2.1 Geografis, Administratif, dan Kondisi Fisik. A. Kondsi Geografis

dokumen-dokumen yang mirip
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambaran Umum Wilayah

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Polewali Mandar

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi

KATA PENGANTAR. Meureudu, 28 Mei 2013 Bupati Pidie Jaya AIYUB ABBAS

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 -

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pada umumnya pembangunan ekonomi selalu diartikan sebagai

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi

IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

DAFTAR ISI. Halaman. X-ii. RPJMD Kabupaten Ciamis Tahun

KEADAAN UMUM WILAYAH KABUPATEN KATINGAN DAN KOTA PALANGKA RAYA

BAB I PENDAHULUAN. suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola

IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAMBI. Undang-Undang No. 61 tahun Secara geografis Provinsi Jambi terletak

V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); 3. Undang-Undang Nomor 12

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT ATA 2014 I - 1

BAB II GAMBARAN UMUM KABUPATEN SOPPENG

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB II KERANGKA EKONOMI DAERAH

PENDAHULUAN Latar Belakang

IV. GAMBARAN UMUM KOTA CIMAHI. Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pemerintahan dan Otonomi

BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2006

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM WILAYAH

2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT TAHUN 2015 I - 1

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN. batas-batas wilayah sebagai berikut : - Sebelah Utara dengan Sumatera Barat. - Sebelah Barat dengan Samudera Hindia

PENDAHULUAN Latar Belakang

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

KATA PENGANTAR. RTRW Kabupaten Bondowoso

I. PENDAHULUAN Industri Pengolahan

LKPJ AKHIR MASA JABATAN BUPATI JOMBANG I BAB

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum

BAB 1 PENDAHULUAN. Beberapa pokok utama yang telah dicapai dengan penyusunan dokumen ini antara lain:

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM A. Gambaran Umum Daerah 1. Kondisi Geografis Daerah 2. Kondisi Demografi

KAJIAN UMUM WILAYAH PENELITIAN. Kondisi Geografis

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

PROFIL KECAMATAN se Kabupaten Bolaang Mongondow 2011

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

IV. KEADAAN UMUM KABUPATEN KARO

RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGAN

BAB III GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR

Bab II Bab III Bab IV Tujuan, Kebijakan, dan Strategi Penataan Ruang Kabupaten Sijunjung Perumusan Tujuan Dasar Perumusan Tujuan....

BAB I PENDAHULUAN I - 1 A. VISI DAN MISI II - 3 B. STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN DAERAH II - 5 C. PRIORITAS PEMBANGUNAN DAERAH II - 13

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah

MEMORANDUM PROGRAM SANITASI Program PPSP 2015

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BONDOWOSO NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BONDOWOSO TAHUN

KATA PENGANTAR. Atas dukungan dari semua pihak, khususnya Bappeda Kabupaten Serdang Bedagai kami sampaikan terima kasih. Sei Rampah, Desember 2006

BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2007

IV. GAMBARAN UMUM 4.1. Kondisi Geografis dan Iklim

BAB IV GAMBARAN UMUM

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

D A F T A R I S I Halaman

BAB III GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Geografis Kabupaten Indragiri Hulu. yang meliputi wilayah Rengat dan Tembilahan di sebelah Hilir.

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. KEADAAN UMUM 4.1. Regulasi Penataan Ruang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur

I. PENDAHULUAN. Kemajuan dan perkembangan ekonomi Kota Bandar Lampung menunjukkan

PEMERINTAH KABUPATEN BELITUNG LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) KABUPATEN BELITUNG TAHUN ANGGARAN 2013

KATA PENGANTAR RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN PACITAN

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan dan

BAB II DESKRIPSI WILAYAH PERENCANAAN 2.1. KONDISI GEOGRAFIS DAN ADMINISTRASI

GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH. 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya;

Lampiran Peraturan Bupati Tanah Datar Nomor : 18 Tahun 2015 Tanggal : 18 Mei 2015 Tentang : Rencana Kerja Pembangunan Daerah Tahun 2016 DAFTAR ISI

BPS KABUPATEN TAPANULI TENGAH PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI TENGAH TAHUN 2013

KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang penting dalam

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Tabel PDRB Atas Dasar Harga Berlaku dan Atas Dasar Harga Konstan 2000 di Kecamatan Ngadirejo Tahun (Juta Rupiah)

MPS Kabupaten Bantaeng Latar Belakang

KEADAAN UMUM KABUPATEN SINTANG

BAB II KONDISI WILAYAH STUDI

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan teknologi dan serta iklim perekonomian dunia.

PROFIL SANITASI SAAT INI

BPS KABUPATEN TAPANULI TENGAH PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI TENGAH TAHUN 2012

III. METODE PENELITIAN. kota Bandar Lampung. Kecamatan kemiling merupakan kecamatan hasil

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

V GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB I KONDISI MAKRO PEMBANGUNAN JAWA BARAT

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Propinsi Lampung. Kabupaten Lampung Tengah terletak pada

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM KOTA BONTANG. 4.1 Gambaran Umum Wilayah Kota Bontang. Gambar 4.1 Peta Wilayah Kota Bontang

PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Transkripsi:

2.1 Geografis, Administratif, dan Kondisi Fisik A. Kondsi Geografis Kabupaten Bolaang Mongondow adalah salah satu kabupaten di provinsi Sulawesi Utara. Ibukota Kabupaten Bolaang Mongondow adalah Lolak, berjarak sekitar 200,00 km dari kota Manado, ibukota Provinsi Sulawesi Utara. Jika dilihat dari letak geografis, Kabupaten Bolaang Mongondow terletak pada posisi 123 0-124 0 BT dan 0 0 30-1 0 0 LU B. Kondisi Fisik Hidrologi Potensi hidrologi di Kabupaten Bolaang Mongondow sangat besar, terutama oleh adanya aliran sungai utama seperti Sungai Mongondow, Ayong, Dumoga, Pusian, Toraut dan sungai-sungai besar lainnya beserta anak anak sungai. Aliran sungai ini memberikan pengaruh yang besar terutama bagi kegiatan sosial ekonomi masyarakat terutama sangat bermanfaat dalam mengaliri areal persawahan. Besarnya potensi air sungai yang mengalir sepanjang sungai dan anak-anak sungai tersebut diakibatkan olah lahan wilayah Kabupaten Bolaang Mongondow yang sebagian

besar masih berupa kawasan hutan, sehingga sangat berpotensi besar untuk menyerap (Infiltrasi) di wilayah ini untuk selanjutnya menghasilkan volume / debit air yang sangat besar di daerah hulu. Air sungai Toraut, hingga saat ini telah dimanfaatkan sebagai bahan sumber air baku terutama untuk Irigasi bagi areal persawahan penduduk dan kebutuhan lainnya. Daerah Aliran Sungai (DAS) yang ada di Kabupaten ini adalah DAS Bolaang Mongondow dengan 4 Sub DAS yaitu : Sub DAS Dumoga, Sub DAS Kosinggolan, Sub DAS Mongondow dan Sub DAS Toraut. Tabel 2.1 Nama Daerah Aliran Sungai di Wilayah Kabupaten Bolaang Mongondow Nama DAS DAS Bolaang Mongondow - Sub DAS Dumoga - Sub DAS Kosinggolan - Sub DAS Mongondow - Sub DAS Toraut Sumber : RTRW Kabupaten Bolaang Mongondow Topografi Kabupaten Bolaang Mongondow merupakan wilayah yang terdiri dari pesisir, bukit dan daerah pegunungan yang memiliki ketinggian bervariasi, wilayah yang tertinggi adalah Kecamatan Passi Timur dengan ketinggian 630 m dpl kemudian Kecamatan Passi Barat dengan ketinggian 450 m dpl. Sedangkan wilayah kecamatan yang berada di sekitar pesisir pantai hanya memiliki ketinggian 1 2 m dpl yaitu Kecamatan Poigar, Bolaang, Bolaang Timur, Lolak, Sang Tombolang. Terdapat 5 gunung di Kabupaten Bolaang Mongondow, dengan puncak tertinggi terdapat di Kecamatan Lolak yaitu Gunung Kabila dengan ketinggian + 1.732m. Keadaan topografi Kabupaten Bolaang Mongondow sebagian besar mempunyai relief agak curam sampai curam, namun pada arahan fungsi budidaya pertanian topografinya

termasuk relief wilayah datar dan agak curam. Topografi relief curam sampai sangat curam banyak terdapat di kecamatan Pinolosian, Bolaang Oki dan Sangtombolang. Kelas kemiringan lereng di Kabupaten Bolaang Mongondow diklasifikasikan menjadi kelas datar, landai, agak curam, curam, dan sangat curam. Klimatologi Sebagai daerah yang terletak di garis katulistiwa, maka Kabupaten Bolaang Mongondow hanya mengenal 2 musim, yaitu musim kemarau dan musim hujan. Curah hujan pada tahun 2008 sangat tinggi dan secara umum meningkat dari tahun-tahun sebelumnya. Curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Januari yaitu 239,17 mm, dan terendah pada bulan September yaitu 92,67 mm. Hujan yang turun sepanjang tahun sangat berdampak positif bagi kegiatan pertanian di Kabupaten Bolaang Mongondow. Penggunaan lahan Tutupan lahan di Kabupaten Bolaang Mongondow pada waktu belum dimekarkan hasil interpretasi Citra satelit (landsat ETM 7+) tahun 2000 yang dilakukan oleh BAPPLAN Departemen Kehutanan pada tahun 2000 dan hasil updating menggunakan Citra satelit tahun 2002 menunjukkan tutupan lahan di Kabupaten Bolaang Mongondow didominasi oleh hutan lahan kering sekunder seluas ±272,405 ha (32.59 %), kemudian disusul tutupan lahan Hutan lahan kering primer seluas ±250,058 ha (29.92 %), pertanian lahan kering campuran campur semak seluas ±129,798 ha (15.53 %), pertanian lahan kering seluas ±102,336 ha (12.24 %) selebihnya terbagi habis dengan tutupan lahan lainnya seperti mangrove, perkebunan, sawah, dll.

Gambar 2.1 Peta Daerah Aliran Sungai di wilayah Kabupaten Bolaang Mongondow B A B I I G A M B A R A N U M U M W I L A Y A H

C. Administratif Kabupaten Bolaang Mongodow merupakan salah satu dari 15 daerah otonom yang ada di Provinsi Sulawesi Utara yang telah mengalami 2 kali pemekaran wilayah yaitu pada tahun 2007 pemekaran Kota Kotamobagu dan Kabupaten Bolaang Mongondow Utara serta tahun 2008 pemekaran Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan dan Kabupaten Bolaang Mongondow Timur. Kabupaten Bolaang Mongodow saat ini memiliki luas wilayah ± 3.506,24 Km 2 dan berbatasan dengan wilayah lain di Provinsi Sulawesi Utara sebagai berikut : Sebelah Utara Sebelah Timur : Laut Sulawesi, : Kota Kotamobagu, Kabupaten Minahasa Selatan dan Kabupaten Bolaang Mongondow Timur, Sebelah Selatan : Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan, Sebelah Barat : Kabupaten Bolaang Mongondow Utara dan Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan. Kabupaten Bolaang Mongondow memiliki 12 wilayah kecamatan yang terdiri atas 2 kelurahan dan 150 desa. Tabel berikut memperlihatkan luas wilayah Kabupaten Bolaang Mongondow yang dirinci menurut Kecamatan dan jumlah desa

Tabel 2.2: Nama, luas wilayah per Kecamatan dan jumlah desa/ kelurahan per kecamatan No Kecamatan Ibukota Jumlah Kelurahan Desa Luas (km2) (%) thd total 1. Dumoga Barat Doloduo - 14 375,44 10,71 2. Dumoga Utara Mopuya Utara - 13 364,21 10,40 3. Dumoga Timur Imandi 1 17 539,93 15,40 4. Lolayan Tungoi - 14 297,00 8,50 5. Passi Barat Passi - 11 95,46 2,74 6. Passi Timur Pangian - 11 86,35 2,51 7. Poigar Poigar - 17 322,84 9,22 8. Bolaang Inobonto I 1 7 148,03 4,23 9. Lolak Lolak - 22 374,54 10,71 10. Sang Tombolang Maelang - 10 776,31 21,91 11. Bolaang Timur Tadoy - 7 65,20 1,91 12. Bilalang Bilalang IV - 7 60,93 1,76 Jumlah 2 150 3.506,24 100 % Sumber: Bolaang Mongondow Dalam Angka Tahun 2009

Peta 2.2: Peta Administrasi Kabupaten Bolaang Mongondow B A B I I G A M B A R A N U M U M W I L A Y A H

2.2 Demografi Jumlah penduduk Kabupaten Bolaang Mongondow tahun 2009 tercatat sebanyak 216.231 jiwa dengan penyebaran penduduk terbanyak terdapat di Kecamatan Dumoga Barat yang mempunyai jumlah penduduk mencapai 27.753 jiwa dan jumlah penduduk paling sedikit adalah Kecamatan Bilalang yaitu 6.543 jiwa. Tabel berikut memperlihatkan jumlah penduduk Kabupaten Bolaang Mongondow periode tahun 2003 2008. Tabel 2.3 Jumlah penduduk Kabupaten Bolaang Mongondow No Kecamatan Tahun 2003 2004 2005 2006 2007 2008 1. Dumoga Barat 23.786 24.823 25.188 25.558 27.465 27.753 2. Dumoga Utara 17.934 18.266 18.534 18.807 19.668 19.882 3. Dumoga Timur 30.158 30.722 31.174 31.632 32.780 33.130 4. Lolayan 19.886 20.860 21.167 21.478 22.966 23.327 5. Passi Barat 13.612 14.279 14.489 14.702 14.802 15.010 6. Passi Timur 16.012 16.796 17.043 17.294 11.250 11.409 7. Poigar 17.101 17.435 17.691 17.951 17.872 18.095 8. Bolaang 24.647 25.358 25.731 26.109 16.510 16.778 9. Lolak 22.593 23.244 23.586 23.933 24.606 24.948 10. Sang 9.118 9.381 9.519 9.659 9.853 9.964 Tombolang 11. Bolaang Timur ---* ---* ---* ---* 9.240 9.392 12. Bilalang -* -* -* -* 6.453 6.543 Jumlah 194.84 7 201.164 204.122 207.123 213.465 216.231 Keterangan : ---* masih tergabung dengan Kecamatan Bolaang -* masih tergabung dengan Kecamatan Passi Timur. Sumber Data : Kabupaten Bolaang Mongondow Dalam Angka 2009.

Tabel 2. 4 Laju pertumbuhan (r) penduduk Kabupaten Bolaang Mongondow No Kecamatan Tahun 2004 2005 2006 2007 2008 (r) 1. Dumoga Barat 4,36 1,47 1,47 7,46 1,05 3.16 2. Dumoga Utara 1,85 1,47 1,47 4,58 1,09 2.09 3. Dumoga Timur 1,87 1,47 1,47 3,63 1,07 1.90 4. Lolayan 4,90 1,47 1,47 6,93 1,57 3.27 5. Passi Barat 4,90 1,47 1,47 0,68 1,41 1.99 6. Passi Timur 4,90 1,47 1,47-34,95 1,41-5.14 7. Poigar 1,95 1,47 1,47-0,44 1,25 1.14 8. Bolaang 2,88 1,47 1,47-36,77 1,62-5.86 9. Lolak 2,88 1,47 1,47 2,81 1,39 2.01 10. Sang 2,88 1,47 1,47 2,01 1,13 Tombolang 1.79 11. Bolaang Timur ---* ---* ---* ---* 1,65 0.33 12. Bilalang -* -* -* -* 1,39 0.28 Kabupaten Bolaang 3,24 Mongondow 1,47 1,47 3,06 1,30 2,11 Keterangan : ---* masih tergabung dengan Kecamatan Bolaang -* masih tergabung dengan Kecamatan Passi Timur. Sumber Data : Kabupaten Bolaang Mongondow Dalam Angka 2009. Melihat tingkat kepadatannya, maka kepadatan penduduk Kabupaten Bolaang Mongondow pada tahun 2008 adalah 61,67 jiwa/km2. Kepadatan penduduk terbesar terdapat di Kecamatan Passi Barat yaitu 157,24 jiwa/km2, dan kepadatan terendah yaitu 12,84 jiwa/km2 yaitu Kecamatan Sang Tombolang. Selain itu terdapat juga empat kecamatan yang cukup padat penduduknya yaitu Kecamatan Passi Timur, Bilalang, Bolaang, dan Bolaang Timur. 2.3 Keuangan dan Perekonomian Daerah Salah satu indikator yang dapat dipergunakan untuk mengukur keberhasilan pembangunan di suatu daerah adalah dengan melihat Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Atas dasar itu, maka tinjauan makro ekonomi Kabupaten Bolaang Mongondow

mengacu pada indikator tersebut yang meliputi Nilai PDRB, laju pertumbuhan ekonomi, struktur PDRB dan PDRB Perkapita. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) PDRB atas dasar harga berlaku dari tahun 2002 2003 memperlihatkan presentase sumbangan terbesar perekonomian daerah Kabupaten Bolaang Mongondow masih didominasi oleh sektor pertanian, peternakan dan kehutanan. Tabel 2.5 Distribusi Presentase PDRB Kabupaten Bolaang Mongondow ADHB Menurut Lapangan Usaha No. Lapangan Usaha 2002 2003 2004 2005 2006 1 Pertanian, Peternakan, Kehutanan 2 Pertambangan dan Penggalian 42,97 40,08 39,02 39,81 39,61 7,9 8,23 8,22 12,4 12,53 3 Industri Pengolahan 3,03 3,24 3,4 2,94 2,91 4 Listrik, Gas dan Air Bersih 0,45 0,5 0,47 0,4 0,36 5 Bangunan 9,92 10,94 10,87 10,34 9,6 6 Perdagangan, Hotel dan Restoran 7 Pengangkutan dan Komunikasi 8 Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 8,17 8,74 9,31 9,1 9,24 3,93 4,12 4,01 3,38 3,1 2,38 2,47 2,39 2,2 2,19 9 Jasa-jasa 21,25 21,68 22,31 19,43 20,46 PDRB 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 Sumber : Bolaang Mongondow dalam angka, 2008

Tabel 2.6 Distribusi Persentase PDRB Kabupaten Bolaang Mongondow ADHK Menurut Lapangan Usaha No. Lapangan Usaha 2002 2003 2004 2005 2006 1 Pertanian, Peternakan, Kehutanan 43,93 44,47 44,55 43,60 42,40 2 Pertambangan dan Penggalian 8,30 8,29 8,37 12,61 13,10 3 Industri Pengolahan 2,88 2,71 2,74 2,47 2,40 4 Listrik, Gas dan Air Bersih 0,44 0,44 0,43 0,40 0,39 5 Bangunan 10,44 10,37 10,15 9,13 9,20 6 Perdagangan, Hotel dan Restoran 8,30 8,38 8,52 8,25 8,75 7 Pengangkutan dan Komunikasi 4,24 4,33 4,41 4,09 4,16 8 Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 2,48 2,50 2,52 2,29 2,33 9 Jasa-jasa 18,99 18,51 18,31 17,16 17,27 Produk Domestik Regional Bruto 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 Sumber: Bolaang Mongondow Dalam Angka 2008 Untuk anggaran pengelolaan sanitasi SKPD masih belum stabil. Hal ini disebabkan karena banyaknya sektor yang harus menjadi prioritas pembangunan. Tabel 2. 7 Perhitungan Pendanaan Sanitasi oleh APBD Kabupaten Bolaang Mongondow

No SKPD 1 PU CK 1.a Investasi operasional/ 1.b pemeliharaan (OM) 2 BLH 2.a Investasi operasional/ 2.b pemeliharaan (OM) 3 Dinkes 3.a Investasi operasional/ 3.b pemeliharaan (OM) 4 Bappeda 4.a Investasi operasional/ 4.b pemeliharaan (OM) 5 BPMPD 5.a Investasi operasional/ 5.b pemeliharaan (OM) Dinas Pasar 6 dan Kebersihan Tabel 2.8 Belanja Sanitasi per kapita Kabupaten Bolaang Mongondow Tahun 2009 2010 2011 2012 2013 Rata - rata Pertumbuhan

6.a Investasi operasional/ pemeliharaan 6.b (OM) Dinas Perhubungan Komunikasi 7 dan Informasi 7.a Investasi operasional/ pemeliharaan 7.b (OM) KECAMATAN - 8 KECAMATAN 8.a Investasi operasional/ pemeliharaan 8.b (OM) 9 DINAS Lainnya 0,00 0,00 0,00 0,00-9.a Investasi 9.b operasional/ pemeliharaan (OM) 9 Belanja Sanitasi 10 Pendanaan investasi sanitasi Total 11 Pendanaan OM

Belanja 12 Langsung Proporsi Belanja Sanitasi 13 - Belanja Langsung Proporsi Investasi 14 Sanitasi - Total Belanja Sanitasi Proporsi OM 15 Sanitasi - Total Belanja Sanitasi Sumber:APBD Kabupaten Bolaang Mongondow

Besaran belanja modal sanitasi perpenduduk setiap tahunnya sebagai berikut: No 1 Deskripsi Total Belanja Sanitasi Kabupaten 2 Jumlah Penduduk Belanja Sanitasi Perkapita Sumber: Hasil Analisa Tabel 2.9. Realisasi dan Potensi Retribusi Sanitasi Perkapita Tahun Rata - 2009 2010 2011 2012 2013 rata Pertumb uhan Laju Pertumbuhan PDRB Dilihat dari pertumbuhan PDRB, makro ekonomi Kabupaten Bolaang Mongondow cukup baik dan mengalami peningkatan setiap tahunnya, dimana PDRB tahun 2005 mengalami pertumbuhan sebesar 16,64 % pada harga berlaku dan 13,82 % pada harga konstan, tapi pada tahun 2006 untuk harga konstan kenaikannya tidak begitu signifikan. Pertumbuhan PDRB Kabupaten Bolaang Mongondow tahun 2002-2005 dapat dilihat pada Tabel 2.10. Tabel 2.10 Pertumbuhan PDRB Kabupaten Bolaang Mongondow Tahun 2002-2006 Harga Berlaku Harga Konstan No. Tahun Nilai (Juta/Rp) Pertumbuhan Nilai (Juta/Rp) Pertumbuhan 1 2002 1.273.711,55-1.095.913,68-2 2003 1.340.975,60 5,28 1.138.467,66 3,88 3 2004 1.483.194,16 10,61 1.185.586,63 4,14 4 2005 1.730.007,44 16,64 1.349.475,95 13,82 5 2006 1.991.861,60 15,14 1.395.496,19 3,41 Sumber: Bolaang Mongondow Dalam Angka 2008

PDRB Perkapita Pada tahun 2002 s/d 2007, PDRB per kapita atas dasar harga berlaku Kabupaten Bolaang Mongondow terus mengalami kenaikan, sementara atas harga konstan selama kurun waktu yang sama sampai dengan tahun 2006 terlihat masih terus mengalami kanaikan kecuali tahun 2007 terjadi penurunan yaitu sebesar 0,57 % bila dibandingkan dengan keadaan tahun 2006. Nilai PDRB perkapita Kabupaten Bolmong tahun 2007 atas dasar harga berlaku sebesar 6,60 juta rupiah sedangkan atas dasar harga konstan sebesar 4,34 juta rupiah. Dibandingkan dengan PDRB perkapita tahun 2000, maka PDRB perkapita pada tahun 2007 mengalami perkembangan hampir dua kali lipat bila dilihat dari harga dasar berlaku. Akan tetapi bila dilihat PDRB perkapita atas dasar harga konstan perkembangan yang terjadi sampai dengan tahun 2007 baru sebesar 19,14 %. 2.4 Tata Ruang Wilayah Dalam Undang Undang No. 26 Tahun 2007 tentang penataan ruang memberikan wewenang kepada pemerintah untuk : mengatur dan menyelenggarakan penataan ruang; mengatur tugas dan kewajiban instansi pemerintah dalam penataan ruang. Dengan demikian maka penataan ruang menjadi tugas dan tanggung jawab pemerintah, baik pemerintah pusat maupun pemerintah di daerah, hal ini sudah sejalan dengan UU No. 22 Tahun 1999 yang diperbaharui dengan UU No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah dimana Pemerintah Daerah mempunyai kewenangan yang lebih luas dalam mengatur dan mengelola wilayahnya, terutama dalam hal pelaksanaan pembangunan termasuk menyusun rencana tata ruang wilayah kabupaten. Beberapa point penting yang harus ada dalam penyusunan RTRW Kabupaten Bolaang Mongondow, yaitu : 1. Mewujudkan Visi, Misi dan Tujuan Penataan Ruang Negara Indonesia Terwujudnya ruang nusantara yang aman, nyaman, produktif dan berkelanjutan

untuk kemajuan masyarakat pada penyusunan RTRW Kabupaten Bolaang Mongondow. Perwujudan hal tersebut diatas dipahami sebagai suatu pedoman dalam menyusun RTRW Kabupaten Bolaang Mongondow sebagai berikut : Produk RTRW tidak hanya melihat sebagai penataan ruang pada wilayah administrasi saja tetapi melihat fungsi dari Kabupaten Bolaang Mongondow dalam konstelasi wilayah Provinsi, NKRI bahkan dalam tingkat regional dan dunia. Mengembangkan nilai-nilai strategis wilayah untuk kepentingan masyarakat dan mengembangkan kecenderungan positif di daerah tersebut. Produk RTRW Kabupaten Bolaang Mongondow harus mempertimbangkan seluruh aspek pemanfaatan ruang yang meliputi : ruang daratan, ruang laut, ruang udara termasuk ruang di dalam bumi sebagai satu kesatuan ruang wilayah demi keberlangsungan wilayah tersebut dalam kurun waktu perencanaan 20 tahun. Produk RTRW Kabupaten Bolaang Mongondow harus memperhatikan secara seksama pemanfaatan ruang pada kawasan-kawasan rawan bencana sehingga tidak akan menimbulkan kerugian pada masyarakat dan kegiatan pembangunan daerah itu sendiri. Kawasan rawan bencana meliputi : rawan bencana gempa bumi, letusan gunung berapi, tsunami & gelombang pasang, longsor, banjir bahkan daerah rawan gangguan kesehatan. Sebagai wilayah Kabupaten, tentunya Bolaang Mongondow memiliki kawasan perdesaan yang memiliki fungsi sebagai daerah produsen pangan pada wilayah perkotaan. Dengan fungsinya tersebut maka dalam produk RTRW Kabupaten Bolaang Mongondow harus memuat dan mengatur kawasan perdesaan untuk memaksimalkan fungsi tersebut, juga harus mengatur penyediaan prasarana dan sarana untuk menunjang fungsi. Pada kawasan perdesaan yang memiliki fungsi strategis dalam hal penyediaan bahan pangan maka pegaturan penataan ruangnya diarahkan pada pengembangan kawasan agropolitan.

Produk RTRW Kabupaten Bolaang Mongondow harus mengakomodasi berbagai kepentingan termasuk hak, kewajiban dan peran masyarakat di dalam penataan ruang sebagaimana yang diatur dalam Peraturan Pemerintah No. 69 Tahun 1996 tentang Pelaksanaan Hak dan Kewajiban serta Tata Cara Peran Masyarakat dalam Penataan Ruang. Produk RTRW Kabupaten Bolaang Mongondow harus mampu menjaga keseimbangan kelestarian alam dengan perencanaan pembangunan daerah, dengan demikian dalam produk RTRW ini harus terdapat penguatan aspek pelestarian lingkungan hidup dan ekosistem. Terlebih Kabupaten Bolaang Mongondow merupakan bagian dari Taman Nasional Bogani Nani Wartabone (TNBNW). Perangkat insentif dan disinsentif sangat perlu dalam produk RTRW Kabupaten Bolaang Mongondow, karena memiliki sifat sebagai pengendali dalam pemanfaatan ruang. Dalam produk RTRW ini harus di uraikan sejelasjelasnya perangkat insentif dan disinsentif tersebut dalam rangka keberhasilan dan perwujudan visi, misi dan tujuan penataan ruang nasional. Pengaturan sanksi dan pengaturan penyelesaian sengketa Penataan Ruang merupakan amanat dari UU RI No. 26 Tahun 2007, tentang Penataan Ruang sehingga harus termuat dengan jelas dalam produk RTRW Kabupaten Bolaang Mongondow. 2. Penyesuaian penyusunan RTRW Kabupaten Bolaang Mongondow terhadap UU No. 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang dan penyesuaian terhadap perubahan serta perkembangan yang terjadi secara internal. RTRW Kabupaten Bolaang Mongondow harus mengacu pada perencanaan tata ruang yang ada diatasnya dalam hal ini RTRW Provinsi Sulawesi Utara dan RTRW Nasional. Karena RTRW Provinsi dan RTRW Nasional memuat sebuah landasan struktur dan pola ruang yang secara global mengatur pemanfaatan ruang antar wilayah dan sektor yang saling bersinergis. Dalam arti Kabupaten Bolaang Mongondow tidak dapat berdiri sendiri tetapi akan saling melengkapi dengan wilayah lain yang ada disekitar terlebih yang

berbatasan langsung, perkembangan wilayah lain di sekitar Kabupaten Bolaang Mongondow akan turut mempengaruhi setiap sektor di wilayah ini. 3. RTRW Kabupaten Bolaang Mongondow menjadi pedoman dalam upaya mempercepat pembangunan ekonomi daerah serta mendayagunakan sumberdaya alam secara berimbang. Mempercepat pembangunan ekonomi wilayah sangat penting tapi lebih penting jika terjadi sebuah keseimbangan dalam mendayagunakan sumber daya alam dengan proses percepatan pembangunan. RTRW Kabupaten Bolaang Mongondow nantinya akan menjadi acuan operasional dalam mengkoordinasi dan mengintegrasikan keseluruhan kegiatan pembangunan regional dan nasional di daerah juga menjadi acuan bagi setiap program pembangunan dan penataan ruang yang akan berkelanjutan. Dalam rangka penyusunan Kegiatan Penyusunan RTRW Kabupaten Bolaang Mongondow diharapkan harus memperhatikan: 1. Perkembangan permasalahan provinsi dan hasil pengkajian implikasi penataan ruang kabupaten. 2. Upaya pemerataan pembangunan dan pertumbuhan ekonomi kabupaten. 3. Keseluruhan aspirasi pembangunan kabupaten. 4. Daya dukung dan data tampung lingkungan. 5. Rencana pembangunan jangka panjang dan jangka menengah daerah. 6. Rencana pemanfaatan ruang wilayah Kabupaten Bolaang Mongondow yang akan mengikuti struktur ruang yang baru dan rencana kawasan strategis kabupaten. 7. Berbagai isu strategis Kabupaten Bolaang Mongondow, termasuk pemekaran Bolaang Mongondow Bersatu menuju Provinsi.

Peta 2.3: Rencana Struktur Ruang Kabupaten Bolaang Mongondow B A B I I G A M B A R A N U M U M W I L A Y A H

Peta 2.4: Rencana Pola ruang Kabupaten Bolaang Mongondow B A B I I G A M B A R A N U M U M W I L A Y A H

2.5 Sosial Budaya A. Pendidikan Peningkatan layanan pendidikan, merupakan salah satu program prioritas Pemerintah Kabupaten Bolaang Mongondow. Berdasarkan data yang ada, fasilitas pendidikan di Kabupaten terdiri dari 430 sekolah, terbagi atas 136 Taman Kanak-kanak, 235 Sekolah Dasar, 45 SLTP, 12 SMU dan 2 SMK. Tabel 2.11: Fasilitas Pendidikan yang tersedia di Kabupaten Bolaang Mongondow No Kecamatan TK SD SLTP SMU SMK Swasta Negeri N S N S N S N S Jumlah 1 Dumoga 29 Barat - 21 2 2 2-2 - - 2 Dumoga 25 Utara - - 19 1 2 1 1-1 - 3 Dumoga 66 Timur - 18 32 4 5 4 1 2 - - 4 Lolayan 8 8 35 3 4 1 - - - - 59 5 Passi Barat 6 Passi Timur 20 20 32-4 2 1 - - - 79 7 Bilalang 8 Poigar 11 11 19 2 2 2 1 1 - - 49 9 Bolaang 10 Bolaang Timur 11 Lolak 7 5 7 5 24 24 2 4 3 2 1 4 1 - - 1 - - - 1 45 46 12 Sang 32 Tombolang 8 8 11-3 1-1 - - Total Jumlah 59 77 217 18 27 18 5 7 1 1 430 Sumber : Kabupaten Bolaang Mongondow Dalam Angka Tahun 2009 B. Kemiskinan Pemerintah Kabupaten Bolaang Mongondow memiliki komitmen terhadap penurunan angka kemiskinan dan peningkatan kesejahteraan. Untuk melihat jumlah penduduk miskin di Kabupaten Bolaang Mongondow, dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 2.12: Jumlah Penduduk Miskin per Kecamatan No 1 Dumoga Barat 2 Dumoga Utara 3 Dumoga Timur 4 Lolayan 5 Passi Barat 6 Passi Timur 7 Bilalang 8 Poigar 9 Bolaang 10 Bolaang Timur 11 Lolak 12 Sang Tombolang Total Jumlah Sumber: Kecamatan Jumlah Penduduk Miskin (KK) Pada umumnya jenis sarana perumahan masyarakat Kabupaten Bolaang Mongondow terbagi kedalam tiga jenis yaitu permanen, semi permanen dan tidak permanen. Data kepemilikan rumah di Kabupaten Bolaang Mongondow dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 2.11: Jumlah Rumah per Kecamatan No Kecamatan Jumlah Rumah 1 Dumoga Barat 6081 2 Dumoga Utara 5324 3 Dumoga Timur 6196 4 Lolayan 4969 5 Passi Barat 3342 6 Passi Timur 1022 7 Bilalang 1232 8 Poigar 4297 9 Bolaang 1683 10 Bolaang Timur - 11 Lolak 5212 12 Sang Tombolang 1932 Total Jumlah Sumber :

2.6 Kelembagaan Pemerintah Daerah Kelembagaan Pemerintah Kabupaten Bolaang Mongondow disusun berdasarkan Peraturan Pemerintah no. 41 tahun 2007. Untuk pengelolaan sanitasi di tingkat Kabupaten, maka Pemerintah Daerah membentuk Pokja Sanitasi berdasarkan SK Bupati Nomor 167 Tahun 2013, yang didalamnya terdiri dari berbagai SKPD, baik yang memiliki tupoksii langsung terkait sanitasi, maupun tidak langsung.

Gambar 2.1: Struktur organisasi Pemerintah Daerah Kabupaten Bolaang Mongondow B A B I I G A M B A R A N U M U M W I L A Y A H

Gambar 2.2 : Diagram SKPD terkait dalam pembangunan sanitasi/ kabupaten Bolaang Mongondow BAPPEDA