BAB I PENDAHULUAN. tahun yang dinyatakan dalam kelahiran hidup pada tahun yang sama. kematian (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2016).

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Angka Kematian Neonatus (AKN) di Indonesia mencapai 19 per 1.000

BAB 1 PENDAHULUAN. tinggi. Menurut World Health Organization (WHO), data statistik. menyatakan bahwa Neonatal Mortality Rate Indonesia pada tahun 2010

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit diare merupakan salah satu penyebab morbiditas dan. Secara nasional, target Sustainable Development Goals (SDGs) untuk

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan Pembangunan Milenium atau Millenium Development Goals

BAB I PENDAHULUAN. sering dijumpai pada anak-anak maupun orang dewasa di negara

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia tercatat angka kematian bayi masih sangat tinggi yaitu 2%

BAB I PENDAHULUAN. dan penyediaan energi bagi pertumbuhan dan perkembangan bayi secara optimal.

BAB 1 PENDAHULUAN. pemberian (ASI) masih jauh dari yang diharapkan. Menurut Survei Demografi

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk menyusu sendiri pada ibu dalam satu jam pertama kelahirannya

BAB I PENDAHULUAN. ketergantungan total ke kemandirian fisiologis. Proses perubahan yang rumit

BAB I PENDAHULUAN. kelahiran hidup, sesuai dengan target pencapaian Sustainable Development

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. (menjadi cair), dengan/tanpa darah dan/atau lendir,sedangkan diare akut adalah

BAB I PENDAHULUAN. Masa balita merupakan kelompok umur yang rawan gizi dan rawan

BAB 1 PENDAHULUAN. pencapaian target Millenium Development Goals (MDGs) Di negara

BAB I PENDAHULUAN. kematian bayi mencapai 36 per kelahiran (SDKI, 2007). menyusui dengan program pemberian ASI eksklusif on demand yang

BAB 1 PENDAHULUAN. terbaik dan termurah yang diberikan ibu kepada bayinya, dimana pemberian ASI

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Diare merupakan penyakit dengan tanda - tanda perubahan frekuensi buang air

BAB I PENDAHULUAN. menyusu dalam 1 jam pertama kelahirannya (Roesli, 2008). Peran Millenium

BAB I PENDAHULUAN. Pengetahuan, sikap..., Rindiarni Inten Putri, FKM UI, 2009

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sampai pada rakyat jelata, bahkan dasar utama terletak pada kaum wanita, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan zat gizi bagi bayi sampai usia dua tahun merupakan hal yang

BAB I PENDAHULUAN. Air Susu Ibu (ASI) sangat bermanfaat untuk imunitas, pertumbuhan dan

BAB I PENDAHULUAN. dan kesejahteraan keluarga. Setelah era Millenium Development Goals

BAB I PENDAHULUAN. target Millenium Depelopment Goals (MDGs) Dimana angka kematian bayi

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Di Amerika Serikat, frekuensi Perdarahan Defisiensi Vitamin K (PDVK)

BAB I PENDAHULUAN. Kementerian Kesehatan RI, World Health Organization (WHO) dan

BAB I PENDAHULUAN. lebih selama tahun kedua. ASI juga menyediakan perlindungan terhadap

BAB 1 PENDAHULUAN. pertama. Pemberian ASI secara eksklusif pada bayi penting untuk. meningkatkan kelangsungan hidup dan kualitas bayi.

BAB I PENDAHULUAN. Bayi baru lahir memiliki hak untuk segera menyusu dini dengan membiarkan

BAB I PENDAHULUAN. Air Susu Ibu (ASI) adalah cairan dari hasil sekresi kelenjar payudara ibu.

BAB 1 PENDAHULUAN. Manusia (SDM) yang berkualitas agar masyarakat Indonesia dapat melanjutkan

BAB I PENDAHULUAN. menyelamatkan kehidupan seorang anak, tetapi kurang dari setengah anak di

BAB I PENDAHULUAN. Indikator Human Development Index (HDI). Tidak hanya di Indonesia,

BAB 1 PENDAHULUAN adalah 32 per 1000 kelahiran hidup, sedangkan target Millenium

BAB I PENDAHULUAN. mengetahui pengetahuan yang baik tentang pentingnya dan manfaat kolostrom

BAB 1 PENDAHULUAN. pencapaian tumbuh kembang bayi tidak optimal. utama kematian bayi dan balita adalah diare dan pneumonia dan lebih dari 50%

BAB I PENDAHULUAN. kematian bayi (AKB) masih cukup tinggi, yaitu 25 kematian per 1000

BAB 1 PENDAHULUAN. Colostrum merupakan bagian dari ASI yang penting untuk diberikan pada

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kandungan disertai dengan pemberian air susu ibu (ASI) sejak usia dini, terutama

DEA YANDOFA BP

BAB I PENDAHULUAN.

protein, natrium, klorida, dan besi untuk memenuhi kebutuhan bayi yang prematur.

BAB I PENDAHULUAN. hanya sekitar 36% selama periode Berdasarkan hasil Riskesdas. Provinsi Maluku sebesar 25,2% (Balitbangkes, 2013).

BAB 1 PENDAHULUAN. langkah awal menuju kesuksesan menyusui. Salah satu tujuan IMD adalah menekan

BAB I PENDAHULUAN. pada tujuan ke 5 adalah mengurangi Angka Kematian Ibu (AKI) dengan target

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu tujuan pembangunan nasional adalah pembangunan sumber

BAB I PENDAHULUAN. pada saat janin masih dalam kandungan dan awal masa pertumbuhannya. menghadapi tantangan globalisasi (Depkes, 2010).

BAB 1 PENDAHULUAN. Melahirkan merupakan pengalaman menegangkan, akan tetapi sekaligus

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU BERSALIN DENGAN PELAKSANAAN INISIASI MENYUSUI DINI DIKAMAR BERSALIN PUSKESMAS PUTRI AYU KOTA JAMBI TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. The World Health Report Tahun 2005 dilaporkan Angka Kematian Bayi Baru

BAB 1 PENDAHULUAN. Program peningkatan penggunaan ASI menjadi prioritas karena

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan dan perkembangan anak secara optimal serta melindungi anak dari

BAB 1 PENDAHULUAN. Angka Kematian Bayi (AKB). AKB menggambarkan tingkat permasalahan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit diare masih sering menimbulkan KLB (Kejadian Luar Biasa)

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan satu-satunya yang paling sempurna

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional salah satu tujuannya yaitu membangun sumber

BAB 1 PENDAHULUAN. keberlangsungan bangsa, sebagai generasi penerus bangsa anak harus dipersiapkan

BAB 1 PENDAHULUAN. makan yang kurang tepat pada bayi dan anak, maka penting penerapan optimal

BAB I PENDAHULUAN. kematian di negara berkembang bagi bayi (18%), yang artinya lebih dari

BAB I PENDAHULUAN. protein, laktosa dan garam-garam organik yang disekresi oleh kedua belah

BAB I PENDAHULUAN. adaptasi psikologi. Bayi memerlukan pemantauan ketat untuk menentukan

PEMBERLAKUAN PEDOMAN PELAYANAN ASI EKSKLUSIF DAN INISIASI MENYUSUI DINI (IMD) DI RUMAH SAKIT BERSALIN (RSB) ASIH DIREKTUR RUMAH SAKIT BERSALIN ASIH,

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas di masa yang akan datang.

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007 sebesar 34 per kelahiran hidup.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia menghasilkan suatu kesepakatan yang tercantum dalam MDG s

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif adalah pemberian ASI tanpa makanan dan

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan dan pertumbuhan, juga mengandung sel-sel darah putih, antibodi,

BAB I PENDAHULUAN. 11 bulan) per kelahiran hidup dalam kurun waktu satu tahun. AKB

BAB I PENDAHULUAN. dari sepuluh kali sehari, ada yang sehari 2-3 kali sehari atau ada yang hanya 2

BAB 1 : PENDAHULUAN. sedini mungkin, bahkan sejak masih dalam kandungan. Usaha untuk mencapai

BAB I PENDAHULUAN. penuh perjuangan bagi ibu yang menyusui dan bayinya (Roesli, 2003).

BAB I PENDAHULUAN. Program Millenium Development Goals (MDG s) yang terdiri dari delapan

BAB I PENDAHULUAN. ASI merupakan susu yang tepat untuk bayi karena susu ini khusus diproduksi ibu

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. AKB tahun 2007 yaitu 34 per KH, dengan target tahun 2015 sebesar 23 per

BAB 1 PENDAHULUAN. saat ini masih menjadi masalah kesehatan masyarakat dan beban global. terutama di negara berkembang seperti Indonesia adalah diare.

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Inisiasi Menyusu Dini ( IMD) adalah suatu proses membiarkan bayi dengan

BAB I PENDAHULUAN. suplemen,vitamin, mineral, dan atau obat obatan untuk keperluan medis

BAB I PENDAHULUAN. mencerminkan keadaan derajat kesehatan di suatu masyarakat. Data. Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007

serta suami sangat dibutuhkan. Karena pikiran pikiran negatif atau rasa kurang

BAB I PENDAHULUAN. Bayi merupakan kelompok umur yang paling rentan terkena penyakit kekurangan

BAB 1 PENDAHULUAN. anak di negara sedang berkembang. Menurut WHO (2009) diare adalah suatu keadaan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Makanan pertama dan utama bagi bayi adalah air susu ibu (ASI). Air susu ibu sangat cocok untuk memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN Millennium Develepment Goals (MDG s) Indonesia menargetkan

PENDAHULUAN. sejak masih bayi. Salah satu faktor yang memegang peranan penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. dimana sebagian besar kematian terjadi akibat komplikasi dehidrasi. Sejak tahun

Gambaran Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Inisiasi Menyusu Dini di BPS Hj. Umah Kec. Cidadap Kel. Ciumbuleuit Kota Bandung

BAB I PENDAHULUAN. parameter utama kesehatan anak. Hal ini sejalan dengan salah satu. (AKB) dinegara tetangga Malaysia berhasil mencapai 10 per 1000

BAB I PENDAHULUAN. Anak yang sehat semakin bertambah umur semakin bertambah tinggi

BAB I PENDAHULUAN. satupun produk formula yang dapat menyamai keunggulan ASI. ASI. ASI mengikuti pola pertumbuhan dan kebutuhan bayi untuk proses

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi merupakan tekanan darah di atas batas normal, hipertensi

BAB I PENDAHULUAN. otak dimulai dalam kandungan sampai dengan usia 7 tahun (Menteri Negara

BAB I PENDAHULUAN. masih tergolong tinggi, meskipun terjadi penurunan signifikan di beberapa

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dilahirkan selama enam bulan tanpa menambahkan dan atau mengganti dengan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu indikator derajat kesehatan masyarakat suatu negara dapat dilihat dari Angka Kematian Bayi (AKB) dari negara tersebut. AKB menggambarkan jumlah penduduk yang meninggal sebelum mencapai usia 1 tahun yang dinyatakan dalam 1.000 kelahiran hidup pada tahun yang sama. Usia bayi merupakan kondisi yang rentan baik terhadap kesakitan maupun kematian (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2016). AKB di dunia masih berada pada level yang cukup tinggi. World Health Organization (WHO) memperkirakan sekitar 1 juta bayi lahir mati dan hampir 2 juta bayi meninggal pada minggu pertama kehidupannya dengan penyakit infeksi sebagai penyebab utamanya. Penurunan AKB di dunia juga berjalan sangat lambat yaitu sebanyak 36 per 1000 kelahiran hidup di tahun 1990 menjadi 19 per 1000 kelahiran hidup di tahun 2015. Lebih dari 63 negara di dunia, termasuk di wilayah Asia sangat memerlukan upaya percepatan penanganan kematian bayi demi mencapai tujuan Sustainable Development Goals (SDGs) yaitu 12 kematian per 1000 kelahiran hidup di tahun 2030 (UNICEF, 2015). Hasil Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS) tahun 2015 menyatakan AKB di Indonesia adalah sebesar 22,23 per 1000 kelahiran hidup dan dinyatakan telah mencapai target Millenium Development Goals (MDGs) di tahun yang sama yaitu sebesar 23 per 1000 kelahiran hidup (Kemenkes RI, 2016). Untuk Provinsi Sumatera Barat pada tahun 2014 masih ditemukan

kasus kematian bayi yang cukup tinggi yaitu sebesar 392 kasus (Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat, 2016) dan untuk Kota Padang masih ditemukan sebanyak 62 kasus kematian neonatal serta 96 kasus kematian bayi (Dinas Kesehatan Kota Padang, 2015). Angka kematian bayi yang masih tinggi memerlukan berbagai intervensi kunci dalam penanganannya, diantaranya adalah dengan Inisiasi Menyusu Dini (IMD). Inisiasi Menyusu Dini (early initation) adalah kesempatan yang diberikan kepada bayi segera setelah lahir dengan cara meletakkan bayi di perut ibu (skin to skin contact), kemudian dibiarkan untuk menemukan puting susu ibu dan menyusu hingga puas. Proses ini dilakukan minimal selama 60 menit (1 jam) pertama, segera setelah bayi lahir (Gangal et al, 2007). IMD (early breastfeeding) dalam 1 jam pertama kehidupan terbukti dapat mencegah kematian bayi dalam satu bulan pertama hingga 22% sedangkan menyusui pada hari pertama kelahiran (24 jam) dapat menekan angka kematian bayi hingga 16% (Edmond et al., 2006). IMD juga diketahui dapat mencegah terjadinya penyakit infeksi seperti pneumonia dan diare yang menjadi penyebab kematian bayi di seluruh dunia (Stanley & Kitaw, 2015). Melihat manfaat besar tersebut, WHO dan UNICEF merekomendasikan IMD sebagai langkah sinergis dan dianggap sebagai tindakan penyelamatan kehidupan (Edmond et al., 2006). Pemerintah Indonesia telah gencar mensosialisasikan pelaksanaan IMD sejak tahun 2006 dan telah diatur diberbagai peraturan pemerintahan, namun dalam pelaksanaannya masih sangat jauh dari target yang ingin

dicapai (Maryunani, 2015). Hasil Riset Kesehatan dasar (Riskesdas) tahun 2013 menyatakan bahwa persentase proses mulai mendapat ASI kurang dari satu jam di Indonesia pada tahun 2013 hanya sebesar 34,5% dan untuk Provinsi Sumatera Barat adalah sebesar 44,2% (Kemenkes RI, 2013).Untuk wilayah Kota Padang terhitung dari Bulan Januari hingga Bulan Agustus Tahun 2016 cakupan pelaksanaan IMD juga masih dinilai rendah yaitu hanya sebesar 51,3 % (Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat, 2016). Penelitian-penelitian sebelumnya belum menjelaskan bagaimana mekanisme potensial bagaimana IMD dapat mencegah kematian bayi (Edmond et al., 2006) namun interaksi antara ibu dan bayi selama IMD sangat membantu dalam proses awal pembentukan sistem imunitas bayi, salah satunya dalam proses kolonisasi bakteri baik dalam sistem pencernaannya. Secara fisiologis mukosa saluran pencernaan bayi berada dalam keadaan yang steril sebelum bayi dilahirkan. Segera setelah bayi lahir dan kontak dengan dunia luar, maka saluran cerna bayi mulai dikolonisasi oleh bakteri. Kolonisasi tersebut akan bertambah sesuai dengan bertambahnya usia bayi (IDAI, 2008; Kusumo, 2012). Usia kehamilan kurang bulan, jenis persalinan dengan seksio sesarea, mengkonsumsi susu formula serta penggunaan antibiotik jangka panjang dapat menurunkan kolonisasi bakteri komensal dalam sistem pencernaan bayi (Penders, et al., 2006). Keseimbangan mikrobiota dicapai saat saluran pencernaan didominasi oleh kelompok bakteri non patogen. Sebaliknya mikrobiota yang tidak seimbang meningkatkan risiko berbagai penyakit infeksi (Syukur dan

Purwati, 2013). Penelitian-penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa kolonisasi bakteri baik dalam sistem pencernaan sangat penting untuk menjaga keseimbangan imunitas bayi (Azad et al., 2013). Saat proses IMD bayi akan berada selama minimal 1 jam di dada ibu. Sebelum berhasil menyusu, ia akan menjilat kulit di sekitar payudara ibu hingga menyebabkan masuknya bakteri baik ibu ke saluran pencernaannya (Roesli, 2012). Hasil penelitian sebelumnya telah menyebutkan bahwa flora normal kulit sebagian besar merupakan bakteri Gram positif diantaranya adalah Staphylococcus, Corynebactreium, Propionibacterium dan Lactobacillus (Rodriguez, 2014; Latuga et al., 2014). Saat proses IMD bayi juga akan memperoleh kesempatan yang lebih besar untuk mendapatkan kolostrum yang mengandung antibodi Secretory Immunoglobulin A (SigA), faktor bifidus dan bakteri komensal ASI tertinggi dibandingkan dengan ASI transisi atau matur (Maryunani, 2015). Penelitian yang telah dilakukan menunjukan bahwa ASI terutama kolostrum merupakan sumber bakteri asam laktat (BAL) terbesar bagi bayi (McGuire & McGuire, 2015). Lactobacillus, Streptococcus dan Bifidobacteria merupakan beberapa genus bakteri baik yang termasuk dalam kelompok bakteri asam laktat (BAL) yang dominan ditemukan pada feses bayi yang mendapat ASI eksklusif (Sang A Lee et al., 2015). Bakteri asam laktat (BAL) adalah bakteri Gram-positif dan kelompok bakteri yang paling banyak digunakan sebagai probiotik. Manfaat bakteri asam laktat pada sistem pencernaan telah banyak diteliti,

diantaranya dapat meningkatkan respon imun baik humoral maupun selular sehingga dapat melindungi tubuh dari berbagai infeksi (Syukur dan Purwati, 2013). BAL mampu mengubah laktosa menjadi asam laktat yang dapat menurunkan ph saluran pencernaan sehingga menghambat pertumbuhan kuman patogen. Asam laktat yang dihasilkan juga mampu meningkatkan motilitas usus sehingga mencegah terjadinya konstipasi, termasuk mempercepat pengeluaran mekonium pada bayi baru lahir sehingga mencegah kejadian ikterus. BAL juga memproduksi bakteriosin yang teruji dapat membunuh bakteri patogen seperti E.coli penyebab diare (Syukur dan Purwati, 2013). Diare merupakan penyakit balita peringkat ke 4 terbanyak di Provinsi Sumatera Barat khususnya di Kota Padang dengan perkiraan jumlah kasus di tahun 2015 sebanyak 3290 (Dinkes Kota Padang, 2016). Kecamatan Koto Tangah merupakan wilayah di Kota Padang dengan kasus diare pada balita terbanyak yaitu 766 kasus. Koto Tangah juga merupakan wilayah dengan jumlah kelahiran tertinggi Tahun 2015 di Kota Padang yaitu sebanyak 3505 kelahiran serta wilayah dengan penyumbang kasus kematian bayi terbanyak Tahun 2015 di Kota Padang yaitu sebanyak 24 kasus. Kecamatan Kuranji merupakan kecamatan dengan kasus diare terbanyak kedua yaitu 389 kasus dan penyumbang kasus kematian bayi terbesar kedua yaitu 20 kasus (Dinkes Kota Padang, 2016). Penelitian sebelumnya telah menjelaskan bahwa ASI dan kulit payudara merupakan sumber potensial BAL bagi pencernaan bayi baru lahir,

namun masih sangat minim penelitian yang membandingkan jumlah BAL ASI dan kulit payudara pada kelompok ibu yang berhasil dan tidak berhasil melakukan IMD dan efeknya pada jumlah BAL feses bayi tersebut. Beradasarkan uraian di atas membuat peneliti tertarik untuk meneliti lebih lanjut mengenai jumlah koloni BAL pada kulit sekitar areola payudara, kolostrum dan feses bayi yang diinisiasi menyusu dini di wilayah Kecamatan Koto Tangah dan Kecamatan Kuranji Sumatera Barat. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka dirumuskan masalah sebagai berikut : 1. Apakah terdapat bakteri asam laktat pada kulit sekitar areola payudara yang tidak berhasil inisiasi menyusu dini 2. Apakah terdapat bakteri asam laktat pada kulit sekitar areola payudara yang berhasil inisiasi menyusu dini 3. Apakah terdapat perbedaan jumlah koloni bakteri asam laktat pada kulit sekitar areola payudara yang tidak berhasil inisiasi menyusu dini dan berhasil inisiasi menyusu dini. 4. Apakah terdapat bakteri asam laktat pada kolostrum yang tidak berhasil inisiasi menyusu dini 5. Apakah terdapat bakteri asam laktat pada kolostrum yang berhasil inisiasi menyusu dini 6. Apakah terdapat perbedaan jumlah koloni bakteri asam laktat pada kolostrum yang tidak berhasil inisiasi menyusu dini dan berhasil inisiasi menyusu dini.

7. Apakah terdapat bakteri asam laktat pada feses bayi yang tidak berhasil inisiasi menyusu dini 8. Apakah terdapat bakteri asam laktat pada feses bayi yang berhasil inisiasi menyusu dini 9. Apakah terdapat perbedaan jumlah koloni bakteri asam laktat pada feses bayi yang tidak berhasil inisiasi menyusu dini dan berhasil inisiasi menyusu dini. 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Untuk menganalisis perbedaan jumlah koloni bakteri asam laktat pada kulit sekitar areola payudara, kolostrum dan feses bayi yang berhasil inisiasi menyusu dini dan tidak berhasil inisiasi menyusu dini. 1.3.2 Tujuan Khusus 1. Untuk mengetahui adanya koloni bakteri asam laktat pada kulit sekitar areola payudara yang tidak berhasil inisiasi menyusu dini 2. Untuk mengetahui adanya koloni bakteri asam laktat pada kulit sekitar areola payudara yang berhasil inisiasi menyusu dini 3. Untuk mengetahui perbedaan jumlah koloni bakteri asam laktat pada kulit sekitar areola payudara yang tidak berhasil inisiasi menyusu dini dan berhasil inisiasi menyusu dini. 4. Untuk mengetahui adanya koloni bakteri asam laktat pada kolostrum yang tidak berhasil inisiasi menyusu dini 5. Untuk mengetahui adanya koloni bakteri asam laktat pada kolostrum

yang berhasil inisiasi menyusu dini 6. Untuk mengetahui perbedaan jumlah koloni bakteri asam laktat pada kolostrum yang tidak berhasil inisiasi menyusu dini dan berhasil inisiasi menyusu dini. 7. Untuk mengetahui adanya koloni bakteri asam laktat pada feses bayi yang tidak berhasil inisiasi menyusu dini 8. Untuk mengetahui adanya koloni bakteri asam laktat pada feses bayi yang berhasil inisiasi menyusu dini 9. Untuk mengetahui perbedaan jumlah koloni bakteri asam laktat pada feses bayi yang tidak berhasil inisiasi menyusu dini dan berhasil inisiasi menyusu dini. 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Bagi Ilmu Pengetahuan Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan bahan informasi ilmiah dan menambah pemahaman tentang manfaat inisiasi menyusu dini terhadap mikroflora usus neonatus. 1.4.2 Bagi Pelayanan Kesehatan Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang inisiasi menyusu dini pada ibu bersalin dan keluarga serta sebagai upaya promotif terhadap pelaksanaan inisiasi menyusu dini. 1.4.3 Bagi Pengembangan Penelitian Memberikan informasi dan masukan untuk pengembangan penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan total bakteri asam laktat dan

inisiasi menyusu dini.