BAB I PENDAHULUAN. Islam Perspektif Maqasyid Al-Syariah,Cetakan Pertama,Jakarta:Kencana Prenadamedia Group,2014.h.8.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Searah dengan perubahan zaman, perubahan tata ekonomi dan. produktif untuk memberdayakan perekonomian masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Lembaga keuangan perbankan syariah merupakan salah satu lembaga

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu Negara dengan jumlah penduduk muslim

BAB I PENDAHULUAN. oleh negara-negara sedang berkembang tetapi juga di negara-negara maju.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Koperasi merupakan soko guru perekonomian negara. Disebut demikian

BAB I PENDAHULUAN. lebih dikenal dengan nama Bank Syariah di Indonesia bukan merupakan hal

BAB I PENDAHULUAN. hal Ahmad Hasan Ridwan, Manajemen Baitul Mal Wa Tamwil, Bandung: Pustaka Setia, 2013,

BAB I PENDAHULUAN. mereka. Lembaga keuangan tersebut diharapkan bisa menyokong seluruh bagian

BAB I PENDAHULUAN. mengendalikan tujuan perusahaan. Good Corporate Governance yang. seringkali digunakan dalam penerapannya di perusahaan-perusahaan,

BAB I BAB V PENUTUP PENDAHULUAN. Bab ini merupakan bab penutup yang berisi. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB IV ANALISIS DATA. A. Analisis Pembagian Sisa Hasil Usaha Di BMT Sidogiri Cabang Sidodadi

BAB I PENDAHULUAN. syariah di Indonesia. Masyarakat mulai mengenal dengan apa yang disebut

BAB I PENDAHULUAN. melakukan pembinaan dan pendanaan yang berdasarkan sistem syari ah. Peran

BAB I PENDAHULUAN. memicu perbankan untuk menjalankan dual banking system yaitu bank. konvensional yang juga menjalankan unit usaha syariah.

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan praktek tata kelola lembaga keuangan yang sehat (Good

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan pesat. Pemerintah mengeluarkan UU No.7 Tahun disebut Bank Syariah, yang diawali dengan berdirinya Bank Muamalat

BAB I PENDAHULUAN. 2001, hlm Muhammad Syafi i Antonio, Bank Syariah: dari Teori ke Praktik, Gema Insani, Jakarta,

BAB I PENDAHULUAN. Baitul Maal wat Tamwil dan Koperasi Syariah merupakan lembaga

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat adalah kegiatan pinjam-meminjam. Pinjam-meminjam

BAB 1 PENDAHULUAN. peningkatan adalah mekanisme pembagian keuntungannya. Pada bank syariah,

BAB I PENDAHULUAN. atas asas kekeluargaan. (Sholahuddin dan Hakim, 2008: 179) dan simpanan sesuai pola bagi hasil (syariah).

BAB I PENDAHULUAN. yang berkenaan dengan permasalahan Good Corporate Governance (GCG) seketika

BAB I PENDAHULUAN. perbankan syariah di Indonesia. Pengembangan perbankan syariah yang

BAB I PENDAHULUAN. Bank maupun Lembaga Keuangan Non Bank. jelas. Sistem operasionalnya menggunakan syariah islam,hanya produk dan

BAB I PENDAHULUAN. bunga akan lebih mudah diterapkan secara integral (Heri, 2004: 3). Kehadiran Baitul Maal wat Tamwil (BMT) ditengah-tengah koperasi

BAB 1 PENDAHULUAN. perhatian yang cukup serius dari masyarakat. Hal ini dibuktikan dengan semakin

TINJAUAN BAGI HASIL SIMPANAN BERJANGKA PADA KJKS BMT BINA UMAT MANDIRI (BUM) CABANG ADIWERNA

-2- MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG PENERAPAN PRINSIP SYARIAH DI PASAR MODAL PADA MANAJER INVESTASI. BAB I KETENTUAN

BAB I PENDAHULUAN. lembaga perbankan syariah pada tahun Salah satu uji coba yang cukup

BAB I PENDAHULUAN. misal; asuransi syari ah, pegadaian syariah, reksadana syari ah, pasar modal

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia sebagai negara berpenduduk muslim terbesar di dunia,

BAB I PENDAHULUAN. fatwa MUI yang mengharamkan bunga bank. 1. nilai-nilai syariah berusaha menciptakan suatu keadilan di bidang ekonomi.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Menurut Undang-undang No. 10 tahun 1998 tentang perubahan atas

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah. Dari tahun ke tahun, perekonomian di Indonesia selalu mengalami

BAB I PENDAHULUAN. tabungan dan pembiayaan, Bank Syariah, Baitul Mal wat Tamwil (BMT),

PENDAHULUAN. 7% dari total UMKM berhasil meningkatkan statusnya, baik dari mikro menjadi

BAB I PENDAHULUAN. dengan cepat, canggih, dan dengan pesat. Hal tersebut ditandai dengan

BAB I PENDAHULUAN. lembaga keuangan nonbank yang berbentuk koperasi berbasis syariah. BMT

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG PENERAPAN PRINSIP SYARIAH PADA MANAJER INVESTASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. memberikan sinyal positif, termasuk Baitul Maal wat Tamwil (BMT) sebagai

BAB I PENDAHULUAN. informasi ekonomi untuk membuat pertimbangan dan mengambil. Standart Akuntansi Keuangan (PSAK) sudah diatur peraturan tentang

BAB I PENDAHULUAN. keuangan syariah non bank yang banyak ditemui di masyarakat. BMT dalam

BAB I PENDAHULUAN. telah menjadikan manusia dengan berbagai naluri, di antaranya naluri hidup

BAB III GAMBARAN UMUM KJKS BMT ISTIQLAL PEKALONGAN. A. Sejarah Pendirian KJKS BMT Istiqlal Pekalongan

BAB I PENDAHULUAN. sangat menarik untuk disimak, terlebih dengan adanya globalisasi dalam bidang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. syariah merupakan implementasi dari pemahaman umat Islam terhadap prinsipprinsip

BAB I PENDAHULUAN. Bekasi Gramata Publising, 2014.hml 9. 1 Rahma Hidayat, Efesiensi Perbankan Syariah: Teori dan Prakteik,

BAB I PENDAHULUAN Muhammad Ridwan, Manajemen Baitul Maal Wat Tamwil (BMT), Yogyakarta: UII. Press, 2005, h. 1.

BAB I PENDAHULUAN. selalu berhadapan dengan masalah pengelolaan perusahaan dan pengawasan aktiva.

BAB I PENDAHULUAN. dalam kurun waktu akhir-akhir ini banyak bermunculan lembaga keuangan

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 61 /POJK.04/2016 TENTANG PENERAPAN PRINSIP SYARIAH DI PASAR MODAL PADA MANAJER INVESTASI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. jasa dalam skala industri kecil, menengah sampai besar dengan peraturan pelayanan yang

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 61 /POJK.04/2016 TENTANG PENERAPAN PRINSIP SYARIAH DI PASAR MODAL PADA MANAJER INVESTASI

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara berkembang tentu sangat perlu akan kehadiran sektor

terdiri dari dua istilah, yaitu:baitul maal dan baitul tamwil. Baitul mal lebih

BAB I PENDAHULUAN. memiliki unit audit internal atau biasa disebut GAI (Grup Audit Internal) untuk

BAB I PENDAHULUAN. Tatanan serta operasionalisasi ekonomi yang berprinsip syariah di

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Syariah (KSPPS), koperasi tersebut kegiatan usahanya bergerak di bidang

KOPERASI JASA KEUANGAN SYARIAH (KJKS) SEBAGAI SARANA PEMBERDAYAAN EKONOMI MASYARAKAT

BAB I PENDAHULUAN. Usaha Menengah sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini. (KSP), UMKM mampu menyerap 99,9 persen tenaga kerja di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. hlm Husaini Usman, Manajemen; Teori, Praktik, dan Riset Pendidikan, bumi aksara, Jakarta,

BAB I PENDAHULUAN. investasi maupun modal kerja. Perkembangan yang pesat tersebut

Usulan Penelitian Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Pada Program Studi Pendidikan Akuntansi

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi perekonomian di Indonesia semakin berkembang dan menjadikan

BAB I PENDAHULUAN. Laju perkembangan ekonomi syari ah di Indonesia dari hari ke hari mengalami

BAB I PENDAHULUAN. perbankan di Indonesia secara umum. Sistem perbankan syariah juga diatur dalam Undang-

BAB I PENDAHULUAN. memilih perbankan yang sesuai dengan kebutuhan, baik perseorangan maupun

BAB I PENDAHULUAN. Kinerja perusahaan merupakan hasil dari sebuah kegiatan manajemen di

BAB I PENDAHULUAN. lalu di Indonesia dengan konsep perbankan, baik yang berbentuk konvensional

BAB I PENDAHULUAN. Pres, cet-ke 1, 2004, h Muhammad Ridwan, Manajemen Baitul Maal Watamwil, Yogyakarta: UII

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 18/POJK.03/2014 TENTANG PENERAPAN TATA KELOLA TERINTEGRASI BAGI KONGLOMERASI KEUANGAN

BAB I PENDAHULUAN. dapat menyentuh kalangan bawah (grass rooth). Semula harapan ini hanya

BAB I PENDAHULUAN. pula kebutuhan masyarakat dalam pemenuhan pendanaan untuk membiayai

BAB I PENDAHULUAN. mengemuka di dunia perusahaan multinasional. Corporate Social

BAB I PENDAHULUAN. mempercepat kemajuan ekonomi masyarakat. yang diharamkan, proyek yang menimbulkan kemudharatan bagi

BAB I PENDAHULUAN. bersentuhan dengan keberadaan lembaga keuangan. Pengertian lembaga. lembaga keuangan bank dan lembaga keuangan non bank.

BAB IV PEMBAHASAN KARAKTERISTIK PRODUK SIHAJI DAN ANALISIS SWOT PRODUK SIHAJI DI KSPPS BMT AL HIKMAH

BAB I PENDAHULUAN. Otoritas Jasa Keuangan Republik Indonesia, (diakses pada 15 November 2015). 3

BAB I PENDAHULUAN. Koperasi Jasa Keuangan Syari'ah (KJKS) atau yang biasa juga disebut

BAB I PENDAHULUAN. Baitul Maal Wa Tamwil (BMT) adalah badan yang lebih mengarah pada usaha-usaha

PERANAN BAITUL MAL WAT TAMWIL (BMT) BUANA DALAM PENINGKATAN PENDAPATAN PEDAGANG KECIL DI DESA MULUR KECAMATAN BENDOSARI KABUPATEN SUKOHARJO

BAB 1 PENDAHULUAN. industri menengah maupun industri besar. Dalam perkembangannya saat ini nampak jelas

Mengenal Otoritas Jasa Keuangan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian lapangan dan analisis terhadap penggunaan

2 d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a, huruf b, dan huruf c perlu menetapkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan tentang

BAB I PENDAHULUAN. lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Dilihat dari

LEMBARAN DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2012 NOMOR : 14 PERATURAN DAERAH KOTA CILEGON NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan berbagai cara dalam menarik nasabah. Setelah terjadi kegagalan

BAB 1 PENDAHULUAN. mamutar dana masyarakat sehingga perekonomian terus berkembang. Dana. jenis-jenis lembaga keuangan bukan bank yaitu koperasi.

BAB I PENDAHULUAN. umum dan meliputi seluruh aspek kehidupan manusia. Agama islam tidak hanya meliputi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keberadaan lembaga keuangan sangat berperan dalam ekonomi

PERANAN BAITUL MAAL WAT TAMWIL (BMT) AHMAD DAHLAN CAWAS DALAM PENINGKATAN PENDAPATAN USAHA KECIL DI KECAMATAN CAWAS

BAB 1 PENDAHULUAN. kenaikan yang baik. Lembaga Keuangan Mikro Syariah (LKMS) seperti. Baitul Maal wat Tamwil (BMT) dan Koperasi JASA Keuangan Syariah

BAB I PENDAHULUAN. Artinya: Dan Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. (QS. Al- Baqarah : 275).

BAB I PENDAHULUAN. orang (Tambunan, 2013). Sedangkan menurut sebuah tulisan di harian

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Islam adalah satu-satunya agama yang sempurna yang mengatur seluruh sendi kehidupan manusia dan alam semesta. Kegiatan perekonomian manusia juga diatur dalam Islam dengan prinsip illahiyah. Segala pembahasan yang berkaitan dengan ekonomi Islam sebagai ekonomi illahiyah berpijak pada ajaran tauhid uluhiyah. Ketika seorang mengesakan dan menyembah Allah SWT, dikarenakan kapasitas Allah SWT sebagai dzat yang wajib disembah dan juga tidak disekutukan. Hal ini yang kemudian berimplikasi pada adanya niat yang tulus, bahwa segala pekerjaan yang dikerjakan oleh manusia adalah dalam rangka ibadah kepada Allah SWT, sebagai satu bentuk penyembahan kepada-nya. Termasuk ketika seseorang melakukan segala kegiatan ekonomi dalam kesehariannya. 1 Dalam sektor lembaga keuangan, ada beberapa alat yang digunakan untuk membumikan Ekonomi Islam diantaranya adalah dengan keberadaan Baitul Maal Wat Tamwil (BMT). Lembaga ini mempunyai fungsi dan manfaat yang luar biasa hebatnya dalam menyejahterakan umat terutama kalangan menengah kebawah, melalui berbagai program dan produk yang 1 Ika Yunia fauziyah dan Abdul Kadir Riyadi, Prinsip Dasar Ekonomi Islam Perspektif Maqasyid Al-Syariah,Cetakan Pertama,Jakarta:Kencana Prenadamedia Group,2014.h.8. 1

telah ditawarkan. BMT merupakan badan usaha indukan koperasi yang kini dikenal dengan Koperasi Jasa Keuangan Syariah (KJKS) ataupun Koperasi simpan Pinjam Pembiayaan Syariah ( KSPPS). Tahun 2015 merupakan tahun dimana lembaga keuangan mikro syariah lebih tepatnya seperti KSPPS BMT NU SEJAHTERA mengalami pertumbuhan sangat pesat. 2 Berikut tabel perkembangan aset dari tahun 2012-2015. Tabel 1.1 Perkembangan Aset dan Piutang/ Pembiayaan KSPPS BMT NU SEJAHTERA Tahun Aset Piutang /Pembiayaan Prosentase Piutang: Aset 2012 Rp.108.143.558.108,00,- Rp.83.550.925.045,00,- 0,77% 2013 Rp.138.458.470.136,00,- Rp.82.945.308.800,00,- 0,59% 2014 Rp.163.267.446.910,00,- Rp.89.284.684.121,00,- 0,54% 2015 Rp.168.071.486.117,00.- Rp.119.201.447.697,00,- 0,70% Sumber : Data sekunder yang telah diolah. Pada awal posisi laporan keuangan akhir tahun 2012 tercatat total aset Rp.108.143.558.108 dan total piutang/pembiayaan Rp.83.550.925.045 dengan prosentase 0,77%.Jumlah aset tahun 2013 Rp.138.458.470.136 dan total piutang/pembiayaan Rp.82.945.308.800 dengan prosentase 0,59%.Jumlah aset pada tahun 2014 Rp.163.267.446.910 dan total piutang/pembiayaan Rp.89.284.684.121 dengan prosentase 0,54%. untuk posisi terakhir yaitu jumlah aset pada 2 Hasil wawancara dengan HRD. KSPPS BMT NU Sejahtera. Sakdullah S,Pd. Pada 3 Desember 2015 2

tahun 2015 Rp.168.071.486.117 dan total piutang/ pembiayaan yang disalurkan menjadi Rp.119.201.447.697 dengan prosentase 0,70%. 3 Angka tersebut bukanlah angka yang kecil bagi sebuah Lembaga Keuangan Syariah yang memfokuskan sasarannya di kalangan middle-low, tetapi tidak juga menutup kemungkinan untuk kalangan middle-up untuk ikut terjun dalam BMT ini. Disisi lain, perkembangan yang pesat juga harus diimbangi dengan berbagai hal yang dapat menyokong pertumbuhan dan perkembangan di segala sisi operasionalitas, misalnya dari sisi pengawasan. Tetapi kemudian pengawasan juga menimbulkan beberapa problema, pengawas bukan merupakan karyawan yang bisa menjadi alat penggerak operasional seperti Teller, Customer Service, dan Marketing. Tanpa adanya pengawas, Lembaga Keuangan Syariah masih tetap bisa beroperasi meskipun hasilnya kurang optimal. Pengawas adalah karyawan yang tidak bisa produktif (Tidak berkenaan langsung dengan operasional lembaga) tetapi dapat menjaga keproduktifan karyawan yang produktif. Pengaplikasian pengawasan di KSPPS BMT NU SEJAHTERA diantaranya adalah Dewan Pengawas syariah dan Auditor Internal. Menurut Standar Operasional Prosedur (SOP) KSPPS BMT NU SEJAHTERA, Dewan Pengawas syariah 3 Hasil RAT KSPPS BMT NU Sejahtera Tutup Buku Tahun 2012, 2013, 2014, 2015 3

adalah badan yang dibentuk untuk melakukan fungsi pengawasan kesyariahan dan badan ini bekerja sesuai dengan pedoman-pedoman yang telah ditetapkan oleh Majelis Ulama Indonesia, dalam hal ini Dewas Syariah Nasional. Sedangkan Auditor Internal adalah melakukan pengawasan dan pengendalian terhadap semua kegiatan operasi dan pembiayaan dalam rangka mengamankan dan mengembangkan kekayaan KSPPS BMT NU SEJAHTERA sekaligus memastikan pelaksanaan operasi tidak melanggar ketentuan dan peraturan yang berlaku serta tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip syariah. Pertumbuhan secara kuantitas tanpa diiringi dengan kualitas membawa potensi kehancuran. BMT dituntut untuk menerapkan strategi yang jitu guna mempertahankan eksistensi dalam ranah lembaga keuangan. BMT dituntut untuk meningkatkan sumber daya, mengembangkan teknik pemasaran, inovasi produk yang sesuai dengan syariah dan meningkatkan kualitas layanan dengan pengetahuan strategik dalam bisnis. 4 Persaingan ketat diantara lembaga keuangan baik dari konvensional maupun Lembaga Keuangan Syariah lainnya jangan sampai mengeliminasi penerapan nilai-nilai syariah dalam transaksi. Keinginan manajemen untuk memberikan 4 Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah deskripsi dan Ilustrasi, Yogyakarta:EKONISIA.2004.h.119. 4

imbal hasil yang maksimal untuk nasabahnya dan return yang cukup baik untuk organisasinya terkadang menggelincirkan manajemen dalam penyederhanaan bentuk transaksi yang nilai kesyariahannya sangat dipertanyakan. Alhasil rumor atau isu umum bahwa BMT dan Lembaga Keuangan Mikro Syariah sama dengan konvensional akan terus muncul. Infrastruktur dan risiko Lembaga Keuangan Syariah yang berbeda dengan Lembaga Keuangan Konvensional membuat pengawasan, tanggungjawab, dan akuntabilitas Lembaga Keuangan Syariah menjadi lebih kompleks. Lembaga Keuangan Syariah dituntut untuk terus menerus memantau kepatuhan syariah dalam tubuh organisasi dan produknya. Mulai saat itulah tata kelola perusahaan yang baik (Good Corporate Governance/GCG) mengemuka. Dimulai dengan jatuhnya perusahaan-perusahaan di Indonesia yang disebabkan oleh tidak patuhnya manajemen perusahaan terhadap prinsip-prinsip GCG. Dengan melaksanakan konsep GCG, diharapkan tercipta citra lembaga yang dapat dipercaya. Artinya ada keyakinan bahwa lembaga dikelola dengan baik sehingga dapat tumbuh secara sehat, kuat dan efisien. Atas dasar tersebut, peneliti ingin mengangkat judul Pengaruh Kinerja Dewan Pengawas Syariah dan Audit Internal terhadap Good Corporate Governance Studi Kasus pada KSPPS BMT NU SEJAHTERA. 5

1.2 Rumusan Masalah Dari latar belakang yang telah diuraikan diatas, dapat dirumuskan permasalahan : 1. Adakah Pengaruh Kinerja Dewan Pengawas Syariah terhadap Good Corporate Governance di KSPPS BMT NU Sejahtera? 2. Adakah Pengaruh Kinerja Audit Internal terhadap Good Corporate Governance di KSPPS BMT NU Sejahtera? 3. Adakah Pengaruh Kinerja Dewan Pengawas Syariah dan Audit Internal secara simultan terhadap Good Corporate Governance di KSPPS BMT NU Sejahtera? 1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka dapat diuraikan tujuan penelitian yaitu: a. Untuk mengetahui Pengaruh Kinerja Dewan Pengawas terhadap Good Corporate Governance di KSPPS BMT NU Sejahtera. b. Untuk mengetahui Pengaruh Kinerja Auditor Internal terhadap Good Corporate Governance di KSPPS BMT NU Sejahtera. c. Untuk mengetahui Pengaruh Kinerja Dewan Pengawas dan Auditor Internal secara simultan 6

terhadap Good Corporate Governance di KSPPS BMT NU Sejahtera. 1.3.2 Manfaat Penelitian Terdapat beberapa manfaat yang dapat digunakan melalui penelitian ini, yaitu a. Bagi Dewan Pengawas Syariah Penelitian ini dapat dijadikan masukan dalam melakukan pengawasan dan penilaian dapat memberikan masukan yang sangat baik guna menerapkan Good Corporate Governance. b. Bagi Auditor Internal Penelitian ini memberikan masukan dalam melakukan audit di KSPPS BMT NU Sejahtera menuju Good Corporate Governance. c. Bagi KSPPS BMT NU Sejahtera Untuk mengetahui seberapa besar kontribusi kinerja yang dilakukan oleh Dewan Pengawas Syariah dan Audit Internal dalam mewujudkan Good Corporate Governance. d. Bagi Peneliti Untuk memberikan pengalaman dan pengetahuan yang sangat berarti mengenai pengaruh kinerja Dewan Pengawas Syariah dan Audit Internal terhadap Good Corporate Governance di KSPPS BMT NU Sejahtera. 7

1.4 Sistematika Penelitian Penulisan skripsi ini disusun dalam 5 bab sebagai berikut: BAB I Pendahuluan Pendahuluan menjelaskan latar belakang, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, dan sistematika penelitian. BAB II Kajian Pustaka Landasan teori menjelaskan penelitian, deskripsi teori tentang Kinerja, Dewan Pengawas Syariah, Auditor Internal, Good Corporate Governance, tinjauan pustaka, Pengembangan hipotesis dan kerangka pemikiran teoritis. BAB III Metode Penelitian Metode penelitian menjelaskan jenis dan sumber data, populasi dan sampel, teknik pengumpulan data, teknik pengambilan sampel dan definisi operasional. BAB IV Analisis Data dan Pembahasan Analisis Data dan Pembahasan menjelaskan objek penelitian, analisis data dan pembahasan hasil analisis data BAB V Penutup Penutup menjelaskan kesimpulan dan saran saran. 8