BAB I PENDAHULUAN. nasional maupun internasional. Aparatur pemerintah sebagai pelayan masyarakat

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. nepotisme (KKN), dan pelaksanaan praktek pemerintah yang Good Governance

BAB I PENDAHULUAN. diamanatkan dalam Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun

BAB I PENDAHULUAN. penerimaan dan pengeluaran yang terjadi dimasa lalu (Bastian, 2010). Pada

BAB I PENDAHULUAN. bergulir sejak diberlakukannya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 Tentang

KATA PENGANTAR. Bandung, Januari 2015 KEPALA BADAN PENANAMAN MODAL DAN PERIJINAN TERPADU PROVINSI JAWA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan perkembangan gagasan yang terjadi di berbagai negara,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perkembangan sistem tata kelola pemerintahan di Indonesia telah melewati serangkain

BAB I PENDAHULUAN. keuangan negara. Hal ini diindikasikan dengan telah diterbitkannya Undangundang

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan sistem pemerintahan dari yang semula terpusat menjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Indonesia sedang berada di tengah masa transformasi dalam hubungan antara

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Anggaran merupakan suatu hal yang sangat penting dalam suatu organisasi.

BAB I PENDAHULUAN. setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan yaitu Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. Undang Nomor 33 Tahun 2004, menjadi titik awal dimulainya otonomi. dan Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah yang sedang bergulir merupakan bagian dari adanya

BAB I PENDAHULUAN. baik (Good Governance) menuntut negara-negara di dunia untuk terus

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan dan pelayanan publik, mengoptimalkan potensi pendapatan daerah

BAB I PENDAHULUAN. berubah menjadi sistem desentralisasi atau yang sering dikenal sebagai era

BAB I PENDAHULUAN. Reformasi sektor publik yang disertai adanya tuntutan untuk lebih

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

KEBIJAKAN PENDANAAN KEUANGAN DAERAH Oleh: Ahmad Muam

BAB I PENDAHULUAN. melalui penyerahan pengelolaan wilayahnya sendiri. Undang-Undang Nomor

BAB I PENDAHULUAN. Tap MPR Nomor XV/MPR/1998 tentang Penyelenggaran Otonomi Daerah, Pengaturan, Pembagian dan Pemanfaatan Sumber Daya Nasional yang

BAB I PENDAHULUAN. bagi bangsa ini. Tuntutan demokratisasi yang diinginkan oleh bangsa ini yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Kebijakan Pemerintah Indonesia tentang otonomi daerah sudah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Reformasi sektor publik yang disertai adanya tuntutan demokratisasi

BAB I PENDAHULUAN. Investasi dalam sektor publik, dalam hal ini adalah belanja modal,

BAB I PENDAHULUAN. Keuangan pada tahun Pelaksanaan reformasi tersebut diperkuat dengan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. efektifitas, dan efisiensi dalam penyelenggaraan pemerintah daerah.

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA

BAB 1 PENDAHULUAN. Pergantian Pemerintahan dari orde baru ke orde reformasi yang. dimulai pertengahan tahun 1998 menuntut pelaksanaan otonomi daerah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Reformasi telah membawa perubahan yang signifikan terhadap pola

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan aspek transparansi dan akuntabilitas. Kedua aspek tersebut menjadi

BAB I PENDAHULUAN. sektor publik yang nantinya diharapkan dapat mendongkrak perekonomian rakyat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Reformasi tahun 1998 memberikan dampak yang besar dalam bidang

URAIAN sebelum perubahan

ANALISIS VALUE FOR MONEY PROGRAM PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN ANGGARAN 2007

BAB I PENDAHULUAN. reformasi dengan didasarkan pada peraturan-peraturan mengenai otonomi daerah.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

PROVINSI SULAWESI SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. menuntut pembangunan yang merata di setiap daerah sehingga pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Beralihnya masa orde lama ke orde baru telah menimbulkan banyak. perubahan baik dalam segi pemerintahan, ekonomi dan politik.

Bab I Pendahuluan A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. perubahan regulasi dari waktu ke waktu. Perubahan tersebut dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan dan kesehatan. Dari sudut pandang politik, ini terlihat bagaimana. kesehatan yang memadai untuk seluruh masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. undang-undang di bidang otonomi daerah tersebut telah menetapkan

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS. Menurut Undang-Undang Nomor 17 tahun 2003, pendapatan daerah

BAB I PENDAHULUAN. termasuk diantaranya pemerintah daerah. Penganggaran sector publik terkait

BAB I PENDAHULUAN. otonomi daerah merupakan wujud reformasi yang mengharapkan suatu tata kelola

BAB III PENGELOLAAN KEUANGAN DAN KERANGKA PENDANAAN

BAB I PENDAHULUAN. membiayai pembangunan dan pelayanan atas dasar keuangan sendiri (Anzar, tangan dari pemerintah pusat (Fitriyanti & Pratolo, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. era baru dalam pelaksanaan otonomi daerah dan desentralisasi fiskal. Pembiayaan

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan asas desentralisasi serta otonomi fiskal maka daerah diberikan wewenang untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sendiri berdasarkan pada prinsip-prinsip menurut Devas, dkk (1989) sebagai berikut.

Bab I Pendahuluan A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan baru dari pemerintah Republik Indonesia yang mereformasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. agar fungsi APBN dapat berjalan secara maksimal, maka sistem anggaran dan

BAB I PENDAHULUAN. pengalokasian sumber daya dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah. Otonomi

BAB 1 PENDAHULUAN. pengaruhnya terhadap nasib suatu daerah karena daerah dapat menjadi daerah

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintah dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan perundangundangan.

BAB VI PENUTUP. Berdasarkan hasil kesimpulan dapat disimpulkan bahwa : 2. Pengeluaran (belanja) Kabupaten Manggarai tahun anggaran 2010-

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan akuntansi sektor publik, khususnya di indonesia

BAB III KERANGKA PENDANAAN PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan desentraliasasi fiskal, Indonesia menganut sistem pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. Negara dimaksudkan untuk meningkatkan efektifitas dan efesiensi. penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan dengan meningkatkan pemerataan dan keadilan. Dengan

PAJAK & RETRIBUSI PARKIR

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Era reformasi memberikan kesempatan untuk melakukan perubahan pada

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. serta bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN). Upaya pengembangan tersebut sejalan dengan Undang-undang Nomor 28

BAB I PENDAHULUAN. pendorong pertumbuhan ekonomi daerah. Karena itu, belanja daerah dikenal sebagai

BAB I PENDAHULUAN. penting yang dilakukan yaitu penggantian sistem sentralisasi menjadi

FORMULIR 2 : RENCANA PENCAPAIAN HASIL (OUTCOME) UNIT ORGANISASI TAHUN ANGGARAN : 2015

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Krisis ekonomi di Indonesia memiliki pengaruh yang sangat besar

BAB I PENDAHULUAN. banyak memberikan pengalaman kepada masyarakat daerah atas ketimpangan yang terjadi

BAB I PENDAHULUAN. yang bersih (good governance) bebas dari KKN sehingga hasil pelayanan dari

BAB I PENDAHULUAN. penting. Otonomi daerah yang dilaksanakan akan sejalan dengan semakin

BAB I PENDAHULUAN. menilai kinerja (Mardiasmo,2009,h.121). program sampai dengan tahun berjalan dengan sasaran (target) kinerja 5 (lima)

BAB 1 PENDAHULUAN. diartikan sebagai hak, wewenwang, dan kewajiban daerah otonom untuk

BAB I PENDAHULUAN. UU No. 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan UU No 25 tahun 1999

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia saat ini sedang memasuki masa pemulihan akibat krisis

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitan. Berdasarkan UU No 32 Tahun 2004 Pasal 1 angka 5 memberikan definisi

BAB I PENDAHULUAN. satu indikator baik buruknya tata kelola keuangan serta pelaporan keuangan

Bab IV Studi Kasus IV.1 Profil Direktorat Jenderal Perbendaharaan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sistem negara kesatuan, pemerintah daerah merupakan bagian yang

BAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan pesat terhadap akses yang dapat dilakukan masyarakat untuk. masyarakat akan adanya suatu pengukuran kinerja.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kebijakan tentang otonomi daerah di wilayah Negara Kesatuan Republik

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB II KAJIAN PUSTAKA. terdiri dari dua kata yakni antos yang berarti sendiri dan nomos yang berarti Undang-

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai peraturan yang ada diantaranya adalah; Peraturan Pemerintah (PP)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Penelitian. Dalam penyelengaraan otonomi daerah, pemerintah diberikan

BAB I PENDAHULUAN. ikatan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Perwakilan Rakyat sebagai lembaga legislatif terlebih dahulu menentukan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Aparatur pemerintahan sebagai ujung tombak dalam pembangunan dari masa ke masa dituntut untuk terus mengembangkan dirinya sesuai dengan perkembangan nasional maupun internasional. Aparatur pemerintah sebagai pelayan masyarakat merupakan instrumen penting di setiap lembaga pemerintahan. Sentralisasi kekuasaan dan keuangan daerah pada masa sebelum era reformasi telah banyak memberikan pengalaman kepada masyarakat daerah atas ketimpangan yang terjadi mengenai pembagian hasil dan sumber daya alam. Hal ini mengakibatkan pergolakanpergolakan di daerah untuk menuntut pemberlakuan otonomi khusus atau bahkan memisahkan diri dari Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai rasa ketidakpuasan tersebut. Salah satu masalah penting yang menjadi penyebabnya adalah kurangnya kinerja suatu organisasi yang tidak efektif dalam pengelolaan keuangan pemerintah sebagai unsur dari suatu Good Governance. Unsur keuangan dengan pendekatan kinerja adalah suatu sistem anggaran yang mengutamakan kepada upaya pencapaian hasil kinerja atau output dari perencanaan alokasi biaya atau input yang telah ditetapkan. Oleh karena itu, harus berpergang tetap pada prinsip-prinsip manajemen keuangan (anggaran) yang efektif dan efisien. 1

2 Prinsip manajemen keuangan yang diperlukan untuk mengontrol kebijakan keuangan meliputi: akuntabilitas, value for money, kejujuran dalam mengelola keuangan publik (probity), transparansi, dan pengendalian. Organisasi dapat berjalan dengan baik apabila didukung dengan sumber daya manusia yang berkualitas dan tangguh sehingga pelaksanaan hasil pekerjaan/prestasi kerja tersebut diarahkan untuk mencapai tujuan organisasi dalam jangka waktu tertentu. Dengan demikian kinerja organisasi adalah fungsi hasil-hasil pekerjaan/kegiatan yang ada dalam organisasi yang dipengaruhi faktor intern dan ekstern organisasi dalam mencapai tujuan yang ditetapkan selama periode waktu tertentu. Badan Penanaman Modal dan Perijinan (BPMP) Kabupaten Bandung adalah salah satu instansi pemerintahan yang berada di lingkungan Kabupaten Bandung yang didirikannya secara umum untuk membantu mengkaji data dan berbagai permasalahan yang menyangkut bidang penanaman modal sebagai bahan masukan kepada pimpinan, sehingga data hasil kajian tersebut dapat memudahkan pimpinan dalam merumuskan kebijakan-kebijakan di bidang penanaman modal secara cepat dan akurat dengan harapan iklim investasi di Kabupaten Bandung akan lebih akomodatif dan kondusif bagi para investor.

3 Namun berdasarkan penelitian awal yang dilakukan oleh peneliti di Badan Penanaman Modal dan Perijinan Kabupaten Bandung (BPMP), peneliti menemukan permasalahan yang berkaitan dengan pengelolaan keuangan daerah dan kinerja organisasi. Adapun permasalahan dalam kegiatan Badan Penanaman Modal dan Perijinan Kabupaten Bandung yang berkaitan dengan pengelolaan keuangan daerah pada saat ini adalah kegiatan peningkatan koordinasi dalam rangka kerjasama penanaman modal antara pemerintah dan dunia usaha hanya mencapai 87,4% dan kegiatan peningkatan pemantauan, pembinaan, pengawasan, pelaksanaan penanaman modal hanya mencapai 84,4%. Berikut ini adalah tabel bukti adanya hambatan didalam pengelolaan keuangan daerah Badan Penanaman Modal dan Perijinan Kabupaten Bandung (BPMP) dalam bentuk capaian realisasi kinerja pada tahun 2014, sebagai berikut:

4 Tabel 1.1 Rekapitulasi kegiatan BPMP tahun anggaran 2014 No A. Program Kegiatan/Sub Kegiatan ANGGARAN MUTLAK DAN WAJIB BPMP Anggaran Keuangan % Sisa Realisasi I. BELANJA MUTLAK LANGSUNG 1. Program Pelayanan Administrasi Perkantoran 530.317.350 520.548.600 98,15% 14.700.000,- 2. Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur 42.583.000 42.583.000 100% 0,- 3. Program Peningkatan Disiplin Aparatur 20.100.000 20.100.000 100% 0,- 4. Program Peningkatan Pengembangan Sistem Pelaporan Capaian Kinerja dan Keuangan 17.497.000 17.497.000 100% 0,- II. BELANJA LANGSUNG WAJIB a. Program Peningkatan Promosi dan Kerjasama Investasi 1. Kegiatan peningkatan fasilitasi terwujudnya kerjasama strategis antara usaha besar, kecil dan menengah. 224.822.500 216.536.3.000 96,3% 8.286.200,-

5 2. Kegiatan peningkatan koordinasi dalam rangka kerjasama penanaman modal antara pemerintah dan dunia usaha. 149.485.000 131.001.000 87,4% 18.484.000,- 3. Kegiatan peningkatan kegiatan pemantauan, pembinaan, pengawasan, pelaksanaan penanaman modal 249.866.250 209.995.250 84,4% 39.871.000,- 4. Kegiatan peningkatan kualitas SDM guna peningkatan pelayanan investasi 249.975.000,- 229.922.000,- 80% 20.053.000,- 5. Penyelenggaraan pameran Investasi 374.970.000 374.598.000 99,9% 372.000,- b. Program Peningkatan Iklim Investasi dan Realisasi Investasi 1. 2. Penyusunan kebijakan investasi bagi pembangunan fasilitas infrastruktur. Penyusunan sistem informasi penanaman modal di daerah. 99.662.500 149.962.500 93.562.500 140.229.000 93,9% 93,5% 6.075.000,- 9.733.500,- c. Program Penyiapan Sumber Daya Sarana dan Prasarana Daerah. 1. Kegiatan kajian potensi sumber daya yang terkait dengan investasi. 249.975.000 239.362.000 95% 10.613.000,- Sumber : Badan Penanaman Modal dan Perijinan Kabupaten Bandung, 2014.

6 Peneliti juga menemukan permasalahan yang berkaitan dengan kinerja organisasi. Berikut ini adalah tabel bukti adanya hambatan didalam kinerja organisasi pada Badan Penanaman Modal dan Perijinan Kabupaten Bandung (BPMP), sebagai berikut: Tabel 1.2 Kualitas Sumber Daya Manusia guna peningkatan dalam pelayanan No Narasi Tolok Ukur 1 Capaian Program Kualitas sumber daya manusia Kabupaten Bandung yang belum tergali secara optimal Kinerja Target Realisasi 100 % - 2 Masukan Jumlah dana Rp. 249.975.000,- - 3 Keluaran Dana yang dikeluarkan Rp. 229.922.000,- Tersusunnya dokumen rencana untuk investasi dan penanaman modal di Kabupaten Bandung. 4 Hasil Evaluasi capaian program kualitas sumber daya manusia 100% 80% Sumber : Badan Penanaman Modal dan Perijinan Kabupaten Bandung, 2014. Pada saat pelaksanaan suatu kegiatan atau program tersebut pasti terdapat suatu hambatan, diduga salah satu faktor yang mengenai pelakasanaan kinerja organisasi sudah cukup baik tapi tetap masih perlu peningkatan kembali, sedangkan kinerja pegawai dalam mengelola keuangan masih belum optimal, hal ini bisa terlihat dari realisasi anggaran tahun 2014 yang di indikasikan karena belum optimalnya pengelolaan keuangan terhadap kinerja organisasi.

7 Fenomena yang terjadi terkait dengan belum optimalnya pengelolaan keuangan daerah pada Badan Penanaman Modal dan Perijinan Kabupaten Bandung terlihat dari masih adanya gejala-gejala seperti: 1. Dalam kegiatan pelaksanaan kinerja belum optimal disebabkan target capaian kerja belum mencapai target 100% seperti yang terdapat dalam tabel rekapitulasi kegiatan BPMP tahun anggaran 2014. 2. Belum lancarnya penyampaian laporan dari hasil pengelolaan keuangan di BPMP yang bisa menyebabkan lambatnya persetujuan dari pusat. 3. Kualitas sumber daya manusia masih perlu ditingkatkan karena para aparatur masih membutuhkan masukan-masukan seperti lokakarya, seminar, dan lainlain. Karena realita tersebut peneliti tertarik untuk meneliti lebih lanjut dan akan dituangakan dalam judul Pengaruh Pengelolaan Keuangan Daerah terhadap Kinerja Organisasi pada Badan Penanaman Modal dan Perijinan Kabupaten Bandung. B. Identifikasi Masalah Berdasaran pengamatan dan data yang di dapatkan di Badan Penanaman Modal dan Perijinan kabupaten Bandung, maka ditemukan beberapa permasalahan sebagai berikut:

8 1. Belum optimalnya anggaran kegiatan kinerja pada Badan Penanaman Modal dan Perijinan yang hanya bisa mencapai 84,4% untuk capaian target 100%. 2. Masih kurangnya koordinasi dalam rangka kerjasama yang dibuktikan pada tabel rekapitulasi kegiatan Badan Penanaman Modal dan Perijinan tahun anggaran 2014 yang realisasinya hanya tercapai 87,4%. 3. Kualitas sumber daya manusia pada Badan Penanaman Modal dan Perijinan hanya tercapai 80% dan masih perlu ditingkatkan kembali. Berdasarkan masalah diatas pernyataan masalahnya adalah kinerja organisasi pada Badan Penanaman Modal dan Perijinan Kabupaten Bandung belum optimal diduga antara lain karena pengelolaan keuangan daerah belum efektif. C. Rumusan Masalah Berdasarkan permasalahan yang didapatkan, maka peneliti merumuskan permasalahan yang terjadi sebagai berikut: 1. Bagaimana realitas pengelolaan keuangan daerah pada Badan Penanaman Modal dan Perijinan Kabupaten Bandung? 2. Bagaimana realitas kinerja organisasi pada Badan Penanaman Modal dan Perijinan Kabupaten Bandung? 3. Seberapa besar pengaruh pengelolaan keuangan daerah terhadap kinerja organisasi pada Badan Penanaman Modal dan Perijinan Kabupaten Bandung?

9 D. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian yang dilakukan peneliti selama proses berlangsung adalah: 1. Untuk mengetahui realitas pengelolaan keuangan daerah pada Badan Penanaman Modal dan Perijinan kabupaten Bandung. 2. Untuk mengetahui realitas kinerja dalam organisasi pada Badan Penanaman Modal dan Perijinan kabupaten Bandung. 3. Untuk mengetahui pengaruh pengelolaan keuangan daerah terhadap kinerja organisasi pada Badan Penanaman Modal dan Perijinan Kabupaten Bandung. E. Kegunaan Penelitian Adapun kegunaan yang ingin dicapai yaitu berupa kegunaan teoritis dan kegunaan praktis. 1. Kegunaan Teoritis Secara teoritis penelitian ini berguna untuk mengembangkan teori tentang ilmu administrasi keuangan negara khususnya tentang pengelolaan keuangan daerah dan kinerja organisasi. 2. Kegunaan Praktis a. Untuk lembaga, hasil penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan dalam mencari jalan keluar untuk memecahkan masalah dalam peningkatan

10 kinerja organisasi pada Badan Penanaman Modal dan Perijinan Kabupaten Bandung. b. Untuk peneliti, penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan mengenai cara pengelolaan keuanganserta pengaruhnya terhadap kinerja organisasi. c. Untuk umum, hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan dan informasi bagi pihak yang berkepentingan dengan masalah yang diteliti oleh peneliti. F. Kerangka Pemikiran Arti dari administrasi keuangan negara menurut Arifin Soeria Atmadja (2010:10) bahwa keuangan negara dalam arti luas meliputi APBN, APBD, Keuangan Negara pada Perjan, Perum, PN-PN dan sebagainya, sedangkan dalam arti sempit hanya meliputi setiap badan hukum yang berwenang mengelola dan mempertanggungjawabkannya. Ruang lingkup pembahasan administrasi keuangan negara tergantung dari sudut pendekatan yang digunakan. Pendekatan yang berbeda akan mencerminkan ruang lingkup yang berbeda. Pembahasan Administrasi Keuangan dikelompokkan kedalam lima pendekatan yang berbeda yaitu pendekatan ketatalaksanaan keuangan, pendekatan keuangan negara, pendekatan administrasi negara termasuk

11 administrasi pembangunan, pendekatan sejarah perkembangan sistem anggaran, pendekatan organisasi sebagai sistem terbuka. Pendekatan yang digunakan dalam merumuskan keuangan negara adalah dari sisi objek, subjek, proses, dan tujuan. Bidang pengelolaan keuangan negara yang demikian luas dapat dikelompokkan dalam subbidang pengelolaan fiscal, subbidang pengelolaan moneter, dan subbidang pengelolaan kekayaan Negara yang dipisahkan. Dalam Pasal 2 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara meliputi: a. Hak negara untuk memungut pajak, mengeluarkan pajak, serta mengedarkan uang, dan melakukan pinjaman; b. Kewajiban negara untuk meyelenggarakan tugas layanan umum pemerintah Negara dan membayar tagihan pihak ketiga; c. Penerimaan negara; d. Pengeluaran negara; e. Penerimaan daerah. f. Pengeluaran daerah; Adapun pengelolaan keuangan daerah dapat didefinisikan menurut Ahmad Yani (2002:348) adalah keseluruhan kegiatan yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, pertanggungjawaban dan pengawasan keuangan daerah.

12 Pengaturan mengenai pengelolaan keuangan daerah yang diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 yang menggantikan Peraturan Pemerintah Nomor 105 tahun 2000 merupakan aturan yang bersifat umum dan lebih menekankan pada hal yang bersifat prinsip, norma, asas, dan landasan umum dalam pengelolaan keuangan daerah. Menurut Ahmad Yani (2002:348) dimensi pengelolaan keuangan daerah : (1) Perencanaan dan penganggaran (2) Pelaksanaan dan Penatausahaan (3) Pertanggungjawaban Kinerja organisasi menurut Baban Sobandi (2006:176) merupakan sesuatu yang telah dicapai oleh organisasi dalam kurun waktu tertentu, baik yang terkait dengan Input, Output, Outcome, Benefit, maupun Impact. Hasil kerja yang dicapai oleh suatu instansi dalam menjalankan tugasnya dalam kurun waktu tertentu, yang terkait dengan tanggung jawab dapat mempermudah arah penataan organisasi pemerintahan. Adanya hasil kerja yang dicapai oleh instansi dengan penuh tanggung jawab akan tercapai peningkatan kinerja yang efektif dan efisien. Kinerja Organisasi dari teori yang digunakan yaitu teori Baban Sobandi dalam bukunya yang berjudul Desentralisasi dan Tuntutan Penataan Kelembagaan

13 Daerah, berikut adalah dimensi kinerja organisasi menurut Baban Sobandi (2006:179) yaitu sebagai berikut: (1) Keluaran (2) Hasil (3) Kaitan Usaha dengan Pencapaian (4) Informasi Penjelas Pertama, keluaran (output) adalah sesuatu yang diharapkan langsung dicapai dari suatu kegiatan yang berupa fisik atau pun non fisik. Suatu kegiatan yang berupa fisik maupun non fisik yang diharapkan dapat dirasakan langsung oleh masyarakat. Kedua, hasil adalah mengukur pencapaian atau hasil yang terjadi karena pemberian layanan. Segala sesuatu yang mencerminkan berfungsinya keluaran kegiatan pada jangka menengah (efek langsung). Maka segala sesuatu kegiatan yang dilakukan atau dilaksanakan pada jangka menengah harus dapat memberikan efek langsung dari kegiatan tersebut. Ketiga, kaitan usaha dengan pencapaian adalah ukuran efisiensi yang mengkaitkan usaha dengan keluaran pelayanan. Keempat, informasi penjelas ini sangat penting untuk menjelaskan kinerja organisasi yang membantu pengguna untuk memahami ukuran kinerja yang akan dilaporkan. Kedua konsep diatas merupakan kerangka pemikiran yang dijadikan alasan ilmiah dalam penelitian ini, yaitu: jika pengelolaan keuangan daerah baik maka akan semakin optimal kinerja organisasi. Berdasarkan uraian diatas untuk

14 menyederhanakan model penelitian, maka model penelitian yang peneliti sajikan dalam gambar sebagai berikut: Gambar 1.1 Model Penelitian Pengelolaan Keuangan Daerah Kinerja Organisasi (Sumber: Peneliti setelah diolah) G. Hipotesis Hipotesis merupakan satu tipe proposisi yang langsung dapat di uji. Oleh karena itu hipotesis selalu mengambil bentuk atau dinyatakan dalam kalimat pernyataan (declarative) dan dalam pernyataan ini secara umum dihubungkan satu atau lebih variabel dengan variabel lain. Hipotesis adalah pernyataan atau jawaban tentatif atas masalah dan kemudian hipotesis dapat diverifikasi hanya setelah hipotesis di uji secara empiris. Tujuan pengujian hipotesis ialah untuk mengetahui kebenaran atau ketidakbenaran untuk menerima atau menolak jawaban tentatif. (Ulber Silalahi, 2012:160). Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan. (Sugiyono, 2012:64).

15 Bentuk hipotesis yang diajukan oleh peneliti dalam penelitian ini adalah hipotesis assosiatif. Hipotesis assosiatif adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah assosiatif, yaitu yang menyatakan hubungan antara dua variabel atau lebih. (Sugiyono, 2012:69). H1 = Pengelolaan Keuangan Daerah berpengaruh terhadap Kinerja Organsasi pada Badan Penanaman Modal dan Perijinan Kabupaten Bandung. H0 = Pengelolaan Keuangan Daerah tidak berpengaruh terhadap Kinerja Organisasi pada Badan Penanaman Modal dan Perijinan Kabupaten Bandung. H. Penelitian Terdahulu Penelitian dengan judul ini sudah pernah di uji oleh beberapa peneliti lainnya, namun di dalam pengambilan penelitian terdahulu ini memiliki fungsi untuk mendapatkan bahan sebagai pembanding dan sebagai acuan dalam penelitian. Dengan adanya penelitian terdahulu maka menghindari pula dari kesamaan data dan kesamaan teori dari isi karya ilmiah yang pernah dilakukan. Maka dengan itu peneliti memaparkan hasil dari penelitian terdahulu sebagai berikut: Tabel 1.3 Penelitian Terdahulu No Nama Peneliti Judul Hasil Penelitian 1 Marjuki Sagala (2011) Pengaruh Penyajian Laporan Keuangan Daerah dan Aksesibilitas Laporan Keuangan Daerah terhadap Pengelolaan Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah bahwa penyajian laporan keuangan daerah dan aksesibilitas laporan keuangan daerah berpengaruh positif dan signifikan

16 2 Chandra Dwipratama (2011) 3 Zulkarnain (2012) Keuangan daerah di Kabupaten Jepara. Pengaruh pengelolaan keuangan daerah terhadap pelaksanaan APBD di Kota Padang Pengaruh efektifitas pegawai terhadap kinerja organisasi di Kecamatan Kelapa Dua Kabupaten Tanggerang. terhadap pengelolaan keuangan daerah baik secara simultan maupun parsial. Dari hasil penelitian ini diperoleh kesimpulan bahwa pengaruh pengelolaan keuangan daerah terhadap pelaksanaan APBD berpengaruh dengan signifikan dan memiliki hasil pengaruh positif yang baik. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini ialah maka dapat dinayatakan H0 ditolak dan H1 diterima, berarti terdapat pengaruh yang signifikan antara pengaruh efektifitas pegawai terhadap kinerja organisasi dan memiliki besaran pengaruh yang cukup tinggi.