BAB IV ANALISIS PENERAPAN BIAYA IJARAH DI PERUM PEGADAIAN SYARIAH CABANG PONOLAWEN PEKALONGAN, UPS WONOYOSO DAN UPCS VETERAN PEKALONGAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP IMPLEMENTASI IJĀRAH JASA SIMPAN DI PEGADAIAN SYARIAH CABANG BLAURAN SURABAYA

BAB IV ANALISIS FATWA DSN-MUI NOMOR 25/III/2002 TERHADAP PENETAPAN UJRAH DALAM AKAD RAHN DI BMT UGT SIDOGIRI CABANG WARU SIDOARJO

BAB IV ANALISIS DATA. Pegadaian Syariah Cabang Raden Intan Bandar Lampung. mendeskripsikan dan mengilustrasikan rangkaian pelaksaan gadai dari awal

BAB IV IMPLEMENTASI FATWA DSN NO.25/DSN-MUI/III/2002 TENTANG RAHN PADA PRODUK AR-RAHN. A. Aplikasi Pelaksanaan Pembiayaan Rahn Di Pegadaian Syariah

BAB IV ANALISIS PENERAPAN BIAYA IJARAH DI PEGADAIAN SYARIAH SIDOKARE SIDOARJO MENURUT PRINSIP NILAI EKONOMI ISLAM

BAB IV ANALISIS TERHADAP MEKANISME PEMBIAYAAN EMAS DENGAN AKAD RAHN DI BNI SYARIAH BUKIT DARMO BOULEVARD CABANG SURABAYA

BAB IV ANALISIS PENERAPAN MULTI AKAD DALAM PEMBIAYAAN ARRUM (USAHA MIKRO KECIL) PEGADAIAN SYARIAH (STUDI KASUS DI PEGADAIAN SYARIAH PONOLAWEN KOTA

BAB IV PEMANFAATAN GADAI SAWAH PADA MASYARAKAT DESA SANDINGROWO DILIHAT DARI PENDAPAT FATWA MUI DAN KITAB FATH}UL MU I<N

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan pembiayaan jangka pendek dengan margin yang rendah. Salah. satunya pegadaian syariah yang saat ini semakin berkembang.

Elis Mediawati, S.Pd.,S.E.,M.Si.

Rahn - Lanjutan. Landasan Hukum Al Qur an. Al Hadits

BAB IV. oleh Baitul mal wat Tamwil kepada para anggota, yang bertujuan agar anggota

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP APLIKASI PERUBAHAN PENGHITUNGAN DARI SISTEM "FLAT" KE "EFEKTIF" PADA

BAB IV ANALISIS BESARAN UJRAH DI PEGADAIAN SYARIAH KARANGPILANG SURABAYA DALAM PERSPEKTIF FATWA DSN-MUI NOMOR 25/III/2002

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP KLAIM ASURANSI DALAM AKAD WAKALAH BIL UJRAH

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PENAHANAN SAWAH SEBAGAI JAMINAN PADA HUTANG PIUTANG DI DESA KEBALAN PELANG KECAMATAN BABAT KABUPATEN LAMONGAN

Rahn /Gadai Akad penyerahan barang / harta (marhun) dari nasabah (rahin) kepada bank (murtahin) sebagai jaminan sebagian atau seluruh hutang

ANALISIS PENENTUAN TARIF POTONGAN IJARAH DAN PERLAKUAN AKUNTANSI ATAS PEMBIAYAAN IJARAH OLEH PERUM PEGADAIAN SYARIAH CABANG MALANG.

membutuhkan pembiayaan jangka pendek dengan margin yang rendah. Salah satunya pegadaian syariah yang saat ini semakin berkembang.

BAB IV TINJAUAN FATWA NO /DSN-MUI/III/2002 TERHADAP IMPLEMENTASI AKAD IJA>RAH PADA SEWA TEMPAT PRODUK GADAI EMAS BANK BRI SYARIAH KC SURABAYA

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP GADAI KTP SEBAGAI JAMINAN HUTANG

BAB I PENDAHULUAN. Beberapa tahun terakhir, perekonomian yang berdasarkan prinsip-prinsip syariah Islam

BAB IV ANALISIS PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. khususnya dan bagi manusia pada umumnya tanpa harus meninggalkan. prinsip-prinsip yang telah ditetapkan oleh syariat Islam.

BAB I PENDAHULUAN. Islam adalah agama yang amat damai dan sempurna telah diketahui dan dijamin

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBIAYAAN LETTER OF CREDIT PADA BANK MANDIRI SYARI AH

BAB IV ANALISIS TERHADAP PRAKTIK PEMANFAATAN BARANG TITIPAN. A. Analisis Praktik Pemanfaatan Barang Titipan di Kelurahan Kapasari

BAB I PENDAHULUAN. dapat dijawab dengan tuntas oleh ajaran Islam melalui al-qur an sebagai

BAB I PENDAHULUAN. di dalamnya juga mencakup berbagai aspek kehidupan, bahkan cakupannya

BAB I PENDAHULUAN. Manusia diciptakan Allah S.W.T. sebagai khalifah untuk memakmurkan

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan ekonomi yang berbasis pada ekonomi kerakyatan. Hal ini

BAB IV ANALISIS PELAKSANAAN GADAI EMAS DI KOSPIN JASA SYARIAH DIPANDANG FATWA DSN NOMOR: 26/DSN-MUI/III/2002 TENTANG RAHN EMAS.

Musha>rakah di BMT MUDA Kedinding Surabaya

ABSTRAKSI. Kata Kunci : Akuntansi Pendapatan, Pegadaian Konvensional, Pegadaian Syariah

BAB III PENERAPAN PERHITUNGAN BIAYA IJARAH DI PERUM PEGADAIAN SYARIAH PEKALONGAN. A. Akad Rahn dan Ijarah di Pegadaian Syariah Pekalongan

1. Analisis Praktek Gadai Emas di Bank Syariah Mandiri Cabang Karangayu. akad rahn sebagai produk pelengkap yang berarti sebagi akad tambahan

BAB V PENUTUP. kepada Kospin Jasa Syariah sebagai agunan atas pembiayaan yang di terima

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Setiap manusia memiliki kebutuhan yang beragam dalam kehidupannya.

BAB I PENDAHULUAN. kehadiran Bank Muamalat Indonesia, namun karena kurang didukung oleh

BAB II MEKANISME GADAI SYARIAH (RAHN) harta yang diserahkan sebagai jaminan secara hak, dan dapat diambil kembali

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP AKAD PEMBIAYAAN MUDHARABAH DENGAN SISTEM KELOMPOK DI BMT KUBE SEJAHTERA KRIAN SIDOARJO

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TENTANG PENERAPAN SYARAT HASIL INVESTASI MINIMUM PADA PEMBIAYAAN MUDHARABAH UNTUK SEKTOR PERTANIAN

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PENERAPAN BAGI HASIL DALAM PEMBIAYAAN MUSHA>RAKAH DI BMT AN-NUR REWWIN WARU SIDOARJO

Pada hakikatnya pembiayaan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) di Bank. pemenuhan kebutuhan akan rumah yang disediakan oleh Bank Muamalat

BAB I PENDAHULUAN. satu sama lain agar mereka tolong-menolong dalam semua kepentingan hidup

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PENERAPAN AKAD QARD\\} AL-H\}ASAN BI AN-NAZ AR DI BMT UGT SIDOGIRI CABANG WARU SIDOARJO

PENENTUAN BIAYA PEMELIHARAAN BARANG GADAI MENURUT FATWA DSN MUI NO 26 TAHUN 2002 ( STUDI KASUS PEGADAIAN SYARIAH CABANG KOTA LANGSA) SKRIPSI

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP SISTEM PINJAM MEMINJAM UANG DENGAN BERAS DI DESA SAMBONG GEDE MERAK URAK TUBAN

BAB III PROFIL PEGADAIAN SYARIAH DI PEKALONGAN. A. Gambaran Umum Objek Penelitian (Pegadaian Syari ah Di

BAB V PENGAWASAN KEGIATAN LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH 1

BAB IV ANALISIS PERSPEKTIF HUKUM ISLAM TERHADAP APLIKASI QARD} BERAGUN EMAS DI BANK BRI SYARIAH KANTOR CABANG (KC) SIDOARJO

BAB II PEMBIAYAAN MURABAHAH

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan dan saling tolong menolong diantara mereka. berupa pemberian dan bisa berupa pinjaman. 1 Allah berfirman dalam surat al-

BAB IV ANALISIS TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PENUKARAN UANG DENGAN JUMLAH YANG TIDAK SAMA JIKA DIKAITKAN DENGAN PEMAHAMAN PARA PELAKU

BAB I PENDAHULUAN. usahanya berdasarkan prinsip syariah, yaitu aturan perjanjian (akad) antara

BAB IV\ ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP MEKANISME PENGUPAHAN PEMOLONG CABE DI DESA BENGKAK KECAMATAN WONGSOREJO KABUPATEN BANYUWANGI

BAB I PENDAHULUAN. hubungan horizontal antar makhluk (mu amalah). Manusia memiliki kebutuhan

RAHN, DAN KETENTUAN FATWA DEWAN SYARIAH

BAB IV ANALISIS HYBRID CONTRACT PADA PRODUK GADAI ib EMAS DI PT. BRI SYARIAH KCP GRESIK

BAB IV ANALISIS DUA AKAD (MURA>BAH}AH DAN RAHN) DALAM PEMBIAYAAN MULIA (MURA>BAH}AH EMAS LOGAM MULIA UNTUK INVESTASI ABADI) MENURUT HUKUM ISLAM

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI. peneliti menemukan beberapa hal penting yang bisa dicermati dan dijadikan acuan penelitian ini.

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN. A. Implementasi gadai di PT. Bank BNI Syariah Cabang Dharmawangsa Surabaya

BAB III PRINSIP KEADILAN TERHADAP AKAD RAHN EMAS DI BMT. transaksi yang menggunakan dua akad, yaitu akad rahn dan akad ijarah.

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP TRANSAKSI QARD} UNTUK USAHA TAMBAK IKAN DI DESA SEGORO TAMBAK KECAMATAN SEDATI KABUPATEN SIDOARJO

Prosiding Keuangan dan Perbankan Syariah ISSN:

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK AKAD UTANG PIUTANG BERHADIAH DI DESA SUGIHWARAS KECAMATAN CANDI KABUPATEN SIDOARJO

dibanding penelitian yang disebutkan diatas, dan juga di luar Bank Umum Syariah

BAB III PENERAPAN PERHITUNGAN BIAYA IJARAH DI PERUM PEGADAIAN SYARIAH SIDOKARE SIDOARJO

BAB II GAMBARAN UMUM GADAI EMAS (AR-RAHN) DALAM FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL-MAJLIS UALAMA INDONESI (DSN-MUI) TENTANG RAHN DAN RAHN EMAS

PENERAPAN AKAD RAHN DAN PENENTUAN BIAYA IJARAH DALAM SISTEM GADAI SYARAIAH MENURUT FATWA DSN-

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK MURA>BAH}AH PROGRAM PEMBIAYAAN USAHA SYARIAH (PUSYAR) (UMKM) dan Industri Kecil Menengah (IKM)

ب س م االله الر ح من الر ح ي م

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP UTANG PIUTANG DALAM BENTUK UANG DAN PUPUK DI DESA BRUMBUN KECAMATAN WUNGU KABUPATEN MADIUN

Pembiayaan Multi Jasa

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK GADAI TANAH SAWAH DI DESA ULULOR KECAMATAN PRACIMANTORO KABUPATEN WONOGIRI

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PENGALIHAN DANA TABARRU UNTUK MENUTUP KREDIT MACET DI KJKS SARI ANAS SEMOLOWARU SURABAYA

MAPPING PERBANDINGAN KHES FATWA DSN-MUI

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP HUTANG PIUTANG PETANI TAMBAK KEPADA TENGKULAK DI DUSUN PUTAT DESA WEDUNI KECAMATAN DEKET KABUPATEN LAMONGAN

BAB IV ANALISIS APLIKASI RAHN PADA PRODUK GADAI EMAS DALAM MENINGKATKAN PROFITABILITAS BNI SYARIAH KANTOR CABANG SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. sehingga pinjam meminjam menjadi salah satu cara terbaik untuk

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN SEWA MENYEWA POHON UNTUK MAKANAN TERNAK

perbankan di Indonesia menganut dual banking system yaitu perbankan konvensional dan

BAB III PERBANDINGAN HUKUM JAMINAN FIDUSIA MENURUT UNDANG- UNDANG NOMOR 42 TAHUN 1999 DENGAN HUKUM RAHN TASJÎLÎ

BAB IV. Sejalan dengan tujuan dari berdirinya Pegadaian Syariah yang berkomitmen

dasarnya berlandaskan konsep yang sesuai dengan Syariat agama Islam. perubahan nama di tahun 2014 Jamsostek menjadi BPJS (Badan

AKUNTANSI DAN KEUANGAN SYARIAH

BAB IV ANALISA A. PELAKSANAAN IB RAHN EMAS DI BANK JATENG SYARIAH KANTOR CABANG SEMARANG

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBAYARAN KODE UNIK DALAM JUAL BELI ONLINE DI TOKOPEDIA. A. Analisis Status Hukum Kode Unik di Tokopedia

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan dana untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dalam segala aspek

memanfaatkan barang yang telah digadaikan. Hanya akad sewa menunjukkan bahwa lembaga syariah ini mempunyai produk jasa layanan penyimpanan

PENERAPAN TEORI DAN APLIKASI PENGGADAIAN SYARIAH PADA PERUM PENGGADAIAN DI INDONESIA

monay, dalam perbankan dan pembolehan sepekulasi menyebabkan penciptaan uang

BAB IV ANALISIS HASIL PEMBAHASAN PEMBIAYAAN. A. Analisis Akad Ijarah Muntahiyah Bit Tamlik Pada Produk. Pembiayaan Angsuran di BMT SM NU Cabang Kajen.

BAB VI ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP TRADISI GADAI SAWAH DI DESA MORBATOH KECAMATAN BANYUATES KABUPATEN SAMPANG

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBERIAN KOMISI KEPADA AGEN PADA PRULINK SYARIAH DI PT. PRUDENTIAL LIFE ASSURANCE NGAGEL SURABAYA

BAB IV ANALISIS TERHADAP PENERAPAN SISTEM LOSS / PROFIT SHARING PADA PRODUK SIMPANAN BERJANGKA DI KOPERASI SERBA USAHA SEJAHTERA BERSAMA

BAB II LANDASAN TEORI. yang disepakati. Dalam Murabahah, penjual harus memberi tahu harga pokok

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP AKAD KAFA<LAH BI AL-UJRAH PADA PRODUK PEMBIAYAAN KAFA<LAH HAJI DI KJKS BMT-UGT SIDOGIRI CABANG SURABAYA

Transkripsi:

BAB IV ANALISIS PENERAPAN BIAYA IJARAH DI PERUM PEGADAIAN SYARIAH CABANG PONOLAWEN PEKALONGAN, UPS WONOYOSO DAN UPCS VETERAN PEKALONGAN A. Analisis Terhadap Akad Di Perum Pegadaian Syariah Pekalongan Akad dalam fiqih muamalah ditinjau dari sisi ada tidaknya kompensasi yang diterima dibagi menjadi 2, yaitu akad tabarru dan akad tijarah atau mu awadah. 1 Akad tabarru adalah segala macam perjanian yang menyangkut not-profit transaction (transaksi nirlaba). Transaksi ini pada hakikatnya bukan transaksi bisnis untuk mencari keuntungan komersil, tetapi bertujuan tolong menlong dalam rangka berbuat kebaikan ( tabarru berasal dari kata بر dalam bahasa arab yang artinya kebaikan. Dalam akad tabarru, pihak yang berbuat kebaikan tersebut tidak berhak mensyaratkan imbalan apapun kepada pihak lainnya. Imbalan akad tabarru adalah dari Allah. Namun pihak yang berbuat kebaikan boleh meminta counter partnya untuk sekedar menutup biaya (cover the cost) yang dikeluarkanya untuk melakukan akad tabarru tersebut, tetapi tidak boleh mengambil laba sedikitpun. Contoh akad ini adalah rahn, hibah, wakaf, hadiah dll. 2 Sedangkan akad tijarah/ muawadah adalah segala macam perjanjian yang menyangkut for profit transaction. Akad-akad ini dilakukan dengan tujuan 1 Adiwarman karim, Bank Islam Analisis Fiqh Dan Keuangan, Jakarta: IIIT Indonesia, 2003,h. 68. 2 Ibid., h. 68.

mencari keuntungan, karena bersifat komersil. Contoh: Rahn, sewa-menyewa (ijarah), investasi dll. 3 Dari kedua definisi diatas jelas terdapat perbedaan jika rahn (gadai) masuk dalam kategori akad tabarru, maka akad ijarah masuk pada akad tijarah. Perum Pegadaian Syariah di Indonesia khususnya di Pekalongan, baik pegadaian syariah cabang maupun pegadaian syariah unit menerapkan bahwa akad rahn yang termasuk akad tabarru dalam sistem gadainya, maka akad tersebut tidak boleh berubah menjadi akad tijarah untuk memperoleh keuntungan kecuali kedua belah pihak yang mengikatkan diri kedalam akad tijarah tersebut, dalam hal ini dengan melakukan akad ijarah. Dalam Islam akad akan dinyatakan sah manakala memenuhi syarat-syarat dan rukun-rukun yang diperlukan dalam pembentukan akad. Adapun rukunrukun tersebut adalah ar-rahin (yang menggadaikan), murtahin (penerima gadai), marhun (barang yang digadaikan), dan sighat (ijab dan qobul). 1. Rahin Seorang Rahin harus mencapai umur tamyiz yang menyadari dan mengetahui dengan apa yang dilakukannya (berakal sehat). Di Pegadaian Syariah sendiri ketika akan melakukan akad maka Rahin harus memberikan fotocopy KTP (kartu tanda penduduk) atau SIM (surat izin mengemudi). Dalam hal ini Rahin dianggap cakap melakukan tindakan-tindakan hukum serta mengetahui akibat yang 3 Ibid, h. 72.

dapat ditimbulkan dari tindakannya tersebut.dan seorang Rahin juga dianggap berkemampuan dan layak untuk melakukan transaksi. 2. Murtahin Murtahin dalam hal ini adalah pihak Pegadaian Syariah Cabang Ponolawen Pekalongan, UPS Wonoyoso dan UPCS Veteran Pekalongan dipercaya Rahin untuk mendapatkan modal atau utang dengan jaminan barang, sementara untuk pihak pegadaian dilakukan oleh Manajer Cabang yang mempunyai wewenang tertinggi pada tingkat cabang, dan ditingat unit UPS Wonoyoso dan UPCS Veteran Pekalongan dilakukan oleh kasir sendiri. 3. Marhun Berdasarkan fatwa dari Dewan Syariah Nasional (DSN)-MUI No. 25/ DSN-MUI/III/2002, tanggal 22 Juni 2002, bahwa semua barang dapat diterima sebagai agunan pinjaman. 4. Marhun bih Setelah perjanjian disepakati, maka marhun bih diserahkan kepada Rahin, marhun bih dalam perjanjian di Pegadaian Syariah berbentuk uang sehingga memungkinkan pemanfaatanya. 5. Sighat ( ijab dan qobul) Kesepakatan yang dicapai oleh Rahin (nasabah) dan murtahin (pihak pegadaian) dalam melakukan transaksi dituangkan dalam Surat Bukti Rahn (SBR), yang didalamnya memuat identitas kedua belah

pihak, serta ketentuan-ketentuan yang harus disepakati oleh kedua belah pihak. Bentuk pengikatan diri tersebut tertuang dalam sebuah surat yaitu Surat Bukti Rahn (SBR) yang didalamnya memuat identitas kedua belah pihak, serta ketentuan-ketentuan (perjanjian) yang harus dipenuhi kedua belah pihak. Hal ini senada dengan pendapat Ari Agung Nugraha Manajer Pegadaian Syariah Cabang Sei Panas Batam: Dari landasan syariah tersebut maka mekanisme operasional pegadaian syariah dapat digambarkan sebagai berikut : melalui akad rahn, nasabah menyerahkan barang bergerak dan kemudian pegadaian menyimpan dan merawatnya ditempat yang telah disediakan oleh pihak pegadaian, dan akibatnya timbul biaya-biaya yang meliputi nilai investasi tempat penyimpanan, biaya perawatan dan keseluruhan proses kegiatannya. Atas dasar ini dibenarkan bagi pihak pegadaian mengenakan biaya sewa kepada nasabah sesuai jumlah yang disepakati oleh kedua belah pihak. 4 Aspek penting dari keberlangsungan tersebut adalah adanya kerelaan atau kesepakatan kedua belah pihak untuk mengikatkan diri kedalam akad rahn dan kesepakatan tersebut membawa konsekuensi terciptanya akad lain yaitu akad ijarah. a) Fungsi Akad Rahn Sebagai Jembatan Terhadap Akad Ijarah Dalam konteks penerapan akad rahn di Pegadaian Syariah di Pekalongan, tidak murni dilaksanakan dengan akad rahn saja tetapi ada akad lain yang menyertainya yaitu akad ijarah yang merupakan satu rangkaian akad yang tidak bisa dipisahkan. 4 Ari Agung Nugraha (Manajer Pegadaian Syariah Cabang Sei Panas Batam 2004), Gambaran Umum Kegiatan Usaha Pegadaian Syariah. http://www.ulgs.tripod.com, akses tanggal 29 Desember 2009.

Seorang Rahin tidak mungkin melakukan akad rahn jika ia tidak setuju akan adanya akad ijarah yang ditetapkan oleh murtahin. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa akad ijarah merupakan syarat dari akad rahn. Oleh karena itu jika ada dua orang yang mengadakan satu akad dengan lafadz akad rahn dengan syarat adanya transaksi ijarah maka akad ini dipandang sebagai akad ijarah, karena akad terakhir ini yang ditunjuki oleh maksud dan makna dari pembuat akad. Hal ini senada dengan pendapat Ari Agung Nugraha sebagai berikut: Sehingga disini dapat dikatakan proses pinjam meminjam uang hanya sebagai lipstick yang akan menarik minat konsumen untuk menyimpan barangnya di Pegadaian. 5 b) Akad Rahn dan Akad Ijarah : Sebuah Rangkaian dari Dua Akad yang Berbeda Akad ijarah disini berfungsi untuk melanjutkan atau tidaknya pelaksanaan akad rahn, Karena akad rahn tidak mungkin terlaksana bila salah satu pihak tidak menyepakati akad ijarah, maka akad ijarah berfungsi sebagai penyempurna akad rahn, akan tetapi seseorang tidak mungkin melakukan akad ijarah saja karena pegadaian bukanlah lembaga penitipan barang dan pegadaian tidak bisa menjalankan sistem operasionalnya tanpa adanya akad ijarah tadi. Dengan demikian terjadi perubahan-perubahan status akad, yaitu: 1) Rahin berubah menjadi mustajir, yaitu sebagai pihak penyewa tempat (space) untuk menitipkan barang jaminan (marhun ) 5 Ibid, http://www.ulgs.tripod.com

kepada murtahin sehingga Rahin sekaligus musta jir mempunyai hak dan kewajiban pada kedua posisi tersebut. 2) Murtahin berubah menjadi mu ajir, yaitu sebagai pihak yang menyewakan tempat untuk penitipan marhun kepada Rahin sekaligus mu ajir mempunyai hak dan kewajiban pada kedua posisi tersebut. Di Pegadaian Syariah sendiri untuk akad-akad yang dilakukan telah memenuhi syarat dan rukunnya, dimana ketika nasabah menggadaikan barang maka nasabah harus menandatangani Surat Bukti Rahn yang didalamnya ada akad ijarah dan akad rahn yang harus diketahui kedua belah pihak yakni nasabah dan pihak pegadaian. Pegadaian syariah tidak mengambil keuntungan dari akad rahn, tetapi ada biaya administrasi yang timbul, biaya administrasi ini untuk biaya perlengkapan dan biaya tenaga kerja. Sedangkan dari akad ijarah maka nasabah berhak membayar biaya ijarah (ujrah) kepada pihak pegadaian dimana untuk tarif ijarah sendiri telah disepakati kedua belah pihak.

B. Analisis Terhadap Perhitungan Biaya Ijarah di Perum Pegadaian Syariah Pekalongan Relevansinya Terhadap Fatwa Dewan Syari ah Nasional NO: 25/DSN-MUI/III/2002 Dalam gadai syariah tidak menganut sistem bunga, namun lebih menggunakan biaya jasa, sebagai penerimaan dan labanya, yang dengan pengenaan biaya jasa itu paling tidak dapat menutupi seluruh biaya yang dikeluarkan dalam operasionalnya. 6 Oleh karena itu, untuk menghindari adanya unsur riba (bunga) dalam gadai syariah dalam usahanya pembentukan laba, maka gadai syariah menggunakan mekanisme yang sesuai dengan prinsip-prinsip syariah, seperti melalui akad qardhul hasan dan akad ijarah, akad rahn, akad mudharabah, akad ba i muqayadah, dan akad musyarakah. Oleh karena itu, pendapat bahwa gadai ketika sebagai sebuah lembaga keuangan, maka fungsi sosialnya perlu dipertimbangkan lagi, apalagi fungsi sosial gadai itu dihilangkan, tidak sepenuhnya benar. Karena paling tidak ada 2 alasan bahwa dengan terlembaganya gadai, bukan berarti menghilangkan fungsi sosial gadai itu, yang berdasarkan hadist-hadist yang mendasarinya menunjukkan bahwa fungsi gadai itu memang untuk fungsi sosial. Alasan itu adalah: (1) Dengan terlembaganya gadai, Pegadaian tetap dapat mendapatkan penerimaan dari pihak Rahin, berupa biaya administrasi dan biaya jasa lainnya, seperti jasa penyimpanan dan pemeliharaan. Berarti Pegadaian tidak dirugikan; 6 Sashi Rais, Mengenal Pegadaian Syariah Dan Prospeknya, Jakarta: STIE PBM, 2006.

(2) Fungsi sosial tersebut masih diperlukan guna membantu masyarakat yang membutuhkan dana yang sifatnya mendesak, terutama untuk keperluan hidup sehari-hari, seperti dalam kasus Rasulullah Saw. Yang menggadaikan baju besinya demi untuk mendapatkan bahan makanan; (3) Pegadaian tidak akan merugi karena ada marhun, yang dapat dilelang apabila Rahin tidak mampu mambayar. Mungkin yang patut mendapatkan perhatian dari kita adalah imbalan jasa yang masih digunakan oleh gadai yang dikenal dengan bunga gadai, yang sangat memberatkan dan merugikan pihak penggadai. Penentuan bearnya tarif jasa simpan di Perum Pegadaian Syariah ditentukan berdasarkan besarnya nilai barang tetapi yang membedakan perbedaan biaya yang dikenakan antara satu nasabah dengan nasabah yang lain dalam mmenggadaikan barang dengan nilai taksiran yang sama tetapi jumlah pinjaman berbeda adalah adanya diskon ijarah yang diberikan jarena nasabah meminjam dibawah harga pinjaman maksimum atau dibawah 85% dari nilai taksiran barang. Jadi terlihat sekali bahwa perhitungan biaya ijarah atau biaya sewa tempat bukan dilihat dari jumlah pinjaman nasabah, berarti dalam penentuan biaya ijarah perum pegadaian sudah sesuai dengan Fatwa Dewan Syari ah Nasional NO: 25/DSN- MUI/III/2002.

C. Analisis terhadap perhitungan biaya ijarah di Perum Pegadaian Syariah Pekalongan Sebagaimana telah diketahui bahwa dalam Perum Pegadaian Syariah di Pekalongan tidak menerapkan sistem bunga akumulatif seperti di Pegadaian konvensional. Maka Perum Pegadaian Syariah menggadakan terobosan pembentukan laba melalui mekanisme akad ijarah. a. Tarif Ijarah Ijarah sebagai faktor pembentuk laba dan sebagai produk tijarah yang bertujuan mencari profit bagi Perum Pegadaian Syariah di Pekalongan maka ditetapkan sistem perhitungan. Dan sebagai lembaga keuangan syariah yang memegang prinsip menghilangkan serta meniadakan hal yang memberatkan diantaranya meniadakan unsur riba sebagaimana yang telah diaplikasikan oleh pegadaian konvensional, tentunya sistem ijarah telah terformat dengan mengacu pada prinsip- prinsip tersebut dalam hal perhitungannya. Pembentukan laba merupakan salah satu fungsi dan tujuan Perum Pegadaian Syariah di samping fungsi menolong sesama yang merupakan inti dari prinsip muamalah dalam Islam. Firman Allah SWT : Artinya: Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan

pelanggaran.dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-nya. (Q.S Al-Maidah : 2) 7 Prinsip tolong menolong terkandung dalam akad rahn, sebagaimana telah dijelaskan dalam akad tabarru, namun demikian Perum Pegadaian Syariah di Pekalongan juga dituntut eksis mengingat telah dipercaya oleh Pemodal dalam hal ini Bank Muamalat Indonesia (BMI) dan mengembalikan modal dari lembaga tersebut dengan prinsip saling menguntungkan, jadi hal ini semakin memperjelas akad ijarah yang merupakan unsur utama dalam keberlangsungan perum pegadaian itu sendiri. Untuk menghindari dari riba, maka pengenaan biaya jasa pada barang simpanan nasabah dengan cara sebagai berikut : 8 1) Harus dinyatakan dalam nominal, bukan prosentase; 2) Sifanya harus nyata, jelas dan pasti, serta terbatas pada hal-hal yang mutlak diperlukan untuk terjadinya kontrak; dan 3) Tidak terdapat tambahan biaya, yang tidak disebutkan dalam akad awal. b. Diskon ijarah Pihak pegadaian syariah adalah lembaga keuangan yang dituntut untuk mengembalikan modalnya, maka dalam pelaksanaanya pihak pegadaian melakukan terobosan dengan adanya diskon ijarah, dimana fungsi diskon ini sendiri untuk menarik minat nasabah. Tarif diskon ijarah di Pegadaian Syariah Pekalongan berlaku bila Rahin (nasabah) meminjam 7 Depag RI, Alquran dan Terjemahannya, Kudus: Menara, 1997. h. 107. 8 Sashi Rais, Pegadaian Syariah: Konsep Dan System Operasional (Suatu Kajian Kontemporer), Jakarta: UI press, 2008 h. 82.

uang dibawah nilai pinjaman maksimum yaitu meminjam uang dibawah 85% dari harga taksiran. Contoh: Seseorang mengadaikan cincin seberat 1,6 gr dengan nilai taksiran Rp. 340.142 selama 10 hari, untuk melihat berapa biaya ijarahnya lihat tabel dibawah ini: ijarah Tabel 7: tabel ijarah yang belum disertai perhitungan diskon No Pinjaman Minimum Pinjaman Maksimum Ijarah 1 Rp. 27.211 Rp. 47.620 Rp. 2.483 2 Rp. 51.021 Rp. 64.627 Rp. 2.483 3 Rp. 68.028 Rp. 81.634 Rp. 2.483 4 Rp. 85.036 Rp. 98.641 Rp. 2.483 5 Rp. 102.043 Rp. 115.648 Rp. 2.483 6 Rp. 119.050 Rp. 132.655 Rp. 2.483 7 Rp. 136.057 Rp. 149.662 Rp. 2.483 8 Rp. 153.064 Rp. 166.670 Rp. 2.483 9 Rp. 170.071 Rp. 149.662 Rp. 2.483 10 Rp. 187.078 Rp. 200.684 Rp. 2.483 11 Rp. 204.085 Rp. 217.691 Rp. 2.483 12 Rp. 221.092 Rp. 234.698 Rp. 2.483 13 Rp. 238.099 Rp. 251.705 Rp. 2.483 14 Rp. 255.107 Rp. 268.712 Rp. 2.483

15 Rp. 272.114 Rp. 285.719 Rp. 2.483 16 Rp. 289.121 Rp. 336.741 Rp. 2.483 Dari data tersebut terlihat bahwa biaya ijarah yang dibebankan pada nasabah di Pegadaian Syariah terlihat sama tetapi tentu saja bila sebuah lembaga keuangan memasang tarif yang sama tetapi jumlah pinjaman berbeda maka sirkulasi transaksi tidak akan berjalan akibatnya pegadaian kan merugi. Hal ini yang kemudian menjadi persoalan sehingga pegadaian syariah mengambil langkah adanya system perhitungan tetapi yang tidak menyalahi norma Islam, terosan yang dilakukan adalah dengan penerapan diskon yang diberikan pada nasabah. Kebolehan diskon ini terdapat dalam hadist Nabi riwayat al-thabrani yang menyatakan bahwa hadis ini shahih sanadnya : روى ابن عباس أ ن الن بي صلى االله عليه وآله وسلم ل ما أ م ر با خر اج ب ني الن ض ير ج اءه ناس منهم فق ال وا: ي ا ن بي االله إ نك أم رت با خراج نا ول نا على الن اس د ي و ن لم تح ل فقال رسول االله صلى االله عليه وآله وسلم: ض ع و ا وت ع جل و ا (رواه الطبرني والحاكم في المستدرك وصححه) Artinya: Ibnu Abbas meriwayatkan bahwa Nabi Saw. ketika beliau memerintahkan untuk mengusir Bani Nadhir, datanglah beberapa orang dari mereka seraya mengatakan: Wahai Nabiyallah, sesungguhnya Engkau telah memerintahkan untuk mengusir kami sementara kami mempunyai piutang pada orang-orang yang belum jatuh tempo Maka Rasulullah saw berkata: Berilah keringanan dan tagihlah lebih cepat. 9 9 Himpunan Fatwa Dewan Syariah Nasional, h. 147.

Dari hadist tersebut berilah keringanan dan tagihlah lebih cepat membuktikan bahwa dalam Islam diperbolehkan adanya pemberian diskon. Untuk mengetahui perhitungan ijarah setelah diterapkan diskon dapat dilihat dalam tabel dibawah ini: Tabel 8: Tabel ijarah yang disertai dengan diskon ijarah No Pinjaman Minimum Pinjaman Maksimum Ijarah Diskon ijarah Ijarah yang di bebankan 10 1 Rp. 27.211 Rp. 47.620 Rp. 2.483 Rp. 2.111 Rp. 372 2 Rp. 51.021 Rp. 64.627 Rp. 2.483 Rp. 2.011 Rp. 472 3 Rp. 68.028 Rp. 81.634 Rp. 2.483 Rp. 1.887 Rp. 596 4 Rp. 85.036 Rp. 98.641 Rp. 2.483 Rp. 1.763 Rp. 720 5 Rp. 102.043 Rp.115.648 Rp. 2.483 Rp. 1.639 Rp. 844 6 Rp. 119.050 Rp.132.655 Rp. 2.483 Rp. 1.515 Rp. 968 7 Rp. 136.057 Rp.149.662 Rp. 2.483 Rp. 1.391 Rp. 1.093 8 Rp. 153.064 Rp.166.670 Rp. 2.483 Rp. 1.242 Rp. 1.242 10 Hasil pengurangan antara ijarah dan diskon ijarah

9 Rp. 170.071 Rp.149.662 Rp. 2.483 Rp. 1.093 Rp. 1.391 10 Rp. 187.078 Rp.200.684 Rp. 2.483 Rp. 944 Rp. 1.539 11 Rp. 204.085 Rp.217.691 Rp. 2.483 Rp. 795 Rp. 1.688 12 Rp. 221.092 Rp.234.698 Rp. 2.483 Rp. 646 Rp. 1.837 13 Rp. 238.099 Rp.251.705 Rp. 2.483 Rp. 497 Rp. 1.986 14 Rp. 255.107 Rp.268.712 Rp. 2.483 Rp. 348 Rp. 2.135 15 Rp. 272.114 Rp.285.719 Rp. 2.483 Rp. 174 Rp. 2.309 16 Rp. 289.121 Rp.336.741 Rp. 2.483 - Rp. 2.483 Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa : 1. Bila nasabah meminjam pinjaman 8%-14 % dari total harga taksiran maka nasabah akan mendapat keringanan atau bonus ijarah sebesar 85% dari total biaya ijarah. 2. Bila nasabah meminjam pinjaman 15%-19% dari total harga taksiran maka ia akan mendapat potongan biaya ijarah sebesar 81%. 3. Bila nasabah meminjam pinjaman 20%-24% dari total harga taksiran maka ia akan mendapat potongan pinjaman sebesar 76%.

4. Bila nasabah meminjam pinjaman 25%-29% dari total harga taksiran maka ia akan mendapat potongan pinjaman sebesar 71%. 5. Bila nasabah meminjam pinjaman 30%-34% dari total harga taksiran maka ia akan mendapat potongan pinjaman sebesar 66%. 6. Bila nasabah meminjam pinjaman 35%-39% dari total harga taksiran maka ia akan mendapat potongan pinjaman sebesar 61%. 7. Bila nasabah meminjam pinjaman 40%-44% dari total harga taksiran maka ia akan mendapat potongan pinjaman sebesar 56%. 8. Bila nasabah meminjam pinjaman 45%-49% dari total harga taksiran maka ia akan mendapat potongan pinjaman sebesar 51%. 9. Bila nasabah meminjam pinjaman 50%-54% dari total harga taksiran maka ia akan mendapat potongan pinjaman sebesar 44%. 10. Bila nasabah meminjam pinjaman 55%-59% dari total harga taksiran maka ia akan mendapat potongan pinjaman sebesar 38%. 11. Bila nasabah meminjam pinjaman 60%-64% dari total harga taksiran maka ia akan mendapat potongan pinjaman sebesar 32%. 12. Bila nasabah meminjam pinjaman 65%-69% dari total harga taksiran maka ia akan mendapat potongan pinjaman sebesar 26%. 13. Bila nasabah meminjam pinjaman 70%-74% dari total harga taksiran maka ia akan mendapat potongan pinjaman sebesar 20%.

14. Bila nasabah meminjam pinjaman 75%-79% dari total harga taksiran maka ia akan mendapat potongan pinjaman sebesar 14%. 15. Bila nasabah meminjam pinjaman 80%-84% dari total harga taksiran maka ia akan mendapat potongan pinjaman sebesar 7%. 16. Bila nasabah meminjam pinjaman 85%-89% dari total harga taksiran maka ia akan mendapat potongan pinjaman sebesar 0%. Dari contoh diatas terlihat bahwa jika nasabah meminjam dibawah pinjaman maksimum maka nasabah akan mendapat diskon ijarah, penentuan diskon ini dilihat dari prosentase nilai barang. Pemberian diskon yang bervariatif sesuai dengan resiko yang akan diterima pihak pegadaian, pemberian pinjaman yang semakin tinggi mengakibatkan resiko yang akan diterima Pegadaian Syariah akan semakin berat hal itu yang menyebabkan prosentase diskon yang diberikan semakin sedikit, begitupun sebaliknya jika nasabah meminjam dibawah harga taksiran maka resiko yang akan diterima pegadaian semakin sedikit sehingga prosentase yang diberikanpun semakin banyak, hal inipun berlaku untuk biaya administrasi yang dikenakan pegadaian syariah ketika pencairan uang pinjaman, semakin banyak uang yang dipinjam maka semakin banyak pula biaya administrasi yang akan dikenakan bagi nasabah. Untuk mengetahui perbandingan perhitungan Pegadaian Syariah dan Pegadaian Konvensional maka bisa melihat tabel dibawah ini: Contoh :

Seseorang mengadaikan sebuah cincin dengan berat 1,6 gr, setelah ditaksir ternyata harganya Rp. 422.625, Maka bagaimana perhitungan di Pegadaian Syariah dan Pegadaian Konvensionalnya jika nasabah hanya meminjam uang sebesar Rp. 200.000? dengan waktu pinjaman 10 hari di pegadaian syariah, 15 hari di pegadaian konvensional serta 120 hari di kedua pegadaian tersebut? Untuk menjawab semua pertanyaan tersebut dapat dilihat dalam tabel dibawah ini: Tabel 10: Tabel Perbandingan Perhitungan Antara Pegadaian Syariah dan Pegadaian Konvensional. No Aspek Pegadaian Syariah Pegadaian Konvensional 1 Taksiran Barang Rp.422.625 Rp.422.625 2 Jumlah Pinjaman Rp.200.000 Rp.200.000 3 Biaya Administrasi Rp.3.000 Rp.2.000 4 Tarif Jasa Simpan (PS) 11 Rp.1.600 Rp.2.400 Tarif Sewa Modal (PK) 12 5 Tarif jasa simpan 120 hari Tarif sewa modal 120 hari Rp. 18.600 Rp. 14.400 Perhitungan : 1) Tarif jasa simpan (PS) Ijarah per 10 hari = Rp.422.625/10.000 x 73 x 10/10 (ujrah x 50%) =Rp. 3085 - (3085 x 50%) = Rp. 1542 ( pembulatan Rp.1600) Ijarah per 120 hari = Rp.422.625/10.000 x 73 x 120/10 (ujrah x 50%) 11 Jasa simpan persepuluh hari. 12 Sewa modal per 15 hari.

= Rp. 37.021 ( 37.021 x 50%) = 18.510 (pembulatan Rp. 18.600) 2) Tarif sewa modal (PK) Sewa modal per 15 hari = Rp.200.000 x 1,2% = Rp. 2400 Sewa modal per 120 hari = Rp.200.000 x 9,6 % = Rp.19.200 Dalam masalah biaya sewa Pegadaian Syariah lebih kompetitif dibandingkan Pegadaian Konvensional. Hal ini terlihat dari tarif sewa per 120 hari, di Pegadaian Syariah Rp. 18.600 sedangkan pegadaian konvensional Rp.19.200. Bila nasabah hanya membutuhkan pinjaman 1-10 hari maka Pegadaian Syariah lebih kompetitif dibandingkan pegadaian konvensional, begitupun sebaliknya jika nasabah akan melakukan pinjaman selama 11-15 hari maka tarif sewa modal yang lebih kompetitif. Perhitungan sewa modal di pegadaian konvensional mengunakan prosentase ketika nasabah meminjam 1-15 hari maka akan dikenakan sewa modal 1,2 %, bila meminjam 120 hari yakni (4 bulan) maka sewa modal akan menjadi 9,6% (1,2% x 8). Persoalan yang membedakan disini adalah di Pegadaian Konvensional sewa modal dihitung dengan bunga akumulatif sedangkan di Pegadaian Syariah dengan nilai barang itu sendiri (jadi perhitungan biaya yang ada bukan dilihat dari jumlah pinjaman nasabah). Inilah letak kesyariahan Pegadaian Syariah, karena biaya ijarah yang diterapkan adalah biaya sewa yang dihitung sesuai nilai barang tersebut.