TINJAUAN PUSTAKA. sebagai berikut kingdom Plantae, divisio Spermatophyta, sub-divisio

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Morfologi Bawang Merah ( Allium ascalonicum L.)

TINJAUAN PUSTAKA. Ordo : Liliales ; Famili : Liliaceae ; Genus : Allium dan Spesies : Allium

TINJAUAN PUSTAKA. Species: Allium ascalonicum L. (Rahayu dan Berlian, 1999). Bawang merah memiliki batang sejati atau disebut discus yang bentuknya

TINJAUAN PUSTAKA. Subdivisio Angiospermae, Klas Monocotyledoneae, Ordo Liliaceae Family:

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) divisi spermatophyta, subdivisi angiospermae, kelas monocotyledonae,

TINJAUAN PUSTAKA. antara cm, membentuk rumpun dan termasuk tanaman semusim.

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Sistem perakaran tanaman bawang merah adalah akar serabut dengan

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman bawang merah dapat diklasifikasikan sebagai berikut Kingdom:

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Bawang Merah. rumpun, tingginya dapat mencapai cm, Bawang Merah memiliki jenis akar

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman bawang merah berakar serabut dengan sistem perakaran dangkal

TINJAUAN PUSTAKA. diklasifikasikan sebagai berikut. Divisi: Spermatophyta; Subdivisi:

hingga dapat mencapai cm, membentuk rumpun dan termasuk tanaman semusim. Perakarannya berupa akar serabut berbentuk silinder berongga yang

TINJAUAN PUSTAKA. tumbuhan, termasuk klasifikasi sebagai berikut; divisio : spermatophyta;

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Monocotyledoneae, Ordo: Liliaceae, Family: Liliales, Genus: Allium, Species:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA. muda. Tanaman ini merupakan herba semusim dengan tinggi cm. Batang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Bawang merah (Allium ascalonicum Linn) merupakan tanaman

TINJAUAN PUSTAKA. Gladiol berasal dari bahasa latin Gladius yang berarti pedang kecil, menunjukkan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Caulifloris. Adapun sistimatika tanaman kakao menurut (Hadi, 2004) sebagai

TINJAUAN PUSTAKA. Di Indonesia tanaman seledri sudah dikenal sejak lama dan sekarang

TINJAUAN PUSTAKA. sebagai berikut: Kingdom : Plantae; Divisi : Spermatophyta; Subdivisi :

TINJAUAN PUSTAKA. (brassicaceae) olek karena itu sifat morfologis tanamannya hampir sama, terutama

Subdivisio : Angiospemae. : Monocotyledoneae. Spesies : Allium ascalonicum L.

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi tegas, kering, berwarna terang segar bertepung. Lembab-berdaging jenis

TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Kacang Panjang (Vigna sinensis L.)

II. TINJAUAN PUSTAKA. Mentimun dapat diklasifikasikan kedalam Kingdom: Plantae; Divisio:

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman bawang merah dapat diklasifikasikan sebagai berikut. Kingdom: Plantae; Divisio: Spermatophyta; Subdivisio: Angiospermae;

II. TINJAUAN PUSTAKA. luas di seluruh dunia sebagai bahan pangan yang potensial. Kacang-kacangan

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Menurut Haryanto, Suhartini dan Rahayu (1996), klasifikasi tanaman

TINJAUAN PUSTAKA. Pakchoy (Brasicca chinensis L.) merupakan tanaman sayuran yang berasal dari

TINJAUAN PUSTAKA. dalam buku Steenis (2003), taksonomi dari tanaman tebu adalah Kingdom :

II. TINJAUAN PUSTAKA. Gladiol (Gladiolus hybridus) berasal dari bahasa latin Gladius yang berarti

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. didunia. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) merupakan tanaman semusim

TINJAUAN PUSTAKA. pada perakaran lateral terdapat bintil-bintil akar yang merupakan kumpulan bakteri

PENDAHULUAN. dapat dijadikan sebagai obat tradisional. Karenanya, kebutuhan masyarakat

I. TINJAUAN PUSTAKA. Gladiol (Gladiolus hybridus L) tergolong dalam famili Iridaceae yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. dan memiliki batang berbentuk segi empat. Batang dan daunnya berwarna hijau

TINJAUAN PUSTAKA Deskripsi Kacang Tanah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedudukan tanaman gladiol dalam taksonomi tumbuhan sebagai berikut :

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) termasuk famili Graminae

TINJAUAN PUSTAKA. legend of soil yang disusun oleh FAO, ultisol mencakup sebagian tanah Laterik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. energi dan serat kasar. Konsumsi ternak rumiansia akan hijauan makanan ternak ±

TINJAUAN PUSTAKA. A. Tanaman Bawang Merah. ada didunia. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) merupakan tanaman

I. PENDAHULUAN. Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. diikuti oleh akar-akar samping. Pada saat tanaman berumur antara 6 sampai

II. TINJAUAN PUSTAKA. Jagung manis termasuk dalam golongan famili graminae dengan nama latin Zea

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman mentimun ( Cucumis sativus L.) (Cahyono, 2006) dalam tata nama tumbuhan, diklasifikasikan kedalam :

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) Plantae; Divisi : Spermatophyta; Sub Divisi : Angiospermae; Kelas :

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman melon sebagai berikut: Kingdom: Plantae, Divisio:

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Tomat

II. TINJAUAN PUSTAKA. vegetasinya termasuk rumput-rumputan, berakar serabut, batang monokotil, daun

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman Padi. tunggang yaitu akar lembaga yang tumbuh terus menjadi akar pokok yang

Menurut Syariffauzi (2009), pengembangan perkebunan kelapa sawit membawa dampak positif dan negatif Dampak positif yang ditimbulkan antara lain

TINJAUAN PUSTAKA. tidak sempurna. Bagian bawah cakram menjadi tempat tumbuhnya akar-akar

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Biotani Sistimatika Sawi. Sawi adalah sekelompok tumbuhan dari marga Brassica yang

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman bawang merah Kingdom: Plantae, Divisio: Spermatophyta, Sub divisio: Angiospermae, Class: Monocotyledonae, Ordo:

TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Buah Naga

I. PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) adalah tanaman semusim yang tumbuh

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Botani, Klasifikasi, dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Bawang Merah. yang merupakan kumpulan dari pelepah yang satu dengan yang lain. Bawang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Manggis dengan nama latin Garcinia mangostana L. merupakan tanaman buah

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. Tanah Gambut. memungkinkan terjadinya proses pelapukan bahan organik secara sempurna

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Kombinasi Pupuk Kimia dan Pupuk Organik terhadap Tanaman Jagung Manis

TINJAUAN PUSTAKA Sejarah Tanaman Cabai Botani Tanaman Cabai

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kacang tunggak (Vigna unguiculata (L.)) merupakan salah satu anggota dari

II. TINJAUAN PUSTAKA. petsai (Brassica chinensis). Petsai adalah tanaman dataran tinggi sementara sawi juga

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1.Botani dan Kandungan Gizi Tanaman Bawang Merah. dan membentuk umbi berlapis. Umbi bawang merupakan umbi sejati seperti

TINJAUAN PUSTAKA. Deskripsi Tanaman Sukun (Artocarpus communis Frost) Dalam sistematika tumbuh-tumbuhan tanaman sukun dapat

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

I. PENDAHULUAN. tanpa mengurangi tingkat kesuburan tanah atau kelestariannya. Dalam usaha

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Cabai (Capsicum sp ) merupakan tanaman semusim, dan salah satu jenis

II. TINJAUAN PUSTAKA. Vermikompos adalah pupuk organik yang diperoleh melalui proses yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA. Plantae, Divisio: Spermatophyta, Subdivisio: Angiospermae, Class:

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Botani, Klasifikasi, dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai

TINJAUAN PUSTAKA. dan kini sudah tersebar luas ke seluruh dunia termasuk Indonesia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. Sistematika tanaman sawi dalam Sharma (2007) adalah sebagai berikut:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. keluarga remput-rumputan dengan spesies Zea mays L. Secara umum, klasifikasi jagung dijelaskan sebagai berikut :

TINJAUAN PUSTAKA Botani

II. TINJAUAN PUSTAKA. yang termasuk dalam famili Cruciferae dan berasal dari Cina bagian tengah. Di

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Jagung Manis. Tanaman jagung manis diklasifikasikan ke dalam Kingdom Plantae (Tumbuhan),

II. TINJAUAN PUSTAKA. green bean dan mung. Di Indonesia, kacang hijau juga memiliki beberapa nama

TINJAUAN PUSTAKA. yang baik yaitu : sebagai tempat unsur hara, harus dapat memegang air yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kacang hijau termasuk suku (famili) leguminoseae yang banyak

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman buah naga adalah sebagai berikut ; Divisi: Spermatophyta, Subdivisi : Angiospermae, Kelas : Dicotyledonae, Ordo:

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Tanaman kedelai (Glycine max L. Merrill) memiliki sistem perakaran yang

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Tanaman Tebu Saccharum officinarum

TINJAUAN PUSTAKA. Morfologi dan Fisiologi Tanaman Jagung (Zea mays L.)

II. TINJAUAN PUSTAKA. Panjang akarnya dapat mencapai 2 m. Daun kacang tanah merupakan daun

Transkripsi:

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Menurut Rukmana (2005) klasifikasi tanaman bawang merah adalah sebagai berikut kingdom Plantae, divisio Spermatophyta, sub-divisio Angiospermae, kelas Monocotyledoneae, ordo Lilialaes, famili Liliales, genus Allium, spesis Allium ascalonicum L. Bawang merah berakar serabut dengan sistem perakaran dangkal dan bercabangterpencar, pada kedalaman antara 15-30 cm di dalam tanah. Karena sifat perakaran inilah, bawang merah tidak tahan kering (Azmi, dkk, 2011). Batang bawang merah merupakan bagian kecil dari keseluruhan bagian tanaman, berbentuk seperti cakram disebut diskus, beruas ruas dan diantara ruas ruas terdapat kuncup-kuncup. Bagian bawah cakram merupakan tempat tumbuh akar. Bagian atas batang sejati merupakan umbi semu, berupa umbi lapis (bulbus) yang berasal dari modifikasi pangkal daun bawang merah. Pangkal dan sebagian tangkai daun menebal, lunak dan berdaging, berfungsi sebagai tangkai daun menebal, lunak dan berdaging, berfungsi sebagai tempat penyimpanan cadangan makanan (Rukmana, 2005). Daun pada bawang merah hanya merupakan satu permukaan, berbentuk bulat kecil memanjang dan berlubang seperti pipa. Bagian ujung daunnya meruncing dan bagian bawahnya melebar seperti kelopak dan membengkak (Rukmana, 2005). Bunga bawang merah merupakan bunga majemuk berbentuk tandan yang bertangkai dengan 50-200 kuntum bunga. Pada ujung dan pangkal tangkai mengecil dan dibagian tengah menggembung, bentuknya seperti pipa yang

berlubang didalamnya. Tangkai tandan bunga ini sangat panjang, lebih tinggi dari daunnya sendiri dan mencapai 30-50 cm. Sedangkan kuntumnya juga bertangkai tetapi pendek antara 0,2 0,6 cm (Ambarwati dan Yudono, 2003). Tangkai tandan bunga keluar dari tunas apikal yang merupakan tunas utama (tunas inti). Tunas ini paling pertama muncul dari dasar umbi melalui ujung-ujung umbi, seperti halnya daun biasa. Tangkai tandan bunga pada bagian bawah berbentuk kecil, bagian tengah membesar dan semakin keatas bentuknya semakin mengecil. Selanjutnya pada bagian yang membentuk kepala yang meruncing seperti mata tombak (Sudirja, 2010). Bawang merah memiliki buah berbentuk bulat dengan ujungnya tumbuh membungkus biji berjumlah 2-3 butir. Bentuk biji agak pipih, sewaktu masih muda berwarna bening atau putih, tetapi setelah tua menjadi hitam. Biji-biji bawang merah dapat dipergunakan sebagai bahan perbanyakan tanaman secara generatif (Rukmana, 2005). Kualitas umbi bawang merah ditentukan oleh faktor, seperti warna, kepadatan, rasa, aroma dan bentuk. Bawang merah yang warnanya merah, umbinya padat, rasanya pedas, aromanya wangi jika digorengdan bentuk yang lonjong serta umbi yang lebih besar lebih menarik dan disukai oleh konsumen (Sumarni dan Hidayat, 2005). Syarat Tumbuh Iklim Bawang merah paling menyukai daerah yang beriklim kering dengan suhu yang agak panas dan cuaca cerah. Daerah yang sering berkabut kurang baik untuk bawang merah dan sering menimbulkan bencana penyakit. Angin yang kencang

juga kurang baik. Demikian juga tempat yang terlindung dan teduh (Azmi, dkk, 2011). Bawang merah biasa dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik di dataran rendah sampai dataran tinggi ± 1.100 meter diatas permukaan laut, tetapi produksi terbaik dihasilkan didataran rendah yang memiliki suhu udara 25-32 dan iklim kering. Sebaiknya ditempat yang terbuka dan mendapat sinar matahari ± 70%, karena bawang merah termasuk tanaman yang memerlukan sinar matahari cukup panjang. Ketinggian tempat paling ideal antara 0-800 meter diatas permukaan laut (Rukmana, 2005). Bawang merah lebih senang pada iklim kering, tanah aluvial, dan udara panas sehingga sangat baik bila ditanam didataran rendah. Bawang merah sangat baik ditanam pada musim kemarau. Tanaman bawang merah masih tumbuh dan dapat berumbi di dataran tinggi, tetapi umur tanamannya menjadi lebih panjang 0,5-1 bulan dan hasil umbinya lebih rendah (Sumarni dan Hidayat, 2005). Tanah Tanah yang paling baik untuk lahan bawang merah adalah tanah yang mempunyai kemasaman yang agak sedikit asam samapai normal, yaitu ph-nya antara 6,0-6,8. Kemasaman dengan ph antara 5,5-7,0 masih termasuk kisaran kemasaman yang dapat digunakan untuk lahan bawang merah (Ambarwati dan Yudono, 2003). Tanaman bawang merah memerlukan tanah tekstur sedang sampai liat drainase/aerase naik, mengandung bahan organik, dan reaksi tanah tidak masam (ph tanah: 5,6-6,5). Tanah yang paling cocok untuk tanaman bawang merah adalah tanah aluvial atau kombinasinya dengan tanah humus. Tanah yang cukup

lembab dan air tidak mengenang disukai oleh tanaman bawang merah (Rismunandar, 1989). Pada prinsipnya, seperti pada bawang putih, tanaman bawang merah memerlukan tiga unsur pokok dalam pupuk yaitu N, P, dan K dalam bentuk N, P2O5 dan K2O. Dosis yang diberikan adalalah 100-120 kg N, 150 kg P2O5 dan 100 kg K2O. Akan tetapi pupuk tunggal sejenis ini sulit dijumpai dipasaran adalah Urea/ZA untuk sumber N, TS/DS untuk sumber P2O5 dan KCl/ZK untuk sumber K2O (Sumarni dan Hidayat, 2005). Pada tanaman bawang merah biasanya dibutuhkan unsur kalium yang sangat penting untuk pembentukan umbi. Kalium dalam tanaman sangat penting yaitu berperan sebagai kofaktor enzim dalam proses metabolisme tanaman, regulasi stomata, dan asimilasi CO. Kekurangan kalium menyebabkan umbi kecil sehingga produksi menurun (Tjionger, 2010). Kompos Limbah Kakao Kulit buah kakao merupakan salah satu limbah dari perkebunan kakao. Apabila tidak dimanfaatkan dapat merupakan masalah lingkungan disekitar perkebunan. Salah satu cara untuk memanfaatkan kulit buah kakao adalah dijadikan kompos yang dapat digunakan sebagai pupuk organik. Budidaya atau pengolahan tanaman perkebunan, seperti kelapa sawit, teh, kakao, dihasilkan limbah padat organik dalam jumlah melimpah. Berdasarkan data statistik perkebunan 2006, luas areal kakao di Indonesia tercatat 992,448ha, produksi 560,880 ton dan tingkat produktivitas 657 kg/ha/tahun. Bobot buah kakao yang dipanen per-ha akan diperoleh 6200 kg kulit buah 2178 kg biji basah.

Limbah kulit kakao dapat diolah menjadi kompos untuk menambah bahan organik (Isroi, 2007). Dari hasil penelitian diperoleh kompos kulit buah kakao memiliki C/N sebesar 12. Kompos limbah kakao mempunyai CaO dan MgO yang tinggi dan S yang rendah. CaO terlibat dalam pembelahan sel dan sebagian besar kegiatan pada membran sel. MgO merupakan komponen klorofil dan beberapa macam enzim. Sedangkan unsur S terlibat dalam penyediaan energi untuk tanaman (Rosniawaty, 2004). Food and Fertiizir Technology Center (1997) secara umum telah mengusulkan persyaratan minimal untuk pupuk organik, yaitu: 1. Mencantumkan kadar kandungan hara, ph. 2. C/N rasio maksimal 20 3. Kandungan bahan organic maksimal 60%. Pada dasarnya, kulit buah kakao dapat dimanfaatkan sebagai sumber unsur hara tanaman dalam bentuk kompos, pakan ternak, produksi biogas dan sumber pektin. Sebagai bahan organik, kulit buah kakao mempunyai komposisi hara dan senyawa yang sangat potensial sebagai medium tumbuh tanaman (Rosniawaty, 2004). Menurut KEPMEN Pertanian pada SNI nomor 19-7030-2004 kematangan kompos ditentukan oleh hal-hal berikut: 1. C/N rasio mempunyai nilai 10-20, 2. Suhu sesuai dengan suhu air tanah, 3. Berwarna kehitaman dan tekstur seperti tanah, 4. Berbau tanah.

Proses pengomposan dilakukan pada standar lokasi pengomposan yang baik. Limbah kakao yang berupa kulit buah kakao di giling kompos limbah kakao dicampur dengan penambahan dedak padi dan kotoran kambing sebagai bahan tambah sebanyak 30% dari jumlah limbah kakao. Setelah bahan tercampur, kompos dipermentasikan dengan diberi dekomposer. Tujuan diberikan dekomposer yakni sebagai pengurai kompos dan dapat mempercepat kematangan kompos. Selama masa fermentasi kompos harus dicek suhu nya dan kompos dibolak-balik agar suhu tetap normal dan kematangan kompos merata. Varietas Varietas adalah sekumpulan individu tanaman yang dapat dibedakan oleh setiap sifat (morfologi, fisiologi,sitologi,kimia, dan lain-lain) yang nyata untuk usaha pertanian dan bila diproduksikan kembali akan menunjukkan sifat-sifat yang dapat dibedakan dari yang lainnya (Poehlman and Sleper, 1995). Perbedaan susunan genetik merupakan salah satu faktor penyebab keragaman tanaman. Program genetik yang akan diekspresikan pada berbagai sifat tanaman yang mencakup bentuk dan fungsi tanaman yang menghasilkan keragaman pertumbuhan tanaman. Keragaman penampilan tanaman akibat perbedaaan susunan genetik selalu mungkin terjadi sekalipun bahan tanaman yang digunakan berasal dari jenis tanaman yang sama (Sitompul dan Guritno, 1995) Lingkungan yang sering mempengaruhi tanaman adalah lingkungan yang terdapat dekat disekitar tanaman dan disebut lingkungan mikro. Faktor ini tergantung dari gen tanaman menerima respon dari lingkungan tersebut. Gen dari tanaman menerima respon dari lingkungan tersebut. Gen dari tanaman dapat menyebabkan berkembangnya suatu karakter terkecuali bila berda dalam kondisi

yang sesuai. Jika berada dalam kondisi tidak sesuai maka tidak ada pengaruh gen terhadap berkembangnya karekteristik dengan mengubah tingkat keadaaan lingkungan (Allard, 2005). Bawang merah merupakan tanaman berhari panjang, proses pembentukan umbi membutuhkan jumlah siang yang lebih panjang dibandingkan tanaman berhari pendek. Umbi bawang merah dapat terus membesar. Besar umbi dapat dipengaruhi oleh faktor genetik. Ukuran diameter umbi lebih besar dari 2 cm, merupakan karakteristik utama umbi bawang merah yang disukai oleh petani, yaitu umbi berbentuk bulat, berwarna merah tua, berdiameter 2cm, dan beraroma menyengat (Putrasamedja dan Soedomo, 2007). Varietas unggul merupakan faktor utama yang menentukan tingginya produksi yang diperoleh bila persyaratan lain terpenuhi. Varietas unggul dapat diperoleh melalui pemuliaan tanaman. Suatu varietas unggul tidak selamanya akan menunjukkan keunggulannya, tetapi makin lama akan meurun tergantung pada komposisi genetiknya (Poehlman and Sleper, 1995). Keragaman penampilan tanaman akibat perbedaan susunan genetik selalu mungkin terjadi sekalipun bahan tanaman yang digunakan berasal dari jenis tanaman yang sama, namun perlu diingat bahwa susunan genetik yang berbeda dapat juga diekspresikan pada berbagai sifat tanaman yang mencakup bentuk dan fungsi tanaman yang akan menghasilkan keragaman pertumbuhan (Sitompul dan Guritno, 1995). Tanah Inseptisol Penyebaran tanah inseptisol sangat luas di Indonesia berkisar 1.349.152 ha. Tanah inseptisol di Indonesia umumnya mempunyai tingkat kesuburan yang

bervariasi mulai dari rendah sampai tinggi. Sifat tanahnya beraksi masam hingga agak netral. Kadar bahan organik tanah berkisar dari rendah hingga sedang. Sedangkan kandungan N dan P berpotensial rendah sampai tinggi. Kalium potensial digolongkan sedang sampai tinggi dan kejenuhan basa dari tinggi sampai sangat tinggi (Subagyo, 2000). Pembentukan solum tanah inseptisol yang terdapat didataran rendah umumnya tebal, sedangkan pada daerah-daerah berlereng curam solum yang terbentuk tipis. Warna tanah Inseptisol beranekaragam tergantung dari jenis bahan induknya. Warna kelabu bahan induknya dari endapan sungai, warna coklat kemerah-merahan karena mengalami proses reduksi, warna hitam mengandung bahan organik yang tinggi (Resman, dkk, 2006). Inseptisol adalah tanah yang belum matang (immature) dengan perkembangan profil yang lebih dibandingkan dengan tanah yang matang dan masih banyak mempunyai sifat bahan induknya (Hardjowigeno, 1993). Sifat fisik dan kimia Inseptisol antara lain: bobot jenis 1,0 g/cm 3, kalsium karbonat kurang dari 40%, ph mendekati netral atau lebih (ph<4 tanah bermasalah), kejenuhan basa kurang dari 50% pada kedalaman 1,8 m, COLE antara 0,07 dan 0,09, nilai porositas 68% sampai 85%, air yang tersedia cukup banyak antara 0,1-1 atm (Resman dkk, 2006). Proses pedogenesis yang mempercepat proses pembentukan tanah Inseptisol adalah pemindahan, penghilangan karbonat, hidrolisis mineral primer menjadi formasi lembung, pelepasan sesquioksida, akumulasi bahan organik dan paling utama adalah proses pelapukan, sedangkan proses pedogenesis yang

menghambat pembentukan tanah Inseptisol adalah pelapukan bantuan dasar menjadi bahan induk (Resman dkk, 2006). Perkembangan tanah inseptisol umunya terjadi pada horizon B, strukturnya yang mantap dan teguh. Berasal dari batuan beku, sedimen dan metamorf. Arah perkembangannya dapat menuju tanah ultisol dan alfisol (Harjowigeno, 1985). Heritabilitas Gen-gen dari tanaman tidak dapat menyebabkan berkembangnya suatu karakter terkecuali bila berada pada lingkungan yang sesuai, dan sebaliknya tidak ada pengaruhnya terhadap berkembangnya karakteristik dengan mengubah tingkat keadaan lingkungan terkecuali gen yang diperlukan ada. Namun, harus disadari bahwa keragaman yang dapat diamati terhadap sifat-sifat yang terutama disebabkan oleh perbedaan gen yang dibawa oleh individu yang berlainan dan terhadap variabilitas di dalam sifat yang lain, pertama-tama disebabkan oleh perbedaan lingkungan dimana individu berada (Allarrd, 2005). Heritabilitas menentukan keberhasilan seleksi karena heritabilitas dapat memberikan petunjuk suatu sifat lebih dipengaruhi oleh faktor genetik atau faktor lingkungan. nilai heritabilitas yang tinggi menunjukkan bahwa faktor genetik lebih berperan dalam mengendalikan suatu sifat dibandingkan faktor lingkungan (Poehlman and Sleper, 1995). Perbedaan kondisi lingkungan memberikan kemungkinan munculnya variasi yang akan menetukan penampilan akhir dari tanaman tersebut. Bila ada variasi yang timbul atau tampak pada populasi tanaman yang ditanam pada kondisi yang sama maka varietas tersebut merupakan variasi atau perbedaan yang

berasal dari genotif individu anggota populasi. Variasi yang ditimbulkan ada yang langsung dapat dilihat, isalnya adanya perbedaan warna bunga, daun dan bentuk biji (ada yang berkerut, ada yang tidak), ini disebut variasi sifat yang kualitatif. Namun adapula variasi yang merupakan pengamatan dengan pengukuran, misalnya tingkat produksi, jumlah anakan, tinggi tanaman, dan lainnya (Allarrd, 2005). Pada umumnya tanaman memiliki perbedaan fenotif dan genotif yang sama. Perbedaan varietas cukup besar mempengaruhi perbedaan sifat dalam tanaman (genetik) atau perbedaan lingkungan atau kedua-duanya. Perbedaan susunan genetik merupakan salah satu faktor penyebab keragaman panampilan tanaman. Program genetik yang akan diekspresikan pad berbagai sifat tanaman yang mencakup bentuk dan fungsi tanaman yang menghasilkan keragaman pertumbuhan tanaman. Keragaman penampilan tanaman akibat perbedaan susunan genetik selau mungkin terjadi sekalipun bahan tanaman yang digunakan bersal dari jenis yang sama (Sitompul dan Guritno, 1995).