HUBUNGAN KARAKTERISTIK IBU BERSALIN DENGAN KEJADIAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH DI RUMAH SAKIT UMUM Dr. SOEDIRAN WONOGIRI SKRIPSI

dokumen-dokumen yang mirip
PENGARUH PERAWATAN BAYI LEKAT TERHADAP PENINGKATAN BERAT BADAN PADA BAYI DENGAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH DI RS PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA

HUBUNGAN KARAKTERISTIK IBU BERSALIN DENGAN KEJADIAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH DI RUMAH SAKIT UMUM DR.SOEDIRAN WONOGIRI

BAB 1 PENDAHULUAN. Angka Kematian Bayi (AKB). AKB menggambarkan tingkat permasalahan kesehatan

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), khususnya bayi kurang

BAB 1 PENDAHULUAN UKDW. masih tingginya angka kematian bayi. Hal ini sesuai dengan target Millenium

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) memiliki banyak risiko

BAB I PENDAHULUAN. Kehamilan adalah suatu proses fisiologi yang terjadi hampir pada setiap

BAB 1 PENDAHULUAN. calon ibu dan bayi yang dikandung harus mendapatkan gizi yang cukup banyak

BAB I PENDAHULUAN. konsepsi, fertilisasi, nidasi, dan implantasi. Selama masa kehamilan, gizi ibu dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Angka kematian ibu (AKI) adalah jumlah kematian selama kehamilan atau

BAB I PENDAHULUAN. hingga kelahiran dan pertumbuhan bayi selanjutnya. (Depkes RI, 2009)

ASUHAN KEPERAWATAN PADA BAYI Ny. S DENGAN BAYI BERAT BADAN LAHIR RENDAH ( BBLR ) DI BANGSAL KBRT RSUD Dr.MOEWARDI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. angka mortalitas tertinggi di negara-negara yang sedang berkembang.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kehamilan merupakan suatu keadaan fisiologis yang menjadi dambaan

BAB 1 : PENDAHULUAN. morbiditas dan mortalitas bayi karena rentan terhadap kondisi-kondisi infeksi saluran

BAB I PENDAHULUAN. dan Afrika. Menurut World Health Organization (dalam Briawan, 2013), anemia

BAB I PENDAHULUAN. Kehamilan merupakan permulaan suatu kehidupan baru. pertumbuhan janin pada seorang ibu. Ibu hamil merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. Bayi lahir dengan berat lahir rendah (BBLR) merupakan salah satu faktor

BAB 1 : PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat. Kementerian Kesehatan RI (Kemenkes RI) tahun 2010 menyebutkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. paling kritis karena dapat menyebabkan kesakitan dan kematian bayi. Kematian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mengetahui derajat kesehatan disuatu negara seluruh dunia. AKB di

BAB I PENDAHULUAN. Berat bayi lahir rendah (BBLR) didefinisikan oleh World Health

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

ASUHAN KEPERAWATAN PADA BAYI. NY. N DENGAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR) DI KAMAR BAYI RESIKO TINGGI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dunia mengalami preeklampsia (Cunningham, 2010). Salah satu penyulit dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. dibawah 11 gr% (Saifuddin, 2001), sedangkan menurut Royston (1993) anemia

BAB I PENDAHULUAN. negara tersebut (WHO, 2011). Angka kematian neonatal sejak lahir sampai usia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. selama beberapa tahun terakhir. Penurunan kematian bayi dari tahun 1990 hingga

BAB 1 PENDAHULUAN. masa kehamilan. Anemia fisiologis merupakan istilah yang sering. walaupun massa eritrosit sendiri meningkat sekitar 25%, ini tetap

HUBUNGAN PENAMBAHAN BERAT BADAN IBU SELAMA HAMIL DENGAN KEJADIAN BBLR DI RUMAH SAKIT DR. NOESMIR BATURAJA TAHUN 2014

HUBUNGAN KEJADIAN PRE EKLAMSIA DENGAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH DI RUMAH SAKIT ISLAM KLATEN

BAB I PENDAHULUAN. defisiensi vitamin A, dan defisiensi yodium (Depkes RI, 2003).

BAB I. sel darah normal pada kehamilan. (Varney,2007,p.623) sampai 89% dengan menetapkan kadar Hb 11gr% sebagai dasarnya.

BAB 1 PENDAHULUAN. Upaya untuk memperbaiki kesehatan ibu, bayi baru lahir, dan anak telah

BAB 1 PENDAHULUAN. penurunan angka kematian ibu (AKI) dan bayi sampai pada batas angka

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kehamilan kurang dari 37 minggu (antara minggu) atau dengan

BAB I PENDAHULUAN. antara gram), dan berat badan lebih (berat lahir 4000 gram). Sejak

BAB 1 PENDAHULUAN. sebesar 25 per-1000 kelahiran hidup dengan Bayi Berat Lahir. Rendah (BBLR) penyebab utamanya. 2 Kematian bayi baru lahir di

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kehamilan merupakan suatu keadaan fisiologis yang menjadi dambaan setiap

BAB I PENDAHULUAN. anemia masih tinggi, dibuktikan dengan data World Health Organization

HUBUNGAN ANEMIA PADA IBU HAMIL YANG MENJALANI PERSALINAN SPONTAN DENGAN ANGKA KEJADIAN ASFIKSIA NEONATORUM DI RSUD SRAGEN TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. bayi berat lahir rendah (BBLR), dan infeksi (Depkes RI, 2011). mampu menurunkan angka kematian anak (Depkes RI, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. Proses kehamilan, persalinan, nifas merupakan suatu proses fisiologis

BAB 1 PENDAHULUAN. Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) masih merupakan masalah di bidang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Berat badan lahir bayi adalah berat badan bayi yang ditimbang dalam

BAB I PENDAHULUAN. Bayi Baru Lahir (BBL) atau neonatus adalah bayi umur 0-28 hari

BAB I PENDAHULUAN. Bayi (AKB). Angka kematian bayi merupakan salah satu target dari Millennium

BAB I PENDAHULUAN. sangat besar terhadap kualitas sumber daya manusia. Anemia pada ibu hamil

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Intra Uterine Fetal Death (IUFD)

BAB I PENDAHULUAN. selanjutnya. Bayi berat lahir nornal mempunyai potensi tumbuh kembang yang. lebih baik dibandingkan dengan berat lahir rendah.

BAB I PENDAHULUAN. yang sehat dan sempurna secara jasmaniah dengan berat badan yang cukup. Masa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. terpenting dalam pertumbuhan anak dimasa datang (Rodhi, 2011) World Health Organization (WHO) 2008, telah membagi umur kehamilan

BAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan janin intrauterin mulai sejak konsepsi dan berakhir sampai

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat yang setinggi-tingginya dapat terwujud. Pembangunan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. dengan jumlah kelahiran hidup. Faktor-faktor yang mempengaruhi AKB

BAB 1 PENDAHULUAN. dan atau perkembangan fisik dan mental anak. Seseorang yang sejak didalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Mortalitas pada wanita hamil dan bersalin adalah masalah besar di

Hubungan Antara Anemia Pada Ibu Hamil Dengan Kejadian Bayi Berat Lahir Rendah Di RS Pendidikan Panembahan Senopati Bantul

HUBUNGAN ANTARA PREEKLAMPSIA DENGAN PERSALINAN PREMATUR DI RSUD DR. SOESILO KABUPATEN TEGAL SKRIPSI

BAB 1 PENDAHULUAN. setiap saat yang dapat membahayakan jiwa ibu dan bayi (Marmi, 2011:11).

BAB I PENDAHULUAN. kematian ibu dan angka kematian perinatal. Menurut World Health. melahirkan dan nifas masih merupakan masalah besar yang terjadi di

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Upaya meningkatkan derajat kesehatan ibu dan balita sangatlah penting,

UMUR DAN PENDIDIKAN IBU BERSALIN DENGAN KEJADIAN BBLR

Bab 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. saat menghadapi berbagai ancaman bagi kelangsungan hidupnya seperti kesakitan. dan kematian akibat berbagai masalah kesehatan.

BAB I PENDAHULUAN. negara berkembang termasuk Indonesia. Masalah gizi menjadi penyebab

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan seorang ibu dalam usia reproduktif. Perubahan-perubahan yang

BAB I PENDAHULUAN. relatif tidak komplek dibandingkan dengan kehamilan, nifas ditandai oleh

BAB I PENDAHULUAN. dapat dilihat dengan upaya meningkatkan usia harapan hidup, menurunkan. untuk berperilaku hidup sehat (Depkes RI, 2009).

HUBUNGAN ANEMIA DENGAN KEJADIAN PERSALINAN PREMATUR DI RSU PKU MUHAMMADIYAH DELANGGU TAHUN 2010

BAB I PENDAHULUAN. sebagai berat saat lahir kurang dari 2500 gram. Prevalensi global berat badan lahir

BAB I PENDAHULUAN. sejak lama telah menjadi masalah, khususnya di negara-negara berkembang.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan mempunyai arti yang sangat penting bagi manusia, karena

BAB I PENDAHULUAN. rentan terjadi, hal ini sering banyaknya kejadian atau kasus-kasus yang

BAB I PENDAHULUAN. MDGS (Millenium Development Goals) 2000 s/d 2015 yang ditanda tangani oleh 189

BAB I PENDAHULUAN. 2012, Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia adalah 359 per

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. waktu dan tempat, salah satunya adalah kematian janin sewaktu masih

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perbaikan kesehatan yang bersifat menyeluruh dan lebih bermutu.

BAB I PENDAHULUAN. tingkat nasional cukup kuat. Hal ini dirumuskan dalam Undang-Undang No.17

BAB I PENDAHULUAN. morbiditas dan disabilitas neonatus, bayi dan anak. (Kliegman, 1999). BBLR memiliki peluang meninggal 35 kali lebih tinggi

BAB I PENDAHULUAN. menjadi kurang dari 70/ kelahiran hidup. 1. Secara global, Maternal mortality Ratio (MMR) selama 25 tahun terakhir terjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap tahun, sekitar 15 juta bayi lahir prematur (sebelum

HUBUNGAN BERAT LAHIR DENGAN KEJADIAN IKTERIK PADA NEONATUS TAHUN 2015 DI RSUD. DR. H. MOCH. ANSARI SALEH BANJARMASIN

BAB I PENDAHULUAN. Preeklampsia/eklampsia merupakan salah satu penyebab. utama morbiditas dan mortalitas ibu dan bayi di dunia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kesehatan ibu merupakan salah satu tujuan Millenium Development

BAB I PENDAHULUAN. Kematian Bayi (AKB) menjadi indikator pertama dalam menentukan derajat

BAB I PENDAHULUAN. salah satu strategi dalam upaya peningkatan status kesehatan di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. melalui alat indra (Lukaningsih, 2010: 37). Dengan persepsi ibu hamil dapat

Transkripsi:

HUBUNGAN KARAKTERISTIK IBU BERSALIN DENGAN KEJADIAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH DI RUMAH SAKIT UMUM Dr. SOEDIRAN WONOGIRI SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S1 Keperawatan Disusun oleh: CAHYANI TRI PUSPITASARI J 210 060 005 FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2010

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Angka kematian bayi menjadi indikator pertama dalam menentukan derajat kesehatan anak, karena merupakan cerminan dari status kesehatan anak saat ini (World Health Organization, 2002), secara statistik angka kesakitan dan kematian pada neonatus dinegara berkembang adalah tinggi, dimana penyebab utama adalah berkaitan dengan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR). Dalam laporan WHO dikemukakan bahwa di Asia Tenggara, 20 35 % bayi yang dilahirkan terdiri dari BBLR dan 70 80% dari kematian neonatus terjadi pada bayi kurang bulan dan BBLR (WHO, 2002). Angka kejadian di Indonesia sangat bervariasi antara satu daerah dengan daerah lain antara 9 30%, hasil studi 7 daerah multi center diperoleh angka BBLR dengan rentang 2,1 % - 17,2%. Secara nasional berdasarkan analisa lanjut Survey Dinas Kesehatan Indonesia (SDKI), angka BBLR sekitar 7,5%. Angka ini lebih besar dari target BBLR yang ditetapkan pada sasaran program perbaikan gizi menuju Indonesia Sehat 2010 yakni maksimal 7% (SDKI, 2007). BBLR masih menjadi masalah di Indonesia, karena merupakan penyebab utama kematian pada masa neonatal. BBLR adalah bayi yang lahir dengan berat kurang dari 2.500 gram tanpa memandang masa gestasi (Wong, 2008). Salah satu penyebab BBLR adalah persalinan kurang bulan atau bayi

lahir kecil untuk masa kehamilannya karena ada hambatan pertumbuhan saat dalam kandungan (Farrer, 2001). Masalah yang sering dijumpai pada bayi BBLR anatara lain : RDS (Respiratory Distress Syndrome), Perdarahan Intra Cranial, Enterokolitis nekrolitis nekrotikons, gangguan metabolisme seperti hipoglikemia, hiperbilirubinemia dan hipotermi akibat gangguan pengaturan suhu (Asrining, dkk, 2003). BBLR adalah bayi baru lahir yang berat badannya saat lahir kurang dari 2500 gram (sampai dengan 2400 gram) yang dapat terjadi apabila akibat dari prematuritas (persalinan kurang bulan atau prematur) atau persalinan bayi kecil masa kehamilan (KMK). Pre eklampsia merupakan salah satu faktor risiko terjadinya pertumbuhan janin yang lambat, BBLR, dismaturitas dan prematuritas janin dan bahkan terjadi Intra Uterine Fetal Death (IUFD). Ibu yang menderita pre eklampsia akan mengalami disfungsi vaskuler plasenta, yang dapat menyebabkan aliran darah ke plasenta terganggu, sehingga kebutuhan janin akan nutrisi dan oksigen tidak terpenuhi secara optimal. Keadaan tersebut mengakibatkan pertumbuhan janin terlambat dan kelahiran bayi dengan BBLR (Prawirohardjo, 2005). BBLR adalah bayi dengan berat lahir kurang dari 2500 gram tanpa memandang masa gestasi. Berat lahir adalah berat bayi yang ditimbang dalam 1 (satu) jam setelah lahir. Prevalensi BBLR diperkirakan 15% dari seluruh kelahiran di dunia dengan batasan 3,3%-38% dan lebih sering terjadi di negara-negara berkembang atau sosio-ekonomi rendah. Secara statistik

menunjukkan 90% kejadian BBLR didapatkan di negara berkembang dan angka kematiannya 35 kali lebih tinggi dibanding pada bayi dengan berat lahir lebih dari 2500 gram. BBLR termasuk faktor utama dalam peningkatan mortalitas, morbiditas dan disabilitas neonatus, bayi dan anak serta memberikan dampak jangka panjang terhadap kehidupannya dimasa depan. Secara umum Indonesia belum mempunyai angka untuk bayi berat lahir rendah (BBLR) yang diperoleh berdasarkan survai nasional. Proporsi BBLR ditentukan berdasarkan estimasi yang sifatnya sangat kasar, yaitu berkisar antara 7 14% selama periode 1999 2000. Jika proporsi ibu hamil adalah 2,5% dari total penduduk maka setiap tahun diperkirakan 355.000 710.000 dari 5 juta bayi lahir dengan kondisi BBLR (Depkes RI, 2001). Faktor-faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian bayi lahir berat badan rendah meliputi umur, paritas, jarak kelahiran, umur kehamilan, status gizi, status ekonomi sosial, dan pelayanan perawatan kehamilan (Haksari, 2009). Adanya keterkaitan antara pendidikan ibu bersalin dengan berat bayi lahir ini juga di dukung oleh pendapat Syaifudin (2000) bahwa tingkat pendidikan mempunyai hubungan yang eksponensial dengan tingkat kesehatan. Semakin tinggi tingkat pendidikan semakin mudah menerima konsep hidup sehat secara mandiri, kreatif dan berkesinambungan. Pendidikan dapat meningkatkan kematangan intelektual seseorang. Kematangan intelektual ini berpengaruh pada wawasan, cara berfikir, baik dalam cara pengambilan keputusan maupun dalam pembuatan kebijakan. Semakin tinggi

pendidikan formal akan semakin baik pengetahuan tentang kesehatan (Suradi, 2005), yang dapat diterapkan pada kehidupan sehari-hari termasuk pengaturan pola makan ibu hamil sehingga mempengaruhi peningkatan status gizi ibu yang pada akhirnya berhubungan dengan berat bayi yang dilahirkannya. Sebuah studi kohort dengan menggunakan kuesioner pos pada awal kehamilan dan pada 2 bulan setelah lahir. Perempuan yang direkrut dari 97% dari semua kehamilan klinik di Swedia pada pertama mereka 'pemesanan' kunjungi selama tiga minggu yang berbeda yang tersebar lebih dari 1 tahun pada 1999-2000. Melahirkan dan program pendidikan orang tua menjangkau sebagian besar wanita hamil, dan non-peserta yang lebih kurang beruntung dalam hal latar belakang sosio-demografis dan perasaan tentang kelahiran mendekati. Para wanita ini harus diberi perhatian khusus selama check-up kehamilan sehingga melahirkan anak dan pendidikan orang tua bisa disesuaikan dengan kebutuhan mereka. Sementara itu berdasarkan laporan tahunan kegiatan pelayanan RSU Dr. Soediran Wonogiri, angka prevalensi BBLR dari tahun 2007 2009 cukup tinggi yaitu pada tahun 2007, meningkat pada tahun 2008 dan pada tahun 2007 jumlah kehadian BBLR adalah berjumlah 45, tahun 2008 berjumlah 65, tahun 2009 sebanyak 76 bayi berat lahir rendah. Dari data tersebut terlihat bahwa selama kurun waktu tiga tahun memperlihatkan adanya masalah BBLR di Rumah Sakit Umum Dr. Soediran Wonogiri.

Melihat masih tingginya kejadian bayi berat lahir rendah di Wonogiri Khususnya di Rumah Sakit Umum Dr. Soediran Wonogiri, maka peneliti tertarik untuk melihat karakteristik persalinan hubungannya dengan kejadian BBLR di Rumah Sakit Umum Dr. Soediran Wonogiri untuk periode 2009-2010. Peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang Hubungan karakteristik ibu bersalin dengan kejadian bayi lahir dengan berat badan lahir rendah di RSU Dr. Soediran Wonogiri. B. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka permasalahan yang dapat dirumuskan: Bagaimana hubungan karakteristik ibu bersalin dengan kejadian bayi lahir dengan berat badan lahir rendah di RSU Dr. Soediran Wonogiri? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui hubungan karakteristik ibu bersalin dengan kejadian bayi lahir dengan berat badan lahir rendah di RSU Dr.Soediran Wonogiri. 2. Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui karakteristik Ibu Bersalin dengan kejadian Bayi

Berat Lahir Rendah di RSU Dr. Soediran Wonogiri.. b. Untuk mengetahui hubungan umur ibu bersalin dengan kejadian bayi lahir dengan berat badan lahir rendah di RSU Dr. Soediran Wonogiri.. c. Untuk mengetahui hubungan tingkat Pendidikan ibu bersalin dengan kejadian bayi lahir dengan berat badan lahir rendah di RSU Dr. Soediran Wonogiri.. d. Untuk mengetahui hubungan Pekerjaan ibu bersalin dengan kejadian bayi lahir dengan berat badan lahir rendah di RSU Dr. Soediran Wonogiri. D. Manfaat Penelitian Hasil penelitian yang dilaksanakan ini diharapkan dapat memberi manfaat yaitu : 1. Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khasanah ilmu pengetahuan yang dapat menambah wawasan khususnya mengenai faktor penyebab kejadian bayi berat lahir rendah (BBLR). 2. Manfaat praktik a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi segenap penentu kebijakan dan instansi terkait untuk memprioritaskan

program kesehatan dalam upaya menurunkan angka kejadian bayi berat lahir rendah (BBLR). b. Sebagai masukan untuk bahan informasi dalam melaksanakan penyuluhan kejadian bayi berat lahir rendah (BBLR) dalam bidang kesehatan kepada masyarakat. E. Keaslian Penulisan Penelitian hubungan karakteristik ibu bersalin dengan Bayi Berat Lahir Rendah di Rumah Sakit Umum Dr. Soediran Wonogiri ini, belum pernah dilakukan. Penelitian serupa yang pernah dilakukan yaitu: 1. Arnisam (2007) meneliti hubungan bayi berat badan lahir rendah dengan status gizi anak usia 6-24 bulan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui besarnya pengaruh faktor resiko BBLR, asupan energi dan protein, pola asuh makan dan pola asuh keperawatan kesehatan dan penyakit infeksi terhadap status gizi anak usia 6 24 bulan. Kesimpulan dari penelitian ini adalah BBLR mempunyai risiko 3,34 kali lebih besar untukmengalami status gizi kurang dibandingkan dengan anak yang tidak BBLR. Asupan energi yang kurang mempunyai risiko 2,9 kali lebih besaruntuk mengalami status gizi kurang dibandingkan dengan anak yangasupan energinya cukup, sedangkan anak dengan asupan protein yangkurang mempunyai risiko 3,1 kali lebih besar untuk mengalami status

gizi kurang dibandingkan dengan anak yang asupan proteinnya cukup. Pola asuh makan, pola asuh perawatan kesehatan dan penyakit infeksi tidakmenjadi faktor risiko terhadap kejadian status gizi kurang. 2. Suryatni (2003) meneliti faktor risiko kematian neonatal dini pada bayi berat lahir rendah di RSUD Pekanbaru. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui faktor risiko ibu, faktor risiko bayi yang mempengaruhi kematian neonatal dini pada BBLR. Kesimpulan dari penelitian ini adalah faktor risiko bayi adalah Presentasi janin, klasifikasi BBLR, berat lahir, asfiksia. Analisis multivariat faktor risiko yang berpengaruh secara bersama-sama adalah, berat lahir OR= 14,7 P=<0,001 dan asfiksia OR=42,1 P= <0,001. Faktor risiko yang mempengaruhi kematian neonatal dini pada BBLR adalah berat lahir dan asfiksia. 3. Yustina Wahyu Candrayanti (2005) meneliti tentang beberapa karakteristik Ibu yang berhubungan dengan kejadian berat badan lahir rendah (BBLR) di RSUD Banjarnegara Maret 2005. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui beberapa karakteristik ibu yang berhubungan dengan kejadian BBLR di RSUD Banjarnegara Maret 2005. Penelitian menyimpulkan bahwa tidak ada hubungan karakteristik ibu (umur ibu, pendidikan ibu bersalin, kadar hemoglobin, paritas, jarak kelahiran, komplikasi persalinan) dengan kejadian BBLR (p = 0,222; p = 0,382; p = 0,996; p = 0,292; p = 0,354; p = 0,861), sedangkan karakteristik ibu (umur

kehamilan dan komplikasi kehamilan) menunjukan ada hubungan dengan kejadian BBLR dengan p = 0,026 dan p = 0,001. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu, adalah bahwa penelitian ini ingin menambahkan faktor karakteristik ibu bersalin dengan BBLR dengan kejadian BBLR, faktor karakteristik ibu bersalin tersebut antara lain umur ibu bersalin, pendidikan Ibu bersalin, dan pekerjaan ibu bersalin.