Pemeriksaan Kadar Protein Supernatan Akhir Pada Pemantapan Mutu Komponen Washed Red Cells (WRC) di UTDC PMI Kota Semarang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. ke dalam sirkulasi darah resipien sebagai upaya pengobatan (WHO,2009). Terapi

PANDUAN PENANGANAN, PENGGUNAAN DAN PEMBERIAN DARAH DAN PRODUK DARAH RUMAH SAKIT PERTAMINA BINTANG AMIN LAMPUNG

BAB I PENDAHULUAN. mengukur hemoglobin pada sejumlah volume darah. Kadar normal hemoglobin

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pasien keganasan berisiko tinggi menderita anemia (Estrin, 1999). Penelitian

KORELASI KADAR HEMOGLOBIN BEBAS DAN F 2α -ISOPROSTAN PLASMA PACKED RED CELL SELAMA PENYIMPANAN DI BANK DARAH

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... LEMBAR PERSETUJUAN... HALAMAN PENETAPAN PANITIA PENGUJI... ABSTRAK... ABSTRACK... v KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI...

TRANSFUSI DARAH. Maimun ZA. Laboratorium Patologi Klinik FKUB-RSSA Malang

BAB III METODE PENELITIAN. pemeriksaan di Unit Transfusi Darah Cabang Palang Merah Indonesia

9/12/2014. Aktivasi. yang teraktivasi akan mengekspresikan P-Selectin (CD62P) yaitu suatu protein membran 140 kd yang berasal dari granula alfa.

PERBEDAAN KADAR GLUKOSA SERUM DAN PLASMA NATRIUM FLUORIDA DENGAN PENUNDAAN PEMERIKSAAN LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH

BAB 1 PENDAHULUAN. Intensive Care Unit (ICU) dengan rerata lima unit per pasien. Packed red cell

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

ABSTRAK PERBANDINGAN KADAR RET HE, FE, DAN TIBC PADA PENDERITA ANEMIA DEFISIENSI FE DENGAN ANEMIA KARENA PENYAKIT KRONIS

BAB III. METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif observasional dengan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

Apa itu Darah? Plasma Vs. serum

OUT LINE. Kontrol Kualitas Komponen darah. Dasar Kebijakan. Dasar Kebijakan. Dasar Kebijakan Kontrol kualitas komponen darah Spesifikasi

BAB I PENDAHULUAN. dengan pemberian transfusi darah yang aman. tertuang dalam Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No 83

BAB I PENDAHULUAN. diakses dan terjangkau oleh masyarakat. Pemerintah bertanggung jawab atas

HUBUNGAN KADAR PLUMBUM (Pb) DALAM DARAH DENGAN JUMLAH ERITROSIT PADA PEDAGANG PASAR BUKU BELAKANG SRIWEDARI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Setiap tahunnya, terkumpul sekitar 92 juta donasi. darah dari seluruh dunia. Rata-rata, 50% dari total

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Setiap tahun, berjuta-juta kehidupan manusia di bumi. terselamatkan oleh kegiatan transfusi darah.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERBEDAAN REAKSI PEMBERIAN TRANSFUSI DARAH WHOOLE BLOOD (WB) DAN PACKED RED CELL (PRC) PADA PASIEN SECTIO CAESARE

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. darah yang hilang akibat perdarahan, luka bakar, mengatasi shock dan

BAB III METODE PENELITIAN. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasional

Pengelolaan dan pelaksanaan usaha transfusi darah ditugaskan kepada Palang Merah Indonesia, atau Instansi lain yang ditetapkan oleh Menteri.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bagian-bagian darah yang berasal dari donor kepada seorang penderita (resipien).

BAB I PENDAHULUAN. dan meningkatkan derajat kesehatan. Kegiatan ini hanya diselenggarakan oleh

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian Karya Tulis Ilmiah ini adalah penelitian analitik.

Frekuensi Hepatitis B dan Hepatitis C Positif pada Darah Donor di Unit Transfusi Darah Cabang Padang pada Tahun 2012

Medical Laboratory Technology Journal

Perbandingan Hasil Pemeriksaan Na, K, Cl antara Penampungan Spesimen Menggunakan Tabung Kaca dan Tabung Pemisah Serum

1. Dapat mengerti prinsip-prinsip dasar mengenai teknik spektrofotometri (yaitu prinsip dasar

b) Prinsip c) Teori PENGGOLONGAN ABO

autologous control yang positif mengindikasikan adanya keabnormalan pada pasien itu sendiri yang disebabkan adanya alloantibody di lapisan sel darah

III. METODOLOGI PENELITIAN. Desain penelitian ini adalah penelitian deskriptif analitik dengan menggunakan

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian Analitik, mengingat

TRANSFUSI DARAH SEJARAH & PERKEMBANGANNYA SAAT INI

ABSTRAK. STUDI TATALAKSANA SKRINING HIV di PMI KOTA BANDUNG TAHUN 2007

BAB I PENDAHULUAN. pemeriksaan hematologi. Pemeriksaan hematologi meliputi kadar hemoglobin,

LEMBARAN PERSETUJUAN RESPONDEN

ABSTRAK PREVALENSI KADAR TITER ANTI-A YANG TINGGI PADA POPULASI GOLONGAN DARAH O DI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA ANGKATAN 2008

BAB 4 METODE PENELITIAN. Jenis penelitian adalah eksperimental dengan rancangan pre and post

b. Serum grouping ( Back Typing)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Oleh: Esti Widiasari S

DAFTAR PUSTAKA. 1. Kementrian kesehatan RI. Pelayanan darah di indonesia; th 2011; available from : buk.depkes.go.id

PENGARUH PENUNDAAN PEMERIKSAAN TERHADAP HASIL PEMERIKSAAN PARAMETER ERITROSIT MENGGUNAKAN HEMATOLOGY ANALYZER SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan

BAB I PENDAHULUAN. Semakin tingginya tingkat pendidikan, kesejahteraan masyarakat, dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. data dilakukan dengan menulis pada lembar-lembar buku. Jika sistem pencatatan data

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang. Donasi darah merupakan praktik klinis yang umum. dilakukan. Pada tahun 2012 World Health Organization

ABSTRAK UJI VALIDITAS PEMERIKSAAN LAJU ENDAP DARAH METODE MODIFIKASI WESTERGREN DENGAN SUDUT KEMIRINGAN 45 0 TERHADAP METODE RUJUKAN ICSH 1993

HUBUNGAN ANTARA KADAR HBA1C DENGAN KADAR TRIGLISERIDA PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 LAPORAN AKHIR HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH

LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH

PENGARUH PEMAKAIAN SETENGAH VOLUME SAMPEL DAN REAGEN PADA PEMERIKSAAN GLUKOSA DARAH METODE GOD-PAP TERHADAP NILAI SIMPANGAN BAKU DAN KOEFISIEN VARIASI

BAB I. berbagai program dan upaya kesehatan (Depkes, 2004). mutu pelayanan dan mutu hasil pemeriksaan di laboratorium.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan adalah jenis penelitian eksperimental laboratorium

WALIKOTA KEDIRI NOMOR 31 TAHUN 2009 TE N TAN G

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. darah dan sel darah. Sel darah terdiri atas tiga jenis yaitu eritrosit, leukosit dan

BAB 1 PENDAHULUAN. tetap terjadi perubahan dalam morfologi, biokimia, dan metabolik yang disebut

III. METODOLOGI PENELITIAN. Hewan penelitian adalah tikus jantan galur wistar (Rattus Norvegicus), umur

ABSTRAK. Pembimbing I : Lisawati Sadeli, dr., M.Kes. Pembimbing II : Hartini Tiono, dr.

GOOD LABORATORY PRACTICE (PRAKTEK LABORATORIUM YANG BENAR) Hasil pemeriksaan laboratorium digunakan untuk :

BAB III METODE PENELITIAN

DAMPAK VOLUME DARAH DALAM TABUNG K2EDTA DENGAN HASIL JUMLAH LEUKOSIT

ABSTRAK UJI VALIDITAS HASIL PEMERIKSAAN KADAR HEMOGLOBIN METODE TALLQVIST TERHADAP METODE FLOW CYTOMETRY

BAB III METODE PENELITIAN. eksperimental dengan menggunakan rancangan penelitian Post Test. Randomized Control Group Design.

PERBANDINGAN NILAI LOW-DENSITY LIPOPROTEIN CHOLESTEROL (LDL-C) INDIREK DENGAN DIREK PADA KADAR TRIGLISERIDA <200 mg/dl DAN ANTARA mg/dl

BAB III METODE PENELITIAN Jenis dan rancangan penelitian. pretest postest randomized controlled group design. Dua kelompok penelitian

MATERI DAN METODA Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat Penelitian Hewan Percobaan Vaksin AI-ND Pakan Kandang dan Perlengkapannya

BAB II LANDASAN TEORI. penciptaan barang dan jasa. Manajemen Operasi (operation management--om)

PERBANDINGAN HASIL PEMERIKSAAN LAJU ENDAP DARAH CARA WESTERGREN MENGGUNAKAN DARAH EDTA TANPA PENGENCERAN DENGAN CARA OTOMATIK

BAB I PENDAHULUAN. dan dipantau dengan peraturan yang ketat (Stranger, et al 2012), selain itu darah

LAPORAN PRAKTIKUM III PRAKTIKUM METABOLISME GLUKOSA, UREA DAN TRIGLISERIDA (TEKNIK SPEKTROFOTOMETRI)

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif analitik.

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan di laboratorium Makanan Ternak, Jurusan

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam pembuatan karya ilmiah adalah. Waktu penelitian dimulai dari bulan Maret 2009

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. dan cairan tubuh lain. Disamping itu pemeriksaan laboratorium juga berperan

BAB IV METODE PENELITIAN

Interpretasi dan Aspek Legalitas Hasil. Pemeriksaan Laboratorium pada HIV/AIDS

UJI KUALITAS SERUM SIMPANAN TERHADAP KADAR KOLESTEROL DALAM DARAH DI POLTEKKES KEMENKES KALTIM

PERBEDAAN DERAJAT AGLUTINASI PEMERIKSAAN GOLONGAN DARAH ANTARA ERITROSIT TANPA PENCUCIAN DENGAN PENCUCIAN PADA PENDERITA TALASEMIA

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan uji klinik dengan desain Randomized

GAMBARAN HEMATOLOGI DOMBA SELAMA TRANSPORTASI : PERAN MULTIVITAMIN DAN MENIRAN

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Penelitian. Trombosit merupakan sel darah yang berperan penting

ABSTRAK PERBANDINGAN KADAR ASAM URAT DARAH DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI DAN METODE ELECTRODE-BASED BIOSENSOR

BAB III METODE PENELITIAN

Shabrina Jeihan M XI MIA 6 SISTEM TR A N SFU SI D A R A H

yang dihasilkan oleh pankreas dan berperan penting dalam proses penyimpanan Gangguan metabolisme tersebut disebabkan karena kurang produksi hormon

ABSTRAK INSIDENSI ANEMIA IBU HAMIL DI BAGIAN OBSTETRI GINEKOLOGI RUMAH SAKIT IMMANUEL PERIODE JANUARI-DESEMBER 2006

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup keilmuan pada penelitian ini mencakup bidang Ilmu Penyakit

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat penting bagi dokter yang bertugas di laboratorium, dokter

BAB IV METODE PENELITIAN

HUBUNGAN ASUPAN MIKRONUTRIEN DENGAN JENIS ANEMIA PADA IBU HAMIL

HUBUNGAN ASUPAN MAGNESIUM DENGAN KADAR HEMOGLOBIN PADA REMAJA PUTRI PENDERITA ANEMIA DI SUKOHARJO SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan

BAB I PENDAHULUAN. I.1.Latar Belakang. Donor darah adalah proses pengambilan darah dari. seseorang secara sukarela untuk disimpan di bank darah

BAB IV METODE PENELITIAN. khususnya subbagian Perinatologi. Penelitian ini dilakukan di Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK UNDIP/ RS

Transkripsi:

Pemantapan Mutu WRC Melalu Pemeriksaan Kadar Protein 151 Pemeriksaan Kadar Protein Supernatan Akhir Pada Pemantapan Mutu Komponen Washed Red Cells (WRC) di UTDC PMI Kota Semarang The Protein Concentration Assay of The Final Supernatant of Quality Assurance of Washed Red Cells (WRC) Components at UTDC PMI Kota Semarang Danis Pertiwi 1* ABSTRACT Background: Transfused Blood component reduces the risks associated with blood transfusions. UTDC PMI Kota Semarang receives high demand for WRC blood components for the patient treatment. Thus, a quality assurance for the patient safety is required. The protein concentration of the final supernatant of WRC is required to be less 5mg/unit to prevent the transfusion associated reactions such as febris and anaphylaxis. This study aimed at assessing the protein concentration of the final supernatant of the WRC component processed in UTDD PMI Semarang municipality to provide the information whether the WRC from UTDC met the corresponding standard and for the quality improvement. Design and Method: The present study was a descriptive study with the analyitical approach. This study concerned with the clinical payhologics foccussing on the blood transfussion at the UTDC PMI Kota Semarang and clinical pathology laboratory of RSDK/FK UNDIP. The 30 samples of final supernatant were taken from the 30 units of WRC proccesed at UTDC PMI Kota Semarang during January 2007. Result: The WRC volume ranged from 100 to 125 ml/unit. The data on the final supernatant was normally distributed and homogeneous (p >0.05. Conclusion: The protein concentration of the final supernatant of WRC processed at UTDC PMI Kota Semarang had met the standard of the Quality assurance according to Makroo (<0.5g/unit) (Sains Medika, 2(2):151-157). Key words: Washed Red Cells, transfuse, supernatan protein, UTDC PMI Kota Semarang ABSTRAK Pendahuluan: Pemberian komponen darah untuk transfusi dapat mengurangi risiko terjadinya reaksi transfusi yang tidak diinginkan. UTDC PMI Kota Semarang menerima banyak permintaan komponen WRC untuk perbaikan keadaan umum/kesembuhan penderita, sehingga harus diiringi pemantapan mutu yang baik demi keselamatan penderita. Kadar protein pada supernatant akhir WRC harus kurang dari 5 mg/ unit karena pada kadar tersebut dianggap aman yaitu menghindari terjadinya reaksi transfusi baik berupa febris, reaksi alergi dan anafilaksis. Penelitian ini bertujuan untuk menilai kadar protein supernatan akhir pada komponen WRC yang dibuat UTDC PMI Kota Semarang sehingga diharapkan dapat memberikan informasi apakah komponen WRC yang dibuat UTDC PMI Kota Semarang selama ini sudah memenuhi standar yang berlaku serta untuk meningkatkan pemantapan mutu. Metode Penelitian: Penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan analitik. Ruang lingkup bidang ilmu yang diteliti adalah bidang ilmu Patologi Klinik dengan titik berat bidang Transfusi Darah. Tempat penelitian adalah di UTDC PMI Kota Semarang dan Laboratorium Patologi Klinik RSDK/FK UNDIP. Sampel berupa supernatan akhir komponen WRC yang akan diberikan kepada penderita. Besar sampel adalah sebagian sampel supernatan akhir komponen WRC selama bulan Januari 2007. Hasil Penelitian: Kadar protein supernatan akhir WRC sebanyak 30 sampel yang berasal dari 30 unit WRC buatan UTDC PMI Kota Semarang. Volume WRC berkisar antara 100-125 ml/unit. Data Kadar protein supernatan akhir WRC terdistribusi normal (p > 0,05) dan homogen. 1 * Bagian Patologi Klinik Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sultan Agung/ Rumah sakit Islam Sultan Agung, Semarang Email: danispertiwi@yahoo.co.id

152 Vol. 2, No. 2, Juli-Desember 2010 Kesimpulan: Kadar protein supernatan akhir WRC yang dibuat oleh UTDC PMI Kota Semarang sudah memenuhi standar pemantapan mutu yaitu sebesar <0,5g/unit (Sains Medika, 2(2):151-157). Kata kunci : Protein supernatan, Wash Red Cell, UTDC PMI Kota Semarang PENDAHULUAN Terapi transfusi modern adalah menggunakan komponen darah, yaitu memberikan bagian yang spesifik dari darah sesuai dengan indikasi klinis. Pemberian komponen darah untuk transfusi dapat mengurangi risiko terjadinya reaksi transfusi yang tidak diinginkan karena merugikan dan membahayakan penderita (Brecher, 2005; Council of Europe, 2002; Murphy dan Pamphilon, 2001). Washed Red Cells (WRC) merupakan komponen sel darah merah pekat cuci yang digunakan untuk meningkatkan jumlah sel darah merah pada penderita yang sensitif terhadap protein plasma, penderita yang mengalami febris dan reaksi alergi terhadap transfusi yang menggunakan komponen sel darah merah pekat (Packed Red Cells/PRC) serta penderita yang berulang kali harus menerima transfusi seperti pada penderita Thalasemia, Hemofilia, dll (Brecher, 2005; Council of Europe, 2002; Murphy, 2001; Makroo, 1999; Anonim, 2007a; Anonim 2007b). UTDC PMI Kota Semarang menerima banyak permintaan komponen WRC untuk perbaikan keadaan umum/kesembuhan pada penderita, sehingga harus diiringi dengan pemantapan mutu yang baik demi keselamatan penderita. Pengertian dari mutu adalah kondisi terbaik untuk mencapai tujuan, dimana tujuan tersebut adalah transfusi darah yang aman. Menurut WHO dalam Guidelines for Quality Assurance Programmes for Blood Transfusion Services (1993), mutu merupakan pemberian pelayanan atau produk yang konsisten dan dapat dipercaya sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Produk yang dimaksud adalah darah lengkap dan komponen-komponennya (Brecher, 2005; Council of Europe, 2002; Makroo, 1999). Tujuan mutu dalam pelayanan transfusi darah adalah untuk menjamin syarat keselamatan transfusi darah dan komponen-komponennya. Hanya Bank Darah yang bertanggung jawab langsung kepada pasien tanpa intervensi interpretasi seorang dokter, sehingga beberapa kesalahan pada pelayanan transfusi darah dapat merupakan bencana. Untuk mencegah kesalahan dalam pelayanan transfusi darah maka jaminan mutu yang baik sangat penting dalam pelayanan transfusi darah (Makroo, 1999). Parameter pemantapan mutu pada komponen WRC adalah kadar protein supernatan akhir, kadar hematokrit, kadar hemoglobin, banyaknya hemolisis pada akhir penyimpanan dan volume

Pemantapan Mutu WRC Melalu Pemeriksaan Kadar Protein 153 WRC itu sendiri. Selama ini di UTDC PMI Kota Semarang belum pernah dilakukan pemeriksaan parameter kadar protein pada supernatan akhir WRC. Kadar protein pada supernatan akhir WRC harus kurang dari 5 mg/ unit karena pada kadar tersebut dianggap aman untuk menghindari terjadinya reaksi transfusi baik berupa febris, reaksi alergi dan anafilaksis (Council of Europe, 2002). Terdapat 2 macam kantong darah di UTDC PMI Kota Semarang yaitu volume 250 ml dan 350 ml, dimana volume akhir Washed Erytrosit berkisar 100-150 ml/unit. Penelitian ini bertujuan untuk menilai kadar protein supernatan akhir pada komponen WRC sebagai salah satu parameter dalam pemantapan mutu produk komponen WRC yang dibuat oleh UTDC PMI Kota Semarang sehingga diharapkan dapat memberikan informasi apakah komponen WRC yang dibuat UTDC PMI Kota Semarang selama ini sudah memenuhi standar yang berlaku serta untuk meningkatkan pemantapan mutu. METODE PENELITIAN Penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan analitik. Ruang lingkup bidang ilmu yang diteliti adalah bidang ilmu Patologi Klinik dengan titik berat bidang Transfusi Darah. Tempat penelitian adalah di UTDC PMI Kota Semarang dan Laboratorium Patologi Klinik RSDK/FK UNDIP. Penelitian dilakukan selama 1 bulan pada bulan Januari 2007. Sampel berupa supernatan akhir komponen WRC yang akan diberikan kepada penderita. Besar sampel adalah sebagian sampel supernatan akhir komponen WRC selama bulan Januari 2007. Pengambilan sampel dilakukan secara konsekutif. Kriteria inklusi adalah supernatan akhir dari komponen WRC dari semua golongan darah yang dibuat oleh UTDC PMI Kota Semarang bulan Januari 2007. WRC dibuat dengan cara menambahkan NaCl 0,9% steril ke dalam kantong yang berisi komponen sel darah merah pekat (Packed Red Cells) sampai mencapai volume/ kapasitas dari kantong tersebut (250 ml dan 350 ml), selanjutnya diputar dengan kecepatan 3000xG pada suhu 4 C selama 7 menit. Supernatan yang dihasilkan dibuang, kemudian ditambah lagi dengan NaCl 0,9% steril sampai mencapai volume/kapasitas dari kantong tersebut dan disentrifuse kembali dengan kecepatan 3000xG pada suhu 4 C selama 7 menit. Demikian juga untuk supernatan berikutnya. Supernatan akhir ditampung dalam tabung dan selebihnya dibuang. Supernatan akhir dalam tabung

154 Vol. 2, No. 2, Juli-Desember 2010 tersebut selanjutnya diperiksa kadar proteinnya menggunakan alat automatic analyzer Dimension RxL. Hasil dicatat sebagai data. HASIL PENELITIAN Kadar protein supernatan akhir WRC sebanyak 30 sampel yang berasal dari 30 unit WRC buatan UTDC PMI Kota Semarang, disajikan pada Tabel 1. Volume WRC berkisar antara 100-125 ml/unit yang terdapat pada beberapa kantong kecil (250 ml) dan kantong besar (350ml). Hasil uji homogenitas normalitas menunjukkan bahwa data Kadar protein supernatan akhir WRC terdistribusi normal (p > 0,05). Tabel 1. Kadar protein supernatan akhir WRC No Identitas Sampel Kadar Protein (mg/dl) Kadar Protein (mg/unit) 1 0700662WRC-B 30,4 30,4-38,0 2 0700661WRC-B 33,7 33,7-42,1 3 0700833WRC-A 17,7 17,7-22,1 4 0701004WRC-A 49,9 49,9-62,4 5 0700756WRC-O 27,4 27,4-34,3 6 0700560WRC-B 29,8 29,8-37,3 7 0700925WRC-A 17,8 17,8-22,3 8 0700765WRC-A 25,9 25,9-32,4 9 0700563WRC-A 69,3 69,3-86,6 10 0700750WRC-O 24,6 24,6-30,8 11 0700762WRC-A 20,9 20,9-26,1 12 0700955WRC-A 20,6 20,6-25,8 13 0701188WRC-A 15,5 15,5-19,4 14 0701061WRC-B 6,7 6,7-8,4 15 0701231WRC-A 43,2 43,2-54,0 16 0700956WRC-A 29,5 29,5-36,9 17 0700795WRC-B 17,3 17,3-21,6 18 0700797WRC-B 41,6 41,6-52,0 19 0701024WRC-O 8,7 8,7-10,9 20 0701792WRC-AB 20,5 20,5-25,6 21 0701662WRC-O 28,7 28,7-35,9 22 0701845WRC-A 47,2 47,2-59,0 23 0701911WRC-A 3,8 3,8-4,8 24 0701909WRC-A 6,0 6,0-7,5 25 0701695WRC-B 43,7 43,7-54,6 26 0701534WRC-O 36,1 36,1-45,1 27 0701853WRC-A 37,0 37,0-46,2 28 0701884WRC-B 49,6 49,6-62,0 29 0702451WRC-B 27,1 27,1-33,9 30 0701880WRC-B 24,6 24,6-30,8 Rerata ± SD 28,5 ± 14,9

Pemantapan Mutu WRC Melalu Pemeriksaan Kadar Protein 155 PEMBAHASAN Faktor yang mempengaruhi kadar protein supernatan akhir WRC adalah proses/ prosedur pencucian tersebut selain mungkin juga kadar protein plasma donor yang bersangkutan. Saat pencucian (penambahan NaCl 0,9% steril) ke dalam Packed Red Cells (PRC) kantong sebaiknya digoyang-goyangkan supaya NaCl 0,9% steril benar-benar tercampur dengan PRC sehingga pencucian bersih. Jumlah NaCl 0,9% steril yang digunakan untuk mencuci adalah antara 1-2 liter untuk tiap kantong WRC. UTDC PMI Kota Semarang telah membuat Prosedur Kerja Standar yang ditetapkan untuk pembuatan komponen termasuk komponen WRC (UTDC PMI Kota Semarang, 2006). Di dalam Prosedur Kerja Standar tersebut tidak dicantumkan secara detail bagaimana cara mencuci khususnya cara menggoyangkan kantong saat pencucian (berapa lama, berapa kali digoyang). Hal ini penting karena supaya siapapun juga yang saat itu bertugas membuat komponen WRC akan membuat dengan cara yang sama khususnya dalam hal proses mencuci dan mencampur NaCl 0,9% steril dengan PRC. Pembuatan komponen WRC biasanya tidak dalam jumlah tunggal (rata-rata 5 kantong dalam satu kali pembuatan) sehingga petugas mungkin kurang memperhatikan proses pencucian (menggoyangkan kantong saat dialiri NaCl 0,9% steril) untuk tiap kantongnya sehingga hasil pencucian antara kantong yang satu dengan yang lain bisa sangat berbeda. Hal ini nampak dari hasil pemeriksaan kadar protein supernatan akhir komponen WRC yang mempunyai nilai minimal jauh dari nilai maksimal, dengan standar deviasi yang cukup besar walaupun setelah dilakukan uji normalitas ternyata distribusi data masih normal (p = 0,468). Pembuatan komponen WRC di UTDC PMI Kota Semarang, 1 kantong komponen WRC membutuhkan rata-rata 3 botol NaCl 0,9% steril (1500 ml = 1,5 liter). Hal ini sudah sesuai dengan aturan yang ditetapkan/ sesuai dengan beberapa kepustakaan dalam pembuatan komponen WRC. Sentrifugasi yang dilakukan di UTDC PMI Kota Semarang untuk pembuatan WRC ini adalah menggunakan kecepatan 3000 G selama 7 menit pada suhu 4 C sedangkan menurut Council of Europe (2002) bahwa untuk pembuatan WRC menggunakan sentrifugasi dengan kecepatan 5000 G selama 5 menit pada suhu 4 C. Hal ini disebabkan oleh spesifikasi alat yang dimiliki, namun sebenarnya sama-sama merupakan heavy spin.

156 Vol. 2, No. 2, Juli-Desember 2010 Faktor lain yang dimungkinkan berpengaruh terhadap kadar protein supernatan akhir WRC yaitu kadar protein plasma donor yang bersangkutan, namun selama ini tidak pernah diperiksa kadar protein plasma donor yang akan diambil darahnya sehingga dalam penelitian ini tidak bisa dibahas lebih lanjut. Sebaiknya dilakukan penelitian lanjutan apakah kadar protein plasma donor mempengaruhi pemantapan mutu komponen WRC khususnya kadar protein supernatan akhirnya, dimana kadar normal protein plasma adalah 6,2-8,2 g/dl. KESIMPULAN Kadar protein supernatan akhir WRC yang dibuat oleh UTDC PMI Kota Semarang sudah memenuhi standar pemantapan mutu menurut Makroo (1999) yaitu (<0,5g/unit). SARAN Pemeriksaan kadar protein plasma donor merupakan faktor yang perlu dipertimbangkan dalam pembuatan komponen WRC yang memenuhi standar pemantapan mutu dan perlu diteliti lebih lanjut pengaruhnya terhadap kadar protein supernatan akhir WRC. DAFTAR PUSTAKA Anonim, 2007a, Blood Components, http://www.pathology.med.umich.edu/bloodbank/ manual/bbch_4, Diakses tgl. 18.01.2007. Anonim, 2007b, Production of Components from Whole Blood, http://www.wcredcross.org/ bloodmobile/components.html, Diakses tgl. 18.01.2007. Brecher ME., 2005, Technical Manua, 15 th ed., American Association of Blood Banks, United States: 1-6, 175-99, 483-8, 633-61. Council of Europe, 2002, Guide to Preparation Use and Quality Assurance of Blood Components, 8 th ed., Council of Europe Publishing, Europe: 57-77, 87-9, 103-5. Makroo RN., 1999, Compendium of Transfusion Medicine, 1 st ed., J.Mitra & Co Ltd, New Delhi : 118-26, 247-56, 285-90, 304-5. Murphy ME, Pamphilon DH., 2001, Practical Transfusion Medicine, Blackwell Science, Oxford: 147-67, 231-43 Standarts Committee American Association of Blood Banks and Transfusion Services, 1991, 14 th ed, Virginia: 12-6, 41-3. UTDC PMI Kota Semarang, 2006, Prosedur Kerja Standar Pengolahan Komponen Darah, Dalam: Prosedur kerja Standar, Semarang: 5-15.