BAB 1 PENDAHULUAN. kekebalan tubuh manusia. Acquired Immunodeficiency Syndrome atau AIDS. tubuh yang disebabkan infeksi oleh HIV (Kemenkes RI, 2014).

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah retrovirus yang menginfeksi

BAB I PENDAHULUAN. suatu pendekatan untuk meningkatkan kemauan (willingness) dan. meningkatkan kesehatannya (Notoatdmodjo, 2010).

BAB 1 PENDAHULUAN. Immunodeficiency Virus (HIV)/ Accuired Immune Deficiency Syndrome (AIDS)

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan

BAB I PENDAHULUAN. meninggal akibat HIV/AIDS, selain itu lebih dari 6000 pemuda umur tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut Profil Kesehatan Sumatera Utara Tahun 2013, salah satu penyakit

BAB I PENDAHULUAN. Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang awalnya

BAB 1 PENDAHULUAN. Human Imunnodeficiency Virus (HIV)/ Acquired Imunne Deficiency

BAB 1 : PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia dan masih sering timbul sebagai KLB yang menyebabkan kematian

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. HIV/AIDS (Human Immunodeficiency Virus/Acquired Immune Deficiency

BAB 1 PENDAHULUAN. Pandemi Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS), saat ini merupakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dalam kurun waktu adalah memerangi HIV/AIDS, dengan target

BAB 1 PENDAHULUAN. Immunodeficiency Syndrome (AIDS) adalah kumpulan gejala yang timbul akibat

1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. menjadi prioritas dan menjadi isu global yaitu Infeksi HIV/AIDS.

BAB 1 PENDAHULUAN. Hasil data dari United Nations Children s Fund (UNICEF) (2005), penduduk usia15-24 tahun karena HIV (Human Immunodeficiency Virus)

BAB I PENDAHULUAN. dari dua jenis virus yang secara progresif merusak sel-sel darah putih yang disebut

BAB 1 PENDAHULUAN. HIV/AIDS (Human Immunodeficiency Virus/Acquired Immune Deficiency

BAB 1 PENDAHULUAN. HIV (Human Imunodeficiency Virus) merupakan penyebab penyakit yang di

BAB 1 PENDAHULUAN. menjalankan kebijakan dan program pembangunan kesehatan perlu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Angka morbiditas dan angka mortalitas yang disebabkan oleh infeksi Human

BAB I PENDAHULUAN. yang mengakomodasi kesehatan seksual, setiap negara diharuskan untuk

BAB I PENDAHULUAN. sistem imun dan menghancurkannya (Kurniawati, 2007). Acquired

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit HIV/AIDS merupakan suatu penyakit yang terus berkembang

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome) merupakan. masalah global. Menurut data WHO (World Health Organization) (2014),

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang mengakibatkan

BAB I PENDAHULUAN. dan faktor ekologi (Supariasa,2001 dalam Jauhari, 2012). untuk melawan segala penyakit yang datang. Pada saat kekebalan tubuh kita

BAB I PENDAHULUAN. generasi baik secara kualitas maupun kuantitas. sesuatu yang mengarah pada aktivitas positif dalam pencapaian suatu prestasi.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan kumpulan gejala

BAB 1 PENDAHULUAN. Acquired immune deficiency syndrome (AIDS) adalah sekumpulan gejala

BAB I PENDAHULUAN. Sebaliknya dengan yang negatif remaja dengan mudah terbawa ke hal yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Permasalahan narkotika di Indonesia menunjukkan gejala yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan virus penyebab Acquired

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Narkoba kini mengintai setiap generasi muda laki laki dan wanita

BAB I PENDAHULUAN. pada pembinaan kesehatan (Shaping the health of the nation), yaitu upaya kesehatan

BAB 1 PENDAHULUAN. Human Immunodeficiency Virus (HIV), merupakan suatu virus yang

BAB I PENDAHULUAN. Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan Acquired Immune Deficiency

BAB I PENDAHULUAN. dan diduga akan berkepanjangan karena masih terdapat faktor-faktor yang

BAB I PENDAHULUAN. penyakit, diantaranya Acquired Immuno Defeciency Syndrome. (AIDS) adalah kumpulan penyakit yang disebabkan oleh Virus

BAB I PENDAHULUAN. Menurut DR. Nana Mulyana selaku Kepala Bidang Advokasi dan. Kemitraan Kementerian Kesehatan hasil Riset Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. diselesaikan. Pada akhir abad ke-20 dunia dihadapkan dengan permasalahan

BAB 1 PENDAHULUAN. Jumlah keseluruhan infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) atau orang

BAB 1 PENDAHULUAN. konsekuen dan konsisten. Menurut NIDA (National Institute on Drug Abuse), badan

2016 GAMBARAN MOTIVASI HIDUP PADA ORANG DENGAN HIV/AIDS DI RUMAH CEMARA GEGER KALONG BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. (HIV/AIDS) merupakan masalah kesehatan di seluruh dunia. World Health

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. belum ditemukan, yang dapat mengakibatkan kerugian tidak hanya di bidang

BAB I PENDAHULUAN. menjangkiti sel-sel sistem kekebalan tubuh manusia (terutama sel T CD-4

BAB I PENDAHULUAN. yang diakibatkan oleh HIV (Human Immunodeficiency Virus). Jalur transmisi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan virus golongan

BAB 1 PENDAHULUAN. Penduduk Indonesia tahun , BPS, BAPPENAS, UNFPA, 2005).

BAB 1 PENDAHULUAN. HIV merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi Human

BAB I PENDAHULUAN. Human Immunodefficiency Virus (HIV) merupakan virus penyebab

BAB 1 PENDAHULUAN. Sasaran pembangunan milenium (Millennium Development Goals/MDGs)

BAB 1 PENDAHULUAN. HIV dalam bahasa inggris merupakan singkatan dari. penyebab menurunnya kekebalan tubuh manusia.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. United Nation, New York, telah menerbitkan World Drugs Report 2015 yang

BAB 1 PENDAHULUAN. merusak sel-sel darah putih yang disebut limfosit (sel T CD4+) yang tugasnya

BAB I PENDAHULUAN. Acquired Immune Deficiency Syndrome atau yang lebih dikenal dengan

BAB I PENDAHULUAN. melemahkan kekebalan tubuh manusia. Sedangkan Acquired Immune Deficiency

2013 GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA TENTANG HIV/AIDS DI KELAS XI SMA YADIKA CICALENGKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Immunodeficiency Virus (HIV) semakin mengkhawatirkan secara kuantitatif dan

GLOBAL HEALTH SCIENCE, Volume 2 Issue 1, Maret 2017 ISSN

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan virus yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Faktor Risiko yang Berhubungan dengan Kejadian HIV dan AIDS Di Puskesmas Kassi-kassi Kota Makassar

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kesehatan masyarakat yang yang dialami Indonesia saat ini sangat

BAB I PENDAHULUAN. Sumber: Kemenkes, 2014

PENINGKATAN PENGETAHUAN DAN SIKAP WARGA BINAAN KASUS NARKOBA DALAM PENCEGAHAN HIV DAN AIDS DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS IIA SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. dunia. Berdasarkan data yang diterbitkan oleh Joint United National Program on

HIV/AIDS. Intan Silviana Mustikawati, SKM, MPH

BAB I PENDAHULUAN. mendatang, akan tetapi teknologi informasi serta ilmu pengetahuan dan tekhnologi (Iptek) yang

BAB I PENDAHULUAN. dalam Undang-Undang Kesehatan No. 36 tahun 2009 pasal 5 ayat 1, yang

SKRIPSI. Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun Oleh :

BAB I PENDAHULUAN. (NAPZA) atau yang lebih sering dikenal masyarakat dengan NARKOBA

BAB 1 PENDAHULUAN. Sasaran pembangunan milenium (Millennium Development Goals/MDGs)

BAB 1 PENDAHULUAN. dan menjadi salah satu masalah nasional maupun internasional. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. hangat dibahas dalam masa sekarang ini adalah penyakit HIV/AIDS (Human

BAB 1 PENDAHULUAN. kekebalan tubuh manusia, sedangkan Acquired Immunodeficiency Syndrom. penularan terjadi melalui hubungan seksual (Noviana, 2013).

BAB 1 PENDAHULUAN. NAPZA (Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lain) adalah bahan/zat/obat

BAB I PENDAHULUAN. Acquired Immunodeficiency Syndrome atau Acquired Immune. rusaknya sistem kekebalan tubuh manusia akibat infeksi virus HIV 1.

BAB 1 : PENDAHULUAN. remaja. Perubahan yang dialami remaja terkait pertumbuhan dan perkembangannya harus

BAB 1 PENDAHULUAN. tersebut, remaja cenderung untuk menerima tantangan atau coba-coba melakukan

BAB I PENDAHULUAN UKDW. tubuh manusia dan akan menyerang sel-sel yang bekerja sebagai sistem kekebalan

BAB 1 PENDAHULUAN. HIV di Indonesia termasuk yang tercepat di Asia. (2) Meskipun ilmu. namun penyakit ini belum benar-benar bisa disembuhkan.

BAB I PENDAHULUAN. HIV dan AIDS merupakan penyakit yang dapat ditularkan melalui

BAB I PENDAHULUAN. yaitu human immuno deficiency virus (HIV), yang telah di. identifikasi pada tahun 1983 (Depkes RI ).

BAB I PENAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Masyarakat dunia khususnya bangsa Indonesia, saat ini sedang dihadapkan

BAB I PENDAHULUAN. global.tuberkulosis sebagai peringkat kedua yang menyebabkan kematian dari

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus atau HIV adalah sejenis virus yang menyerang/menginfeksi sel darah putih yang menyebabkan menurunnya kekebalan tubuh manusia. Acquired Immunodeficiency Syndrome atau AIDS adalah sekumpulan gejala penyakit yang timbul karena menurunnya kekebalan tubuh yang disebabkan infeksi oleh HIV (Kemenkes RI, 2014). Human Immunodeficiency Virus terus menjadi masalah kesehatan masyarakat global, terdapat 36,9 juta orang yang hidup dengan HIV dengan dua juta infeksi baru pada tahun 2014. Sub-Sahara Afrika merupakan penyebab 70% kasus baru infeksi HIV pada tahun 2014. Penderita HIV yang mengetahui statusnya hanya 54% dari seluruh penderita HIV (WHO, 2015). Persentase penderita HIV pada perempuan sebesar 45,7% dan pada anak berusia <15 tahun sebesar 9,1% pada tahun 2013 di seluruh dunia. Jumlah infeksi baru HIV pada tahun 2013 sebesar 88,8% dewasa dan 11,2% anak berusia <15 tahun (Kemenkes RI, 2014). Secara global, persentase pengguna narkoba yang hidup dengan HIV sebesar 18,8%, di Eropa Timur dan Asia Tengah lebih 80% dari semua infeksi HIV terkait dengan penggunaan narkoba. United Nations Programme on HIV/AIDS (UNAIDS) menyebutkan bahwa di seluruh dunia terdapat sekitar 10% infeksi HIV yang berasal dari jarum dan alat suntik lainnya yang tercemar. (Kemenkes RI, 2014). Narkoba yang digunakan melalui jarum suntik salah 1

2 satunya heroin. Heroin menjadi masalah lebih dari 100 negara di seluruh dunia, dan terdapat sekitar 10 juta orang yang menyuntik heroin secara rutin di seluruh dunia. Dari 100 negara tersebut, lebih dari 80 negara diantaranya telah melaporkan infeksi HIV dikalangan pengguna narkoba suntik. Di Amerika Utara, penyalahgunaan narkoba suntik menyebabkan sedikitnya 25% kasus AIDS sampai tahun 1994, dan merupakan faktor risiko kedua untuk tertular HIV. Penggunaan jarum suntik merupakan faktor penyebab utama penularan HIV di wilayah Eropa Timur. Penderita AIDS tertular melalui penggunaan narkotika secara bergantian sebesar 62% di Rusia pada tahun 1997 (Winarno, 2008). Secara global di tahun 2013, satu dari dua puluh orang antara usia 15-64 tahun menggunakan narkoba. Prevalensi pengguna narkoba pada usia 15-64 tahun sebesar 5,2%. Laporan Unicef, UNAIDS dan WHO menyebutkan bahwa masa remaja sering digunakan untuk bereksperimen dengan narkotika dan alkohol. Di Tanzania, anak muda yang berusia antara 16-24 tahun yang merokok dan minum alkohol mempunyai pasangan seks empat kali lebih banyak dari kawan-kawan seusianya. Di Buenos Aires, Argentina, seperlima dari pecandu narkotika dengan jarum suntik mengatakan bahwa mereka mulai memakai narkotika pada saat berusia 16 tahun ataupun lebih muda, dan duapertiganya telah mulai ketika berusia 18 tahun (UNODC, 2015). Penggunaan narkoba melalui jarum suntik atau obat yang disuntikkan menjadi sebuah tren baru dan menjadi pemicu kasus HIV/AIDS seperti di Malaysia, Vietnam, Thailand, dan Indonesia (BKKBN, 2012). Kasus HIV/AIDS pertama kali di Indoneisa ditemukan di provinsi Bali pada tahun 1987, hingga saat

3 ini HIV/AIDS sudah menyebar di 386 kapubaten/kota di seluruh provinsi di Indonesia. Penyebab AIDS 15,2% karena narkoba suntik, sedangkan pada penderita HIV sebesar 7,7% (Kemenkes RI, 2014). Kasus AIDS di Indonesia berdasarkan jenis kelamin sejak 1987 sampai September 2014, lebih banyak terjadi pada kelompok laki-laki (54%) atau hampir dua kali lipat dibandingkan pada kelompok perempuan (29%) dan sisanya tidak dilaporkan. Persentase kematian akibat AIDS sebesar 87,2% dewasa dan 12,8% anak berusia <15 tahun. Persentase infeksi HIV menurut kelompok umur 15-19 tahun 3,6%. Persentase kumulatif AIDS menurut kelompok umur 15-19 tahun sebesar 3,1%. Case fatality rate (CFR) AIDS adalah 0,46%. Prevalensi kasus AIDS terbesar adalah Provinsi Papua sebesar 359,43 per 100.000 penduduk, sedangkan Sumatera Utara berada pada urutan ke tujuh belas dari 33 provinsi yaitu sebesar 12,12 per 100.000 (Kemenkes RI, 2014). Kasus HIV/AIDS terus mengalami peningkatan dalam sepuluh tahun terakhir di Sumatera Utara. Jumlah kasus HIV pada tahun 2015 meningkat 44,2% dari 3.594 kasus, sedangkan kasus AIDS meningkat 0,6% dari 5.625 kasus. Penderita HIV/AIDS tahun 2015 yang memenuhi syarat untuk pengobatan ARV 69,3% dan yang mendapatkan ARV 83%. Berdasarkan jenis kelamin kasus HIV(+) yang ditemukan lebih banyak pada laki-laki dibandingkan perempuan dengan perbandingan 1,6 : 1 yang ditemukan di layanan VCT Provinsi Sumatera Utara pada tahun 2015 (Dinkes Provsu, 2013). Jumlah kasus baru penderita HIV/AIDS untuk wilayah Provinsi Sumatera Utara tertinggi di Kota Medan pada

4 tahun 2013 (Dinkes Provsu, 2013). Persentase kasus kumulatif AIDS pada IDU di Sumatera Utara tahun 2013 sebesar 17,06% (Kemenkes RI, 2014). Injecting Drug User adalah perilaku konsumsi narkoba beresiko tertular HIV/AIDS. Menurut Kemenkes RI yang dikutip dari hasil studi Sabarinah (2009) dan Ismail (2006) tentang pemakai narkoba, mayoritas berasal dari kalangan remaja dan dewasa muda yang mulai merokok di masa remaja. Pengakuan para pemakai narkoba pada studi tahun 2008 mengungkapkan bahwa rata-rata remaja mulai merokok di usia 14 tahun pada laki-laki dan 15 tahun pada perempuan, dan dilanjutkan mengonsumsi alkohol di sekitar usia 15 tahun pada laki-laki dan 17 tahun pada perempuan, serta narkoba lain di usia rata-rata 16 tahun pada laki-laki dan 17 tahun juga pada perempuan, risiko berlanjut memakai narkoba lain setelah merokok juga telah dilaporkan, besarnya risiko untuk memakai narkoba jika remaja merokok adalah empat kali dibandingkan jika remaja tidak merokok (Kemenkes RI, 2014). Proporsi perokok aktif setiap hari pada usia 15-19 tahun sebesar 11,2%, tetapi proporsi perokok kadang-kadang terbesar pada usia 15-19 sebesar 7,1% (Kemenkes RI, 2013). Berdasarkan data Badan Narkotika Nasional (BNN) (2014), jumlah penyalahguna narkoba sebanyak sekitar 2,10-2,25% dari total seluruh penduduk Indonesia yang berisiko terpapar narkoba di tahun 2014. Jika dibandingkan studi tahun 2011, angka prevalensi tersebut relatif stabil (2,2%) tetapi terjadi kenaikan bila dibandingkan hasil studi tahun 2008 (1,9%). Penyalahguna narkoba cobacoba pakai memiliki proporsi terbesar pada kelompok pelajar/mahasiswa.

5 Menurut BNN, dari tahun 2010-2012 jumlah tersangka narkoba berdasarkan kelompok umur 16-19 tahun terus mengalami peningkatan tiap tahun, jumlah tersangka pada tahun 2012 meningkat 18,7% dari 1.774 tersangka. Sebagian besar tersangka berlatar belakang pendidikan SLTA (55,4%), berjenis kelamin laki-laki (90,8%) (Kemenkes RI, 2014). Berdasarkan hasil penelitian Emailijati (2013) jumlah tersangka narkoba selama tahun 2007-2011 berdasarkan tingkat pendidikan yaitu sebanyak 11,8% anak SD, sebesar 23,7% anak SMP dan sebesar 61,9% anak SMA. Jumlah kasus narkoba tahun 2013 yang diungkap meningkat sebesar 23,8% dari 28.623 kasus. Angka-angka yang dilaporkan ini hanya puncak gunung es dari masalah narkoba yang jauh lebih besar (BNN, 2014). Berdasarkan data BNN, masalah penyalahgunaan narkoba di tanah air telah merambah pada sebagian besar kelompok usia produktif, yaitu yang masih remaja berstatus pelajar maupun mahasiswa (Emailijati, 2013). Prevalensi penyalahguna narkoba pada populasi 10-59 tahun di Sumatera Utara sebesar 3,06%, angka tersebut berada di urutan ke tiga setelah DKI Jakarta (4,74%) dan Kalimantan Timur (3,07%) di tahun 2014. Berdasarkan Kemenkes RI (2014), persentase kasus narkoba pada tahun 2012 di Sumatera Utara sebesar 8,4%. Jenis narkoba yang banyak disalahgunakan adalah shabu (39,4%), miras (minuman keras) (27,1%), ganja (22,7%), daftar G (daftar obat) (4,9%) dan ekstasi (2.9%). Shabu adalah jenis psikotropika dengan kandungan methamphetamin, memberi efek stimulan untuk merangsang sistem saraf pusat

6 dan meningkatkan kegairahan yang memicu bagi pemakainya melakukan seks bebas yang dapat menimbulkan kasus baru infeksi HIV (Kemenkes RI, 2014). Salah satu upaya untuk pencegahan kasus HIV/AIDS dan narkoba melalui pendidikan kesehatan. Berdasarkan peraturan Gubernur Sumatera Utara nomor 23 tahun 2014 bahwa dinas Pendidikan dan Kementerian Agama Provinsi Sumatera Utara selaku anggota KPA Provinsi Sumatera Utara melakukan pembinaan terhadap Dinas Pendidikan Kab/Kota untuk mensosialisasikan penanggulangan HIV dan AIDS di dunia pendidikan antara lain: pengembangan komunikasi informasi dan edukasi sesuai dengan usia sekolah, integrasi materi HIV dan AIDS ke dalam kurikulum/kegiatan ekstrakurikuler (Pemprovsu, 2014). Hasil studi yang dilaksanakan kementerian kesehatan, bahwa pengetahuan komprehensif tentang HIV dan AIDS di kalangan orang muda (usia 15-24 tahun) pada populasi umum sebesar 20,6%. Penelitian lainnya, hanya 22% siswa kelas dua SMA yang memiliki pengetahuan komprehensif tentang penularan HIV, dan 64% masih miskonsepsi tentang HIV (UNICEF, 2012). Hasil penelitian Wibowo dan Marom (2014) pada siswa MAN 2 Kota Pekalongan, pengetahuan siswa tentang HIV/AIDS berada pada kategori cukup sebesar 61,9%. Hasil penelitian Thanabal (2012), pengetahuan pelajar SMA Harapan 1 Medan tentang bahaya narkotika berada pada kategori cukup. Berdasarkan hasil penelitian Syarif dan Tafal (2008), remaja penasun dengan tingkat pengetahuan kurang tentang HIV/AIDS mempunyai risiko tertular HIV/AIDS 6,9 kali dibandingkan yang mempunyai tingkat pengetahuan baik.

7 Hasil penelitian Tosi dkk (2010), terdapat hubungan pengetahuan dengan sikap siswa SMA tentang HIV/AIDS. Pengetahuan yang baik akan menciptakan sikap yang baik. Berdasarkan permasalahan diatas, maka perlu dilakukan penelitian mengenai pengetahuan dan sikap tentang HIV/AIDS dan bahaya narkoba pada siswa laki-laki MAN 1 Medan Tahun 2016. 1.2 Rumusan Masalah Belum diketahui tingkat pengetahuan dan sikap tentang HIV/AIDS dan bahaya narkoba pada siswa laki-laki MAN 1 Medan tahun 2016. 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat pengetahuan dan sikap tentang HIV/AIDS dan bahaya narkoba pada siswa laki-laki MAN 1 Medan tahun 2016. 1.3.2 Tujuan Khusus a. Mengetahui gambaran distribusi proporsi pengetahuan dan sikap tentang HIV/AIDS dan bahaya narkoba pada siswa laki-laki MAN 1 Medan. b. Mengetahui hubungan pengetahuan dengan sikap tentang HIV/AIDS pada siswa laki-laki MAN 1 Medan. c. Mengetahui hubungan pengetahuan dengan sikap tentang bahaya narkoba pada siswa laki-laki MAN 1 Medan. d. Mengetahui hubungan pengetahuan HIV/AIDS dengan pengetahuan bahaya narkoba pada siswa laki-laki MAN 1 Medan.

8 e. Mengetahui hubungan sikap HIV/AIDS dengan sikap bahaya narkoba pada siswa laki-laki MAN 1 Medan. 1.4 Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi : a. Sebagai sumber infomasi dan masukan bagi MAN 1 Medan. b. Sebagai sumber informasi dan referensi bagi mahasiswa yang akan melakukan penelitian selanjutnya berkenaan topik peneliti.