BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tumbuhan merupakan keragaman hayati yang selalu ada di sekitar kita, baik yang tumbuh secara liar maupun yang sengaja dibudidayakan. Sejak zaman dahulu, tumbuhan sudah digunakan sebagai tanaman obat walaupun penggunaannya disebarkan secara turun-temurun. Penggunaan tanaman obat dalam hal ini obat tradisional dipandang lebih ekonomis dan memiliki efek samping yang lebih kecil daripada obat sintetik (Yuniarti, 2008). Salah satu upaya pencegahan penyakit adalah melalui peningkatan daya tahan tubuh yaitu dengan meningkatkan efektivitas sistem imunitas tubuh supaya sel-sel imun dapat terus melawan penyebab penyakit dan tubuh dapat terhindar dari berbagai penyakit. Manusia sejak dilahirkan telah dilengkapi dengan sistem pertahanan tubuh yang spesifik maupun non spesifik. Dengan sistem pertahanan tubuh yang disebut sistem imun ini diharapkan manusia dapat menangkal berbagai bakteri, virus, jamur, dan zat-zat asing lain yang dapat menimbulkan berbagai gangguan penyakit (Kumala, et al., 2012). Sistem imun adalah suatu sistem dalam tubuh yang dapat melindungi tubuh dari unsur-unsur patogen, misalnya bakteri, virus, dan parasit yang dapat menyebabkan infeksi pada manusia. Respon imun terhadap patogen tergantung dari kemampuan sistem imun mengenal dan melakukan reaksi yang tepat untuk menyingkirkan patogen tersebut (Kresno, 2011). Bila sistem imun bekerja pada
zat yang dianggap asing, maka ada dua jenis respon imun yang mungkin terjadi, yaitu respon imun nonspesfik dan respon imun spesifik (Kresno, 2010). Imunomodulator merupakan zat ataupun obat yang dapat mengembalikan ketidakseimbangan sistem kekebalan yang terganggu dengan cara merangsang dan memperbaiki fungsi sistem kekebalan (Kumala, et al., 2012). Imunostimulator adalah senyawa yang dapat meningkatkan respon imun. Imunostimulator dapat mereaktivasi sistem imun dengan berbagai cara seperti meningkatkan jumlah dan aktivitas sel T, NK-cells dan makrofag (Tan dan Rahardja, 2007). Indonesia yang beriklim tropis menyebabkan tanahnya subur sehingga banyak jenis tumbuhan yang dapat tumbuh. Salah satu tumbuhan yang berkhasiat obat adalah tanaman mahkota dewa (Phaleria macrocarpa (Scheff) Boerl). Merupakan salah satu tanaman asli indonesia yang akhir-akhir ini populer sebagai tanaman yang secara empiris dapat menobati berbagai macam penyakit, yaitu kanker dan penyakit kulit seperti alergi (Hariana, 2009). Pada penelitian Rahayu (2013) menyatakan bahwa daun mahkota dewa mempunyai efek imunostimulan yang diuji efeknya terhadap respon humoral menggunakan metode ELISA berdasarkan parameter titer IgM dan IgG pada mencit. Berdasarkan hasil penelitian Salsabila (2013) menunjukkan bahwa salah satu tumbuhan tradisional yang dapat digunakan sebagai tumbuhan obat yaitu daun mahkota dewa (Phaleria macrocarpa (Scheff) Boerl). Manfaatnya dapat di temui hampir di setiap bagian tumbuhan, meliputi batang, daun, biji, daging dan kulit buah yang didalamnya terkandung senyawa-senyawa alkaloid, saponin, flavonoid, terpenoid, resin, tannin, polifenol, fenol, lignan, minyak asiri dan sterol. Hal ini sesuai dengan pernyataan Wagner (1984) yang secara umum
menyebutkan bahwa golongan terpenoid, alkaloid atau polifenol mempunyai sifat imunostimulator. Ada beberapa metode yang digunakan dalam pengujian efek imunomodulator. Beberapa di antaranya adalah uji respon hipersensitivitas, pengukuran antibodi (titer antibodi), uji transformasi limfosit T, uji komplemen, indeks migrasi makrofag, uji granulosit, bioluminisensi radikal, respon fagositik, respon profilerasi limfosit (Roit, 1989). Metode yang digunakan dalam dalam pengujian efek imunomodulator secara spesifik adalah hipersensitivitas dan titer antibodi. Menurut Makare et al., (2001), metode tersebut mempunyai keuntungan diantaranya memungkinkan dua komponen respon imun diukur pada spesies yang sama dibawah kondisi ideal, relatif sederhana dan tidak mahal. Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk melakukan uji efek imunomodulator fraksi n-heksan daun mahkota dewa terhadap respon hipersensitivitasdan titer antibodi sel imunmencit jantan. 1.2 Perumusan Masalah ini adalah: Berdasarkan latar belakang di atas maka perumusan masalah pada penelitian a Apakah fraksi n-heksan daun mahkota dewa dapat mempengaruhi respon hipersensitivitas pada mencit jantan? b Apakah fraksi n-heksan daun mahkota dewa dapat mempengaruhi titer antibodi sel imun mencit jantan? c Apakah fraksi n-heksan daun mahkota dewa mempunyai efek imunostimulator?
1.3 Hipotesis Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka hipotesis pada penelitian ini adalah: a Fraksi n-heksan daun mahkota dewa dapat mempengaruhi respon hipersensitivitas mencit jantan. b Fraksi n-heksan daun mahkota dewa dapat mempengaruhi titer antibodi sel imun mencit jantan. c Fraksi n-heksan daun mahkota dewa mempunyai efek imunostimulator. 1.4 Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui sebagai berikut: a Untuk mengetahui efek imunomodulator fraksi n-heksan daun mahkota dewa dengan mempengaruhi respon hipersensitivitas mencit jantan. b Untuk mengetahui efek imunomodulator fraksi n-heksan daun mahkota dewa dengan mempengaruhi titer antibodi sel imun mencit jantan. c Untuk mengetahui efek imunostimulator fraksi n-heksan daun mahkota dewa. 1.5 Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut: a Mengembangkan daun mahkota dewa menjadi suatu sediaan herbal terstandar dengan efek imunomodulator. b Menambah inventaris tanaman obat yang berkhasiat sebagai imunomodulator
1.6 Kerangka Pikir Penelitian Adapun kerangka pikir penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 1.1 Variabel Bebas Variabel Terikat Parameter Fraksi n-heksan Daun mahkota dewa 25; 50; 100 mg/kg BB Suspensi Levamisol 25 mg/kg BB Suspensi CMC-Na 0,5% Respon hipersensitivitas Titer antibodi Volume pembengkakan Hemaglutinasi Gambar 1.1 Diagram Kerangka Pikir Penelitian