II. BAHAN DAN METODE 2.1 Bahan Penelitian Ikan nila yang digunakan adalah ikan nila strain BEST yang berasal dari Instalasi Riset Plasma Nutfah, Cijeruk dengan ukuran panjang 4,52±3,9 cm dan bobot 1,35±0,3 g, dengan jumlah ikan ditebar ke dalam akuarium sebanyak 40 ekor per akuarium. Ikan nila perlakuan tersebut diberi pakan buatan (pellet) yang diberikan 3 kali sehari pada pukul 08.00, 13.00, dan 17.00 dengan metode pemberian pakan tetap diberikan secara at satiation. Wadah yang digunakan dalam penelitian berupa akuarium berukuran 60x50x40 cm sebanyak 12 unit dengan tahapan persiapan wadah meliputi pencucian akuarium, pengeringan akuarium, dan pengisian air. Pencucian akuarium dilakukan dengan menggunakan detergen untuk menghilangkan lumut atau kotoran-kotoran yang menempel pada dinding akuarium. Kemudian setiap wadah diisi dengan air setinggi 30 cm yang sebelumnya telah diendapkan dan diaerasi dalam tandon selama beberapa hari. Setiap akuarium dilengkapi dengan sistem aerasi satu titik pada setiap akuarium yang bersumber dari hi-blow. Selain itu, akuarium yang digunakan ditutup dengan menggunakan plastik hitam pada setiap sisi akuarium agar ikan yang diberi perlakuan tidak stress dan suhu pada media tetap stabil. Media uji yang digunakan adalah air dengan derajat kemasaman (ph) 3, 4, 5, dan 6 yang diperoleh dengan menambahkan larutan asam (HCl) pada media pemeliharaan yang disesuaikan dengan ph yang akan digunakan sesuai perlakuan pada media uji. Media uji yang digunakan untuk perlakuan dibuat dengan menggunakan HCl 1 N untuk ph 3, 4, 5 sedangkan untuk media uji dengan ph 6 tidak ditambahkan larutan untuk menurunkan atau menaikkan ph. Media uji dengan ph 6 merupakan media yang dijadikan media kontrol yang juga merupakan ph tandon. Pembuatan ph perlakuan dilakukan dengan terlebih dahulu ph air pada tandon diukur untuk mengetahui ph awal sebelum disesuaikan dengan ph perlakuan dengan menggunakan HCl (untuk asam). Air tandon untuk sampel, diambil dengan menggunakan gelas ukur dan diukur phnya 3
menggunakan ph meter. Setelah itu, sampel yang telah diukur ditambahkan HCl untuk perlakuan asam disesuaikan dengan perlakuan. Jika ph pada air tandon menunjukkan ph 6, maka untuk menurunkan menjadi ph 5 ditambahkan HCl menggunakan pipet tetes pada air sampel 1500 ml hingga ph meter menunjukkan ph 5. Pada penelitian ini, HCl yang digunakan untuk menurunkan ph 6 menjadi ph 5 pada sampel 1500 ml sebanyak 0,05 ml, maka untuk menurunkan ph pada media pemeliharaan sesuai perlakuan dikonversikan dengan menggunakan rumus (Lampiran 1). Pada media pemeliharaan dengan perlakuan ph 5 membutuhkan HCl sebanyak 3 ml, perlakuan ph 4 membutuhkan HCl sebanyak 6 ml, sedangkan untuk perlakuan ph 3 membutuhkan HCl sebanyak 9 ml untuk setiap ulangan. Organ insang yang akan dibuat preparat histologi difiksasi terlebih dahulu dalam larutan Bouin s selama 24 jam untuk mencegah pembusukan jaringan. Setelah itu dilakukan tahap dehidrasi dengan menggunakan alkohol 70% selama 24 jam, kemudian dilanjutkan direndam dengan alkohol berturut turut 80, 90, 95, 95% masing masing selama 2 jam dan alkohol 100% selama 12 jam. Kemudian dilakukan tahap clearing yaitu, jaringan yang telah didehidrasi direndam dengan xylol alkohol selama 30 menit, dilanjutkan dengan perendaman dalam xylol I, xylol II, xylol III masing masing selama 30 menit. Selanjutnya dilakukan tahap impregnasi yaitu, jaringan direndam dengan paraffin dalam oven yang dipanaskan pada 65-70 o C selama 45 menit. Setelah itu, tahap embedding jaringan tersebut direndam dengan paraffin 3 kali masing masing selama 45 menit. Kemudian dilakukan tahap blocking dengan dicetaknya jaringan sehingga mudah dipotong, pemotongan serta pewarnaan dengan Hematoksilin Eosin. Preparat histologi diamati di bawah mikroskop dengan perbesaran 400x (Lampiran 2). Jaringan insang yang dibuat preparat histologi memiliki ketebalan 5 mikron. Pengelolaan kualitas air yang dilakukan selama perlakuan meliputi dengan penyifonan kotoran dengan menggunakan selang sifon dan penggantian air total setiap hari yang bertujuan untuk menjaga kualitas air dan kestabilan ph air dalam wadah pemeliharaan. Selain itu, dilakukan pengontrolan ph setiap 3 kali sehari untuk mengetahui besarnya ph yang digunakan sesuai dengan perlakuan. Apabila ph pada perlakuan selama pemeliharaan berubah, misalnya ph perlakuan berubah naik, maka dilakukan penambahan HCl sesuai dengan kenaikan ph yang berubah. 4
2.2 Metode Penelitian 2.2.1 Rancangan Percobaan Penelitian dilakukan menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan empat perlakuan dan setiap perlakuan menggunakan tiga ulangan, yaitu: 1. Perlakuan P1 media dengan ph 6 2. Perlakuan P2 media dengan ph 5 3. Perlakuan P3 media dengan ph 4 4. Perlakuan P4 media dengan ph 3 Data yang diperoleh selama pengamatan dianalisis dengan menggunakan analisis ragam ANOVA dan uji lanjut Duncan. Selanjutnya data disajikan dalam bentuk tabel dan grafik. Model percobaan yang digunakan dalam penelitian ini mengikuti rumus Steel dan Torie (1991), yaitu: Keterangan : = Data perlakuan ke-i ulangan ke-j = Nilai tengah data = Pengaruh perlakuan ke-i = Kesalahan perlakuan percobaan pada perlakuan ke-i dan ulangan ke-j 2.3 Parameter yang Diamati 2.3.1 Laju Pertumbuhan Bobot Spesifik Harian (SGR) Laju pertumbuhan harian adalah laju pertumbuhan bobot individu dalam persen (%). Laju pertumbuhan harian dihitung dengan menggunakan rumus (Huisman, 1987) (Lampiran 3). 2.3.2 Pertambahan Panjang Mutlak Pertambahan panjang mutlak adalah selisih panjang total tubuh ikan pada akhir pemeliharaan dan awal pemeliharaan. Parameter pertambahan panjang yang diukur dalam penelitian ini adalah panjang total, yaitu jarak antara ujung kepala terdepan dengan ujung sirip ekor paling belakang. Pertambahan panjang mutlak dihitung dengan menggunakan rumus (Effendie, 1979) (Lampiran 3). 5
2.3.3 Jumlah Konsumsi Pakan Jumlah konsumsi pakan menunjukkan banyaknya pakan yang dihabiskan oleh ikan yang diberikan selama masa pemeliharaan. Jumlah pakan tersebut diperoleh dengan melakukan penimbangan pakan sebelum dan sesudah pemberian. Data yang diperoleh kemudian diakumulasikan sehingga didapat jumlah konsumsi pakan ikan selama pemeliharaan (Lampiran 3). 2.3.4 Efisiensi Pakan Efisiensi pemberian pakan menunjukkan seberapa banyak pakan yang dimanfaatkan oleh ikan dari total pakan yang diberikan. Efisiensi pakan dihitung dengan menggunakan rumus (Zonneveld et al., 1991) (Lampiran 3). 2.3.5 Kelangsungan Hidup Tingkat kelangsungan hidup (survival rate) yaitu perbandingan ikan yang hidup hingga akhir pemeliharaan dengan jumlah ikan pada awal pemeliharaan, yang dihitung dengan rumus (Goddard, 1996) (Lampiran 3). 2.3.6 Pengamatan Histopatologi Organ yang digunakan dalam preparasi histologi adalah beberapa sampel insang ikan yang telah diberi perlakuan derajat kemasaman yang berbeda. Sampling dilakukan setiap satu kali setiap minggu pada setiap perlakuan sebanyak 1 ekor per akuarium. Pengamatan histologi tersebut dilakukan untuk mengetahui kerusakan yang terjadi pada insang yang diakibatkan oleh perlakuan ph rendah. Beberapa kerusakan mikroanatomi pada insang meliputi, hipertropi, hiperplasia, fusi, dan telangiektasis. Hipertropi adalah pembesaran jaringan atau sel yang tidak dapat membelah sedangkan hiperplasia adalah pembentukan jaringan secara berlebihan karena bertambahnya jumlah sel. Kerusakan mikroanatomi berupa fusi adalah pembengkakan pada sel sel insang sedangkan kerusakan mikroanatomi berupa telangiektasis adalah adanya pembendungan atau penggumpalan darah pada ujung lamella sekunder (Roberts, 1978). 6
2.3.7 Pengukuran Kualitas Air Pengukuran kualitas air meliputi parameter fisika kimia air, diukur setiap hari untuk parameter suhu dan ph sedangkan parameter lainnya diukur setiap 7 hari sekali, yaitu oksigen terlarut (DO), amoniak (NH 3 ), alkalinitas, kesadahan, dan CO 2 bebas. Pengukuran suhu dilakukan dengan menggunakan termometer dan ph diukur dengan menggunakan ph-indicator strips. Amonia diukur dengan menggunakan metode phenat (spektrofotometer) sedangkan alkalinitas, kesadahan dan CO2 diukur dengan metode titrasi (titrimetrik). 7