BAB I PENDAHULUAN I.1

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

ISSN : e-proceeding of Engineering : Vol.4, No.2 Agustus 2017 Page 3012

BAB I PENDAHULUAN I. 1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

KATA PENGANTAR. serta karunia-nya penulis telah dapat menyelesaikan laporan Pengalaman Kerja

PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

I.1 Latar Belakang. (Sumber: Badan Pusat Statistik) Sumber : Annual Report PTPN VIII Tahun Tabel I. 1 Perkembangan Ekspor Teh di Indonesia

Bab I Pendahuluan. I.1 Latar Belakang

MESIN PENGERING PADA PENGOLAHAN TEH HITAM ORTHODOX DI PT

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

Pendahuluan. Bab I. I.1 Latar Belakang

Gambar I. 1 Biaya penggunaan otomasi global (Credit Suisse,2012)

I. BAB I PENDAHULUAN

KATA PENGANTAR Karakteristik Mesin Open Top Roller Pada Produksi Teh Hijau Di PT. Mitra Kerinci Kebun Liki Kabupaten Solok Selatan

I. PENDAHULUAN. Indonesia dikenal sebagai negara agraris yang memiliki kekayaan

Gambar I. 1 Tingkat Penjualan dan Harga Teh Ke Luar Negeri (BPS, 2011)

Bab I Pendahuluan Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tahun Teh hitam menjadi salah satu komoditas perkebunan yang

Tabel I.1 Volume Ekspor Teh Indonesia (Ditjenbun, 2014)

Program Studi Teknik Industri, Fakultas Rekayasa Industri, Telkom University 1

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB I PENDAHULUAN. antara perusahaan manufaktur menjadi semakin ketat. Setiap perusahaan berusaha

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Masalah Tahun Jumlah

PERANCANGAN USULAN PERAWATAN MESIN TEH HITAM ORTHODOKS MENGGUNAKAN METODE RELIABLE CENTRED MAINTENANCE

DAFTAR MESIN PABRIK TEH HITAM TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. Tumbuhan teh (Camellia sinensis) familia dari Theaceae, diperkirakan

Gambar 1.1 merupakan logo perusahaan PT Kabepe Chakra : Gambar 1.1 Logo Perusahaan PT Kabepe Chakra Sumber : Kabepe Chakra (2014)

BAB I PENDAHULUAN. berisiko bagi setiap perusahaan yang ikut serta di dalamnya, dibutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi yang semakin pesat, memacu industri-industri

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang. Bagi perekonomian Indonesia, sektor pertanian merupakan sektor yang

PROSES PENGOLAHAN TEH HITAM MENGGUNAKAN METODE CTC (Crushing, Tearing, Cutting) DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA XII (PERSERO) MALANG

Kata Kunci Life Cycle Cost (LCC), Overall Equipment Effectiveness (OEE), Six Big Losses

BAB 1 PENDAHULUAN. negara dan juga penyerap banyak tenaga kerja. Indonesia yang sempat menempati posisi ke-5

Gambar 1. 1 Bagian Pucuk Daun Teh (Ghani, 2002)

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor penting yang patut. diperhitungkan dalam meningkatkan perekonomian Indonesia.

TEKNOLOGI PENGOLAHAN TEH HITAM

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Jumlah Produksi Bubuk Teh (kg)

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

Pengemasan Produk Teh Hitam Di PT. Perkebunan Nusantara IX Kebun Semugih. Vileora Putri Christna 14.I1.0172

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang lebih dari penjualan produk tersebut. Perusahaan harus memperhatikan nilai

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Indonesia menjadi salah satu negara yang memiliki areal perkebunan yang luas.

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Luas Lahan Komoditi Perkebunan di Indonesia (Ribu Ha)

BAB I PENDAHULUAN. opportunity cost. Perbedaan opportunity cost suatu produk antara suatu negara

2014 TINGKAT KESEJAHTERAAN BURUH SADAP KARET PERSEROAN TERBATAS PERKEBUNAN NUSANTARA (PTPN) VIII WANGUNREJA DI KECAMATAN DAWUAN KABUPATEN SUBANG

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 2. Tanaman teh di kebun Cisaruni

iiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii

BAB 1 PENDAHULUAN. keberhasilan suatu organisasi. SDM adalah pelaksana seluruh kebijakan organisasi

I. PENDAHULUAN. kualitas produk melalui usaha diversifikasi, intensifikasi, ekstensifikasi dan

III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris, yang sebagian besar penduduknya

BAB I PENDAHULUAN. dan hasil pertanian merupakan bentuk dari proses pengeringan. Melalui proses

Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang

PROSES PENGOLAHAN TEH HITAM METODE CTC DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA XII (PERSERO) MALANG

ISSN : e-proceeding of Engineering : Vol.4, No.2 Agustus 2017 Page 2673

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

Universitas Widyatama I -1

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian mempunyai peranan yang cukup penting dalam kegiatan

I. PENDAHULUAN. sektor yang mempunyai peranan yang cukup strategis dalam perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. Tanaman kakao (Theobroma cacao. l) merupakan salah satu komoditas

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. terlihat dari rata-rata laju pertumbuhan luas areal kelapa sawit selama

BAB 1 PENDAHULUAN. bergerak dalam dunia industri khususnya sebagai supplier bahan baku

I. PENDAHULUAN. Salah satu sasaran pembangunan nasional adalah pertumbuhan ekonomi dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat dunia yang semakin berhubungan, juga saling terkait satu sama lain dalam

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kopi merupakan salah satu tanaman biji yang banyak ditanam masyarakat,

BAB I PENDAHULUAN. dagang, dan perusahaan manufaktur. Pada umumnya 3 jenis perusahaan ini memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki berbagai jenis tanaman yang dapat tumbuh subur di

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Pengembangan sektor perkebunan merupakan salah satu upaya untuk

Line Balancing (Keseimbangan Lini Produksi)

BAB I. PENDAHULUAN. kegiatan pertanian yang mendominasi perekonomian masyarakat desa, dimana

BAB I PENDAHULUAN. banyak kebutuhan lainnya yang menghabiskan biaya tidak sedikit. Guna. sendiri sesuai dengan keahlian masing-masing individu.

I. PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Produksi Karet Indonesia Berdasarkan Kepemilikan Lahan pada Tahun Produksi (Ton)

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai Negara yang berada di daerah khatulistiwa, sebagai

I. PENDAHULUAN. 2010), tetapi Indonesia merupakan negara produsen karet alam terbesar ke dua di

ANALISA PENGENDALIAN BIAYA PENGOLAHAN TEH HITAM PADA PTPN VI KEBUN TEH KAYU ARO KABUPATEN KERINCI

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan perekonomian suatu negara tentunya tidak terlepas dari

BAB I PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sektor yang sangat penting dalam perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. tubuh. Tanaman teh dapat tumbuh subur di daerah-daerah yang rendah

BAB I PENDAHULUAN. tebu, tembakau, karet, kelapa sawit, perkebunan buah-buahan dan sebagainya. merupakan sumber bahan baku untuk pembuatan gula.

I. PENDAHULUAN. pertanian berperan besar dalam menjaga laju pertumbuhan ekonomi nasional. Di

I. PENDAHULUAN. Perekonomian Indonesia yang mengalami penurunan pada masa. krisis ekonomi dan moneter sejak Juli 1997, masih berlangsung hingga

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dalam maupun di luar negeri. Setiap perusahaan bersaing untuk menarik perhatian

I. PENDAHULUAN. salah satu bagian penting dalam pembangunan pertanian serta merupakan bagian

BAB I PENDAHULUAN I.1

Hasil Pengujian Chi-Squere. 1. Hubungan Jenis Kelamin dan Kondisi Kerja

ANALISIS KINERJA PABRIK TEH HITAM PAHIT MADU

BAB I. PENDAHULUAN. kerja seluas-luasnya sekaligus pemerataan pembangunan. Data kontribusi sub

PERANCANGAN SISTEM OTOMATISASI BERBASIS WIRELESS PADA PROSES PENGGILINGAN TEH HITAM ORTHODOKS DI PT. ABC

I. PENDAHULUAN. sawit terbesar di Indonesia. Menurut Direktorat Jenderal Perkebunan dalam Yusuf

1. PENDAHULUAN. perekonomian Indonesia. Hal ini terlihat dari beberapa peranan sektor pertanian

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Dewasa ini teknologi merupakan hal yang sangat penting. Teknologi merupakan salah satu hal yang perkembangannya sangat pesat di dunia terutama di bidang manufaktur. Penerapan teknologi otomasi digunakan dalam dunia industri agar dapat meningkatkan akurasi, presisi, dan produktivitas dari suatu proses industri, yang ditandai dengan meningkatkan jumlah dan kualitas output yang dihasilkan. Oleh karena itu penerapan teknologi otomasi menjadi hal yang penting dalam suatu perusahaan terutama perusahaan yang memproduksi produknya secara massal, salah satunya yaitu di sektor pertanian dimana sektor pertanian ini sangat diunggulkan di Indonesia. Sektor pertanian juga merupakan sektor yang mendapatkan perhatian cukup besar dari pemerintah Indonesia dikarenakan perannya yang sangat penting dalam rangka pembangunan ekonomi jangka panjang maupun dalam rangka pemulihan ekonomi bangsa, kontribusi sektor pertanian dapat dilihat terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) yang cukup besar yaitu sekitar 15,34% pada tahun 2011 dimana sektor pertanian berada di urutan kedua setelah sektor industri pengolahan (Badan Pusat Statistik, 2011). Salah satu sub sektor pertanian yang berpotensi dalam rangka menumbuhkan pembangunan ekonomi nasional adalah sektor perkebunan teh. Teh merupakan salah satu produk yang diunggulkan di Indonesia, Indonesia sempat menjadi lima penghasil teh terbesar di dunia (Kementrian Pertanian, 2014).Teh merupakan sebuah minuman tradisional yang berbahan dasar daun teh asli yang diproses sehingga aman untuk diminum. Ada berbagai macam produk teh di dunia, perbedaannya pada bagian daun teh yang diproses (pucuk/tengah/bawah), bisa juga pada proses pembuatan, atau alat yang digunakan, dan masih banyak lagi. Di Indonesia sendiri terdapat banyak kebun teh yang tersebar diseluruh wilayah negara Indonesia dan proses pembuatan teh juga terdapat di Indonesia. Dapat dilihat pada Gambar I.1 bahwa sentra produksi teh terbesar berada di Jawa Barat sebesar 71,02%, diikuti Sumatra Utara 8,94%, setelah itu Jawa Tengah Sebesar 6,78%, lalu di posisi keempat yaitu Sumatra Barat dengan 5,24%, setelah itu Jambi dengan 3,55%, dan sisanya 4,47% tersebar di luar provinsi tersebut. 1

Gambar I.1 Provinsi Sentra Produksi Teh di Indonesia 2010 2014 (Sumber : Kementrian Pertanian) Salah satu sentra produksi terdapat di Jawa Barat yaitu PT Perkebunan Nusantara VIII yang berada di Ciater, Subang, disini terdapat luas kebun mencapai 3000 hektare dimana 1500 hektare merupakan kebun yang berisi tanaman teh dan sisanya ditanami karet, sawit, kelapa, dan lain-lain. Produksi teh tidak hanya dilakukan oleh PTPN tetapi dilakukan oleh masyarakat lokal dan swasta. Data produksi yang dilakukan oleh rakyat, pemerintah, dan swasta dapat dilihat pada tabel dibawah ini Tahun/ Years Tabel I.1 Data produksi teh 2011-2015 PR/ small holders Produksi/ Production (Ton) PBN / PBS / Government Priveate plantation Plantation Jumlah / Total 2011 51507 61110 33986 146603 2012 51741 57146 34526 143413 2013 51737 55715 38404 145856 2014 50856 65343 38170 154369 2015 50723 65188 38687 154598 Sumber : Badan Pusat Statistik Dari data tabel I.1 dapat dilihat bahwa produksi teh dari tahun 2011 2015 stabil, pada tahun 2011 total produksi teh dari Perkebunan Rakyat (PR), Perkebunan Negara (PBN), dan Perkebunan Swasta (PBS) sebesar 146.603 ton, dan menurun pada tahun 2012 menjadi 143.413 ton. Setelah itu pada tahun 2013 produksi teh meningkat kembali menjadi 145.856 ton, kemudian pada tahun 2014 kembali 2

meningkat sebesar 154.369 ton, dan di tahun 2015 total produksi teh meningkat 154.598 ton. PT Perkebunan Nusantara VIII merupakan perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang mengolah daun teh menjadi bubuk teh yang di ekspor ke luar negeri dan juga dijual ke masyarakat Indonesia sendiri. PTPN berdiri sejak tahun 1957 yang berarti hingga saat ini sudah berumur 59 tahun, sehingga mesin-mesin yang ada sudah berumur lebih dari 20 tahun. Proses produksi di PTPN VIII Ciater berawal dari pemetikan dikebun kemudian dibawa truk ke timbangan untuk ditimbang atau biasa disebut dengan hasil basah dari kebun, lalu setelah diproses hingga jadi bubuk teh biasa disebut hasil kering dari pabrik, gambar I.2 merupakan data produksi PT Perkebunan Nusantara VIII Ciater dari tahun 2011 sampai 2015. PRODUKSI TEH KEBUN CIATER 14,000,000 12,000,000 12,084,028 12,317,680 11,317,680 10,000,000 9,645,206 8,000,000 6,994,655 6,000,000 4,000,000 2,000,000 0 2,614,607 2,148,446 1,847,217 1,745,075 1,847,217 basah kering basah kering basah kering basah kering basah kering 2011 2012 2013 2014 2015 Gambar I.2 Grafik Produksi Teh Kebun Ciater 2011 2015 Sumber : data produksi PT Perkebunan Nusantara VIII Ciater Dari data diatas dapat diketahui bahwa produksi teh dapat berubah setiap tahunnya, meskipun ada target dari PT Perkebunan Nusantara itu sendiri tetapi produksi tidak dapat dipaksakan mengikuti target, tergantung kemampuan dari pekerja atau SDM dan juga dari kapasitas mesin yang ada di PTPN VIII Ciater. 3

Terdapat banyak mesin yang digunakan dalam proses pembuatan teh yang terdapat pada PT Perkebunan Nusantara, diantaranya mesin withering trough (pelayuan), Open Top Roller (penggilingan), Press Cap Roller (penggilingan), Rotorvane (Penggilingan), dan lain-lain. Tabel I.2 merupakan jumlah mesin yang ada di PTPN VIII Ciater, diantaranya : Tabel I.2 Jumlah Mesin nomor Ruang jumlah unit 1 Ruang Layuan 3 Unit 2 Ruang Giling 11 Unit 3 Ruang Pengeringan 6 Unit 4 Ruang Sortasi 14 Unit 5 Ruang Pengepakan 5 Unit Di PTPN VIII Ciater terdapat lima ruang mesin, yaitu ruang layuan, ruang giling, ruang pengeringan, ruang sortasi, dan ruang pengepakan. Peneliti memilih penelitian pada ruang giling yang prosesnya menggiling daun teh sesuai yang diinginkan perusahaan. Gambar I.3 menunjukkan data waktu kerusakan secara total pada ruang giling tahun 2012 2015. TOTAL WAKTU KERUSAKAN (JAM/TAHUN) 400 350 300 339.32 265.32 293 341.32 250 200 150 100 50 0 2012 2013 2014 2015 Gambar I.3 Total Waktu Kerusakan Berdasarkan grafik pada gambar I.3, downtime pada mesin giling periode 2012 2013 terjadi penurunan. Namun, tahun 2013 2015 terjadi kenaikan yang 4

berpengaruh pada total produksi PTPN di tahun tersebut. Terdapat beberapa mesin di ruang giling PTPN, daftar mesin dapat dilihat pada tabel I.3. Tabel I.3 Daftar Mesin Ruang Giling 1 Open Top Roller ( OTR ) No.1 1 Unit 1991 Jalan ( Baik ) 50% 2 Open Top Roller ( OTR ) No.2 1 Unit 1991 Jalan ( Baik ) 50% 3 Open Top Roller ( OTR ) No.3 1 Unit 1991 Jalan ( Baik ) 50% 4 Open Top Roller ( OTR ) No.4 1 Unit 1991 Jalan ( Baik ) 50% 5 Open Top Roller ( OTR ) No.5 1 Unit 1991 Jalan ( Baik ) 50% 6 Pressure Cup Roller ( PCR ) No.1 1 Unit 1991 Jalan ( Baik ) 55% 7 Pressure Cup Roller ( PCR ) No.2 1 Unit 1991 Jalan ( Baik ) 55% 8 Pressure Cup Roller ( PCR ) No.3 1 Unit 1991 Jalan ( Baik ) 55% 9 Pressure Cup Roller ( PCR ) No.4 1 Unit 1991 Jalan ( Baik ) 55% 10 Pressure Cup Roller ( PCR ) No.5 1 Unit 1991 Jalan ( Baik ) 55% 11 DIBN No. 01 1 Unit 1991 Jalan ( Baik ) 50% 12 DIBN No. 02 1 Unit 1991 Jalan ( Baik ) 50% 13 Rotor Vane 15 " No. 01 1 Unit 1991 Jalan ( Baik ) 45% 14 Rotor Vane 15 " No. 02 1 Unit 1991 Jalan ( Baik ) 45% 15 Humydifier 4 Unit 1991 Jalan ( Baik ) 40% 16 Pengabut 1 Unit 1991 Jalan ( Baik ) 50% 17 Mistycool 3 Unit 1991 Jalan ( Baik ) 50% 18 Fan 3 Unit 1991 Jalan ( Baik ) 50% 19 Fan 5 Unit 1991 Jalan ( Baik ) 50% 20 Standing Fan 5 Unit Jalan ( Baik ) 50% 21 Conveyor No. 01 1 Unit 1991 Jalan ( Baik ) 50% 22 Conveyor No. 02 1 Unit 1991 Jalan ( Baik ) 50% 23 Conveyor No. 03 1 Unit 1991 Jalan ( Baik ) 50% 24 Conveyor No. 04 1 Unit 1991 Jalan ( Baik ) 50% 25 Conveyor No. 05 1 Unit 1991 Jalan ( Baik ) 50% 26 Conveyor No. 06 1 Unit 1991 Jalan ( Baik ) 50% Dapat dilihat pada tabel diatas mesin-mesin yang berada di ruang giling, tahun pembuatan dan juga kondisi aset tersebut sampai sekarang. Pada tabel diatas diketahui bahwa mesin dengan kondisi yang paling rendah merupakan mesin Humydifier, namun mesin tersebut merupakan mesin kecil yang digunakan untuk memberikan uap air. Mesin dengan kondisi terendah selanjutnya merupakan mesin Rotorvane, sehingga peneliti memilih mesin Rotorvane tersebut sebagai objek penelitian. PTPN selalu melakukan kegiatan produksi teh setiap harinya, kecuali hari minggu dan hari senin. Hari minggu digunakan untuk istirahat seluruh pegawainya dan hari senin dilakukan kegiatan maintenance. Setiap harinya seluruh mesin bekerja selama 24 jam artinya mesin-mesin tersebut tidak ada waktu untuk beristirahat, hal ini dilakukan perusahaa untuk meningkatkan hasil produksi dan 5

mengejar target. Karena mesin-mesin tersebut bekerja secara terus menerus maka probabilitas kerusakan mesin juga cukup tinggi, mesin Rotorvane juga demikian, spare part dari mesin tersebut juga sulit didapatkan dan juga harganya mahal sehingga ketika mesin rusak akan membutuhkan waktu yang cukup lama dan biaya yang tidak sedikit. Apabila mesin Rotorvane mengalami down maka seluruh proses penggilingan akan terhenti karena mesin Rotorvane merupakan salah satu mesin yang berfungsi untuk menghaluskan daun teh menjadi bubuk teh. Kegiatan maintenance pada PTPN dilakukan oleh maintenance crew. Pada proses penggilingan di PTPN terdapat beberapa teknisi yang ditugaskan untuk melakukan perawatan mesin. Penentuan jumlah maintenance crew yang optimal sangat penting karena apabila terlalu banyak dan terlalu sedikit akan berakibat buruk bagi perusahaan. Jika terlalu banyak maka biaya yang dikerluarkan semakin besar, dan jika terlalu sedikit maka proses penggilingan tidak dapat segera dilanjutkan kembali dan dapat mempengaruhi berkurangnya target produksi dari perusahaan sehingga keuntungan perusahaan pun juga menurun. Umur dari mesin juga mempengaruhi kegiatan maintenance karena semakin tua umur suatu mesin maka akan diperlukan perawatan yang semakin besar juga, maka dari itu diperlukan penentuan umur mesin yang optimal agar perusahaan dapat mengganti mesin yang sudah mulai tidak produktif. Di dalam Maintenance Management terdapat beberapa cara untuk mengatasi hal tersebut diatas yang membutuhkan pendekatan biaya, yaitu dengan menggunakan metode Life Cycle Cost. Model LCC merupakan suatu pendekatan total biaya dari keseluruhan proses hidup suatu mesin yang dikeluarkan dari awal hingga akhir yang mempertimbangkan berbagai variabel karena metode ini akan dilakukan perhitungan terhadap maintenance cost, operating cost, shortage cost, population cost, dan purchasing cost (Barringer and Weber, 1996). Dalam pendekatan biaya ada metode lain yang dapat digunakan untuk menentukan biaya yaitu metode Cost of unreliability (COUR). COUR merupakan biaya keseluruhan situasi yang dihasilkan dari semua yang disebabkan terkait kehandalan. Biaya ini meliputi biaya perbaikan peralatan setelah kegagalan dan 6

nilai production loss. Ulasan biaya ini dikenal sebagai biaya langsung dan juga biaya tidak langsung (Fernando Vicente, 2012). I.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang sudah dijelaskan, ada beberapa masalah yang dapat diangkat untuk menyelesaikan tugas akhir, diantaranya : 1. Berapa Life Cycle Cost dari mesin Rotorvane? 2. Berapa Retirement age yang optimal pada mesin Rotorvane berdasarkan metode Life Cycle Cost? 3. Berapa jumlah Maintenance Set Crew yang optimal pada mesin Rotorvane berdasarka metode Life Cycle Cost? 4. Berapa nilai Cost of unreliability mesin Rotorvane? I.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang telah dijelaskan maka dapat ditentukan tujuan dari penelitian ini, yaitu : 1. Menentukan nilai Life Cycle Cost pada mesin Rotorvane 2. Menentukan Retirement age yang optimal pada mesin Rotorvane berdasarkan metode Life Cycle Cost 3. Menentukan Maintenance Set Crew optimal pada mesin Rotorvane berdasarkan metode Life Cycle Cost 4. Menentukan nilai Cost of unreliability pada mesin Rotorvane I.4 Batasan Masalah Terdapat batasan-batasan pada tugas akhir ini, yaitu : 1. Objek penelitian dipilih berdasarkan rekomendasi dan hasil diskusi bersama tim di bagian maintenance PT Perkebunan Nusantara VII Ciater 2. Data yang digunakan adalah data kerusakan pada tahun 2014 2016 yang terdapat pada PTPN VIII Ciater. Untuk data yang tidak terdapat dalam perusahaan digunakan data berstandar internasional. 3. Mesin yang dijadikan objek penelitian adalah mesin Rotorvane yang berada di dalam proses penggilingan teh di PT Perkebunan Nusantara VIII Ciater 7

4. Penelitian ini hanya sebatas usulan, tidak sampai tahap implementasi dari usulan yang telah dibuat I.5 Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. PT Perkebunan Nusantara dapat mengetahui dan menghitung Life Cycle Cost pada mesin Rotorvane sehingga mendapatkan total biaya yang minimum 2. Penelitian ini dapat memberikan usulan Retirement Age yang optimal pada mesin Rotorvane sehingga dapat digunakan sebagai dasar penggantian mesin 3. Penelitian ini dapat memberikan usulan jumlah Maintenance Set Crew yang dibutuhkan sehingga dapat meminimasi biaya yang dikeluarkan dalam perawatan mesin 4. Perusahaan dapat mengurangi biaya perawatan yang dikeluarkan di masa mendatang I.6 Sistematika Penulisan Berikut merupakan sistematika penulisan yang digunakan oleh penulis dalam mengerjakan tugas akhir, yaitu : 1. BAB I Pendahuluan. Di dalam bab ini berisi latar belakang masalah yang digunakan dalam penelitian, rumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan, batasan penulisan, dan sistematika penulisan. 2. BAB II Tinjauan Pustaka. Di dalam bab ini terdapat pembahasan tentang permasalahan yang pernah diteliti sebelumnya, dengan kajian tentang Life Cycle Cost (LCC) dan juga Cost of unreliability (COUR). 3. BAB III Metodologi Penelitian. Di dalam bab ini terdapat penjelasan secara rinci tentang metode yang akan penulis gunakan untuk menyelesaikan tugas akhir, yaitu metode Life Cycle Cost (LCC) dan juga Cost of unreliability (COUR). 8

4. Bab IV Pengumpulan dan Pengolahaan Data Pada bab ini dijelaskan semua data yang diperlukan untuk penelitian beserta cara pengolahannya, serta hasil dari pengolahan data yang nantinya akan di analisis pada bab berikutnya. 5. Bab V Analisis Pada bab ini akan dijelaskan mengenai hasil pengumpulan dan pengolahan data yang terdapat pada bab sebelumnya. Analisis yang dilakukan meliputi perhitungan LCC dan perhitungan COUR. 6. Bab VI Kesimpulan Pada bab ini berisi kesimpulan dari penelitian yang telah dilakukan. Bab ini juga berisi saran bagi perusahaan dan penelitian selanjutnya sebagai masukan untuk perbaikan di masa yang akan datang. 9