BAB II KAJIAN PUSTAKA. dalam dua bentuk yaitu antara pemilik perusahaan (principal) dengan pihak

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II KAJIAN PUSTAKA. dibidang keuangan, serta keseluruhan surat-surat berharga yang beredar. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan. Keuntungan yang dihasilkan oleh perusahaan dapat dibayarkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam praktiknya laporan keuangan oleh perusahaan dibuat dan disusun sesuai dengan

BAB I PENDAHULUAN. Seiring berjalannya waktu, umumnya suatu perusahaan memerlukan dana

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kepada para pemegang saham atau equity investor. Dividen merupakan bagian

BAB II LANDASAN TEORI. Kebijakan dividen (dividend policy) adalah keputusan apakah laba yang diperoleh

BAB II URAIAN TEORITIS. Penelitian mengenai dividend payout ratio atau kebijakan dividen telah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. investasi (return) dari investasi yang dilakukan. Return yang diperoleh berupa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pecking Order Theory menurut Myers (1984), menyatakan bahwa perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. return sebesar-besarnya dengan risiko tertentu. Return. (tingkat pengembalian) tersebut dapat berupa capital gain ataupun dividen,

BAB I PENDAHULUAN. yang melakukan ekspansi usaha. Untuk tujuan tersebut, maka perusahaan. merger, atau menerbitkan saham di pasar modal.

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kebijakan dividen menjadi perhatian banyak pihak seperti pemegang saham,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. diterbitkan oleh pemerintah, public authorities, maupun perusahaan swasta.

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tujuan utama dari suatu perusahaan adalah menjalankan kebijakan

BAB I PENDAHULUAN. untuk kegiatan operasional, termasuk perusahaan manufaktur.hal ini

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Laporan keuangan. keuangan tersebut untuk menentukan atau menilai posisi

BAB II VARIABEL YANG MEMPENGARUH DIVIDEND PAYOUT RATIO DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. hanya dapat dinilai berdasar dampaknya pada harga saham biasa perusahaan.

BAB I PENDAHULUAN. ketidakpastian yang seringkali sulit diprediksikan oleh para investor. Pesatnya perkembangan

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. implikasi pada persaingan antarperusahaan. Untuk itu, sebagai pelaku dari

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS Pengertian, Tujuan dan Komponen Laporan Keuangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungan untuk mempertahankan hidup perusahaan semakin beraneka ragam.

BAB I PENDAHULUAN. keputusan (corporate action) dengan membagikan dividen atau menahan laba.

BAB II URAIAN TEORITIS. minuman yang tercatat di Bursa Efek Jakarta. Pengambilan sampel dan purposive

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan dalam dunia bisnis dan ekonomi yang semakin keras telah

I. PENDAHULUAN. Kebijakan dividen merupakan keputusan untuk menentukan besarnya bagian

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Beberapa penelitian dalam menentukan kebijakan hutang telah banyak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS

BAB II URAIAN TEORITIS. panjang yang digunakan oleh perusahaan, sedangkan struktur keuangan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. beberapa kajian teori. Teori teori struktur modal bertujuan sebagai landasan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia bisnis dewasa ini cenderung semakin pesat. Tingkat

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. Myes dan Majluf Disebut sebagai pecking order theory karena teori ini

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat walaupun keadaan ekonomi memburuk. Pekembangan industri

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan. Salah satu kebijakan yang utama untuk memaksimalisasi keuntungan

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. Struktur pendanaan merupakan indikasi bagaimana perusahaan membiayai

umum lebih menyukai dividen daripada capital gain. Berarti pula bahwa terdapat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Brigham dan Houston (2001) struktur modal adalah bauran dari hutang,

BAB I PENDAHULUAN. kas atau setara kas yang dimiliki oleh perusahaan yang diharapkan akan. kekayaan melalui distribusi hasil investasi.

BAB I PENDAHULUAN. sehingga keuntungan yang dihasilkan bisa maksimal. sebagian besar didanai dengan internal equity maka akan mempengaruhi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. yang sedang mengalami pertumbuhan ekonomi. Kondisi ini didukung oleh adanya

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. luar negeri. Sementara itu bagi investor, pasar modal merupakan wahana untuk

BAB I PENDAHULUAN. berarti juga memaksimalkan kemakmuran pemegang saham yang merupakan

ANALISIS PENGARUH ROI, CASH RATIO, CURRENT RATIO DAN DER TERHADAP CASH DEVIDEND DI BURSA EFEK INDONESIA

BAB 1 PENDAHULUAN. kondisi ekonomi dan politik dalam suatu negara. Informasi yang diperoleh dari

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian terdahulu yang dijadikan landasan penulis adalah:

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dasar struktur modal berkaitan dengan sumber dana, baik itu sumber internal

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Hubungan agensi terjadi karena adanya suatu perjanjian atau kontrak yang

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan suatu perusahaan adalah untuk meningkatkan kesejahteraan atau

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian ini pada dasarnya mengacu pada penelitian yang dilakukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memecahkan masalah penelitian serta perumusan hipotesis.

BAB II URAIAN TEORITIS. Studi empiris yang menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi

BAB I PENDAHULUAN. selisih antara harga beli dan harga jual saham, sedangkan yield merupakan cash. biasanya dalam bentuk deviden (Jones, 2002:124).

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan investor perorangan maupun badan usaha menanamkan dana ke dalam suatu

BAB 1 PENDAHULUAN. Zaman dan tekonologi sudah semakin berkembang, perusahaan harus dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. profitabilitas yang tinggi. Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan utama dari setiap perusahaan adalah meningkatkan nilai perusahaannya

BABI PENDAHULUAN. Perkembangan ekonomi yang meningkat menuntut manajemen perusahaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. variabel pengembalian yang akan menentukan nilai saham bagi pemilik dan

BAB I PENDAHULUAN. pada instrument keuangan seperti saham, obligasi, reksa dana, dan lain-lain.

I. PENDAHULUAN. Hal ini mendukung berkembangnya pasar modal di Indonesia, pasar modal

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dari suatu perusahaan secara proporsional sesuai dengan jumlah lembar

ANALISIS FREE CASH FLOW, PROFITABILITAS, LIKUIDITAS DAN LEVERAGE TERHADAP DIVIDEN PAYOUT RATIO PADA PERUSAHAAN OTOMOTIVE DI BURSA EFEK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. berharga seperti saham, sertifikat saham, dan obligasi. 1 Bursa Efek Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. laba ditahan (Levy dan Sarnat, 1990). Kebijakan dividen pada perusahaan-perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Aktvitas investasi yang dilakukan investor dihadapkan pada berbagai macam resiko

BAB I PENDAHULUAN. Krisis keuangan global dimulai dengan kasus subprime mortgage dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pada dasarnya perusahaan membutuhkan dana dalam jumlah tertentu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang berjudul Factors Determining the Capital Structure of Pharmaceutical

BAB 1 PENDAHULUAN. berupa capital gain ataupun dividend yield. Capital gain dapat diperoleh jika

II TINJAUAN PUSTAKA. Kebijakan dividen (Dividend Policy) merupakan keputusan mengenai laba yang

BAB I PENDAHULUAN. yang diperoleh perusahaan, yaitu apakah laba tersebut akan dibagikan kepada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Aliran kas bebas atau lebih sering dikenal dengan free cash flow dapat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu kebijakan keuangan yang dilakukan oleh perusahaan adalah UKDW

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh keuntungan yang berlipat ganda. keuntungan yang dihasilkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh invesment opportunity

BAB II LANDASAN TEORI. lalu dan harus dibayar dengan kas, barang dan jasa di waktu yang akan datang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. kebijakan dividen (Brigham dan Houston 2011:211), yaitu : perusahaan. Teori MM berpendapat bahwa nilai suatu perusahaan

BAB 1 PENDAHULUAN. pengambilan sebuah keputusan investasi. Karena hal ini mempunyai dampak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Adanya penelitian yang telah dilakukan sebelum penelitian ini dibahas,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Transkripsi:

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori keagenan (Agency Theory) Husnan, dkk (2002:12) menyatakan bahwa masalah keagenan muncul dalam dua bentuk yaitu antara pemilik perusahaan (principal) dengan pihak manajemen (agent), dan antara pemegang saham (shareholders) dengan pemegang obligasi (bondholders). Dalam penelitian ini yang dibahas adalah agency problems yang terjadi antara shareholders dengan bondholders. Perbedaan kepentingan antara pemegang saham dengan pemegang obligasi akan menimbulkan satu masalah yang sangat riskan. Keputusan keuangan dapat diambil untuk kepentingan pemegang saham, tetapi mengorbankan kepentingan pemegang obligasi. Keputusan menambah utang yang sangat besar dapat menimbulkan dampak penurunan harga obligasi karena obligasi yang diterbitkan perusahaan tersebut dinilai sangat beresiko. Dengan demikian maka keputusan tersebut akan menguntungkan pemegang saham atas pengorbanan para kreditur. Penelitian Watts dan Zimmerman (1986) dalam D Yan (2004) mengenai Agency Theory dalam akuntansi menyatakan bahwa individu bertindak demi kepentingan pribadinya yang pada saat-saat tertentu dapat bertentangan dengan kepentingan perusahaan. Uyara dan Tuasikal (2003) dalam D Yan (2004) menyatakan bahwa aliran kas yang tersedia dapat menimbulkan konflik kepentingan antara manajer dan pemegang saham (pemilik). Manajer lebih menginginkan dana tersebut diinvestasikan lagi pada proyek-proyek yang dapat 9

meningkatkan keuntungan karena alternatif ini akan meningkatkan insentif yang diterima. Di sisi lain pemegang saham (pemilik) mengharapkan sisa dana tersebut dibagikan sehingga akan menambah kesejahteraan mereka. Pemegang saham menganggap reinvestasi pada proyek-proyek dengan nilai bersih negatif merupakan suatu bentuk inefisiensi, sekaligus merupakan penundaan bagi kesejahteraan. 2.2 Akuntansi Konservatif 2.2.1 Definisi akuntansi konservatif Definisi akuntansi konservatif yaitu sikap yang diambil oleh akuntan dalam menghadapi dua atau lebih alternatif dalam penyusunan laporan keuangan. Apabila lebih dari satu alternatif tersedia maka sikap konservatif ini cenderung memilih alternatif yang tidak akan membuat aktiva dan pendapatan terlalu besar. Masalah ini timbul jika ada lebih dari satu alternatif atau bisa juga muncul dalam hal suatu jumlah itu belum dapat dipastikan (Baridwan, 2004 : 14). Hendriksen (1992) dalam Sari (2004 : 1045) menyatakan bahwa konservatisme adalah prinsip untuk melaporkan informasi akuntansi yang terendah dari beberapa kemungkinan nilai aktiva dan pendapatan, serta yang tertinggi dari beberapa kemungkinan nilai kewajiban dan beban. Selain itu Wibowo (2002) dalam Widay (2004:711) menyatakan bahwa konservatisme merupakan prinsip penting dalam pelaporan keuangan yang dimaksudkan agar pengakuan dan pengukuran aktiva serta laba dilakukan dengan penuh kehati hatian oleh karena aktivitas ekonomi dan bisnis dilingkupi ketidakpastian. 10

Menurut Belkaoui (2000:187) prinsip konservatisme adalah prinsip pengecualian atau modifikasi dalam artian bahwa prinsip tersebut bertindak sebagai batasan untuk penyajian data akuntasi yang relevan dan reliabel. Prinsip ini menyatakan bahwa ketika memilih diantara dua atau lebih teknik akuntansi yang dapat diterima, maka dipilih yang paling kecil dampaknya terhadap ekuitas pemegang saham. Dari beberapa pendapat di atas, dapat didefinisikan bahwa konservatisme sebagai upaya untuk memilih metode akuntansi yang berterima umum yang mengakibatkan (a) pengakuan pendapatan yang lebih lambat, (b) pengakuan biaya yang lebih cepat, (c) pengakuan aset yang lebih rendah serta (d) pengakuan kewajiban yang lebih tinggi dari yang sebenarnya. 2.2.2 Manfaat akuntansi konservatif Menurut Watts (2003) dalam Sari (2004) penerapan akuntansi konservatif dapat memberikan beberapa manfaat bagi perusahaan yaitu : 1) Membatasi Perilaku Oportunistik Manajer Laporan keuangan berfungsi untuk memberikan informasi kepada investor tentang kinerja manajer yang akan mempengaruhi keputusan investor dalam investasi serta mempengaruhi kesejahteraan manajer. Penerapan akuntansi konservatif dapat membatasi perilaku oportunistik manajer (misalnya menciptakan manipulasi terhadap laba) dalam menyajikan laporan keungan dapat dibatasi. 11

2) Meningkatkan Nilai Perusahaan Konservatisme dapat meningkatkan nilai perusahaan karena akan membatasi oportunistik payment kepada manajer (dalam bentuk bonus) dan juga kepada shareholders dalam bentuk dividen. 3) Mengurangi Potensi Tuntutan Hukum (Litigation) Berkaitan dengan masalah tuntutan hukum, Watts menyatakan bahwa tuntutan hukum mendorong perkembangan konservatisme karena tuntutan hukum banyak muncul pada saat pencatatan aktiva dan laba yang terlalu tinggi atau overstatement. 4) Menunda Pembayaran Pajak Dengan menggunakan akuntansi konservatif, perusahaan dapat menunda pengakuan pendapatan sehingga dapat mengurangi present value dari pajak yang harus dibayar. 5) Mengakui Peraturan (Regulation) Peraturan yang dibuat oleh penyusun standar akuntansi juga memberikan insentif kepada perusahaan untuk menerapkan akuntansi konservatif. Bagi penyusun standar akuntansi, akuntansi konservatif akan menghindarkan mereka dari kritik akibat penyajian laporan keuangan yang overstatement. 2.3 Kebijakan Dividen 2.3.1 Pengertian kebijakan dividen Kebijakan dividen merupakan hal yang sangat penting di dalam perusahaan. Dividen diartikan sebagai pembayaran kepada pemegang saham oleh perusahaan atas keuntungan yang diperoleh perusahaan. Menurut Sartono 12

(2001:369) kebijakan dividen adalah keputusan apakah laba yang diperoleh perusahaan akan dibagikan kepada pemegang saham sebagai dividen atau akan ditahan dalam bentuk laba ditahan guna pembiayaan investasi di masa mendatang. Kapan laba akan dibagi dan kapan laba akan ditahan, tetap harus memperhatikan tujuan perusahaan yaitu memaksimumkan kemakmuran pemegang saham dan meningkatkan nilai perusahaan. Perusahaan harus mempertimbangkan kelangsungan hidup dan kemakmuran perusahaan dalam keputusan membagikan dividen. Apabila perusahaan memilih untuk membagikan laba sebagai dividen, maka akan mengurangi laba yang ditahan dan selanjutnya mengurangi total sumber dana intern atau internal financing. Sebaliknya, jika perusahaan memilih untuk menahan laba yang diperoleh, maka pembentukan dana intern akan semakin besar. Persentase dari pendapatan yang akan dibayarkan kepada pemegang saham sebagai cash dividend disebut dividend payout ratio (Riyanto, 2001:266). Apabila perusahaan memilih untuk membagikan dividen kas dalam jumlah yang besar akan mengurangi aktiva yang tersedia untuk pemegang obligasi. Pembayaran dividen akan secara simultan mengurangi kas dan modal perusahaan. Husnan, dkk (2002 : 384) menyebutkan bahwa di dalam menentukan kebijakan dividen, pembagian dividen sebesar besarnya dianggap tidak benar, sebab apabila dana yang diperoleh dari operasi perusahaan bisa dipergunakan dengan menguntungkan, maka pembagian dividen yang terlalu besar dianggap tidak perlu. 13

2.3.2 Faktor faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen Menurut Riyanto (2001:267) faktor faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen suatu perusahaan antara lain sebagai berikut. 1) Posisi likuiditas perusahaan Semakin kuat posisi likuiditas perusahaan, berarti semakin besar kemampuan perusahaan tersebut untuk membayar dividen. Jadi, dapat dikatakan bahwa semakin kuat posisi likuiditas suatu perusahan, maka semakin tinggi dividend payout ratio (DPR). 2) Kebutuhan dana untuk membayar utang Apabila perusahaan menetapkan pelunasan utangnya yang akan diambilk dari laba ditahan, berarti perusahaan harus menahan sebagian besar dari pendapatannya untuk keperluan tersebut. Hal ini berarti bahwa hanya sebagian kecil saja dari pendapatan atau earning dapat dibayarkan sebagai dividen. Dengan kata lain perusahaan harus menetapkan dividend payout ratio yang rendah. 3) Tingkat pertumbuhan perusahaan. Semakin cepat tingkat pertumbuhan perusahaan, maka semakin besar dana yang dibutuhkan untuk membiayai perusahaan.. Semakin besar kesempatan untuk memperoleh keuntungan, maka semakin besar bagian dari pendapatan yang ditahan dalam perusahaan yang berarti semakin rendah dividend payout ratio. Apabila perusahaan telah mencapai tingkat pertumbuhan sedemikian rupa sehingga perusahan telah well established, dimana kebutuhan dananya dapat dipenuhi dengan dana yang berasal dari pasar modal atau sumber dana 14

ekstern lainnya, maka keadaannya akan berbeda. Dalam hal ini perusahan dapat menetapkan dividend payout ratio yang tinggi. 4) Pengawasan terhadap perusahaan Ada perusahaan yang mempunyai kebijaksanaan hanya membiayai ekspansinya dengan dana yang berasal dari sumbangan intern saja. Kebijakan tersebut dijalankan atas dasar pertimbangan bahwa kalau ekspansi dibiayai dengan dana yang berasal dari hasil penjualan saham baru, maka akan melemahkan kontrol dari kelompok dominan di dalam perusahan demikian pula kalau membiayai ekspansi utang akan memperbesar resiko finansialnya. Mempercayakan pada pembelanjaan intern dalam rangka usaha mempertahankan kontrol terhadap perusahaan, berarti mengurangi dividend payout ratio. Napa J. Awat (1999) dalam Henny (2000 : 24) menyatakan bahwa terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen yaitu : 1) Dividend payout ratio industri dimana perusahaan itu berada 2) Pertumbuhan pendapatan perusahaan. Jika pendapatan perusahaan mengalami pertumbuhan, maka jumlah pembayaran dividen dapat dinaikkan 3) Stabilitas pendapatan perusahaan 4) Kesempatan investasi yang tersedia 5) Jika tingkat keuntungan yang diharapkan dari suatu proyek baru adalah tinggi. Pada umumnya pemegang saham bersedia menerima dividen rendah karena mereka mengharapkan akan menerima capital gain melalui kenaikan harga saham. Dengan demikian, hubungan antara tingkat keuntungan yang 15

diharapkan pada suatu proyek baru dan jumlah pembayaran dividen adalah negatif. 6) Ketersediaan dan biaya alternatif sumber dana. Bila biaya modal pinjaman tinggi, maka penggunaan laba akan semakin menarik. 7) Pembatasan pembatasan yang diberikan kreditur. Kadang para kreditur bisa memberikan batasan mengenai jumlah pembayaran dividen yang boleh dilakukan oleh perusahaan. Tindakan ini biasanya dilakukan agar perusahaan mampu mengarahkan usahanya dalam pelunasan utang. 2.3.3 Bentuk bentuk kebijakan dividen Menurut Riyanto (2001:269) ada beberapa macam kebijakan dividen yang dilakukan oleh perusahaan yaitu : 1) Kebijakan dividen yang stabil Kebijakan ini berarti jumlah dividen per lembar saham yang dibayarkan setiap tahunnya relatif tetap selama jangka waktu tertentu meskipun pendapatan per lembar saham pertahunnya berfluktuasi. Dividen yang stabil ini dipertahankan untuk beberapa tahun dan apabila ternyata pendapatan perusahaan meningkat dan kenaikan pendapatan tersebut nampak mantap dan relatif permanen, maka besarnya dividen per lembar saham dapat dinaikkan. Dividen yang sudah dinaikkan ini akan dipertahankan untuk jangka waktu yang relatif panjang. 2) Kebijakan dividen dengan penetapan dividend payout ratio yang konstan. Kebijakan ini menetapkan jumlah dividen per lembar sahan yang dibayarkan setiap tahunnya akan berfluktuasi sesuai dengan perkembangan keuntungan netto yang diperoleh setiap tahunnya. 16

3) Kebijakan dividen yang fleksibel Pada kebijakan ini jumlah dividen yang dibayar setiap tahunnya disesuaikan dengan posisi finansial dan kebijakan finansial dari perusahaan yang bersangkutan. Menurut Napa J. Awat (1999) dalam Henny (2000 : 27), bantuk bentuk kebijakan dividen yang ditempuh oleh perusahaan adalah : 1) Kebijakan dividen yang stabil Adalah jumlah pembayaran dividen yang besarnya sama dari tahun ke tahun. 2) Kebijakan dividend payout ratio yang tetap. Dalam kebijakan ini, jumlah dividen akan berubah ubah sesuai dengan jumlah laba bersih tetapi rasio antara dividen dan laba ditahan adalah tetap. 3) Kebijakan kompromi Merupakan suatu kebijakan per saham yang terletak antara kebijakan dividen per saham yang stabil dan kebijakan dividend payout ratio yang konstan ditambahkan dengan persentasi tertentu pada tahun tahun yang mampu menghasilkan laba bersih yang tinggi. 4) Kebijakan dividen residual Apabila suatu perusahaan mendapatkan seluruh kesempatan investasi yang tidak stabil maka manajemen menghendaki agar dividen hanya dibayar ketika laba bersih itu besar. 17

2.4 Leverage Menurut Ang (1997:18-23) dalam penelitian Rahayu menyatakan bahwa rasio keuangan dapat dikelompokkan menjadi 5 bagian yaitu : rasio likuiditas, rasio financial leverage, rasio aktivitas, rasio profitabilitas, dan rasio pasar. Rasio financial leverage menunjukkan kapasitas perusahaan untuk memenuhi kewajiban baik itu jangka pendek, jangka panjang dan juga menunjukkan proporsi atas penggunaan utang untuk membiayai investasinya. Aktivitas perusahaan didanai dengan utang jangka pendek, utang jangka panjang dan modal pemegang saham sehingga seluruh sisi kanan dari neraca memperlihatkan struktur keuangan. Dengan kata lain selain modal pemegang saham, struktur keuangan terdiri dari utang yang lazimnya disebut leverage. Leverage dapat didefinisikan sebagai penggunaan aktiva atau dana dimana untuk penggunaan tersebut perusahaan harus menutup biaya atau membayar beban tetap. Riyanto (2001:375 ) mengatakan bahwa leverage dapat didefinisikan sebagai penggunaan aktiva atau dana dimana untuk penggunaan tersebut perusahaan harus menutupi biaya tetap atau membayar beban tetap. Menurut Riyanto (2001 : 333) rasio yang digunakan untuk mengukur leverage adalah Debt to Equity Ratio (DER). DER merupakan perbandingan antara total utang dengan total modal sendiri. Hasil dari perhitungan DER tersebut dapat menunjukkan seberapa besar perusahaan dapat memenuhi seluruh kewajibannya. Semakin tinggi DER maka akan menunjukkan semakin besar modal pinjaman yang digunakan untuk pembiayaan aktiva perusahaan. Semakin tinggi hasil dari rasio ini maka cenderung semakin besar risiko keuangan bagi kreditur maupun pemegang saham. 18

Leverage juga didefinisikan sebagai penggunaan biaya tetap dalam rangka meningkatkan profitabilitas perusahaan. Terdapat dua macam leverage yaitu operating leverage dan financial leverage. Pengertian operating leverage adalah penggunaan biaya tetap operasi perusahaan, sedangkan financial leverage adalah penggunaan biaya pembelanjaan yang tetap dari perusahaan (Agus Sabardi, 1994 : 39). Operating leverage adalah bahwa perubahan volume penjualan akan menghasilkan perubahan laba-rugi operasi perusahaan lebih dari proporsional, sedangkan leverage financial dilaksanakan dengan harapan dapat meningkatkan laba pemegang saham. Leverage dikatakan menguntungkan bila perusahaan dapat menghasilkan laba yang melebihi biaya pembelanjaan tetapnya (bunga obligasi dan dividen saham preferen yang konstan). Sebaliknya leverage yang tidak menguntungkan terjadi bila perusahaan tidak menghasilkan laba yang melebihi biaya pembelanjaan tetap. Keuntungan financial leverage atau sering disebut trading on the equity dinilai dalam kaitannya dengan pengaruh terhadap laba per lembar saham biasa atau Earning Pershare (EPS) para pemegang saham biasa (Agus Sabardi, 1994 : 45). 2.5 Fluktuasi ROA Return On Assets (ROA) atau pengembalian hasil atas aktiva adalah perbandingan antara laba bersih dengan total aset. ROA digunakan sebagai indikator kemampuan aset perusahaan dalam menghasilkan laba. Semakin tinggi rasio ini semakin baik pendanaan finansial suatu perusahaan. Para investor dapat menggunakan rasio ini sebagai alat untuk mengevaluasi nilai saham dan obligasi perusahaan. Selain itu dapat juga digunakan untuk mengukur adanya jaminan atas 19

keamanan dana yang akan ditanamkan dalam perusahaan. Menurut Rico L. dan Rudi S. (2003) dalam Maswinartha disebutkan bahwa laba dipengaruhi faktorfaktor yang tidak dapat dikendalikan oleh perusahaan (uncontrolable factor) dan faktor-faktor yang dapat dikendalikan oleh perusahaan (controlable factor). Faktor-faktor yang tidak dapat dikendalikan oleh perusahaan pada umumnya berhubungan dengan urusan eksternal perusahaan, seperti : perubahan politik, kebijakan atau peraturan pemerintah. Faktor-faktor yang dapat dikendalikan oleh perusahaan pada umumnya adalah urusan internal perusahaan, seperti : keputusan manajemen, kebijakan perusahaan, dan kompensasi. Semakin besar atau semakin banyak faktor-faktor yang tidak dapat dikendalikan oleh perusahaan maka semakin besar ketidakpastian arus laba perusahaa tersebut. Hubungan antara ketidakpastian atau fluktuasi ROA (operating uncertainty) dengan konservatisme dinyatakan oleh Watts (1993) dalam Dahlia Sari (2004). Watts menyatakan bahwa pada saat manajer mengalami kesulitan dalam mengestimasi profitabilitas untuk masa depan mereka cenderung akan menggunakan akuntansi konservatif. Dari sudut pandang bondholders, semakin besar ketidakpastian mengenai profit di masa depan, maka akan semakin besar risiko bahwa dividen yang dibayarkan ke shareholders juga akan terlalu besar. Oleh karena itu, bondholders akan memilih akuntansi yang lebih konservatif untuk mengantisipasi adanya overpayment dividend. 2.6 Pertumbuhan Perusahaan Menurut Mayangsari dan Wilopo (2002:294) pada perusahaan yang menggunakan prinsip konservatif terdapat cadangan tersembunyi yang digunakan 20

untuk investasi, sehingga perusahaan yang konservatif identik dengan perusahaan yang tumbuh. Tingkat pertumbuhan adalah prestasi yang ditunjukkan perusahaan dari tahun ke tahun untuk meningkatkan aktivitas investasinya. Perusahaan yang mengalami pertumbuhan akan mempunyai kesempatan untuk memperoleh laba lebih besar. Penerapan konservatisme akan memberikan dampak positif dalam hal pertumbuhan perusahaan. Pertumbuhan perusahaan ini berkaitan dengan penundaan pengakuan pendapatan dan pengakuan beban secepatnya yang dianut oleh konservatisme. Dengan menerapkan konservatisme maka perusahaan akan nampak selalu mengalami pertumbuhan karena konservatisme mengakui beban secepat-cepatnya dan mengakui pendapatan selambat-lambatnya. Pertumbuham perusahaan dapat ditunjukkan dari peningkatan pertumbuhan laba perusahaan dari tahun ke tahun. Widay (2004:712) menyebutkan bahwa pertumbuhan ini akan direspon positif oleh investor sehingga akan tercipta goodwill. Pasar menilai positif atas investasi yang dilakukan oleh perusahaan karena dari investasi yang dilakukan perusahaan akan mendapatkan kenaikan arus kas di masa depan. Feltham dan Ohlson (1995) dan Penman dalam Widay (2004:712) menyatakan bahwa akuntansi konservatif merupakan konsep yang sesuai dengan perusahaan bertumbuh karena aktiva netto yang dilaporkan lebih rendah dari nilai pasar sehingga pada perusahaan bertumbuh akan cenderung memilih akuntansi yang lebih konservatif. Perusahaan yang pertumbuhannya tinggi mempunyai kesempatan yang lebih besar untuk pengembangan aktivitas usahanya. Martalia (2005:15) mendefinisikan pertumbuhan perusahaan adalah prestasi yang 21

ditunjukkan perusahaan dari tahun ke tahun untuk meningkatkan aktivitas investasi. Perusahaan yang mengalami pertumbuhan akan mempunyai kesempatan untuk memperoleh laba lebih besar. Beberapa pendapat yang sudah dikemukakan diatas bermakna bahwa pertumbuhan perusahaan ditunjukkan dari peningkatan kemampuan perusahaan untuk pengembangan aktivitas usahanya dalam mendapatkan laba. Perusahaan yang selalu tumbuh lebih besar akan mempunyai kesempatan untuk mendapatkan laba yang lebih besar. 22

23 2.7 Pembahasan Hasil Penelitian Sebelumnya Nama Penulis Judul Variabel Teknik Analisis a.dahlia Sari Hubungan Antara (2004) Konservatisme Akuntansi Dengan Konflik Antara Bondholders- Shareholders Seputar Kebijakan Dividen Dan Peringkat Obligasi Perusahaan Variabel terikat adalah konservatisme akuntansi dan variabel bebasnya adalah kebijakan dividen dan peringkat obligasi perusahaan Teknik analisis regresi majemuk data panel Hasil penelitian Terdapat hubungan positif yang signifikan antara konservatisme dengan fluktuasi ROA dan rasio dividen kas, sementara rasio utang leverage memiliki hubungan yang signifikan tetapi berlawanan arah. b.martalia (2005) Hubungan Akuntansi Konservatif Dengan Kebijakan Dividen Dan Pertumbuhan Perusahaan Variabel bebasnya adalah kebijakan dividen dan pertumbuhan perusahaan, variabel terikat adalah akuntansi konservatisme. Metode purposive sampling (uji asumsi klasik dan analisis regresi linear berganda) Model regresi yang diperoleh bebas dari masalah autokorelasi dan bebas dari masalah heteroskedastisitas. Hasil regresi menunjukkan dividend payout ratio dengan earning growth memiliki hubungan positif secara signifikan dengan akuntansi konservatif. c.maswinartha (2005) Hubungan Kebijakan Dividen, Pertumbuhan Perusahaan, Dan Fluktuasi ROA Dengan Penerapan Akuntansi Kebijakan dividen, pertumbuhan perusahaan dan fluktuasi ROA sebagai variabel bebas dan akuntansi konservatif Regresi berganda dan pengolahan SPSS Kebijakan dividen memiliki hubungan positif secara signifikan dengan penerapan akuntansi konservatif, demikian juga dengan pertumbuhan perusahaan 23

24 Konservatif Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Jakarta sebagai terikatnya. variabel sedangkan fluktuasi ROA tidak memiliki hubungan dengan penerapan akuntansi konservatif. d. Ni Ketut Putri Rahayu (2005) Hubungan Akuntansi Konservatif Dengan Kebijakan Dividen, Leverage, Dan Pertumbuhan Perusahaan Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Jakarta Akuntansi konservatif sebagai variabel terikat sedangkan yang menjadi variabel bebas adalah kebijakan dividen, leverage dan pertumbuhan perusahaan. Regresi linier Berganda Terdapat hubungan yang positif antara kebijakan dividen dengan akuntansi konservatif, hubungan yang negatif antara leverage dengan akuntansi konservatif, dan hubungan yang positif antara pertumbuhan perusahaan dengan akuntansi konservatif. 24

2.8 Hipotesis Penelitian Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1) Kebijakan dividen, leverage, fluktuasi ROA, dan pertumbuhan perusahaan berpengaruh secara simultan terhadap penerapan akuntansi konservatif pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta tahun 2001-2005. 2) Kebijakan dividen berpengaruh positif terhadap penerapan akuntansi konservatif pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta tahun 2001-2005. 3) Leverage berpengaruh negatif terhadap penerapan akuntansi konservatif pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta tahun 2001-2005. 4) Fluktuasi ROA berpengaruh positif terhadap penerapan akuntansi konservatif pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta tahun 2001-2005. 5) Pertumbuhan perusahaan berpengaruh positif terhadap penerapan akuntansi konservatif pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta tahun 2001-2005. 25