BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perilaku seks dapat diartikan sebagai suatu perbuatan untuk menyatakan cinta dan menyatukan kehidupan secara intim. Sebagai manusia yang beragama, berbudaya, beradab dan bermoral, seks merupakan dorongan emosi cinta suci yang dibutuhkan dalam angka mencapai kepuasan nurani dan memantapkan kelangsungan keturunannya. Orang yang ingin mendapatkan cinta dan keturunan, maka ia akan melakukan hubungan seks dengan lawan jenisnya. Perilaku seks merupakan salah satu kebutuhan pokok yang senantiasa mewarnai pola kehidupan manusia dalam masyarakat. Perilaku seks sangat dipengaruhi oleh nilai dan norma budaya yang berlaku dalam masyarakat. Perilaku seksual yang tidak sehat di kalangan remaja khususnya remaja yang belum menikah cenderung meningkat yang lebih dikenal dengan istilah perilaku seksual pranikah. Perilaku seksual pranikah merupakan salah satu permasalahan seksual yang terjadi di dalam kehidupan, dimana terdapat suatu penyaluran dorongan seksual yang tidak bertanggung jawab dan melanggar norma karena dilakukan sebelum menikah atau di usia yang masih belia. Fenomena seperti ini banyak dialami oleh remaja. Hal tersebut karena remaja tidak siap menghadapi perubahan dalam dirinya termasuk dorongan seks yang mulai meningkat pada masa ini dan sulit dikendalikan. Dorongan hasrat seksual tersebut menyebabkan terjadinya perilaku seksual diluar nikah (Dariyo, 2004). Menurut Sarwono (2005) perilaku seksual pranikah adalah segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual yang dilakukan oleh dua orang, pria dan wanita diluar perkawinan yang sah. Hal senada juga diungkapkan oleh Yuwono (2002) bahwa perilaku seksual pra nikah pada remaja adalah perilaku karena adanya dorongan seksual yang dilakukan oleh lawan jenis dan belum resmi terikat dalam perkawinan. Sarwono (2003) menambahkan bahwa 1
2 perilaku seksual pranikah tidak hanya belum diterima oleh masyarakat tetapi juga dapat menimbulkan masalah lain, seperti kehamilan diluar nikah. Kehamilan diluar nikah tidak hanya menimbulkan masalah sosial, tetapi juga masalah kesehatan bagi yang bersangkutan, terutama bila yang mengalaminya adalah remaja atau perempuan yang masih muda. Belum lagi ancaman terkena penyakit menular seksual seperti HIV/AIDS dan penyakit menular seksual yang lain. Kehamilan diluar nikah sebagai akibat dari perilaku seksual pranikah akan membawa remaja pada dua pilihan yaitu melanjutkan kehamilan atau melakukan aborsi. Jika pilihan pertama yang dipilih otomatis memaksa remaja untuk melakukan pernikahan dini untuk menutupi rasa malu. Dampak buruk dari pernikahan dini akibat perilaku seksual yang kurang baik dari remaja adalah terganggunya kesehatan remaja itu sendiri. Ketidaksiapan di bidang ekonomi juga dapat menimbulkan berbagai masalah bagi pasangan yang menikah dini. Selain itu, pasangan yang menikah dini juga rentan terjadi perceraian karena kurangnya kedewasaan dalam menyelesaikan atau memecahkan berbagai masalah rumah tangganya (Al-Ghifari, 2005). Dampak lainnya adalah konsekuensi psikologis. Setelah kehamilan terjadi, pihak perempuan atau tepatnya korban utama dalam masalah ini akan ditempatkan dalam posisi terpojok yang sangat dilematis. Dalam pandangan masyarakat, remaja putri yang hamil merupakan aib keluarga, yang secara telak mencoreng nama baik keluarga dan ia adalah si pendosa yang melanggar norma-norma sosial dan agama. Penghakiman sosial ini tidak jarang meresap dan terus tersosialisasi dalam diri remaja putri tersebut. Perasaan bingung, cemas, malu, dan bersalah yang dialami remaja setelah mengetahui kehamilannya bercampur dengan perasaan depresi, pesimis terhadap masa depan, dan kadang disertai rasa benci dan marah baik kepada diri sendiri maupun kepada pasangan, dan kepada nasib membuat kondisi sehat secara fisik, sosial, dan mental yang tidak terpenuhi. Tidak jarang juga ditemukannya kasus bunuh diri akibat tidak tahannya remaja tersebut menghadapi semua dampak yang mereka terima.
3 Hasil penelitian menunjukkan bahwa usia remaja ketika pertama kali melakukan hubungan seksual aktif bervariasi antara usia 14 23 tahun dan usia terbanyak adalah antara 17 18 tahun (Fuad, et al. 2003). Penelitian PKBI di Yogyakarta selama tahun 2001 menunjukkan angka sebesar 722 kasus yang tidak diinginkan pada remaja, data dari PKBI pusat pada tahun 2002 menunjukkan terdapat 2,3 juta kasus aborsi tiap tahun, 15% diantaranya dilakukan oleh remaja yang belum menikah (Yuwono dalam Amrillah dkk, 2001). Kepala BKKBN pusat Sugiri Syarif juga mengatakan bahwa rata-rata usia remaja yang pernah melakukan hubungan seksual di luar nikah antara 13 18 tahun. Survey terhadap perilaku seksual remaja di Jakarta yang diadakan oleh Pusat Penelitian Kesehatan Universitas Indonesia (PPK-UI) menunjukkan bahwa 2,8% pelajar SMA wanita dan 7% pelajar SMA pria melaporkan adanya gejala-gejala penyakit menular seksual (Utomo dalam Taufik dan Nur Rachmah, 2005). Sebuah penelitian di Malang dan Manado, serta penelitian di Bali menunjukkan bahwa 26% dan 29% anak muda berusia 20-24 tahun telah aktif melakukan hubungan seksual (Taufik dan Nur Rachmah, 2005). Hasil penelitian di Bali yang dilakukan oleh Soetjipto dan Faturochman (2005) menunjukkan bahwa presentase remaja laki-laki dan perempuan di desa dan kota yang telah melakukan hubungan seksual sebelum menikah adalah 23,6% dan 33,5%. Sementara di Semarang, penelitian terhadap 1086 responden remaja ditemukan data 4,1% remaja putra dan 5,1% remaja putri pernah melakukan hubungan seksual. Pada tahun yang sama survey yang dilakukan oleh Tjitarra memaparkan bahwa mayoritas dari mereka berpendidikan SMA ke atas, 23% diantaranya berusia 15-20 tahun, dan 77% berusia 20-25 tahun (Satoto dalam Taufik dan Nur Rochmah 2005). Berdasarkan fakta diatas tidak hanya masalah kesehatan namun secara psikologis perilaku seksual sebelum menikah juga membawa pelakunya mengalami perubahan-perubahan. Studi Billy dkk (dalam faturochman, 1992) menunjukkan bahwa para pelaku seksual panikah mengalami penurunn aspirasi. Lebih lajut penurunan aspirasi ini menyebabkan menurunnya
4 motivasi untuk belajar. Sehingga tidak mengherankan banyak diantara para remaja yang telah melakukan perilaku seksual pranikah mengalami penurunan prestasi akademik dan masalah psikologis lainnya. Perilaku seksual pada remaja dapat diwujudkan dalam tingkah laku yang bermacam-macam, mulai dari perasaan tertarik, berkencan, berpegangan tangan, mencium pipi, berpelukan, mencium bibir, memegang buah dada di atas baju, memegang buah dada di balik baju, memegang alat kelamin di atas baju, memegang alat kelamin di bawah baju, dan melakukan senggama (Sarwono,2003). Menurut Green (2003) perilaku seseorang dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu faktor predisposisi, faktor pendukung, dan faktor pendorong. Faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap perilaku reproduksi remaja diantaranya adalah faktor keluarga. Remaja yang melakukan hubungan seksual sebelum menikah banyak di antaranya berasal dari keluarga yang bercerai atau pernah cerai, keluarga dengan banyak konflik dan perpecahan (Kinnaird, 2003). Hubungan orang tua remaja, mempunyai pengaruh langsung dan tidak langsung dengan perilaku seksual pranikah remaja. Hasil penelitian yang dilakukan Soetjiningsih (2006) menunjukkan, makin baik hubungan orang tua dengan anak remajanya, makin rendah perilaku seksual pranikah remaja. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku seksual pranikah pada remaja paling tinggi adalah hubungan antara orang tua dengan remaja, tekanan teman sebaya, pemahaman tingkat agama (religiusitas), dan eksposur media pornografi. Selain itu konsep diri juga sangat mempengaruhi perilakuseksual pra nikah remaja, karena konsep diri yang baik pada remaja agar dapat mengendalikan dan menekan atau mengontrol seminim mungkin sikap dan perilaku seksual pra-nikah. Setiap remaja akan memiliki konsep diri dan kontrol diri sehingga apabila remaja tersebut memiliki konsep diri baik maka remaja tersebut akan memiliki kontrol diri terhadap perilaku seksual pra-nikah dengan baik atau tinggi, begitu sebaliknya.
5 Berdasarkan dari uraian latar belakang tersebut penulis tertarik untuk melakukan penelitian hubungan religiusitas, konsep diri dan keintiman hubungan keluarga dengan perilaku seksual pranikah. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut : 1. Apakah ada hubungan antara religiusitas dengan perilaku seksual pra nikah pada mahasiswa Program Studi DIII Kebidanan Poltekkes Bhakti Mulia Sukoharjo? 2. Apakah ada hubungan antara konsep diri dengan perilaku seksual pra nikah pada mahasiswa Program Studi DIII Kebidanan Poltekkes Bhakti Mulia Sukoharjo? 3. Apakah ada hubungan antara keintiman keluarga dengan perilaku seksual pra nikah pada mahasiswa Program Studi DIII Kebidanan Poltekkes Bhakti Mulia Sukoharjo? 4. Apakah ada hubungan antara religiusitas, konsep diri dan keintiman keluarga dengan perilaku seksual pra nikah pada mahasiswa Program Studi DIII Kebidanan Poltekkes Bhakti Mulia Sukoharjo? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Menganalisis hubungan antara religiusitas, konsep diri dan keintiman keluarga dengan perilaku seksual pra nikah pada mahasiswa kebidanan. 2. Tujuan Khusus a. Mengetahui religiusitas mahasiswa Program Studi DIII Kebidanan Poltekkes Bhakti Mulia Sukoharjo. b. Mengetahui konsep diri mahasiswa Program Studi DIII Kebidanan Poltekkes Bhakti Mulia Sukoharjo. c. Mengetahui keintiman keluarga pada mahasiswa Program Studi DIII Kebidanan Poltekkes Bhakti Mulia Sukoharjo.
6 D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Menambah teori tentang hubungan religiusitas, konsep diri dan keintiman keluarga dengan perilaku seksual pra nikah. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Mahasiswa Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran tentang faktor yang mempengaruhi perilaku seks bebas di kalangan remaja. b. Bagi Instansi Kesehatan Diharapkan dapat bermanfaat bagi Dinas Kesehatan, dan instansi terkait untuk perbaikan perencanaan maupun implementasi program kesehatan reproduksi. c. Bagi peneliti Dapat mengembangkan wawasan peneliti dan pengalaman berharga dalam melatih kemampuan peneliti dalam melakukan penelitian yang berkaitan dengan faktor yang mempengaruhi perilaku seksual pra nikah d. Bagi Peneliti lain Sebagai data dasar untuk penelitian selanjutnya.