PENGERTIAN TRAFFICKING 2 Trafficking adalah tindakan perekrutan, pengangkutan, penampungan, pengiriman, pemindahan atau penerimaan seseorang dengan ancaman kekerasan, penggunaan kekerasan, penculikan, penyekapan, pemalsuan, penipuan, penyalahgunaan kekuasaan atau posisi rentan, penjeratan utang atau memberi bayaran atau manfaat sehingga memperoleh persetujuan dari orang yang memegang kendali atas orang lain tersebut, baik yang dilakukan di dalam negeri untuk tujuan eksploitasi atau mengakibatkan orang tereksploitasi. ( UU nomor 21 Tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan orang )
FGD TRAFFICKING 3 Tujuan Focus Group Discussion (FGD) Dalam Rangka Pemetaan Pelaksanaan Kerjasama Pencegahan Dan Penanganan Trafficking Terhadap Perempuan Dan Anak Di Jawa Tengah: untuk memperoleh masukan maupun informasi mengenai Pelaksanaan Kerjasama Pencegahan Dan Penanganan Trafficking Terhadap Perempuan Dan Anak. Dasar Pertimbangan Pemilihan Lokasi: jumlah kasus/ korban basis buruh migran daerah transit/ wilayah perbatasan dengan Kabupaten/ Provinsi lain
PELAKSANAAN FGD 4 Guna memperoleh informasi berkaitan penanganan trafficking terhadap perempuan dan anak di Provinsi Jawa Tengah, telah dilaksanakan Focus Group Discussion (FGD) dalam rangka Pemetaan Pelaksanaan Kerjasama Pencegahan dan Penanganan Trafficking Terhadap Perempuan dan Anak, di 3 (tiga) Kabupaten yang berbatasan dengan Provinsi lain, yaitu: Kabupaten Brebes pada tanggal 23 Agustus 2014, bertempat di Ruang Rapat Sekda Kabupaten Brebes, Jl. Diponegoro No. 141 Brebes; Kabupaten Rembang pada tanggal 3 September 2014, bertempat di Ruang Rapat Asisten Ekbang dan Kesra Sekda Kab. Rembang; Kabupaten Cilacap pada tanggal 16 September 2014, bertempat di Ruang Rapat Jalabumi, Jl. Sudirman 32 Kab. Cilacap
PESERTA FGD 5 FGD diikuti : Tim Pemetaan Provinsi Jawa Tengah terdiri dari Biro Bina Sosial, Bappeda, BP3AKB, Dinas Kesehatan, Polda Jawa Tengah dan LSM yaitu LRC-KJHAM. Sedangkan unsur dari Kabupaten adalah dari Pusat Pelayanan Terpadu, Gugus Tugas Trafficking, Dinas Sosial, Dinas Pendidikan, Dinas Kesehatan, Dinas Tenaga Kerja, Dinas Pariwisata, Bappeda, Badan PP dan PA, Bagian Kesra Setda, Kanwil Kemenag, Kepolisian, Kejaksaan, Pengadilan Negeri, LSM, Kecamatan, Kelurahan, Rumah Sakit, TP PKK serta Korban Trafficking.
rangkuman HASIL PEMETAAN 6 Brebes Ada gugus tugas trafficking tapi tidak berjalan, misalnya koordinasi tidak berjalan, keanggotaan tidak aktif, dan tidak adanya alokasi aggaran untuk upaya pencegahan dan penanganan kasus-kasus trafficking untuk gugus tugas trafficking. Ada Pusat Pelayanan Terpadu (PPT) untuk korban kekerasan terhadap perempuan dan anak termasuk trafficking, tetapi tdak didukung dengan anggaran yang memadai, fultimer dan SDM yang cukup Tidak memadainya fasilitas layanan kesehatan yang disediakan secara khusus untuk perempuan dan anak korban kekerasan termasuk trafficking, misalnya tidak ada ruangan khusus, dokter dan perawat khusus, serta penanganan yang diberlakukan sama seperti pasien umum lainnya. Tidak adanya kebijakan khusus yang mengatur tentang penyediaan layanan kesehatan untuk korban kekerasan termasuk trafficking. Tidak adanya anggaran khusus yang dialokasikan untuk korban kekerasan Ada program-program pemberdayaan ekonomi tetapi tidak ada pemetaan sehingga program-program tersebut benar-benar berdampak pada pemenuhan hak-hak korban kekerasan termasuk trafficking
rangkuman HASIL PEMETAAN 7 Rembang Ada gugus tugas trafficking tapi tidak berjalan, misalnya koordinasi tidak berjalan, keanggotaan tidak aktif, dan sebagainya. Ada Pusat Pelayanan Terpadu (PPT) untuk korban kekerasan terhadap perempuan dan anak termasuk trafficking, tetapi tdak didukung dengan anggaran yang memadai, fultimer dan SDM yang cukup, tidak semua anggota aktif, bahka ada tim yang tidak mengetahui adanya PPT. Ada sub gugus tugas trafficking Layanan kesehatan untuk korban kekerasan bisa diakses secara gratis hanya jika korban didampingi oleh lembaga pendamping Ada program-program pemberdayaan ekonomi, pelatihan, tetapi tidak ada pemetaan sehingga sasaran dari program ini diprioritaskan pada korban trafficking atau kelompokkelompok yang rawan mengalami trafficking
rangkuman HASIL PEMETAAN 8 Cilacap Ada gugus tugas trafficking Ada PPT Tidak adanya anggaran khusus yang dialokasikan untuk korban kekerasan Tidak berjalannya sistem peradilan pidana anak Ada program-program pemberdayaan ekonomi pemberian bantuan UEP, bimbingan manajemen usaha, rintisan koperasi dan sebagainya tetapi tidak ada pemetaan sehingga program-program tersebut benar-benar berdampak pada pemenuhan hak-hak korban kekerasan termasuk trafficking Tingginya buruh migran yang diperkuat dengan keberadaan lembaga-lembaga masyarakat sipil
draft HASIL PEMETAAN (temuan) 9 No. Uraian Kab. Brebes Kab. Rembang Kab. Cilacap 1. Pembentukan Gugus Tugas TPPO dan Pusat Pelayanan Terpadu Di Kabupaten Brebes sudah terbentuk gugus tugas TPPO. Tetapi gugus tugas ini hanya terbentuk dan tidak ada kegiatan misalnya koordinasi untuk upaya pencegahan dan penanganan kasus-kasus trafficking terhadap perempuan dan anak sebagaimana mandat dari UU No. 21 tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang pasal 58 Pusat Pelayanan Terpadu (PPT Tiara ) di Kabupaten Brebes terbentuk pada tahun 2010 yang dibentuk melalui SK Bupati No. 260/456 Anggaran yang dialokasikan oleh Pemerintah Kabupaten Brebes untuk penanganan kasus terhadap perempuan dan anak di PPT di tahun 2014 adalah sebesar 75 juta Tim dari PPT Kabupaten Brebes terdiri dari SKPD terkait tingkat Kabupaten/Kota (Dinkes, Dinsos, Aparat Penegak Hukum, Rumah Sakit, dll) Dimintakan infonya ke Pemkab Brebes Gugus tugas trafficking di Kabupaten Rembang sudah terbentuk. Sub Gugus tugas trafficking ini terbentu melalui SK Kepala Dinas Pendidikan, kegiatan dari Sub Gugus Tugas ini adalah sosialisasi pencegahan kasus trafficking. Di Kabupaten Rembang telah terbentuk 2 Satgas di 2 Kecamatan yaitu Rembang dan Sluke Pusat Pelayanan Terpadu di Kabupaten Rembang terbentuk pada tahun 2005 Keanggotaan dari PPT yang aktif hanya Rumah Sakit, Kejaksaan dan Kepolisian. Meskipun telah terbentuk sejak tahun 2005, masih saja ditemukan adanya anggota tim yang tidak mengetahui adanya PPT. Belum adanya fultimer yang menangani kasus-kasus kekerasan terhadap perempuan termasuk trafficking juga berakibat pada tidak terpenuhinya hak-hak korban, hal ini membuat pegawai Badan Pemberdayaan perempuan harus menangani sendiri. Ada gugus tugas TPPO tapi tidak berjalan, misalnya koordinasi tidak berjalan, keanggotaan tidak aktif, dan tidak adanya alokasi aggaran untuk upaya pencegahan dan penanganan kasus-kasus trafficking untuk gugus tugas trafficking. Ada Pusat Pelayanan Terpadu (PPT) untuk korban kekerasan terhadap perempuan dan anak termasuk trafficking, tetapi tdak didukung dengan anggaran yang memadai, fulltimer dan SDM yang cukup. PPT Citra Tahun 2012-2013 menjadi juara I tingkat Provinsi Jateng Tidak memadainya fasilitas layanan kesehatan yang disediakan secara khusus untuk perempuan dan anak korban kekerasan termasuk trafficking, misalnya tidak ada ruangan khusus, dokter dan perawat khusus, serta penanganan yang diberlakukan sama seperti pasien umum lainnya. Tidak adanya kebijakan khusus yang mengatur tentang penyediaan layanan kesehatan untuk korban kekerasan termasuk trafficking. Tidak adanya anggaran khusus yang dialokasikan untuk korban kekerasan Ada program-program pemberdayaan ekonomi tetapi tidak ada pemetaan sehingga programprogram tersebut benar-benar berdampak pada pemenuhan hakhak korban kekerasan termasuk trafficking
draft HASIL PEMETAAN (temuan) 1 0 No. Uraian Kab. Brebes Kab. Rembang Kab. Cilacap 2. Penanganan Pengaduan: Pengaduan di Kabupaten Brebes, layanan pengaduan dilakukan oleh PPT, LSM, Bupati, DPRD, Bupati dan Polisi. Di tahun 2014 sampai pelaksanaan FGD yaitu tanggal 20 Agustus 2014, PPT telah menerima pengaduan sebanyak 40 kasus kekerasan terhadap perempuan, dengan perincian 17 kasus terhadap anak, dan 23 kasus kekerasan berbasis jender, 4 diantaranya adalah kasus trafficking. Brebes juga merupakan daerah dengan kasus-kasus buruh migran. Kasus terbesar ada didaerah desa Sanggong. Kesehatan: Layanan kesehatan adalah hak korban traffiking, sebagaimana diatur dalam UU No. 21 tahun 2007 pasal 51, korban berhak memperoleh rehabilitasi kesehatan.... Di Kabupaten Brebes, tidak terdapat layanan kesehatan yang khusus untuk korban trafficking. Layanan kesehatan tersebut diberlakukan secara umum. Hal ini terlihat dari tidak adanya penanganan secara khusus kepada korban, tidak adanya ruangan khusus, pemeriksaan dasar dan visum juga masih dipungut biaya. Adapun biaya pemeriksaan dasar yaitu sebesar Rp 35.000,- dan visum sebesar Rp 100.000,-. Pengaduan: Pengaduan kasus-kasus trafficking di Kabupaten Rembang dilakukan oleh PPT, dan Tim PPT yaitu Rumah Sakit dan Kepolisian. Selain itu terdapat posko pengaduan yang ada di Kecamatan yang sudah mendapatan pelatihan penanganan dan pendampingan kasus dari PPT Kabupaten. Tetapi menurut informasi dari PPT bahwa sampai saat ini belum pernah menerima pengaduan kasus trafficking. Kesehatan: Lembaga-lembaga yang tersedia di Kabupaten Rembang untuk pemenuhan hak korban dibidang kesehatan adalah RSUD Rembang dan Puskesmas yang tersebar di kabupaten Rembang. Di RSUD, pelayanan kepada korban dilakukan sesuai standar prosedur pelayanan (SPO) dengan ruangan khusus yang dilengkapi dengan sarana prasarana termasuk fom pencatatan khusus, serta petugas yang terlatih (dokter, perawat ). Alur pelayanan dilakukan melalui Instalasi gawat darurat (IGD) kemudian rujuk ke ruangan pemeriksaan khusus Tetapi layanan untuk korban kekerasan bisa diakses secara gratis, hanya jika korban didampingi oleh lembaga pendamping. Jika tidak didampingi, maka korban akan mendapatkan perlakuan layaknya pasien umum. Pengaduan: Pengaduan kasus-kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak termasuk trafficking dilakukan oleh PPT, Lakpesdam NU Cilacap. Menurut Lakpesdam NU Cilacap, sejak tahun 2009 jumlah pengaduan kasus-kasus buruh migran sudah lebih dari 1000 kasus. Kesehatan: Layanan kesehatan merupakan hak yang harus diperoleh oleh perempuan dan anak korban trafficking. Sebagaimana diatur dalam UU No. 21 tahun 2007. Namun RSUD dan Puskesmas belum memenuhi hak korban trafficking terkait dengan layanan kesehatan. Hal ini terlihat dari tidak adanya layanan khusus untuk perempuan dan anak korban kekerasan termasuk korban trafficking. Misalnya tidak adanya mekanisme yang diberlakukan secara khusus dalam menangani pasien yang statusnya adalah korban, penanganan diperlakukan sama dengan pasien umum, tidak adanya ruangan khusus yang digunakan untuk penanganan korban.
draft HASIL PEMETAAN (temuan) 1 1 No. Uraian Kab. Brebes Kab. Rembang Kab. Cilacap Selain ketersediaan lembaga layanan kesehatan, tetapi layanan juga harus bisa diakses secara ekonomi. Di Cilacap, korban kekerasan termasuk trafficking tidak mendapatkan layanan kesehatan secara gratis. Korban masih membayar biaya pemeriksaan dan pengobatan sebagaimana pasien umum lainnya. Misalnya untuk visum korban harus membayar sebesar Rp 25.000,-. Jika korban adalah warga miskin, maka korban bisa menggunakan fasilitas layanan Jamkesmas (jika terdaftar), sebagaimana warga miskin lainnya. Menurut salah seorang korban trafficking (M) yang dihadirkan pada saat FGD, bahwa untuk memperoleh layanan kesehatan, M membayar dan dibantu dengan iuran dari kelompok buruh migran. Hal ini karena pemerintah Kabupaten Cilacap tidak mengalokasikan anggaran secara khusus untuk penanganan korban kekerasan terhadap perempuan dan anak termasuk trafficking. Padahal berdasarkan UU No. 21 tahun 2007 pasal 57 (2), bahwa Pemerintah dan Pemerintah Daerah wajib membuat kebijakan, program, kegiatan, dan mengalokasikan untuk melaksanakan pencegahan dan penanganan masalah perdagangan orang. Menurut Dinas Kesehatan, akan ada MOU tentang layanan kesehatan gratis/ meringankan bagi korban kekerasan.
draft HASIL PEMETAAN (temuan) No. Uraian Kab. Brebes Kab. Rembang Kab. Cilacap 1 2 Bantuan Hukum Bantuan hukum dan penegakan hukum Lembaga penegakan hukum yang tersedia di Kabupaten Brebes adalah Polres, Pengadilan Negeri, Pengadilan Agama, Kejaksaan Negeri. Rehabilitasi sosial Berdasarkan UU No. 21 tahun 2007 pasal 51, bahwa korban juga berhak memperoleh layanan rehabilitasi sosial. Namun permasalahannya adalah rehabilitasi sosial belum sepenuhnya berdampak terhadap korban trafficking. Hal ini terlihat dari beberapa korban trafficking yang berangkat lagi, dimana kondisi korban pasca trafficking belum bisa dipastikan pulih dan tidak mengalami trafficking lagi. Reintegrasi sosial dan Pemulangan Reintegrasi sosial di Kabupaten Brebes dilakukan dengan program-program pemberdayaan ekonomi, tetapi tidak semua korban bisa mendapatkan bantuan tesebut. Hal ini karena persyaratan untuk memberikan passport. Padahal korban belum tentu memiliki persyaratan tersebut Bantuan hukum dan penegakan hukum Lembaga penegakan hukum yang tersedia di Kabupaten Rembang adalah Pengadilan Negeri, Polres, Kejaksaan Negeri, Pengadilan Agama. Menurut informasi dari Pengadilan Negeri, bahwa kasus-kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak, putusan tertinggi yaitu 12 tahun dan terendah adalah 6 bulan. Rehabilitasi sosial Rehabilitasi sosial juga termasuk hak korban trafficking sebagaimana diatur dalam UU No. 21 tahun 2007. Layanan rehabilitas sosial yang disediakan misalnya dengan adanya rumah aman atau shelter. Penyediaan rumah aman ini juga merupakan mandat UU PTPPO pasal 52. Tetapi Kabupaten Rembang belum memiliki rumah aman atau shelter. Reintegrasi sosial dan Pemulangan Reintegrasi sosial dilakukan melalui program-program pemberdayaan ekonomi, pelatihan, dan sebagainya. Tetapi sasaran dari program ini tidak diprioritaskan pada korban trafficking atau kelompok-kelompok yang rawan mengalami trafficking. Bantuan hukum dan penegakan hukum Lembaga penegakan hukum yang tersedia di Kabupaten Cilacap adalah Pengadilan Negeri, Polres, Kejaksaan Negeri, Pengadilan Agama. Di Kejaksaan Negeri Kabupaten Cilacap, sejak tahun 2005 hanya menangani 1 kasus Trafficking dengan korban anak, dan diputus di Pengadilan Negeri Cilacap dengan putusan 3 (tiga) tahun 6 (enam) bulan di tahun 2013. Proses penegakan hukum, korban berhak mendapatkan pendampingan, juga ketika korban adalah anakanak, sistem peradilan juga harus sesuai dengan sistem peradilan pidana anak, sebagaimana diatur dalam UU No. 3 1997 tentang sistem peradilan pidana anak. Tetapi pada prakteknya, hal ini masih belum berjalan, pada kasus-kasus anak, hakim masih memakai toga. Rehabilitasi sosial Rehabilitasi sosial juga termasuk hak korban trafficking sebagaimana diatur dalam UU No. 21 tahun 2007. Layanan rehabilitas sosial yang disediakan misalnya dengan adanya rumah aman atau shelter. Penyediaan rumah aman ini juga merupakan mandat UU PTPPO pasal 52. Di kabupaten Cilacap sudah ada shelter untuk perempuan dan anak korban kekerasan.
draft HASIL PEMETAAN (temuan) 1 3 No. Uraian Kab. Brebes Kab. Rembang Kab. Cilacap Reintegrasi sosial dan Pemulangan Reintegrasi sosial dilakukan dengan program-program pemberdayaan ekonomi seperti pemberian bantuan UEP, bimbingan manajemen usaha, rintisan koperasi dan sebagainya. Tetapi program-program tersebut belum sepenuhnya ditujukan untuk perempuan korban trafficking secara khusus sebagai penerima manfaat. Sedangkan untuk pemulangan, ada anggaran tidak terencana di biro kesra yang bisa dipakai untuk penjemputan korban dengan syarat ada surat permohonan
draft HASIL PEMETAAN (temuan) 14 No. Uraian Kab. Brebes Kab. Rembang Kab. Cilacap 3. Partisipasi masyarakat Partisipasi masyarakat memiliki peran penting dalam pencegahan dan penanganan trafficking. Misalnya adanya lembaga masyarakat sipil yang berperan dalam pencegahan dan penanganan kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak. Partisipasi masyarakat memiliki peran penting dalam pencegahan dan penanganan trafficking. Hal ini seperti adanya Lembaga-lembaga masyarakat yang melakukan pendampingan, sosialisasi atas pencegahan kasus-kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak seperti LBH Suluh, FPPSD (Forum Peduli Pembangunan SDM Dini), dan Plan Indoensia yang melakukan sosialisasi perlindungan anak di 30 desa rawan. Partisipasi masyarakat memiliki peran penting dalam pencegahan dan penanganan trafficking. Hal ini seperti: Adanya Lembaga-lembaga masyarakat yang melakukan pendampingan terhadap kasus-kasus buruh migran, pengorganisasian kepada kelompok-kelompok buruh migran, melakukan peningkatan kapasitas dengan memberikan pelatihan paralegal, dan advokasi kebijakan. Adanya kelompok-kelompok perempuan buruh migran yang berorganisasi dan didampingi oleh lembaga-lembaga masyarakat. Bahkan dari kelompok buruh migran juga ikut berperan dalam penanganan kasus trafficking misalnya dengan memberikan iuran untuk membantu korban trafficking dalam mengakses layanan kesehatan. Sebagaimana yang dituturkan oleh M (korban trafficking). Peran Pihak swasta melalui program CSR, seperti Pertamina dengan program pemberdayaan ekonomi dan BPD memberikan bantuan untuk korban berupa perlengkapan sekolah
draft HASIL PEMETAAN (temuan) 15 No. Uraian Kab. Brebes Kab. Rembang Kab. Cilacap 4. Temuan lain/ Isu aktual Permasalahan lain yang ada di Kabupaten Brebes adalah tingginya angka perceraian. Hal ini yang kemungkinan bisa menjadi faktor tingginya angka kekerasan, perceraian dan juga trafficking. Banyaknya warung kopi, pangkalanpangkalan truk, panti pijat, dan warungwarung remang yang dimungkinkan menjadi penyebab tingginya pekerja anak, yang rentan mengalami kekerasan seksual dan trafficking. Kasus HIV dan infeksi seksual menular (IMS) yang jumlahnya semakin meningkat di RS dan sulit dilakukan pencegahan karena belum ada pemetaan dan pembinaan terhadap warung kopi, pangkalan truk, panti pijat dll
REKOMENDASI 16 Rekomendasi untuk Kabupaten Optimalisasi fungsi PPT dan gugus tugas trafficking sebagai bentuk upaya pemerintah Kabupaten/ Kota untuk pencegahan dan penanganan kasus-kasus trafficking, sehingga tidak hanya dibebankan pada Badan Pemberdayaan Perempuan. Membuat kebijakan tentang sistem pencegahan dan penanganan kasus-kasus trafficking secara komprehensive, terpadu dan terintegrasi termasuk pengalokasian anggaran, penyediaan fasilitas, atau tenaga terlatih untuk korban Mapping sistem pencegahan dan penanganan trafficking yang melibatkan kelompok korban trafficking Melibatkan partisipasi kelompok korban trafficking, dan kelompok-kelompok rentan lainnya dalam perumusan kebijakan Melakukan pemetaan lokasi-lokasi yang kemungkinan menjadi tempat tumbuhnya kasus-kasus terhadap perempuan dan anak termasuk trafficking, seperti warung kopi, pangkalan truk, tempat karaoke, warung Melakukan monitoring dan evaluasi pelaksanaan penyelenggaran pencegahan dan penanganan kekerasan terhadap perempuan.
REKOMENDASI 17 Rekomendasi untuk Pemerintah Provinsi Jawa Tengah Membuat perda anti trafficking Melakukan evaluasi pelaksanaan penyelenggaraan perlindungan terhadap korban trafficking di 35 Kabupaten Kota berbasis suara korban Melakukan advokasi pembentukan dan optimalisasi Gugus Tugas TPPO Kabupaten/ Kota se-jawa Tengah Rekomendasi untuk Pemerintah Pusat Perlu adanya mekanisme yang jelas terkait pemulangan dan reintegrasi sosial korban kekerasan yang terjadi lintas negara, provinsi dan lintas daerah yang dibiayai dari Departemen Sosial Perlunya peningkatan koordinasi permasalahan penerapan peraturan perundangundangan berkaitan trafficking dengan Polri, mahkamah Agung dan kejaksaan Agung, terutama berkaitan dengan : Pemahaman tentang klasifikasi trafficking, tempat persidangan, proses persidangan, dan lain sebagainya Kementerian Negara PP dan PA diharapkan memfasilitasi penyusunan kerjasama antar provinsi dalam pencegahan dan penanganan kekerasan dan trafficking antar Provinsi (termasuk se wilayah MPU)