BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. (Gibson, 1996). Infeksi disebabkan oleh bakteri, virus, jamur, protozoa, dan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang kaya dengan tumbuhan berkhasiat, sehingga banyak dimanfaatkan dalam bidang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ditempati oleh berbagai penyakit infeksi (Nelwan, 2006).

I. PENDAHULUAN. maupun tujuan lain atau yang dikenal dengan istilah back to nature. Bahan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit infeksi merupakan salah satu masalah dalam bidang kesehatan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tumbuhan yang memiliki bunga banyak, serta daun dari bunga bakung ini memilki

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang optimal dan untuk mengatasi berbagai penyakit secara alami.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penyakit infeksi masih sering dihadapi oleh para dokter, perawat, dan tenaga

BAB I PENDAHULUAN. seperti bakteri, virus, riketsia, jamur, dan protozoa (Gibson, 1996). Badan kesehatan

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

I. PENDAHULUAN. endemik di Indonesia (Indriani dan Suminarsih, 1997). Tumbuhan-tumbuhan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Bentuk jeruk purut bulat dengan tonjolan-tonjolan, permukaan kulitnya kasar

HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Kadar Air Ekstraksi dan Rendemen Hasil Ekstraksi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

pertumbuhan dengan Escherichia coli dan Staphylococcus aureus yang tampak pada Rf = 0, 67 dengan konsentrasi mulai 3% untuk Escherichia coli dan 2%

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I. A. Latar Belakang Masalah. baik bagi masyarakat yang tinggal di perkotaan maupun pedesaan. Tanaman obat

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

AKTIVITAS ANTIMIKROBA EKSTRAK DAUN BUNGUR (LANGERSTROEMIA SPECIOSA (L.) PERS)

ISOLASI RARE ACTINOMYCETES DARI PASIR PANTAI DEPOK DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA YANG BERPOTENSI ANTIBIOTIK TERHADAP Propionibacterium acne SKRIPSI

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Mikroorganisme dapat menyebabkan infeksi terhadap manusia. Infeksi

dan jarang ditemukan di Indonesia (RISTEK, 2007).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

minyak mimba pada konsentrasi 32% untuk bakteri Staphylococcus aureus dan Escherichia coli, 16% untuk bakteri Salmonella typhi dan 12,5% terhadap

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

ISOLASI RARE ACTINOMYCETES DARI PASIR PANTAI DEPOK YOGYAKARTA YANG BERPOTENSI MENGHASILKAN ANTIBIOTIK TERHADAP Escherichia coli MULTIRESISTEN SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini penggunaan obat tradisional masih disukai dan diminati oleh

BAB VI PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN. Untuk mengetahui efek pemberian ekstrak mengkudu terhadap daya

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit infeksi merupakan salah satu masalah dalam bidang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dunia setelah Brazil (Hitipeuw, 2011), Indonesia dikenal memiliki tanaman-tanaman

BAB 1 PENDAHULUAN. 2008). Tanaman ini sudah banyak dibudidayakan di berbagai negara dan di

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Salah satu bagian tanaman pepaya yang dapat dimanfaatkan sebagai obat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. berjuang menekan tingginya angka infeksi yang masih terjadi sampai pada saat

BAB I PENDAHULUAN. virus, bakteri, dan lain-lain yang bersifat normal maupun patogen. Di dalam

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. ekstrak kulit nanas (Ananas comosus) terhadap bakteri Porphyromonas. Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 5 HASIL PENELITIAN

BAB 1 : PENDAHULUAN. jeruk nipis (Citrus aurantifolia Swingle) memiliki aktivitas antibakteri dengan

UJI EKSTRAK DAUN BELUNTAS

HASIL DA PEMBAHASA. Kadar Air

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. penyakit menemui kesulitan akibat terjadinya resistensi mikrobia terhadap antibiotik

BAB I PENDAHULUAN. juta penduduk setiap tahun, penyebab utamanaya adalah Vibrio cholera 01,

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

menghasilkan minyak atsiri adalah bunga cengkeh yang mengandung eugenol (80-90%), eugenol asetat (2-27%), β- kariofilen (5-12%), metil salisilat,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kaktus adalah nama yang diberikan untuk anggota tumbuhan berbunga family

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu cermin dari kesehatan manusia, karena merupakan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Identifikasi Tanaman Manggis (Garcinia mangostana)

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. lumut. Tumbuhan lumut merupakan sekelompok tumbuhan non vascular yang

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi alam tropis Indonesia sangat menunjang pertumbuhan

I. PENDAHULUAN. penting dalam pemenuhan kebutuhan gizi, karena memiliki protein yang

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. (1965). Hasil determinasi tanaman. Determinasi dari suatu tanaman bertujuan untuk mengetahui kebenaran

mampu menghambat pertumbuhan bakteri.

BAB I PENDAHULUAN. tanaman berkhasiat obat sebagai salah satu upaya dalam penanggulangan masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah


BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. berbagai masalah kesehatan. Hal ini cukup menguntungkan karena bahan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi ekstrak kulit buah dan

BAB I PENDAHULUAN. (Uta, 2003). Jerawat terjadi ketika pori-pori kulit dipenuhi oleh minyak, sel kulit

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, dilaksanakan

BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. folikel rambut dan pori-pori kulit sehingga terjadi peradangan pada kulit.

BAB I PENDAHULUAN. Pemanfaatan tanaman herbal sebagai alternatif pengganti obat masih sebagian

I. PENDAHULUAN. antara lain: disebabkan oleh penyakit infeksi (28,1 %), penyakit vaskuler

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyakit infeksi merupakan salah satu masalah dalam bidang kesehatan yang terus berkembang dari waktu ke waktu. Infeksi merupakan penyakit yang dapat ditularkan dari satu orang ke orang lain atau dari hewan ke manusia (Gibson, 1996). Infeksi disebabkan oleh bakteri, virus, jamur, protozoa, dan beberapa kelompok minor lain seperti mikoplasma, riketsia, dan klamidia (Gould and Brooker, 2003). Ada sekitar 50 spesies bakteri yang bersifat patogenik atau mampu menimbulkan penyakit (Gould and Brooker, 2003). Contohnya adalah Propionibacterium acne yang merupakan bagian flora normal yang terdapat pada kulit dan dapat menyebabkan infeksi oportunistik yang menghasilkan lipase sebagai kontributor pada pembentukan jerawat (Levinson, 2004). Bakteri lain yang dapat menimbulkan infeksi adalah Shigella dysenteriae. Bakteri Shigella dysenteriae dapat menyebabkan penyakit disentri basilar. Disentri basilar adalah infeksi usus besar oleh bakteri patogen genus Shigella. Shigella dysenteriae merupakan penyebab penyakit yang paling ganas dan menimbulkan epidemi hebat di daerah tropis dan subtropis (Soedarto,1996). Pengobatan infeksi dapat digunakan dengan antibiotik yang telah diresepkan secara luas seperti pada saat sekarang ini (Gould and Brooker, 2003). 1

2 Terapi infeksi dengan antibiotik dapat membawa masalah tersendiri, yaitu adanya resistensi bakteri terhadap antibiotik (Wattimena, 1991). Sehingga perlu upaya mencari alternatif lain dalam pengobatan infeksi, yaitu penggunaan obat dari alam. Buah apokat merupakan buah yang tidak asing digunakan sebagai bahan pangan dan kosmetik (Anonim, 2006). Selain itu, biji apokat juga digunakan untuk mengatasi sakit gigi dan kencing manis (Dalimartha, 2008). Biji apokat mengandung alkaloid, polifenol, dan tanin (Susilowati dkk., 1997). Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Susilowati dkk. (1997), fraksi petroleum eter ekstrak biji apokat memiliki aktivitas antibakteri secara in vitro terhadap bakteri Streptococcus alpha dengan metode difusi sumuran berdiameter 6 mm. Hasil pengukuran menunjukkan diameter zona radikal pada konsentrasi 40%=17,09 mm; 20%=15,47 mm; 10%=13,03 mm; 5%=11,29 mm; 2,5%=9,06 mm, dan kontrol=6,00 mm (Susilowati dkk., 1997). Penelitian Idris et al. (2009) menyebutkan bahwa ekstrak metanol, etil asetat, dan kloroform biji apokat menunjukkan aktivitas antimikroba terhadap Escherichia coli, Klebsiella pneumoniae, Bacillus subtilis, Streptococcus pyogenes, Pseudomonas aeruginosa, Staphylococcus aureus, Corynebacterium ulcerans, Salmonella typhi, Neisseria gonorrhea, dan Candida albicans dengan metode difusi. Ekstrak metanol dan etil asetat mempunyai Kadar Hambat Minimum (KHM) terhadap Candida albicans sebesar 10 mg/ml, sedangkan Salmonella typhi dan Escherichia coli resisten terhadap ekstrak kloroform dan metanol (Idris et al., 2009)

3 Penelitian yang dilakukan oleh Raymond et al. (2010) menunjukkan bahwa ekstrak etanol biji apokat memiliki aktivitas antimikrobia sebesar 104,2-416,7 mg/ml terhadap bakteri Gram-positif dan Gram-negatif (kecuali Escherichia coli). Konsentrasi minimum ekstrak etanol biji apokat yang diperlukan untuk menghambat Zygosaccharomyces bailii adalah 500 mg/ml (Raymond et al., 2010). Berdasarkan data-data penelitian tersebut, penelitian ini dilakukan untuk menguji aktivitas ekstrak etanol biji apokat terhadap bakteri yang mewakili bakteri Gram positif yaitu Propionibacterium acne dan yang mewakili bakteri Gram negatif yaitu Shigella dysenteriae dengan metode difusi serta menentukan senyawa yang mempunyai aktivitas sebagai antibakteri dengan menggunakan metode bioautografi. B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut maka dirumuskan beberapa masalah sebagai berikut: 1. Apakah ekstrak etanol biji apokat (Persea americana) mempunyai aktivitas antibakteri terhadap Propionibacterium acne dan Shigella dysenteriae serta berapa diameter zona hambatannya? 2. Senyawa kimia apa dalam ekstrak etanol biji apokat (Persea americana) yang mempunyai aktivitas antibakteri terhadap Propionibacterium acne dan Shigella dysenteriae?

4 C. Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah tersebut maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Mengetahui aktivitas antibakteri ekstrak etanol biji apokat (Persea americana) terhadap Propionibacterium acne dan Shigella dysenteriae serta diameter zona hambatannya. 2. Mengetahui senyawa kimia dalam ekstrak etanol biji apokat (Persea americana) yang mempunyai aktivitas antibakteri terhadap Propionibacterium acne dan Shigella dysenteriae. D. Tinjauan Pustaka 1. Tanaman Apokat (Persea americana) a. Klasifikasi Tanaman Apokat Tanaman apokat dapat diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom Divisi Sub-Divisi Kelas Ordo Famili Genus : Plantae : Spermathophyta : Angiospermae : Dicotyledonae : Laurales : Lauraceae : Persea Spesies : Persea americana Mill (Cronquist, 1981)

5 b. Deskripsi Tanaman Tanaman apokat mempunyai ciri-ciri morfologi sebagai berikut: pohon tinggi 3-10 m, ranting gundul atau berambut halus. Daun kedudukan tersebar, tunggal, berdesakan di ujung ranting. Helaian daun bulat telur, elip, bulat memanjang, bulat telur terbalik, menjangat, kedua sisi permukaan mula-mula berambut kemudian gundul, ukuran panjang 10-20 cm. Perbungaan di ujung, susunan malai, berbunga banyak, rapat. Perhiasaan bunga (perigonium), putih kekuningan, wangi, mudah gugur, dengan diameter 1-1,5 cm. Daun tenda bunga tumpul, 3 lingkaran luar lebih kecil. Benang sari 12 dalam 4 lingkaran, tangkai berambut, terdalam tidak berfungsi (staminodia) berwarna jingga atau coklat. Buah sejati, berbentuk bulat atau buah pir, panjang 5-20 cm, lebar 5-10 cm, ujung membulat, warna hijau, kuning kehijauan, berbintik-bintik ungu atau ungu sama sekali, gundul, harum. Biji satu berbentuk bola, garis tengah 2,5-5 cm (Sudarsono, 2002). c. Khasiat Tanaman Buah apokat digunakan untuk mengatasi kadar kolesterol tinggi, sariawan, dan melembabkan kulit kering (Dalimartha, 2008). Daun apokat dimanfaatkan untuk pengobatan kencing batu (Sudarsono, 2002). Sementara pada biji apokat digunakan untuk mengatasi sakit gigi dan kencing manis (Dalimartha, 2008).

6 d. Kandungan Kimia Buah apokat mengandung saponin, alkaloid, flavonoid, tanin, asam folat, asam pantotenat, niacin, vitamin, serta mineral (Dalimartha, 2008). Daun apokat mengandung polifenol, alkaloid, flavonoid, dan saponin (Sudarsono, 2002). Sedangkan biji apokat mengandung senyawa flavonoid, terpenoid, saponin, tanin, dan alkaloid (Idris et al., 2009). 2. Propionibacterium acne Propionibacterium acne termasuk dalam kelompok bakteri Corynebacteria. Bakteri penyebab jerawat ini merupakan flora normal kulit. Pada metode pewarnaan Gram, P. acne sangat pleomorfik, berbentuk kurva, batang, dan terkadang berbentuk kokoid. P. acne termasuk kelompok bakteri anaerob, tetapi beberapa isolat dapat tumbuh dengan baik dalam suasana aerob atau aerotoleran. Bakteri ini terkadang nampak dalam biakan darah, sehingga perlu dideferensiasi apakah sebagai kontaminan biakan atau penyebab penyakit infeksi (Jawetz et al., 2005). P. acne merupakan bakteri yang dapat menyebabkan jerawat. Bakteri ini menggunakan gliserol dalam sebum yang tersumbat sebagai nutrisi. Propionibacterium acne membentuk asam lemak bebas dari sebum tersebut, sehingga menyebabkan sel-sel neutrofil menujukkan respons untuk mengeluarkan enzim yang dapat merusak dinding folikel rambut. Keadaan ini dapat menyebabkan inflamasi sehingga timbul pustula dan papula pada kulit (Radji, 2011).

7 Sistematika dari Propionibacterium acne adalah sebagai berikut : Kingdom : Bacteria Phylum Classis Ordo Famili Genus : Actinobacteria : Actinobacteridae : Actinomycetales : Propionibacteriaceae : Propionibacterium Species : Propionibacterium acne (Anonim a, 2010). 3. Shigella dysenteriae Spesies Shigella adalah kuman patogen usus yang telah lama dikenal sebagai agen penyebab penyakit disentri basiler. Shigella dysenteriae berbentuk batang, ukuran 0,5-0,7 μm x 2-3 μm, pada pewarnaan Gram bersifat Gram negatif, tidak berflagel. Sifat pertumbuhan adalah aerob dan fakultatif anaerob, ph pertumbuhan 6,4-7,8, dan suhu pertumbuhan optimum 37 C (Anonim, 1993). Semua Shigella meragikan glukosa. Bakteri Shigella tidak meragikan laktosa kecuali Shigella sonnei. Ketidakmampuannya untuk meragikan laktosa membedakan bakteri-bakteri Shigella pada perbenihan diferensial. Bakteri ini membentuk asam dari karbohidrat, tetapi jarang menghasilkan gas. Bakteri ini dapat juga dibagi menjadi bakteri yang meragikan manitol dan yang tidak (Jawetz et al., 1996). Sistematika dari Shigella dysenteriae adalah sebagai berikut : Divisi : Monomychota Subdivisi : Schizomycetea

8 Clasiss Ordo Familia Tribe Genus : Schizomycetes : Eubacteriales : Enterobacteriaceae : Eschericia : Shigella Species : Shigella dysenteriae (Anonim b, 2010). 4. Antibakteri Antibakteri adalah obat atau senyawa kimia yang digunakan untuk membasmi bakteri, khususnya bakteri yang bersifat merugikan manusia (Jawetz et al., 1996). Kadar minimal yang digunakan untuk menghambat pertumbuhan mikroba disebut dengan Kadar Hambat Minimal (KHM) dan kadar minimal untuk membunuh mikroba dikenal sebagai Kadar Bunuh Minimal (KBM). Antimikroba tertentu aktivitasnya dapat meningkat dari bakteriostatik menjadi bakterisid bila kadar antimikrobanya ditingkatkan melebihi KHM (Setiabudy dan Gan, 1995). Menurut Setyabudy dan Gan (1995) berdasarkan mekanisme kerjanya antibakteri dibagi dalam 4 kelompok, yaitu: a. Antibakteri yang menghambat sintesis dinding sel bakteri. Penghambatan reaksi dalam proses sintesis dinding sel, dapat menyebabkan tekanan osmotik dalam sel bakteri lebih tinggi daripada di luar sel maka perusakan dinding sel bakteri akan menyebabkan lisis.

9 b. Antibakteri yang mengganggu keutuhan membran sel bakteri. Kerusakan membran sel menyebabkan keluarnya berbagai komponen penting dari dalam sel bakteri yaitu protein, asam nukleat, dan nukleotida. c. Antibakteri yang menghambat sintesis asam nukleat sel bakteri. DNA dan RNA memegang peranan penting di dalam proses kehidupan normal sel. Hal ini berarti bahwa gangguan apapun yang terjadi pada pembentukan atau pada fungsi zat-zat tersebut dapat mengakibatkan kerusakan total pada sel. d. Antibakteri yang menghambat sintesis protein sel bakteri. Sintesis protein berlangsung di ribosom, dengan bantuan mrna dan trna. Pada bakteri, ribosom terdiri atas dua subunit yang berdasarkan konstanta sedimentasi dinyatakan sebagai ribosom 30S dan 50S. Untuk berfungsi pada sintesis protein kedua komponen ini akan bersatu pada pangkal rantai mrna yang menjadi ribosom 70S. 5. Uji Aktivitas Antibakteri Penentuan aktivitas antibakteri secara in vitro dilakukan untuk menentukan potensi zat antibakteri dalam larutan, konsentrasinya dalam jaringan, dan kepekaan mikroorganisme terhadap obat pada konsentrasi tertentu. Penentuan aktivitas antibakteri dapat dilakukan dengan metode difusi. Metode yang paling sering digunakan adalah metode difusi agar. Cakram kertas saring berisi sejumlah tertentu obat diletakkan pada permukaan medium padat yang sebelumnya telah diinokulasi bakteri uji pada permukaannya. Setelah diinkubasi, diameter zona hambatan sekitar cakram

10 dipergunakan untuk mengukur kekuatan hambatan obat terhadap organisme uji (Jawetz et al., 1996). 6. Bioautografi Bioautografi adalah metode yang digunakan untuk mendeteksi senyawa yang mempengaruhi kecepatan pertumbuhan organisme uji dalam campuran senyawa kompleks. Metode ini didasarkan pada aktivitas biologis dari analit yang diduga mempunyai aktivitas antibakteri, antijamur, antitumor, antiprotozoa, dan lain sebagainya. Keuntungan utama dari metode ini adalah mampu memberikan informasi tentang aktivitas antimikroba dari senyawa yang dipisahkan dari campuran senyawa kompleks (Choma, 2005). Bioautografi dapat dikategorikan menjadi 2 macam, yaitu: a. Bioautografi Langsung Bioautografi langsung dilakukan dengan cara menyemprot lempeng KLT dengan suspensi bakteri atau dengan menyentuh lempeng KLT pada permukaan media agar. Setelah inkubasi selama waktu tertentu maka letak zat aktif antimikrobia ditandai dengan adanya zona jernih pada media yang telah ditumbuhi bakteri. b. Bioautografi Overlay Bioautografi overlay dilakukan dengan menuangkan media agar bakteri di atas permukaan lempeng KLT, setelah media padat kemudian diinkubasi. Penampakan zona hambatan dilakukan dengan penyemprotan menggunakan larutan tetrazolium klorida, maka letak zat aktif antimikroba

11 ditandai dengan adanya zona jernih dengan latar belakang ungu (Pratiwi, 2008). E. Landasan Teori Beberapa penelitian tentang antibakteri dari biji apokat telah banyak dilakukan. Susilowati dkk. (1997) telah menguji aktivitas antibakteri fraksi petroleum eter ekstrak biji apokat secara in vitro terhadap bakteri Streptococcus alpha. Hasil pengukuran diameter zona radikal menunjukkan bahwa semakin besar konsentrasi fraksi petroleum eter biji apokat, maka semakin kuat daya antibakterinya. Aktivitas antibakteri biji apokat juga telah diuji oleh Idris et al. (2009) yang menyebutkan bahwa ekstrak metanol, etil asetat, dan kloroform biji apokat menunjukkan aktivitas antimikroba terhadap Escherichia coli, Klebsiella pneumoniae, Bacillus subtilis, Streptococcus pyogenes, Pseudomonas aeruginosa, Staphylococcus aureus, Corynebacterium ulcerans, Salmonella typhi, Neisseria gonorrhea, dan Candida albicans. Ekstrak metanol dan etil asetat mempunyai Kadar Hambat Minimum (KHM) sebesar 10 mg/ml terhadap C. albicans. Penelitian lain juga menunjukkan bahwa ekstrak etanol biji apokat memiliki aktivitas antimikrobia sebesar 104,2-416,7 mg/ml terhadap bakteri Gram-positif dan Gram-negatif (kecuali Escherichia coli) (Raymond et al., 2010). F. Hipotesis Ekstrak etanol biji apokat (Persea americana) mempunyai aktivitas antibakteri terhadap Propionibacterium acne dan Shigella dysenteriae.