BAB I PENDAHULUAN. psikologis dan sosial dalam masa transisi menjadi seorang ibu. (Afiyanti, 2003) Minggu-minggu pertama setelah kelahiran bayi,

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. Pemberian ASI (Air Susu Ibu) secara eksklusif sampai usia 6 bulan pertama

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan data dari United Nations Children's Fund (UNICEF) pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. satu-satunya makanan yang terbaik untuk bayi, karena memiliki. komposisi gizi yang paling lengkap untuk pertumbuhan dan

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan dan perkembangan anak secara optimal serta melindungi anak dari

1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dan minuman tambahan lain pada bayi berumur nol sampai enam bulan dan

BAB I PENDAHULUAN. bahwa terdapat perbedaan yang mencolok Angka Kematian Balita (AKB)

BAB I PENDAHULUAN. secara eksklusif selama enam bulan pertama kehidupan (IDAI, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. manusia (SDM) yang sehat dan berkualitas. Upaya dari United Nation untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. pencapaian tumbuh kembang bayi tidak optimal. utama kematian bayi dan balita adalah diare dan pneumonia dan lebih dari 50%

BAB I PENDAHULUAN. Organization (WHO) merekomendasikan untuk pemberian ASI eksklusif

BAB I PENDAHULUAN. otak dimulai dalam kandungan sampai dengan usia 7 tahun (Menteri Negara

BAB I PENDAHULUAN. Menyusui merupakan cara alami memberi makan bayi. Sejak terjadinya pembuahan, tubuh ibu mempersiapkan diri untuk

BAB I PENDAHULUAN. Bayi merupakan kelompok umur yang paling rentan terkena penyakit kekurangan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tahun 2012 yang sebesar 48,6%. Persentase pemberian ASI Eksklusif

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kalender atau 40 minggu atau 280 hari (Megasari, 2015). Kehamilan secara umum

BAB I PENDAHULUAN. kelahiran hidup, sesuai dengan target pencapaian Sustainable Development

BAB I PENDAHULUAN. Kementerian Kesehatan RI, World Health Organization (WHO) dan

1

DUKUNGAN SUAMI TENTANG PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI DESA KORIPAN KECAMATAN SUSUKAN

2015 GAMBARAN DUKUNGAN SUAMI DALAM PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI POSYANDU PADASUKA RW 06 DAN RW 12 KELURAHAN PADASUKA KOTA BANDUNG

BAB 1 PENDAHULUAN. sangat penting diperhatikan oleh ibu. Pemberian Air Susu Ibu (ASI) pada bayi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kebutuhan nutrisi merupakan kebutuhan yang sangat

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas di masa yang akan datang.

BAB I PENDAHULUAN. angka kesakitan dan kematian anak, United Nation Children Fund (UNICEF) dan

BAB I PENDAHULUAN. protein, laktosa, dan garam-garam organik yang disekresikan oleh kelenjar mamae

BAB 1 PENDAHULUAN. terjadi proses pertumbuhan fisik dan perkembangan yang sangat pesat.

BAB I PENDAHULUAN. Masalah gizi khususnya balita stunting dapat menghambat proses

BAB I PENDAHULUAN. Selain itu, ASI juga dapat melindungi kesehatan Ibu mengurangi

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia tercatat angka kematian bayi masih sangat tinggi yaitu 2%

BAB I PENDAHULUAN. menyelamatkan kehidupan seorang anak, tetapi kurang dari setengah anak di

BAB I PENDAHULUAN. tersebut. (Mansjoer A, Suprohaita, Wardhani WI, Setiowulan W, 2000)

BAB 1 PENDAHULUAN. postpartum adalah masa yang dimulai dari tanda akhir periode intrapartum

BAB I PENDAHULUAN. bagi bayi, ibu maupun lingkungan. Bayi yang diberikan ASI eksklusif akan


BAB I PENDAHULUAN. harus diperhatikan oleh ibu. Salah satu pemenuhan kebutuhan gizi bayi ialah

BAB I PENDAHULUAN. melakukan hal yang alamiah tidaklah selalu mudah (Roesli, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. internasional yang menganjurkan pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan pertama

BAB I PENDAHULUAN. makanan dan minuman lain atau disebut dengan ASI Eksklusif dapat memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan seorang anak selain memperoleh nutrisi yang berkualitas

BAB I PENDAHULUAN. sosialnya dengan cara mengamati dan berinteraksi dengan orang-orang di

BAB I PENDAHULUAN. dinilai memberikan hasil yang lebih baik. Keputusan Menteri Kesehatan. eksklusif pada bayi sampai usia 6 bulan (Riksani, 2012).

BAB 1 PENDAHULUAN. Latar belakang. Air susu ibu (ASI) merupakan air susu yang berasal dari payudara ibu. Di

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Air Susu Ibu (ASI) adalah cairan hasil sekresi kelenjar payudara ibu.

BAB I PENDAHULUAN. hanya sekitar 36% selama periode Berdasarkan hasil Riskesdas. Provinsi Maluku sebesar 25,2% (Balitbangkes, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Air Susu Ibu (ASI), dan ASI yang diberikan kepada bayi sejak lahir sampai

BAB I PENDAHULUAN. termasuk anak, remaja, ibu hamil dan ibu menyusui dengan kegiatan pokok

BAB I PENDAHULUAN. dilanjutkan dengan makanan pendamping sampai usia 2 tahun. American

2015 GAMBARAN KEJADIAN POSTPARTUM BLUES PADA IBU NIFAS BERDASARKAN KARAKTERISTIK DI RUMAH SAKIT UMUM TINGKAT IV SARININGSIH KOTA BANDUNG

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Anak merupakan generasi penerus bangsa untuk melanjutkan

BAB 1 PENDAHULUAN. dan kesejahteraan manusia. Gizi seseorang dikatakan baik apabila terdapat

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Di Indonesia diare merupakan penyebab kematian utama pada bayi dan anak.

BAB 1 PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO) tahun 2013 diare. merupakan penyebab mortalitas kedua pada anak usia

BAB 1 PENDAHULUAN. pertama. Pemberian ASI secara eksklusif pada bayi penting untuk. meningkatkan kelangsungan hidup dan kualitas bayi.

BAB 1 : PENDAHULUAN. sedini mungkin, bahkan sejak masih dalam kandungan. Usaha untuk mencapai

BAB I PENDAHULUAN. kurang dalam hal pemberian makanan yang baik (Akhsan, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. kesakitan dan kamatian ibu dan bayi. menurut World Health Organization

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. biskuit, bubur nasi dan nasi tim. Setelah 6 bulan baru dimulai diberikan. berusia 2 tahun atau lebih. ( Weni, 2009 : 23 )

BAB 1 PENDAHULUAN. sangat penting diperhatikan oleh ibu. Pemberian Air Susu Ibu (ASI) padabayi

BAB I PENDAHULUAN. ini terjadi terutama di negara berkembang. Diantara kematian pada anak-anak

BAB I PENDAHULUAN. kebiasaan yang merugikan kesehatan. Hal-hal ini secara langsung menjadi. anak usia dibawah 2 tahun (Depkes RI, 2009)

Karya Tulis Ilmiah. Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Diploma III Gizi. Disusun Oleh: MUJI RAHAYU J.

serta suami sangat dibutuhkan. Karena pikiran pikiran negatif atau rasa kurang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masa balita merupakan masa yang tergolong rawan dalam pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. jumlah angka kematian bayi (AKB) di Indonesia sebanyak 25 kematian

BAB I PENDAHULUAN. Air Susu Ibu (ASI) eksklusif adalah air susu yang diberikan kepada bayi sejak

Oleh : Suharno, S.Kep.,Ners ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. finansial dan pemerataan pelayanan kesehatan dalam pembangunan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. menurunkan prevalensi balita gizi pendek menjadi 32% (Kemenkes RI, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. parameter utama kesehatan anak. Hal ini sejalan dengan salah satu. (AKB) dinegara tetangga Malaysia berhasil mencapai 10 per 1000

BAB I PENDAHULUAN. sampai pada rakyat jelata, bahkan dasar utama terletak pada kaum wanita, yaitu

PENDAHULUAN atau Indonesia Sehat 2025 disebutkan bahwa perilaku. yang bersifat proaktif untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan;

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Pemberian ASI berarti memberikan zat-zat gizi yang bernilai gizi tinggi yang

mencukupi kebutuhan pertumbuhan sampai usia sekitar empat bulan. Setelah untuk bayi yang mendapat makanan tambahan yang tertumpu pada beras.

BAB I PENDAHULUAN. masalah gizi utama yang perlu mendapat perhatian. Masalah gizi secara

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang sehat. Gangguan kesehatan yang dapat terjadi pada masa anak-anak dapat

BAB I PENDAHULUAN. The World Health Report Tahun 2005 dilaporkan Angka Kematian Bayi Baru

HUBUNGAN ANTARA UMUR PERTAMA PEMBERIAN MP ASI DENGAN STATUS GIZI BAYI USIA 6 12 BULAN DI DESA JATIMULYO KECAMATAN PEDAN KABUPATEN KLATEN

BAB I PENDAHULUAN. penuhi. Alasan yang menerangkan pernyataan tersebut adalah ASI merupakan

BAB I PENDAHULUAN. enam bulan pertama kehidupan bayi (Saleha, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting dalam tumbuh kembang, karena terbukti memiliki manfaat

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007 sebesar 34 per kelahiran hidup.

BAB 1 PENDAHULUAN. ASI Ekslusif pada bayinya (Laksono, 2010). Di daerah pedesaan, pada

BAB I PENDAHULUAN. dalam pembanguan manusia Indonesia (Saputra dan Nurrizka, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebutuhan zat gizi bagi bayi usia sampai 2 tahun merupakan hal yang

BAB I PENDAHULUAN. sering dijumpai pada anak-anak maupun orang dewasa di negara

BAB 1 PENDAHULUAN. Indikator utama derajat kesehatan masyarakat adalah Angka Kematian Bayi

BAB I PENDAHULUAN. Akibatnya, program pemberian ASI ekslusif tidak berlansung secara optimal

Proses Adaptasi Psikologi Ibu Dalam Masa Nifas

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) merupakan masalah kesehatan

Dinamika Kebidanan vol. 2 no. 1. Januari 2012

BAB l PENDAHULUAN. pada angka 26 kematian per kelahiran hidup (WHO, 2014). Beberapa

BAB I PENDAHULUAN. Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) adalah makanan atau minuman

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Wanita yang pertama kali melahirkan menandai dimulainya suatu transisi. Wanita mengalami sejumlah perubahan baik fisik, psikologis dan sosial dalam masa transisi menjadi seorang ibu (Afiyanti, 2003) Minggu-minggu pertama setelah kelahiran bayi, mengharuskan pasangan membuat penyesuaian yang drastis. Proses penyesuaian bagi orang tua baru dengan peran yang baru tidak selalu berjalan dengan mudah. Banyak pasangan yang mengalami kesulitan atau hambatan dalam proses penyesuaian dan pengasuhan anak. Lestari (2012) mengungkapkan bahwa pengasuhan bukanlah hal yang mudah namun sebenarnya sebuah proses yang penuh tekanan karenanya hal tersebut dapat mengakibatkan stress. Studi yang dilakukan oleh Epifanio, dkk., (2015) di Italy tentang pengaruh stress terhadap proses penyesuaian menjadi orang tua menemukan bahwa ayah dan ibu mengalami kesusahan dalam pengasuhan terlebih di bulan-bulan pertama kelahiran. Selain itu, Nasekah (2013) dalam penelitiannya terhadap dua partisipan yang mengalami depresi postpartum menemukan bahwa keduanya merasa cemburu karena perhatian semua anggota keluarga lebih kepada sang anak, mengalami 1

penurunan nafsu makan sehingga berat badan menurun dan sulit tidur, bahkan salah satu partisipan merasa mudah lelah dan malas beraktivitas sehingga ketika sang anak menangis, partisipan memilih jalan-jalan dan menitipkan anak pada pembantu. Partisipan lainnya mengalami kebingungan dalam merawat anaknya apalagi ketika akan memberikan ASI pertama kali karena merasa kesakitan saat sedang menyusui. Menyusui sangat penting bagi bayi terlebih selama beberapa bulan kehidupan karena nutrisi yang baik pada masa bayi membuat pertumbuhan dan perkembangan optimal, meningkatkan kesehatan dan membiasakan bayi agar memiliki kebiasaan makan yang baik pada masa selanjutnya (Bobak dkk, 2004). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh McCrory & Murray (2013) menemukan bahwa bayi yang diberikan ASI memiliki dampak positif bagi kecerdasan kognitif dan perkembangan motorik kasar dan halus. Hasil penelitian dari Herba, dkk., (2012) juga mengungkapkan bahwa bayi yang menyusui secara eksklusif memiliki perkembangan saraf otak yang baik, struktur subkortikal yang kaya DHA dan ukuran diameter ganglia thalamus yang lebih besar dibandingkan dengan bayi yang tidak menyusui eksklusif. Pemberian ASI secara eksklusif sampai usia enam bulan pertama kehidupan merupakan salah satu misi primer yang 2

direkomendasikan oleh World Health Organization (WHO). Menurut WHO (2005) dalam Kementerian Kesehatan RI (2014), ASI eksklusif berarti pemberian ASI saja tanpa makanan atau minuman lain (bahkan air mineral) pada bayi berumur nol sampai enam bulan. Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Kesehatan juga merekomendasikan para ibu untuk menyusui eksklusif selama enam bulan kepada bayinya. Menurut penelitian yang dilakukan di Desa Jugo, Kediri dan diterbitkan oleh Forum Kesehatan Ilmiah (2011) kejadian sakit pada bayi yang diberi ASI eksklusif lebih rendah yaitu 16% daripada bayi yang tidak diberi ASI eksklusif 35% dari total 51%. Pemberian ASI secara tidak eksklusif memberi dampak yang tidak baik bagi bayi. Menurut Kemenkes (2010) bayi yang tidak menyusui eksklusif memiliki risiko kematian karena diare 3,94 kali lebih besar dibandingkan bayi yang tidak menyusui eksklusif. Penelitian yang dilakukan oleh Fitria (2014) menemukan bahwa persentase bayi yang diberi ASI eksklusif terhadap kejadian diare lebih rendah yaitu 13,6% daripada bayi yang tidak diberi ASI eksklusif yaitu 39,5%. Selain diare, ada juga resiko terkena Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA). Seperti penelitian yang dilakukan oleh Soraya (2015) di Puskesmas Padang Bulan terkait hubungan antara pemberian ASI ekslusif dengan kejadian ISPA. Hasilnya bayi yang tidak diberi ASI eksklusif lebih banyak mengalami ISPA yaitu 3

56% sedangkan bayi yang diberi ASI eksklusif mengalami ISPA sebesar 18% dari total 74% bayi. Mengingat pemberian ASI sangat penting bagi pertumbuhan dan perkembangan yang optimal baik fisik maupun mental dan kecerdasan bayi, maka pemerintah ikut mendukung pemberian ASI eksklusif dan mendorong masyarakat terutama para ibu untuk memberikan ASI eksklusif. Pemerintah mendukung pemberian ASI eksklusif di Indonesia selama enam bulan pertama dan dilanjutkan dengan makanan pendamping sampai usia dua tahun. Dukungan yang diberikan pemerintah tergambar dan tertuang dalam berbagai peraturan, diantaranya Peraturan Pemerintah (PP) Republik Indonesia nomor 33 tahun 2012, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009 pasal 128 dan Surat Keputusan (SK) Menteri Kesehatan No. 450/MENKES/IV/2004. Terlepas dari berbagai peraturan terkait menyusui eksklusif, hal ini ternyata belum banyak mendapat perhatian khusus dari para ibu. Masih banyak ibu yang belum memberikan ASI eksklusif kepada bayi mereka. Faktanya, angka pemberian ASI eksklusif masih rendah. Menurut data dari SKDI dalam Kemenkes (2014) cakupan pemberian ASI eksklusif pada tingkat nasional di tahun 2012 mengalami peningkatan menjadi 42% jika dibandingkan tahun 2007 yang hanya 32%. Target nasional pemberian ASI eksklusif sebesar 4

80% di tahun 2010 ternyata hanya mencapai angka 37,18% dan hasil ini masih jauh dari target yang diharapkan. Untuk Provinsi Jawa Tengah, cakupan tertinggi adalah Kota Surakarta 46,1%, dan yang terendah adalah Kabupaten Brebes 2,8%; untuk Kota Salatiga 22,1%; Sedangkan untuk lokasi penelitian yang berada di Kabupaten Semarang cakupannya sangat masih rendah yaitu 17,7%. Berbagai faktor dapat mempengaruhi kegagalan dan keberhasilan dalam pemberian ASI eksklusif, seperti pengetahuan ibu, pendidikan dan pekerjaan, informasi dari media massa, dukungan petugas kesehatan maupun dukungan dari keluarga. Menurut Diana (2007), Saputri (2011) dan Arifin (2004), faktor kegagalan pemberian ASI eksklusif adalah masih rendahnya tingkat pengetahuan ibu. Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh Fika dan Syafiq (2009) mengungkapkan bahwa salah satu faktor pendorong yang mempengaruhi pemberian ASI eksklusif adalah tenaga kesehatan sebagai informan yang memberikan informasi tentang pentingnya ASI eksklusif. Faktor lain yang mempengaruhi pemberian ASI adalah dukungan sosial terutama dukungan suami. Dukungan dari saudara kandung atau dukungan dari suami maupun istri serta dukungan sosial keluarga eksternal merupakan bentuk dukungan sosial keluarga (Friedman, 1998). Menurut Dirjen 5

Gizi dan KIA, dukungan dari suami, keluarga, petugas kesehatan, masyarakat serta lingkungan kerja merupakan faktor keberhasilan ibu untuk terus menyusui bayinya (Budiharja, 2011). Sedangkan Rahardian (2009) menyatakan bahwa tercapainya pemberian ASI eksklusif dipengaruhi oleh dukungan keluarga khususnya suami. Studi yang dilakukan oleh Ramadani (2010) menyatakan bahwa Ibu yang suaminya mendukung pemberian ASI eksklusif cenderung memberikan ASI eksklusif 2 (dua) kali lebih besar daripada ibu yang suaminya kurang mendukung pemberian ASI eksklusif. Penelitian yang dilakukan oleh Ida (2011) juga menunjukkan bahwa ibu yang mendapat dukungan baik dari suami berpeluang 3 kali lebih besar memberikan ASI eksklusif dibandingkan ibu yang kurang mendapat dukungan suami. Hasil studi pendahuluan yang telah peneliti lakukan pada tanggal 27 dan 29 Januari 2016 di Dusun Plalar, Desa Kopeng, melalui wawancara singkat dengan para ibu, dari lima ibu yang mempunyai bayi berusia antara 2-9 bulan, dua ibu mengaku mendapat dukungan dari suaminya. Tiga ibu lainnya mengaku kurang mendapat dukungan suami karena suami menyerahkan urusan menyusui sepenuhnya kepada istri dan ada juga suami yang tinggal berjauhan dari istri sehingga kurang mendapat dukungan. 6

Dari uraian di atas, telah diketahui bahwa ASI eksklusif sangat besar manfaatnya dalam pertumbuhan dan perkembangan bayi yang optimal. Namun banyak ibu yang belum menyadari pentingnya pemberian ASI eksklusif selama enam bulan pertama kehidupan bayi. Belum lagi berbagai dampak yang terjadi jika bayi tidak mendapatkan ASI eksklusif. Dukungan sosial merupakan salah satu faktor yang turut mempengaruhi pemberian ASI, sehingga hal tersebut perlu ditingkatkan dan diberikan secara penuh kepada ibu agar ibu tetap antusias dalam menyusui eksklusif, terutama dukungan dari suami sebagai pasangan yang terikat secara emosional. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat di rumuskan permasalahan penelitian adalah bagaimana dukungan suami dalam pemberian ASI eksklusif. 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Menggambarkan dukungan yang diberikan suami dalam pemberian ASI eksklusif. 1.3.2 Tujuan Khusus 1. Mengetahui gambaran bentuk dukungan suami. 2. Mengetahui respon ibu terhadap dukungan suami. 7

1.4 Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Secara teoritis penelitian ini dapat digunakan sebagai tambahan dalam pengembangan ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang keperawatan tentang sejauh mana dukungan yang diberikan suami dalam pemberian ASI eksklusif. 2. Manfaat Praktis bagi suami Dapat menambah wawasan khususnya kepada para suami yang memiliki istri sedang menyusui agar mengetahui betapa pentingnya dukungan mereka terhadap keberhasilan menyusui sang istri. 8