetapkan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. suatu badan usaha terus-menerus memperoleh laba, ini berarti kelangsungan hidup

BAB I PENDAHULUAN. Industri perbankan memegang peranan penting dalam menunjang kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. baik secara langsung maupun tidak langsung. Banyaknya sektor yang tergantung

BAB I PENDAHULUAN. Dalam UU No.10 tahun 1998 dikatakan bahwa bank adalah badan usaha. yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan tersebut baik perusahaan dagang, jasa, maupun manufaktur.

BAB 1 PENDAHULUAN. ekonomi sebagai financial intermediary atau perantara pihak yang kelebihan dana

BAB I PENDAHULUAN. penunjang pembangunan ekonomi. Kepercayaan masyarakat terhadap bank

BAB I PENDAHULUAN. penyelenggara transaksi pembayaran, serta alat transmisi kebijakan moneter. Landasan hukum

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian mengenai pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR), Non. membutuhkan kajian teori sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. dana, menyalurkan dana dan memberikan jasa bank lainnya. Kegiatan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Saat ini banyak orang berlomba untuk berinvestasi. Baik itu dari kalangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bank dalam menjalankan usahanya menghimpun dana dari masyarakat

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Berdasarkan data yang tersedia di idx, jumlah perusahaan yang tercatat sampai dengan bulan Januari 2016 adalah sejumlah 523 emiten (www.idx.co.id). Dari 523 perusahaan yang terdaftar di BEI terdiri dari tiga sektor usaha yakni sektor manufaktur, sektor utama (sumber daya alam), dan sektor jasa. Salah satu sektor yang ada di BEI adalah sektor keuangan yang merupakan sektor sekunder dari sektor jasa membawahi 5 subsektor yaitu sektor perbankan, sektor asuransi, sektor lembaga pembiayaan, sektor perusahaan efek, dan sektor lainnya. Bank Indonesia selaku bank sentral menjelaskan bahwa usaha perbankan setidaknya meliputi tiga kegiatan utama, yaitu: 1. Menghimpun dana. 2. Menyalurkan dana. 3. Memberikan jasa bank lainnya. Dana yang diterima dan dikelola oleh bank dari nasabahnya merupakan simpanan yang sifatnya jangka pendek atau dengan kata lain simpanan tersebut dapat diambil kapan saja oleh nasabah, namun industri perbankan merupakan sektor industri yang paling mendominasi industri jasa keuangan di Indonesia meskipun pertumbuhannya melambat jika dibandingkan dengan semester sebelumnya (www.kemenkeu.go.id). Industri perbankan yang merupakan subsektor dari sektor keuangan yang terdaftar di BEI sampai dengan tahun 2015 terdiri dari 118 emiten yang mencakup lima jenis bank, antara lain bank umum, bank devisa, bank non devisa, kantor cabang bank asing, dan bank campuran (www.ojk.go.id). Jumlah tersebut terbilang cukup besar dari jumlah 523 emiten yang terdaftar. Namun, penelitian ini berfokus pada perbankan persero atau perbankan yang sahamnya juga dimiliki oleh pemerintah. Alasan penulis memilih perbankan BUMN pada penelitian ini karena perbankan BUMN merupakan sumber utama yang menyediakan dana untuk pembiayaan infrastruktur yang hendak dijalankan oleh perusahaan milik 1

pemerintah seperti perusahaan listrik milik negara, selain itu keempat bank BUMN memasuki peringkat 10 bank dengan aset terbesar dengan bank Mandiri sebagai peringkat pertama dan sebagai perbankan terpopuler dikalangan masyarakat (www.bisniskeuangan.kompas.com). Perbankan persero (perbankan BUMN) tersebut terdiri dari 4 bank yaitu bank BNI, bank BRI, bank Mandiri, dan Bank BTN yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama tahun 2011 sampai dengan 2015. 1.2 Latar Belakang Penelitian Perbankan Indonesia dalam menjalankan fungsinya berasaskan prinsip kehatihatian. Fungsi utama perbankan Indonesia adalah sebagai penghimpun dan penyalur dana masyarakat serta bertujuan untuk menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya, pertumbuhan ekonomi dan stabilitas nasional, kearah peningkatan taraf hidup rakyat banyak. Berdasarkan undang-undang, struktur perbankan di Indonesia, terdiri atas bank umum dan BPR (www.ojk.go.id). Menurut UU Nomor 10 tahun 1998 tentang perbankan, bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Namun, Bank Indonesia menetapkan ketentuan batas maksimum jumlah pemberian kredit yang dilakukan oleh bank yaitu tidak boleh melebihi 30% dari jumlah modal bank. Perbankan turut berpartisipasi dalam menggerakan roda perekonomian suatu negara (Malahayati dan Sukmawati, 2015). Berdasarkan pernyataan tersebut, dapat diketahui bahwa bank turut serta membantu masyarakat maupun korporasi yang kekurangan dana untuk ekspansi usahanya melalui dana yang diterimanya dari pihak-pihak yang kelebihan dana. Dengan terbantunya masyarakat maupun korporasi, maka mereka dapat menjalankan aktivitasnya sehingga dari aktivitas yang dilakukan tersebut dapat tercipta kemajuan industri maupun lapangan pekerjaan yang dapat menggerakkan perekonomian di suatu negara. 2

Giro Tabungan Deposito Giro Tabungan Deposito Giro Tabungan Deposito Giro Tabungan Deposito Giro Tabungan Deposito Dalam menghimpun dana dari masyarakat, bank menawarkan simpanan giro, simpanan tabungan, dan simpanan deposito, sedangkan dalam menyalurkan dana ke masyarakat, bank memberikannya dalam bentuk kredit investasi, kredit modal kerja, dan kredit perdagangan serta jasa-jasa bank lainnya (Kasmir, 2011:43). Berikut merupakan data jumlah dana yang dihimpun dan disalurkan melalui kredit oleh perbankan persero selama tahun 2011-2015. Grafik 1.1 Simpanan Masyarakat pada Bank Persero (dalam miliar rupiah) 700000 600000 500000 400000 300000 200000 100000 0 2011 2012 2013 2014 2015 Sumber: Laporan Keuangan 2011-2015 dari www.idx.co.id (data diolah penulis) Grafik diatas menunjukkan bahwa jumlah dana pihak ketiga yang terdiri dari giro, tabungan, dan deposito pada bank perseroan terus mengalami peningkatan disetiap tahunnya. Namun, komposisi terbesar dari dana pihak ketiga adalah pada tabungan dan deposito. Peningkatan dana pihak ketiga yang diserahkan oleh masyarakat kepada bank disebabkan karena masyarakat semakin percaya untuk menyimpan dananya agar dapat dikelola oleh bank. Selain itu, untuk deposito sendiri yang umumnya memiliki suku bunga yang jauh lebih besar daripada giro maupun tabungan tetap mengalami peningkatan pada tahun 2014 yang cukup pesat jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Hal ini mungkin karena bank memberikan penawaran yang mampu menarik minat masyarakat dalam menyimpan dananya di bank. 3

Melalui dana yang bersumber dari dana pihak ketiga, bank menyalurkannya melalui kredit kepada masyarakat maupun korporasi. Berikut disajikan pergerakan jumlah kredit yang berhasil disalurkan oleh bank selama tahun 2011 sampai dengan tahun 2015. Grafik 1.2 Penyaluran Kredit pada Bank Persero (dalam miliar rupiah) 1,800,000 1,600,000 1,400,000 1,200,000 1,000,000 800,000 600,000 400,000 200,000 0 Des 2011 Des 2012 Des 2013 Des 2014 Des 2015 Kredit Disalurkan 821,596 975,897 1,212,868 1,369,597 1,604,993 Pertumbuhan Kredit 17.71% 15.81% 19.54% 11.44% 14.66% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% Sumber: Laporan Keuangan 2011-2015 dari www.idx.co.id (data diolah penulis) Berdasarkan grafik tersebut, dapat dilihat bahwa pinjaman yang disalurkan oleh perbankan persero kepada debiturnya terus meningkat setiap tahunnya, hal ini menunjukkan bahwa kebutuhan masyarakat maupun korporasi akan dana tambahan juga semakin meningkat. Dengan mengajukan kredit, dana yang didapatkan dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan baik pribadi maupun tambahan untuk ekspansi usaha pada korporasi. Meskipun secara keseluruhan pergerakan kredit yang disalurkan bank BUMN mengalami peningkatan, namun peningkatan tersebut cenderung melambat terutama pada tahun 2014 hanya tumbuh sebesar Rp. 156.729 miliar atau 11,44% dibandingkan tahun sebelumnya yang tumbuh sebesar Rp. 236.971 miliar atau 19,54%. Pertumbuhan kredit pada tahun 2014 tersebut berada di bawah target yang telah ditetapkan yaitu sebesar 15% - 17%. Pada tahun 2015 kembali terjadi peningkatan terhadap penyaluran kredit yang disalurkan, namun peningkatannya belum mampu melebihi peningkatan yang terjadi pada tahun 2013. Menurut info yang diumumkan di website resmi Bank Indonesia, perlambatan 4

pertumbuhan kredit disebabkan karena rendahnya permintaan pembiayaan dari nasabah, kenaikan suku bunga, dan meningkatnya risiko pemberian kredit (www.bi.go.id). Rendahnya permintaan pembiayaan dari nasabah tersebut terjadi karena melemahnya perekonomian di Indonesia yang dipengaruhi oleh melemahnya ekonomi global sehingga menyebabkan minat konsumsi masyarakat ke berbagai sektor menjadi melemah. Selain itu, peningkatan risiko pemberian kredit juga ditunjukkan oleh meningkatnya jumlah kredit yang bermasalah yang terlihat pada rasio NPL bank BRI yang meningkat sebesar 0,14% dari 1,55%. Jika diperhatikan pada masing-masing bank, tidak semua bank BUMN mengalami peningkatan penyaluran kredit yang diikuti oleh peningkatan sumber dana dari masyarakat, bahkan jumlah kredit yang disalurkan oleh bank BUMN melebihi dari jumlah dana yang diterima dari masyarakat. Bank BUMN kemungkinan dapat menyalurkan kredit melebihi jumlah dana yang diterimanya dari masyarakat melalui sumber dana lain yaitu dari dana pihak kesatu (modal bank dan pemegang saham) atau dana pihak kedua (pinjaman dari bank lain). Melalui aktivitas penghimpunan dana maupun penyaluran kredit, agar bank memperoleh pendapatan, perlu ditentukan tingkat suku bunga kredit (Hasanudin dan Prihatiningsih, 2010). Menurut Mahardika (2015:68), harga yang harus dibayarkan oleh bank karena meminjam dana dari masyarakat tercermin pada bunga simpanan yang harus dibayar oleh bank, sedangkan harga yang harus dibayar oleh debitur karena meminjam dana dari bank tercermin pada bunga kredit yang harus dibayar oleh debitur. Dalam mengambil keputusan mengenai kebijakan kredit, perbankan menganalisis faktor eksternal yaitu BI rate (Putra dan Rustariyuni, 2015). Menurut Bank Indonesia, BI rate adalah suku bunga kebijakan yang mencerminkan sikap atau stance kebijakan moneter yang ditetapkan oleh bank Indonesia dan diumumkan kepada publik. Pergerakan yang terjadi pada BI rate diharapkan akan mempengaruhi pergerakan suku bunga deposito yang kemudian diikuti dengan suku bunga kredit. Semakin rendah suku bunga BI rate maka semakin menambah jumlah penyaluran kredit pada bank umum (Sari, 2013). Pergerakan BI rate dan suku bunga perbankan selama 2011 sampai dengan 2015 adalah sebagai berikut. 5

Tabel 1.1 Pergerakan BI Rate dan Suku Bunga Dasar Kredit Bank Persero Tahun Suku Bunga Dasar Kredit Bank Persero BI Rate Modal Kerja Investasi Konsumsi 2011 6,00 12,37 10,39 12,91 2012 5,75 11,83 9,92 11,94 2013 7,50 11,94 10,84 11,88 2014 7,75 12,50 11,47 12,56 2015 7,50 12,59 11,45 12,99 Sumber: www.bi.go.id (data diolah penulis) Dari tabel yang disajikan diatas, posisi BI rate maupun suku bunga adalah pada akhir tahun yaitu bulan Desember. BI rate ditetapkan atas dasar pertimbangan dari bank sentral, yakni Bank Indonesia, sedangkan tingkat suku bunga dasar kredit merupakan hasil perhitungan dari 3 komponen, yaitu harga pokok dana untuk kredit; biaya overhead yang dikeluarkan bank dalam proses pemberian kredit; dan marjin keuntungan yang ditetapkan untuk aktivitas perkreditan. Suku bunga yang ditetapkan oleh bank merupakan hasil penjumlahan antara perhitungan SBDK dengan premi risiko yang merepresentasikan penilaian bank terhadap prospek pelunasan kredit oleh calon debitur (Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 13/5/DPNP tanggal 8 Februari 2011). Selama tahun 2011, pergerakan BI rate sangat fluktuatif sampai akhirnya mencapai penurunan sebesar 25 basis poin (0,25%) yang ditunjukkan pada posisi tahun 2012. Namun pada tahun 2013 terlihat lonjakan yang cukup tinggi yaitu meningkat sebesar 175 basis poin menjadi 7,50%. Peningkatan tersebut juga terus terjadi sampai pada tahun berikutnya pada posisi 7,75%, tetapi hingga 2015, posisi terakhir BI rate turun sekitar 25 basis poin dari posisi tahun 2014 menjadi 7,50% yang disebabkan karena inflasi dan ekonomi di Indonesia berada pada kondisi yang terkendali (www.bisnis.liputan6.com). Kenaikan dan penurunan yang terjadi pada BI rate dalam basis poin dapat diartikan bahwa Bank Indonesia menginginkan adanya perubahan terhadap jumlah uang yang beredar maupun perekonomian agar selalu berada dalam kondisi yang stabil. Dalam menjalankan kegiatannya seperti yang telah dipaparkan diatas, terdapat biaya yang banyak dikeluarkan oleh bank yaitu biaya untuk membayar bunga 6

kepada deposan, sedangkan pendapatan bank sendiri banyak dihasilkan dari pendapatan bunga yang asalnya dari penyaluran kredit (Malahayati dan Sukmawati, 2015). Menurut Mahardika (2015:110) terdapat rasio BOPO yang merupakan perbandingan antara biaya operasional yang ditanggung bank dengan pendapatan operasional yang diperoleh oleh bank. Semakin kecil rasio ini berarti bank tersebut semakin efisien menjalankan kegiatan operasionalnya sehingga kemungkinan bank yang bersangkutan dalam kondisi bermasalah semakin kecil (Febrianto dan Muid, 2013). Berikut ini dilampirkan kondisi biaya operasional dan pendapatan operasional dari perbankan persero selama periode 2011 sampai dengan 2015. Tabel 1.2 Biaya Operasional dan Pendapatan Operasional Perbankan Persero (dalam jutaan rupiah) Tahun Biaya Operasional Bank BNI Bank BRI Bank BTN Bank Mandiri 2011 18.629.984 30.822.899 5.295.980 32.266.058 2012 19.984.628 32.617.687 7.305.321 33.932.878 2013 21.965.115 37.735.591 8.978.596 38.933.203 2014 27.092.015 50.340.117 11.384.041 48.879.869 2015 27.844.783 58.429.966 12.645.320 54.961.567 Tahun Pendapatan Operasional Bank BNI Bank BRI Bank BTN Bank Mandiri 2011 28.293.271 53.940.323 8.068.121 49.498.370 2012 31.150.328 58.000.153 9.390.073 54.448.264 2013 35.891.612 67.809.543 11.546.860 64.895.479 2014 44.080.298 84.421.353 13.702.148 77.325.757 2015 45.767.461 97.843.078 16.072.735 89.948.805 Sumber: Laporan Keuangan 2011-2015 dari www.idx.co.id (data diolah penulis) Dilihat kondisi biaya operasional dan pendapatan operasional masing-masing perbankan persero menunjukkan peningkatan setiap tahunnya. Dari keempat bank, Bank BTN merupakan satu-satunya bank yang memiliki selisih antara biaya dan pendapatan yang sangat tipis. Hal ini menunjukkan bahwa bank BTN kurang memaksimalkan penggunaan sumber dayanya dalam melakukan aktivitas perbankan. Bank Indonesia telah menetapkan suatu batasan bahwa perbankan hanya dapat menyalurkan kredit maksimal sebesar 30% dari jumlah modal yang dimiliki oleh 7

bank. Hal tersebut menyebabkan perbankan persero yang berfungsi untuk menyalurkan dana bagi pembangunan infrastruktur di negara menjadi terhambat karena kondisi dana yang dimiliki oleh perbankan persero terbatas, meskipun terjadi peningkatan penerimaan dana dari masyarakat. Sebagai jalan keluar, perbankan persero mengajukan pinjaman kepada bank China untuk dapat menerima dana yang besar untuk membantu sumber dananya dalam rangka penyaluran kredit (www.cnnindonesia.com). Namun, dikala perbankan membutuhkan dana untuk penyaluran kredit, beberapa perbankan persero justru menyalurkan kredit bahkan melebihi jumlah dana yang diterima dari nasabahnya. Pernyataan tersebut diperkuat dengan data sebagai berikut. Tabel 1.3 Fenomena Perbankan Persero (dalam jutaan rupiah) Tahun Dana Pihak Ketiga (DPK) Bank BNI Bank BRI Bank BTN Bank Mandiri 2011 230.936.815 337.559.207 32.209.533 332.001.762 2012 257.311.801 376.898.760 40.498.114 394.749.940 2013 241.851.245 490.486.513 46.468.185 454.310.401 2014 261.259.403 605.610.330 51.085.907 530.116.067 2015 302.560.683 553.833.614 66.393.639 545.480.861 Tahun BI Rate Suku Bunga Dasar Kredit (SBDK) Modal Kerja Investasi Konsumsi 2011 6% 12,37% 10,39% 12,91% 2012 5,75% 11,70% 10,08% 12,34% 2013 7,50% 11,94% 10,84% 11,88% 2014 7,75% 12,50% 11,47% 12,56% 2015 7,50% 12,59% 11,45% 12,99% Tahun Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO) Bank BNI Bank BRI Bank BTN Bank Mandiri 2011 0,66 0,57 0,66 0,65 2012 0,64 0,56 0,78 0,62 2013 0,61 0,56 0,78 0,6 2014 0,61 0,6 0,83 0,63 2015 0,61 0.6 0.79 0,61 (bersambung) 8

(sambungan) Tahun Penyaluran Kredit Bank BNI Bank BRI Bank BTN Bank Mandiri 2011 163.533.423 285.406.257 59.337.756 311.093.306 2012 200.742.305 350.758.262 75.410.705 384.581.706 2013 250.637.843 434.316.466 92.386.308 467.170.449 2014 277.622.281 495.097.288 106.271.277 523.101.817 2015 326.105.149 564.480.538 127.732.158 586.675.437 Sumber: Laporan Keuangan 2011-2014 dan www.bi.go.id (data diolah penulis) Terdapat alasan mengapa penulis memfokuskan untuk meneliti variabel dana pihak ketiga, BI rate, biaya operasional pendapatan operasional dan pengaruhnya terhadap penyaluran kredit. Dana pihak ketiga merupakan sumber utama dana bank yang diterima dari masyarakat dan disalurkan kembali kepada masyarakat. Kondisi dana pihak ketiga yang meningkat seharusnya diikuti dengan meningkatnya jumlah kredit yang mampu disalurkan oleh bank, namun pada data yang telah diuraikan, peningkatan jumlah dana pihak ketiga tidak sebanding dengan kondisi penyaluran kredit yang terus meningkat hingga melebihi jumlah dana pihak ketiga yang diterima oleh bank. Selain itu, pergerakan BI rate hendaknya mempengaruhi pergerakan suku bunga kredit yang akan ditetapkan untuk nasabah, sehingga apabila BI rate mengalami peningkatan, maka suku bunga kredit pun akan ikut mengalami peningkatan. Namun, kondisi tersebut tidak mempengaruhi minat masyarakat untuk melakukan pinjaman kepada bank dimana kondisi yang seharusnya terjadi adalah minat masyarakat untuk meminjam akan menurun dan minat masyarakat untuk menabung akan meningkat. Untuk variabel biaya operasional pendapatan operasional yang menunjukkan efisiensi bank dalam melakukan operasinya, kenaikan dan penurunan rasio tersebut tidak mempengaruhi minat masyarakat untuk meminjam uang yang terlihat dari jumlah kredit yang disalurkan oleh bank dimana kondisi yang seharusnya terjadi adalah jika rasio bopo mengalami peningkatan, berarti bank masih belum melakukan operasinya dalam menyalurkan kredit dengan baik. Namun pada kasus ini, jumlah kredit yang meningkat yang berarti bank telah menjalankan operasinya dengan baik, tidak diikuti dengan membaiknya kondisi rasio biaya operasional pendapatan 9

operasional. Berdasarkan alasan yang telah diuraikan, penulis merasa tertarik untuk meneliti variabel-variabel tersebut. Penjelasan lebih rinci atas fenomena tersebut adalah sebagai berikut. Pada data dana pihak ketiga yang merupakan sumber utama perbankan untuk dapat menyalurkan kredit terlihat bahwa masing-masing bank selalu menerima jumlah DPK yang cenderung meningkat setiap tahunnya kecuali pada bank BNI dimana saat tahun 2013 mengalami penurunan dari tahun sebelumnya sebesar Rp. 15.460.556,-. Jika diperhatikan, hanya bank BRI yang jumlah penyaluran kreditnya tidak melebihi jumlah DPK yang diterima. Pada kenyataannya, Bank Indonesia menetapkan batas atas LFR (Loan to Funding Ratio) yaitu sebesar 94% yang artinya perbankan hanya dapat menyalurkan kreditnya maksimum sebesar 94% dari jumlah dana pihak ketiga yang diterimanya demi menjaga likuiditas bank tersebut (Peraturan Bank Indonesia No. 17/11/PBI/2015). Namun, pada bank BNI di tahun 2013 dan 2014 menyalurkan kredit yang jumlahnya melebihi jumlah DPK. Hal yang sama juga terjadi pada tahun 2013 di bank Mandiri, pada data yang tersedia, selama tahun 2011-2015 kredit yang disalurkan oleh bank mandiri sesuai dengan apa yang bank Mandiri dapatkan melalui DPK. Bank BTN setiap tahunnya selalu menyalurkan jumlah kredit yang melebihi jumlah DPK, hal ini menunjukkan bahwa komposisi terbesar dalam simpanan nasabah bank BTN bukanlah berasal dari dana pihak ketiga. Kondisi BI rate yang terlihat fluktuatif diikuti dengan kondisi suku bunga dasar kredit (SBDK), namun pergerakan dari tarif tersebut tidak mempengaruhi jumlah kredit yang disalurkan perbankan dimana sewajarnya jika suku bunga naik maka debitur cenderung enggan untuk meminjam uang dari bank dan hal tersebut berbanding terbalik dengan keinginan nasabah untuk menyimpan uangnya di bank. Namun pada kasus diatas, BI rate sempat mengalami peningkatan yang cukup tajam dari tahun 2012 ke tahun 2013 dan diikuti oleh peningkatan kembali di tahun 2014, kondisi yang terjadi pada masa itu adalah bank BNI mengalami penurunan jumlah dana pihak ketiga yang diterimanya, sedangkan jumlah kredit yang mampu disalurkan oleh perbankan persero tersebut justru meningkat. Kondisi ini 10

berbanding terbalik dengan apa yang seharusnya terjadi jika peningkatan pada BI rate terjadi. Dilihat pada rasio BOPO, untuk masing-masing bank pada tahun 2014 selalu terjadi peningkatan yang menunjukkan bahwa bank tidak efisien dalam menggunakan sumber dayanya pada tahun terkait. Namun, jika rasio BOPO dibandingkan dengan jumlah kredit yang disalurkan, sesungguhnya bank telah menyalurkan kreditnya dengan baik atau dengan kata lain, sumber daya dari bank tersebut telah dimanfaatkan dengan cukup efisien. Pada bank BTN, peningkatan rasio BOPO terus terjadi setiap tahun sebesar 0,12 pada tahun 2012 dan 0,05 pada tahun 2014. Namun, pada tahun 2015 bank BTN berhasil membuat rasio BOPO nya menurun. kondisi rasio BOPO bank BTN yang cenderung meningkat tidak menunjukkan terganggunya aktivitas penyaluran kredit yang dilakukannya. Namun, hal tersebut tidak berarti bahwa bank BTN tidak dalam kondisi yang bermasalah dalam hal menjalankan operasinya karena rasio BOPO dari bank BTN menunjukkan ketidakefisienan bank BTN dalam memanfaatkan sumber dayanya. Penelitian ini meneliti variabel dana pihak ketiga, BI rate, dan BOPO dalam pengaruhnya terhadap penyaluran kredit perbankan. Dana pihak ketiga merupakan sumber dana terpenting dan ukuran keberhasilan bank bagi kegiatan operasi bank. Sehingga besar kecilnya dana pihak ketiga yang dapat dicapai oleh perbankan maka itu dapat mempengaruhi besar kecilnya kredit yang akan disalurkan (Putra dan Rustariyuni, 2015). Menurut Sari (2013), dana pihak ketiga berpengaruh positif terhadap penyaluran kredit pada perbankan, sedangkan Malede (2014) menyatakan bahwa simpanan nasabah berpengaruh negatif terhadap penyaluran kredit. BI rate merupakan tingkat suku bunga yang ditetapkan Bank Indonesia yang akan mempengaruhi tingkat suku bunga simpanan dan suku bunga kredit perbankan (Mahardika, 2015:117). Meningkatnya BI rate akan mengakibatkan suku bunga kredit pada bank akan meningkat, sehingga keinginan masyarakat dalam meminjam uang akan berkurang (Putra dan Rustariyuni, 2015). Hasil penelitian Sari (2013) menyatakan bahwa BI rate berpengaruh positif terhadap penyaluran kredit. Namun, hasil penelitian Putra dan Wirathi (2014) menunjukkan pengaruh yang negatif dan signifikan antara BI rate terhadap penyaluran kredit. 11

BOPO merupakan sebuah rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi kinerja operasional perbankan dimana semakin kecil rasio ini menunjukkan bahwa bank tersebut semakin efisien dalam mengeluarkan biaya guna mendapatkan pendapatan (Malahayati dan Sukmawati, 2015). Hasil penelitian Febrianto dan Muid (2013) menyatakan bahwa BOPO tidak berpengaruh signifikan terhadap penyaluran kredit, sedangkan pendapat yang berlawanan dikatakan oleh Aljufri, Oemar, dan Onasis (2015) yang mengatakan bahwa BOPO berpengaruh positif terhadap jumlah kredit yang diberikan oleh bank. Berdasarkan fenomena yang telah dipaparkan diatas serta hasil penelitian yang belum konsisten mengenai variabel dana pihak ketiga, BI rate, BOPO, dan penyaluran kredit, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Dana Pihak Ketiga, BI Rate, dan Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO) terhadap Penyaluran Kredit Perbankan pada Perbankan Persero yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. 1.3 Perumusan Masalah Seperti yang telah disampaikan sebelumnya, penghimpunan dana dan penyaluran atas dana tersebut merupakan aktivitas utama dari sebuah bank. Bank menetapkan suku bunga atas aktivitas utamanya tersebut yang persentasenya disesuaikan dengan ketetapan bank sentral melalui BI rate. Suku bunga pada sisi penghimpunan dana (funding) harus lebih kecil daripada suku bunga pada sisi penyaluran dana (lending) agar bank berada pada kondisi laba karena biaya yang dikeluarkan akan lebih kecil daripada pendapatan yang dapat didapatkan oleh bank. Tujuan dari masyarakat maupun suatu perusahaan melakukan pinjaman adalah untuk mendapatkan dana yang dibutuhkannya untuk ekspansi usaha. Kemampuan suatu bank dalam memberikan kredit kepada debiturnya tergantung pada seberapa banyak modal yang dimiliki oleh bank tersebut. Terdapat beberapa faktor baik dari internal maupun eksternal dari bank yang dapat mempengaruhi jumlah kredit yang dapat disalurkannya, yakni dana pihak ketiga (tabungan, deposito, dan giro), biaya operasional pendapatan operasional, dan BI rate. Semakin besar jumlah dana yang dapat dihimpun oleh suatu bank, 12

maka kredit yang dapat disalurkan cenderung lebih besar. Hal tersebut karena kredit yang dapat diberikan berasal dari dana yang dapat dihimpun oleh bank dari masyarakat. Namun, berdasarkan apa yang telah disampaikan sebelumnya, jumlah dana yang dihimpun dari masyarakat tidak selalu berarti bahwa bank akan menyalurkan dalam jumlah yang lebih kecil dari apa yang bank terima, terkadang ada suatu kondisi dimana bank menyalurkan dana melebihi jumlah dana pihak ketiga yang diterimanya. BI rate yang meningkat akan menyebabkan jumlah kredit yang dapat disalurkan menurun karena perusahaan akan dikenakan bunga yang meningkat untuk mendapatkan pinjaman dari bank. Namun, peningkatan BI rate juga tidak selalu membuat perusahaan enggan melakukan pinjaman ke bank sehingga bank tetap dapat menyalurkan kredit dalam jumlah yang meningkat. Hal yang sama juga terjadi pada BOPO, semakin rendah BOPO berarti bahwa bank telah menyalurkan kreditnya dengan baik melalui suku bunga yang menyebabkannya pada kondsi laba. Namun, apabila BOPO mengalami peningkatan, bukan berarti bank tidak dapat menyalurkan kreditnya melalui suku bunga yang membuatnya berada pada kondisi laba, tetapi dapat berarti bahwa bank belum memanfaatkan sumber dayanya secara efisien. 1.4 Pertanyaan Penelitian Berdasarkan uraian latar belakang dan perumusan masalah, maka pertanyaan penelitian ini adalah: 1. Bagaimanakah dana pihak ketiga, BI rate, BOPO, dan penyaluran kredit pada perbankan persero yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2011-2015? 2. Apakah dana pihak ketiga, BI rate, dan BOPO berpengaruh secara simultan terhadap penyaluran kredit pada perbankan persero yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2011-2015? 3. Apakah terdapat pengaruh secara parsial dari: a) Apakah dana pihak ketiga berpengaruh secara parsial terhadap penyaluran kredit pada perbankan persero yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2011-2015? 13

b) Apakah BI rate berpengaruh secara parsial terhadap penyaluran kredit pada perbankan persero yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2011-2015? c) Apakah BOPO berpengaruh secara parsial terhadap penyaluran kredit pada perbankan persero yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2011-2015? 1.5 Tujuan Penelitian Berdasarkan uraian latar belakang dan perumusan masalah, maka tujuan dilakukannya penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui bagaimana dana pihak ketiga, BI rate, BOPO, dan penyaluran kredit pada perbankan persero yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2011-2015. 2. Untuk mengetahui pengaruh dana pihak ketiga, BI rate, dan BOPO terhadap penyaluran kredit pada perbankan persero yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2011-2015. 3. Untuk mengetahui pengaruh secara parsial dari: a) Untuk mengetahui pengaruh dana pihak ketiga terhadap penyaluran kredit pada perbankan persero yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2011-2015. b) Untuk mengetahui pengaruh BI rate terhadap penyaluran kredit pada perbankan persero yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2011-2015. c) Untuk mengetahui pengaruh BOPO terhadap penyaluran kredit pada perbankan persero yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2011-2015. 1.6 Manfaat Penelitian Hasil dari penelitian mengenai pengaruh dana pihak ketiga, BI rate dan biaya operasional pendapatan operasional (BOPO) terhadap penyaluran kredit perbankan ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Sebagai referensi bagi penelitian selanjutnya yang membahas mengenai penyaluran kredit pada perbankan persero yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. 14

2. Sebagai informasi tambahan bagi pihak manajemen perbankan yang dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan atau rekomendasi dalam menentukan kebijakan yang mempengaruhi tingkat penyaluran kredit perbankan kepada masyarakat maupun korporasi. 3. Sebagai bahan perbandingan bagi peneliti selanjutnya yang ingin melakukan penelitian dengan topik dan variabel yang sejenis. 1.7 Ruang Lingkup Penelitian Dengan tujuan mempermudah penulis dalam menyusun tugas akhir, maka perlu dibuat suatu batasan masalah. Adapun ruang lingkup penelitian yang akan dibahas dalam penelitian ini yaitu: 1. Penelitian ini membahas mengenai faktor-faktor apa saja yang memiliki pengaruh terhadap penyaluran kredit perbankan. Penelitian ini dikhususkan untuk meneliti mengenai pengaruh dana pihak ketiga, BI rate, dan BOPO terhadap penyaluran kredit yang dilakukan oleh bank persero. 2. Objek penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah perbankan persero yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (www.idx.co.id) dengan jangka waktu selama lima tahun terakhir yaitu tahun 2011-2015. 1.8 Sistematika Penulisan Tugas Akhir Untuk memberikan gambaran dan memudahkan pembaca dalam memahami isi dalam tugas akhir, maka penulis membaginya menjadi 5 bab, yaitu: BAB I PENDAHULUAN Bab ini berisi gambaran umum mengenai objek penelitian serta latar belakang yang menjelaskan secara singkat mengenai variabel penelitian yaitu dana pihak ketiga, BI rate, biaya operasional/pendapatan operasional, dan penyaluran kredit yang disertai fenomena yang mendukung penelitian. Selain itu, bab ini juga mencakup perumusan masalah, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, ruang lingkup penelitian dan sistematika penulisan. 15

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LINGKUP PENELITIAN Bab ini menjelaskan mengenai teori-teori yang berkaitan dengan permasalahan pada penelitian seperti teori tentang bank dan kegiatan yang dijalankan; teori tentang kredit prinsip pemberian kredit, unsur-unsur kredit, hingga jenis-jenis kredit; teori tentang sumber dana bank yang difokuskan pada dana yang bersumber dari masyarakat; teori tentang kebijakan moneter yang salah satunya adalah penetapan suku bunga oleh bank sentral; dan teori tentang rasio biaya operasional pendapatan operasional. Bab ini juga menyajikan penelitian terdahulu yang sejenis dengan penelitian, kerangka pemikiran, serta hipotesis dan ruang lingkup penelitian ini. BAB III METODE PENELITIAN Bab ini berisi penjelasan mengenai karakteristik penelitian, operasionalisasi variabel, tahapan dalam penelitian, serta populasi dan sampel penelitian. Selain itu, bab ini juga berisi tentang pengumpulan data, sumber data yang digunakan dalam penelitian dan teknik analisis data serta pengujian hipotesis penelitian. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Bab ini menjelaskan secara rinci mengenai deskripsi hasil penelitian dan pembahasan hasil penelitian. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini menguraikan tentang kesimpulan akhir dari penelitian yang dilakukan dan saran yang diberikan oleh penulis atas temuan yang ditemukan dari penelitian yang telah dilakukan. 16