HUBUNGAN TINGKAT DISMENOREA DENGAN PENGGUNAAN ANALGETIK PADA SISWA SMPN 4 PEUSANGAN KABUPATEN BIREUEN. Nurhidayati 1*)

dokumen-dokumen yang mirip
UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Masa remaja sering disebut dengan masa pubertas. Dimana masa

BAB 1 PENDAHULUAN. hampir 90% wanita mengalami dismenore, dan 10-15% diantaranya

BAB I PENDAHULUAN. yang terjadi pada waktu menjelang atau selama menstruasi, yang memaksa

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan salah satu tahap dalam kehidupan manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menarche adalah haid yang datang pertama kali yang sebenarnya

BAB I PENDAHULUAN. waktu menjelang atau selama menstruasi. Sebagian wanita memerlukan

BAB I PENDAHULUAN. yang cepat, termasuk pertumbuhan serta kematangan dari fungsi organ reproduksi

HUBUNGAN PENGETAHUAN SISWI KELAS VIII TENTANG DISMINORE DENGAN PERILAKU DALAM UPAYA PENANGANAN DISMINORE DI SMPN 12 KOTA BATAM

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Nyeri haid atau dismenore merupakan keluhan yang sering dialami wanita

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Masa ini merupakan masa peralihan manusia dari anak-anak menuju

BAB I PENDAHULUAN dan 2000, kelompok umur tahun jumlahnya meningkat dari 21 juta

BAB I PENDAHULUAN. terutama pada remaja putri yang nantinya akan menjadi seorang wanita yang

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja (pubertas) merupakan masa transisi antara masa anak dan dewasa

Hubungan Olahraga Dengan Kejadian Dismenorea Mahasiswi Tingkat 1 Akademi Keperawatan Pemkab Ngawi

BAB I PENDAHULUAN. produksi zat prostaglandin (Andriyani, 2013). Disminore diklasifikasikan

Daftar Pustaka : 21 ( ) Kata kunci: Dismenore, Intensitas dismenore, Senam dismenore

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN MENSTRUASI TERHADAP UPAYA PENANGANAN DISMENORE PADA SISWI SMA NEGERI 1 BUNGKU TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. Dismenore primer merupakan nyeri haid yang dijumpai tanpa kelainan pada

BAB I PENDAHULUAN. remaja yaitu perubahan perubahan yang sangat nyata dan cepat. Anak

HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN KEJADIAN DISMENOREA PADA REMAJA PUTRI DI SMA MTA SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. perhatian khusus pada masa remaja yang dimana terjadi proses pertumbuhan

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat dewasa, usia di mana anak tidak lagi merasa di bawah tingkat orangorang

BAB I PENDAHULUAN. dan 2011 yang memenuhi kriteria inklusi, dismenorea adalah salah satu

BAB I PENDAHULUAN UKDW. yang terjadi saat menstruasi. Dysmenorrhea disebabkan karena terjadi kontraksi

BAB 1 PENDAHULUAN. Health Organization (WHO) menentukan usia remaja antara tahun.

HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN SIKAP REMAJA PUTRI TENTANG DISMENORE DI AKADEMI KEBIDANAN SARI MULIA BANJARMASIN ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. yaitu mengalami menstruasi atau haid. Menstruasi merupakan bagian dari proses

BAB I PENDAHULUAN. Menstruasi atau haid atau datang bulan adalah perubahan fisiologis

BAB I PENDAHULUAN. perubahan biologis dan psikologis yang pesat dari masa kanak-kanak ke masa

BAB 1 PENDAHULUAN. seperti susah diatur dan lebih sensitif terhadap perasaannya (Sarwono, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. sebelum dan selama menstruasi bahkan disertai sensasi mual. 1 Dalam istilah

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dewasa, usia dimana anak tidak lagi merasa di bawah tingkat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. atau adolescence. Menurut WHO (2007) masa remaja terjadi pada usia antara 10 24

BAB I PENDAHULUAN. Setiap perempuan memiliki siklus menstruasi yang berbeda-beda, namun hampir 90% wanita memiliki siklus hari dan hanya 10-15%

BAB I PENDAHULUAN. punggung bagian bawah dan paha (Badziad, 2003). Dismenorea merupakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Menstruasi adalah pendarahan periodik dan siklik dari uterus, disertai

PENGARUH SENAM DISMENORE TERHADAP PENURUNAN DISMENORE PADA REMAJA PUTRI DI DESA SIDOHARJO KECAMATAN PATI

BAB I PENDAHULUAN. yang ditandai dengan perkembangan fisik, mental, emosional, dan sosial.

2016 GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA MADYA ( TAHUN ) TENTANG DYSMENORRHEA DI SMPN 29 KOTA BANDUNG

BAB 1 PENDAHULUAN. ibu. Meskipun menstruasi adalah proses fisiologis, namun banyak perempuan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 50% perempuan disetiap dunia mengalaminya. Dari hasil penelitian, di

PERBEDAAN KOMPRES HANGAT DENGAN TEKNIK EFFLEURAGE TERHADAP PENURUNAN NYERI DISMENORE PADA SISWI DI MTsN NGEMPLAK SLEMAN TAHUN 2015 NASKAH PUBLIKASI

BAB 1 PENDAHULUAN. Gangguan menstruasi menjadi masalah umum selama masa remaja, dapat

HUBUNGAN STATUS GIZI DAN USIA MENARCHE DENGAN DISMENORHEA PRIMER PADA REMAJA PUTRI KELAS XI SMA NEGERI 15 PALEMBANG

EFEKTIVITAS PEMBERIAN GUIDED IMAGERY TERHADAP NYERI DISMINORE PADA REMAJA DI SMPN III COLOMADU KARANGANYAR

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Sedangkan 85% diantaranya hidup di negara berkembang. Di Indonesia,

BAB I PENDAHULUAN. Masa pubertas merupakan masa transisi dari anak-anak menjadi remaja.

BAB VI PEMBAHASAN. A. Pembahasan Univariat 1) Kejadian Dismenore Responden. yang tidak mengalami dismenore sebanyak 55 orang (55%).

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja adalah suatu fase perkembangan yang dinamis dalam kehidupan

HUBUNGAN KECEMASAN REMAJA DENGAN KEJADIAN DISMENOREA PADA SISWI SMP X BANDUNG

BAB 1 PENDAHULUAN. rawan terhadap stress (Isnaeni, 2010). World Health Organization (WHO) dan belum menikah (WHO dalam Isnaeni, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. kematangan mental, emosional, sosial, dan fisik. Masa pubertas adalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dismenore merupakan suatu gejala rasa sakit atau rasa tidak enak. diperut bagian bawah pada masa menstruasi sampai dapat menggangu

BAB I PENDAHULUAN. meluas hingga ke pinggang, punggung bagian bawah dan paha (Badziad,

2015 PROFIL KONSENTRASI BELAJAR SISWI YANG MENGALAMI DISMENORE

BAB I PENDAHULUAN. kecacatan secara proses maupun fungsi pada sistem reproduksi manusia.

2015 PERBED AAN TINGKAT D ISMENORE PAD A AKTIVITAS RINGAN, SED ANG, D AN BERAT ATLET WANITA KBB

HUBUNGAN KADAR HEMOGLOBIN DENGAN KEJADIAN DISMENORE PADA SISWI KELAS XI SMA NEGERI 1 WONOSARI KLATEN

PENGARUH DISMENORE TERHADAP AKTIVITAS PADA SISWI SMK BATIK 1 SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa, menunjukkan suatu

PENGARUH PEMBERIAN DARK CHOCOLATE TERHADAP DISMENORHEA PRIMER PADA MAHASISWI KEPERAWATAN.

[Jurnal Florence] Vol. VII No. 1 Januari 2014

HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN KEJADIAN DISMENOREA REMAJA PUTRI DI SMA ISLAM AL-HIKMAH JEPARA. Oleh : MULASTIN, S. SIT, M. KES

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DENGAN SIKAP MAHASISWI KEPERAWATAN SI DALAM MENGATASI DISMENORE

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. keluar (Smeltzer & Bare, 2001). Siklus menstruasi endometrium terdiri dari

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja atau pubertas adalah usia antara 10 sampai 19 tahun, dan

BAB I PENDAHULUAN. fisik, terjadi perubahan karakteristik jenis kelamin sekunder menuju kematangan seksual

PERILAKU REMAJA PUTERI DALAM MENGATASI DISMENORE (STUDI KASUS PADA SISWI SMK NEGERI 11 SEMARANG )

BAB 1 PENDAHULUAN. Haid adalah perdarahan dari kemaluan yang terjadi pada seorang wanita yang

HUBUNGAN ANTARA PENDIDIKAN ORANG TUA (IBU) DENGAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG DISMENOREA DAN PENANGANANNYA DI MA AN-NUR KOTA CIREBON TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa-masa yang akan dilalui dengan berbagai

BAB I PENDAHULUAN. paling sering menyebabkan wanita-wanita muda pergi ke dokter untuk

GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA DALAM MENGHADAPI DYSMENORRHEA PADA SISWI KELAS XI SMA NEGERI 3 SLAWI

BAB I PENDAHULUAN. juga istilah adolesens (dalam Bahasa Inggris: adolescence). Para ahli. merumuskan bahwa istilah pubertas digunakan untuk menyatakan

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa fase perkembangan dinamis dalam

BAB I PENDAHULUAN. filter), rokok arab (rokok shisha), sampai gaya modern (rokok elektrik). Banyak

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 6 Gorontalo mulai 5 Mei sampai dengan 5 juni

2013 GAMBARAN TINGKAT STRES PADA ANAK USIA SEKOLAH MENGHADAPI MENSTRUASI PERTAMA (MENARCHE) DI SEKOLAH DASAR NEGERI GEGERKALONG GIRANG

HUBUNGAN USIA MENARCHE DENGAN KEJADIAN DISMENORE PADA REMAJA PUTRI DI SMP N 17 SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan pubertas meliputi suatu kompleks biologis, morfologis, dan

BAB I PENDAHULUAN. menstruasinya semakin mendekat. Keadaan ini tidak selalu terjadi pada setiap

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DISMENORHEA REMAJA PUTERI PADA SISWA KELAS X SMK TALAGA KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN 2016

SKRIPSI PENGARUH TERAPI AKUPRESUR SANYINJIAO POINT TERHADAP INTENSITAS NYERI DISMENORE PRIMER PADA MAHASISWI SEMESTER VIII

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DENGAN KECEMASAN MENGHADAPI MENARCHE PADA SISWI KELAS VI

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa. tidak adanya pembuahan (Andriyani, 2013).

BAB I PANDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masa remaja merupakan suatu fase perkembangan yang dinamis dalam

PENGETAHUAN TENTANG JAMU SEBAGAI PEREDA NYERI HAID PADA SISWI SMA N 1 JATINOM KLATEN. Indri Kusuma Dewi 1 ) Bambang Yunianto 2 ) ABSTRAK

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DISMINORE DI SMAN 5 PEKANBARU

HUBUNGAN TEHNIK MENYUSUI YANG BENAR DENGAN KEJADIAN BENDUNGAN ASI PADA IBU NIFAS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MEUREUDU KABUPATEN PIDIE JAYA MISRINA

Hubungan Personal Hygiene Organ Reproduksi dengan Kejadian Keputihan pada Remaja Siswi Smk N 1 Sumber Kecamatan Sumber Kabupaten Rembang

BAB I PENDAHULUAN. keadaan normal lama menstruasi berkisar antara 3-7 hari dan rata-rata berulang

BAB 1 PENDAHULUAN. produktif dan kreatif sesuai dengan tahap perkembangannya (Depkes, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan psikososial ego. Pada periode ini terjadi peristiwa yang sangat

FAKTOR - FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN NYERI MENSTRUASI (DISMENOREA) PADA REMAJA PUTRI DI BEBERAPA SMA DI KABUPATEN ROKAN HULU TAHUN 2013

Transkripsi:

HUBUNGAN TINGKAT DISMENOREA DENGAN PENGGUNAAN ANALGETIK PADA SISWA SMPN 4 PEUSANGAN KABUPATEN BIREUEN Nurhidayati 1*) 1 Dosen Diploma-III Kebidanan Universitas Almuslim *) email : yun_bir_aceh@yahoo.com ABSTRAK Angka kejadian nyeri menstruasi di dunia sangat besar. Rata-rata lebih dari 50% perempuan di setiap negara mengalami nyeri menstruasi. Di Amerika angka persentasenya sekitar 60% dan di Swedia sekitar 72%. Sementara di Indonesia angkanya diperkirakan 55% perempuan usia produktif yang tersiksa oleh nyeri selama menstruasi. Angka kejadian (prevalensi) nyeri menstruasi berkisar 45-95% di kalangan wanita usia produktif. Walaupun pada umumnya tidak berbahaya, namun sering kali dirasa mengganggu bagi wanita yang mengalaminya. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan tingkat dismenorea dengan penggunaan analgetik pada siswa SMPN 4 Peusangan Kabupaten Bireuen. Dengan jenis penelitian analitik. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini yaitu sampling jenuh (total sampling) dengan jumlah sampel 62 siswi, dan instrumen yang digunakan berupa form wawancara. Hasil penelitian dapat diketahui tingkat dismenorea siswi mayoritas berada pada kategori ringan. Umumnya siswi tidak menggunakan analgetik. Hasil uji statistik chi-square pada taraf uji 5%, didapatkan bahwa ada hubungan tingkat dismenorea dengan penggunaan analgetik pada siswa SMPN 4 Peusangan Kabupaten Bireuen. Kata Kunci : Menstruasi, dismenorea, analgetik. 1. Pendahuluan Angka kejadian nyeri menstruasi di dunia sangat besar. Rata-rata lebih dari 50% perempuan di setiap negara mengalami nyeri menstruasi. Di Amerika angka persentasenya sekitar 60% dan di Swedia sekitar 72%. Sementara di Indonesia diperkirakan 55% perempuan usia produktif yang tersiksa oleh nyeri selama menstruasi. Angka prevalensi nyeri menstruasi berkisar 45-95% di kalangan wanita usia produktif. Walaupun pada umum nya tidak berbahaya, namun sering kali dirasa mengganggu bagi wanita yang mengalaminya. Derajat nyeri dan kadar gangguan tentu tidak sama untuk setiap wanita. Ada yang masih bisa bekerja (sesekali sambil meringis), juga yang tidak kuasa beraktifitas karena nyerinya. (Provewati, 2009). Dismenore dapat dialami lebih dari setengah wanita yang sedang menstruasi, dan prevalensinya sangat bervariasi. Berdasarkan data dari berbagai negara, angka kejadian dismenore di dunia cukup tinggi. Diperkirakan 50% dari seluruh wanita di dunia menderita dismenore dalam sebuah siklus menstruasi. Pasien melaporkan nyeri saat haid, dimana sebanyak 12% nyeri haid sudah parah, 37% nyeri haid sedang, dan 49% nyeri haid masih ringan. Di Amerika Serikat diperkirakan hampir 90% wanita mengalami dismenore dan 10-15% diantaranya mengalami dismenore berat, yang menyebabkan mereka tidak mampu melakukan kegiatan apapun dan ini akan menurunkan kualitas hidup pada individu masing-masing. Bahkan di perkirakan para perempuan di Amerika kehilangan 1,7 juta hari kerja setiap bulan akibat dismenore. (Calis, 2011). Di Indonesia angka kejadian dismenore sebesar 107.673 jiwa (64,25%), yang terdiri dari 59.671 jiwa (54,89%) mengalami dismenore primer dan 9.496 jiwa (9,36%) mengalami dismenore sekunder. Dismenore menyebabkan 14% dari pasien remaja sering tidak hadir di sekolah dan tidak menjalani kegiatan sehari-hari (Info Sehat, 2011). Nyeri dismenore jika tidak segera diatasi akan mempengaruhi fungsi mental dan fisik individu Nurhidayati Hubungan tingkat Dismenorea dengan penggunaan Analgetik pada siswa SMPN 4 Peusangan 10

sehingga mendesak untuk segera mengambil tindakan atau terapi secara farmakologis atau non farmakologis. Terapi secara farmakologis salah satunya dengan pemberian obat-obat analgesik. Obat golongan NSAID (Non Steroidal Anti Inflammatory Drugs) dapat meredakan nyeri ini dengan cara memblok prostaglandin yang menyebabkan nyeri. Pengobatan dengan menggunakan NSAID memiliki efek samping yang berbahaya terhadap system tubuh lainnya (nyeri lambung dan resiko kerusakan ginjal), (Wibowo, 2004). Penelitian Mulastin (2011) tentang hubungan status gizi dengan kejadian dismenorea remaja putri di SMA Islam Al-Hikmah Jepara, menunjukkan bahwa sebagian besar responden dengan status gizi normal menga-lami dismenorea primer sebanyak 69 responden (68,4%) sedangkan sebagian kecil gizi gemuk juga mengalami kejadian dismenorea primer yaitu sebanyak 2 responden (1,9%). Banyak wanita mengalami ketidaknyamanan fisik selama beberapa hari sebelum periode menstruasi mereka datang. Kira-kira setengah dari seluruh wanita menderita dismenorea atau menstruasi yang menyakitkan. Hal ini khususnya sering terjadi di awal-awal masa dewasa. Gejala-gejala dari gangguan menstruasi dapat berupa payudara yang melunak, puting susu yang nyeri, bengkak, dan mudah tersinggung. Beberapa wanita mengalami gangguan yang cukup berat seperti kram yang disebabkan oleh kontraksi otot-otot halus rahim, sakit kepala, sakit pada bagian tengah perut, gelisah, letih, hidung tersumbat, dan ingin menangis. 2. Landasan Teori Dismenorea merupakan gangguan fisik yang berupa nyeri (kram perut). Dismenorea merupakan nyeri sebelum, sewaktu, dan sesudah haid. Gangguan ini biasanya mulai terjadi pada 24 jam sebelum terjadinya perdarahan menstruasi dan dapat terasa 24 36 jam. Kram tersebut terutama dirasakan di daerah perut bagian bawah menjalar ke punggung atau permukaan dalam paha. Pada kasus dysmenorea berat nyeri kram dapat disertai dengan muntah dan diare (Andira, Dita, 2010). Faktor-faktor yang mempengaruhi dismenorea diantaranya faktor kejiwaan dimana pada remaja yang secara emosional belum stabil sehingga mudah untuk terjadinya dismenorea, faktor konstitusi yaitu ketahanan terhadap rasa nyeri seperti kondisi fisik lemah yang dapat mempengaruhi terjadinya dismenorea, faktor endokrin yaitu timbulnya rasa nyeri karena kontraksi rahim, faktor aktifitas dan faktor status gizi. Dismenorea dapat diklasifikasikan menjadi tiga, yang pertama dismenore ringan merupakan nyeri hampir tidak terasa (sangat ringan) dan tidak menyenangkan Rasa nyeri yang berlangsung beberapa saat dan nyeri masih bisa ditahan, hanya diperlukan istirahat sejenak (duduk, berbaring) sehingga dapat dilakukan kerja atau aktivitas sehari-hari. Kedua dismenore sedang merupakan nyeri yang menyebar ke perut bagian bawah, diperlukan obat untuk menghilangkan rasa nyeri tanpa perlu meninggalkan aktivitas sehari-hari. Ketiga dismenore berat merupakan nyeri disertai pusing, sakit kepala berat, muntah diare, untuk menghilangkan keluhan istirahat beberapa hari, dengan akibat meninggalkan aktivitas sehari-hari (Baziad, Ali, 2003). Menurut Proverawati (2009), sebagian wanita beranggapan menstruasi dapat membuat rasa cemas karena disertai rasa nyeri ketika menstruasi tiba. Kondisi ini di kenal dengan nyeri menstruasi atau dismenorea, yaitu nyeri menstruasi yang memaksa wanita untuk istirahat atau berakibat pada menurunnya kinerja dan berkurangnya aktifitas sehari-hari (bahkan, kadang bisa membuat cemas tidak berdaya). Gejala dismenorea dibagi dalam dua kondisi, yaitu dismenorea primer dan dismenorea sekunder. Gejala dismenorea primer yaitu rasa nyeri murni karena proses kontraksi rahim tanpa disertai penyakit dasar. Dismenorea primer biasanya nyeri haid yang terjadi sejak menarche dan tidak terdapat kelainan pada alat kandungan. Cirinya terjadi beberapa waktu atau 6-12 bulan sejak menstruasi pertama (menarche). Rasa nyeri timbul sebelum menstruasi, atau di awal menstruasi, dan berlangsung beberapa jam atau beberapa kemudian. Dismenorea primer ini kadang dapat disertai mual, muntah, sakit kepala, atau diare. Sedangkan Dismenorea Sekunder itu sendiri yaitu rasa nyeri yang disebabkan proses menstruasi dan produksi prostaglandin secara alami. Ciri yang khas pada dismenorea sekunder yaitu nyeri menstruasi tidak berkurang pada hari-hari menstruasi selanjutnya. Menurut penelitian yang dilakukan Mulastin (2011) tentang hubungan status gizi dengan kejadian dismenorea remaja putri di SMA Islam Al-Hikmah Jepara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden dengan status gizi normal mengalami dismenorea primer sebanyak 69 responden (68,4%) sedangkan sebagian kecil gizi gemuk juga mengalami kejadian dismenorea primer. Nurhidayati Hubungan tingkat Dismenorea dengan penggunaan Analgetik pada siswa SMPN 4 Peusangan 11

Analgetik (penghambat rasa nyeri) adalah zat-zat yang mengurangi atau menghalau rasa nyeri tanpa menghilangkan kesadaran. Analgetik ada dua jenis yaitu analgetik narkotik dan analgetik nonnarkotik. 3. Metode Penelitian Adapun jenis penelitian ini adalah analitik untuk mengetahui hubungan tingkat dismenore dengan penggunaan analgetik pada siswa SMPN 4 Peusangan Kabupaten Bireuen. Populasi dalam penelitian adalah siswi SMPN 4 Peusangan Kabupaten Bireuen yang berjumlah 62 orang. Untuk menggali informasi tentang penggunaan analgetik pada saat dismenore, respondennya adalah siswi-siswi SMPN 4 Peusangan Kabupaten Bireuen. Tehnik pengambilan sampel pada penelitian ini dilakukan secara Total Populasi (seluruh populasi dijadikan sampel). Instrumen penelitian berupa format wawancara yang berisi pertanyaan yang berkaitan dengan tingkat dismenorea dan penggunaan analgetik Analisa data untuk penelitian ini menggunakan komputerisasi. Langkah-langkah analisa data yang dilakukan adalah: a. Analisa univariat Analisa data untuk mengetahui distribusi frekuensi variabel penelitian dan mencari persentasi Rumus : Keterangan : P : presentase f : frekuensi N : jumlah sampel b. Analisa bivariat Analisa ini dilakukan untuk menguji hipotesis dengan menentukan hubungan antara dua variabel yang diteliti dalam rangka menjawab tujuan penelitian, uji statistik dengan menggunakan Chi- Square test dengan menggunakan program SPSS Versi 16 yaitu: Keterangan : 2 : Chi Squre test O : Nilai yang diamati dalam bentuk sampel E : Nilai yang diharapkan dari sebuah sampel tersebut Adapun ketentuan yang dipakai adalah hipotesis awal (Ho) diterima jika hasil uji statistik 2 hitung < 2 tabel atau p > 0,05, Ho ditolak jika hasil uji statistik statistik 2 hitung 2 tabel atau p 0,05, tingkat kepercayaan (confiedencel level) 95% dan pada derajat keterbatasan (degree of freedom): (b-1)(k-1). b= baris, k=kolom 4. Hasil Penelitian dan Pembahasan Gambaran Umum Lokasi Penelitian SMPN 4 Peusangan terletak di Kecamatan Peusangan Kabupaten Bireuen dengan batasbatasnya, sebelah barat berbatasan dengan Desa Cot Puuk. Sebelah timur berbatasan dengan Desa Pulo Sena, Sebelah selatan berbatasan dengan Desa Cot Rabo Tunong, dan sebelah utara berbatasan dengan Desa Pulo Iboh. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada tanggal 30 Juli 2015 terhadap 62 siswi di SMPN 4 Peusangan dengan judul Hubungan tingkat dismenorea dengan penggunaan analgetik di SMPN 4 Peusangan Kabupaten Bireuen. Alat ukur menggunakan form wawancara, maka diperoleh hasil sebagai berikut : Analisa univariat a. Tingkat dismenorea siswi SMPN 4 Peusangan Berikut ini deskripsi varibel Tingkat dismenorea : Tabel 1 : Distribusi frekuensi tingkat dismenorea siswi di SMPN 4 Peusangan Kabupaten Bireuen No Kategori Frekuensi % 1 Ringan 44 71 2 Sedang 13 21 3 Berat 5 8 Jumlah 62 100 Berdasarkan tabel 1, dapat dilihat bahwa hasil penelitian terhadap 62 responden dapat diketahui tingkat dismenorea siswi di SMPN 4 Peusangan Kabupaten Bireuen mayoritas berada dalam kategori ringan, yaitu 44 responden (71%). b. Penggunaan analgetik oleh siswi di SMPN 4 Peusangan Tabel 2 : Distribusi frekuensi penggunaan analgetik oleh siswi di SMPN 4 Peusangan Kabupaten Bireuen No Kategori Frekuensi % 1 Ada 13 21 2 Tidak ada 49 79 Jumlah 62 100 Nurhidayati Hubungan tingkat Dismenorea dengan penggunaan Analgetik pada siswa SMPN 4 Peusangan 12

Berdasarkan tabel 2, dapat dilihat bahwa hasil penelitian terhadap 62 responden dapat diketahui bahwa penggunaan analgetik oleh siswi di SMPN 4 Peusangan Kabupaten Bireuen mayoritas berada dalam kategori tidak ada, yaitu 49 responden (79%). Analisa bivariat Tabel 3 : Hubungan tingkat dismenorea dengan penggunaan analgetik di SMPN 4 Peusangan Kabupaten Bireuen Berdasarkan tabel 3, menunjukkan bahwa dari 62 responden, hasil uji statistik chi-square pada α=0,05% didapatkan p-value 0,00 dan chi-square pada df=2 (5,991) didapatkan x 2 hitung 43,432 > x 2 tabel 5,991, sehingga dapat disimpulkan Ha diterima dan H 0 ditolak, artinya ada hubungan antara tingkat dismenorea dengan penggunaan analgetik pada siswi SMPN 4 Peusangan Kabupaten Bireuen. Pembahasan Dari hasil penelitian didapatkan bahwa tingkat dismenorea pada siswi SMPN 4 Peusangan Kabupaten Bireuen secara keseluruhan berada pada kategori ringan. Sebagian besar siswi mengatakan pada saat menstruasi berlangsung, rasa nyeri yang dirasakan dapat ditahan, hanya berlangsung beberapa saat dan diperlukan istirahat sejenak sehingga aktivitas sehari-hari mereka tidak terganggu. Gejala yang dirasakan yaitu nyeri perut bagian bawah atau kram dan beberapa saat akan hilang. Asumsi yang mendasari penelitian ini adalah tingkat dismenorea siswi yang merupakan gangguan fisik yang berupa nyeri (kram), nyeri dirasakan sebelum, sewaktu atau sesudah haid, dengan tiga tingkat dismenorea yaitu dismenorea ringan, dismenorea sedang dan dismenorea berat. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa penggunaan analgetik oleh siswi SMPN 4 Peusangan Kabupaten Bireuen secara keseluruhan berada pada kategori tidak. Sebagian besar siswi tidak menggunakan obat anti nyeri pada saat menstruasi karena nyeri yang dirasakan dapat ditahan dan hanya berlangsung beberapa saat. Penggunaan analgetik oleh siswi yang merupakan obat anti nyeri. Selain dengan menggunakan obat anti nyeri pada saat dismenorea dapat juga diatasi dengan pola hidup sehat, seperti asupan gizi seimbang, istirahat yang cukup, relaksasi, olahraga teratur, kompres air hangat di daerah perut jika nyeri terasa dan menggosok perut secara perlahan dengan tangan hingga terasa hangat. Dari hasil perhitungan statistik menggunakan uji chi-square, didapatkan ada hubungan antara tingkat dismenorea dengan penggunaan analgetik pada siswi SMPN 4 Peusangan Kabupaten Bireuen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden yang yang mengalami tingkat dismenorea ringan tidak menggunakan analgetik, karena nyeri yang dirasakan hanya berlangsung beberapa saat dan tidak mengganggu aktifitas sehari-hari sehingga mereka tidak menggunakan obat untuk menghilangkan rasa nyeri. Pada menstruasi dengan tingkat dismenorea ringan sebaiknya tidak menggukan obat anti nyeri, karena nyeri masih bisa ditahan dan hanya perlu istirahat beberapa saat. Dismenorea ringan sebaiknya ditangani secara alami seperti kompres hangat di daerah perut untuk mengurangi rasa nyeri. Untuk dismenorea berat sebaiknya konsultasi dengan dokter spesialis, jika ada kelainan bisa ditangani dengan segera. 5. Simpulan Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan maka penulis dapat menyimpulkan bahwa tingkat dismenorea siswi mayoritas berada pada kategori ringan. Umumnya siswi tidak menggunakan analgetik. Hasil uji statistik chi-square pada taraf uji 5%, didapatkan bahwa ada hubungan tingkat dismenorea dengan penggunaan analgetik pada siswa SMPN 4 Peusangan Kabupaten Bireuen Daftar Pustaka Provewati, Atikah. (2009). Menarche Menstruasi Pertama Penuh Makna. Yogyakarta: Nuha Medika. Calis, Karim Anton. (2011). Dysmenorrhea. [Internet]. http://emedicine.medscape.com/article/253 812-overview. Info Sehat. (2011). Angka Kejadian Dismenore di Indonesia. [Internet]. http://www.indoforum.org. Wibowo. (2004). Penanganan Dismenore. [Internet]. http://emedicine.medscape.com/article/253 812-overview. Nurhidayati Hubungan tingkat Dismenorea dengan penggunaan Analgetik pada siswa SMPN 4 Peusangan 13

Mulastin. (2011). Hubungan Status Gizi dengan Kejadian Dismenorea Remaja Putri di SMA Islam Al-Hikmah Jepara. Skripsi: AKBID Islam Al Hikmah Jepara. Maulana, Mirza. (2009). Seluk Beluk Reproduksi dan Kehamilan. Yogyakarta: Garailmu. Andira, Dita. (2010). Seluk Beluk Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta: A PLUS BOOK. Baziad, Ali. (2003). Menopause dan Andropause. Jakarta. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawihardjo. Penulis : Nurhidayati, M.PH. Lahir di Matang Sagoe, pada 25 Januari 1957. Merupakan Dosen pada Program Diploma III Kebidanan Universitas Almuslim, Bireuen Aceh. Menyelesaikan S1 di Universitas Malikussaleh, dan S2 bidang kesehatan masyarakat di Universitas Gajah Mada. Saat ini menjabat sebagai Direktur Diploma III Kebidanan Universitas Almuslim Bireuen - Aceh. Nurhidayati Hubungan tingkat Dismenorea dengan penggunaan Analgetik pada siswa SMPN 4 Peusangan 14