BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan lambat. PGK umumnya berakhir dengan gagal ginjal yang memerlukan terapi

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. keadaan klinis yang ditandai dengan penurunan fungsi ginjal yang irreversibel,

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. penyakit yang merusak nefron ginjal (Price dan Wilson, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit ginjal kronik merupakan masalah kesehatan di seluruh dunia. Di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit ginjal kronik (PGK) adalah salah satu penyakit dengan risiko

BAB I PENDAHULUAN. sebesar 15,2%, prevalensi PGK pada stadium 1-3 meningkat menjadi 6,5 % dan

BAB I PENDAHULUAN. Disease: Improving Global Outcomes Quality (KDIGO) dan the Kidney Disease

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Banyak penyebab dari disfungsi ginjal progresif yang berlanjut pada tahap

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 3.1 Desain penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian analitik dengan rancangan kohort prospektif.

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Gagal Ginjal Kronik (GGK) merupakan sindrom klinis yang bersifat

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dan air dalam bentuk urine (Stein, 2007). Gagal Ginjal Kronik (GGK)

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. dengan angka kejadian yang masih cukup tinggi. Di Amerika Serikat, UKDW

I. PENDAHULUAN. urea dan sampah nitrogen lain dalam darah) (Brunner dan Suddarth, 2002)

BAB I PENDAHULUAN. progresif dan lambat, serta berlangsung dalam beberapa tahun. Gagal ginjal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Estimasi Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. dan 8 16% di dunia. Pada tahun 1999 berdasarkan data Global burden of

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit ginjal kronik (PGK) atau chronic kidney disease (CKD) adalah

BAB I PENDAHULUAN. 2009). Gagal ginjal yang terjadi secara mendadak disebut gagal ginjal akut,

I. PENDAHULUAN. pengganti ginjal berupa dialisis atau transplantasi ginjal (Suwitra, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit ginjal kronis (PGK) merupakan salah satu masalah kesehatan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. mempertahankan homeostasis tubuh. Ginjal menjalankan fungsi yang vital

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Ginjal memiliki fungsi untuk mengeluarkan bahan dan sisa-sisa

BAB I PENDAHULUAN. CKD merupakan masalah kesehatan di seluruh dunia yang berdampak besar pada

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

perkembangan penyakit DM perlu untuk diperhatikan agar komplikasi yang menyertai dapat dicegah dengan cara mengelola dan memantau perkembangan DM

BAB I PENDAHULUAN. prevalensinya semakin meningkat setiap tahun di negara-negara berkembang

BAB I PENDAHULUAN. multipel. Semua upaya mencegah gagal ginjal amat penting. Dengan demikian,

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Gagal ginjal kronis (Chronic Renal Failure) adalah kerusakan ginjal progresif

Gambaran hasil produk kalsium dan fosfor pada pasien penyakit ginjal kronik stadium V di Ruang Hemodialisis RSUP Prof. Dr. R. D.

BAB I PENDAHULUAN. Acute kidney injury (AKI) telah menjadi masalah kesehatan global di seluruh

BAB I PENDAHULUAN. didefenisikan sebagai kerusakan ginjal yang terjadi lebih dari 3 bulan berupa

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Gagal ginjal kronik (GGK) adalah suatu sindrom klinis yang

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang. Penyakit ginjal kronik (PGK) adalah suatu proses patofisiologi dengan

BAB I PENDAHULUAN. Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan pertumbuhan jumlah. penderita gagal ginjal pada tahun 2013 telah meningkat 50% dari tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat yang dapat dilakukan adalah pengendalian penyakit tidak menular. 2

BAB I PENDAHULUAN. Gagal ginjal kronik (GGK) atau Chronic Kidney Diseases (CKD) dalam jangka waktu yang lama (Black & Hawks, 2014).

BAB 1 PENDAHULUAN. nefrologi dengan angka kejadian yang cukup tinggi, etiologi luas, dan sering diawali

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penderita gagal ginjal kronik menurut estimasi World Health Organization

BAB I PENDAHULUAN. sebagai organ pengeksresi ginjal bertugas menyaring zat-zat yang sudah tidak

BAB I PENDAHULUAN. berfungsi menggantikan sebagian fungsi ginjal. Terapi pengganti yang. adalah terapi hemodialisis (Arliza, 2006).

BAB 1 : PENDAHULUAN. yang bersifat progresif dan irreversibel yang menyebabkan ginjal kehilangan

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Gagal ginjal kronik (Chronic Kidney Disease) merupakan salah satu penyakit


BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Selain itu, ginjal juga berfungsi mengatur keseimbangan cairan dan elektrolit

I. PENDAHULUAN. keluhan maupun gejala klinis kecuali sudah terjun pada stadium terminal (gagal

BAB I PENDAHULUAN. dari mulai faal ginjal normal sampai tidak berfungsi lagi. Penyakit gagal ginjal

BAB I dalam Neliya, 2012). Chronic Kidney Disease (CKD) atau penyakit ginjal

BAB I PENDAHULUAN. kerusakan ginjal (renal damage) yang terjadi lebih dari tiga bulan, dikarakteristikan

BAB I PENDAHULUAN. darah dalam tubuh dengan mengekskresikan solute dan air secara. saja tetapi juga di negara berkembang. Di Amerika Serikat,

BAB I PENDAHULUAN. Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi sekarang ini mampu

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang progresif dan irreversibel akibat berbagai penyakit yang merusak nefron

BAB I PENDAHULUAN. penurunan fungsi ginjal secara progresif dan irreversible 1. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Centers for Disease Control

BAB I PENDAHULUAN. secara menahun dan sifatnya irreversibel, ditandai dengan kadar ureum dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. juta orang mengalami gagal ginjal. Data dari The United State Renal Data System

BAB I.PENDAHULUAN. dengan penurunan glomerular filtrate rate (GFR) serta peningkatan kadar

BAB I PENDAHULUAN. dapat terjadi secara akut dan kronis. Dikatakan akut apabila penyakit berkembang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. etiologi yang beragam, mengakibatkan penurunan fungsi ginjal yang progresif dan

PERBEDAAN PENYEBAB GAGAL GINJAL ANTARA USIA TUA DAN MUDA PADA PENDERITA PENYAKIT GINJAL KRONIK STADIUM V YANG MENJALANI HEMODIALISIS DI RSUD

BAB I PENDAHULUAN. mengeksresikan zat terlarut dan air secara selektif. Fungsi vital ginjal

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu komplikasi yang dapat terjadi pada pasien penyakit ginjal kronik

kematian sebesar atau 2,99% dari total kematian di Rumah Sakit (Departemen Kesehatan RI, 2008). Data prevalensi di atas menunjukkan bahwa PGK

BAB I PENDAHULUAN. dunia sehingga diperlukan penanganan dan pencegahan yang tepat untuk

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan tubuh secara menyeluruh karena ginjal adalah salah satu organ vital

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Chronic Kidney Disease (CKD) atau Penyakit Ginjal Kronik (PGK) adalah kerusakan ginjal yang menyebabkan ginjal tidak dapat membuang

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan metabolisme serta keseimbangan cairan dan elektrolit

BAB I PENDAHULUAN. secara menahun dan umumnya bersifat irreversibel, ditandai dengan kadar

BAB I PENDAHULUAN. fungsinya secara normal (Soematri, 2012).Secara global lebih dari 500 juta

HASIL PENELITIAN HUBUNGAN ANTARA PERKALIAN PRODUK KALSIUM DAN FOSFAT SERUM DENGAN PENYAKIT ARTERI PERIFER PADA PASIEN HEMODIALISIS REGULER OLEH :

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit gagal ginjal adalah kelainan struktur atau fungsi ginjal yang ditandai

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Gagal ginjal kronis atau End Stage Renal Desease (ESRD) merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Hipertensi merupakan gangguan sistem peredaran darah yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Ginjal Kronik (Chronic Kidney Disease/CKD) adalah gangguan

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit ginjal kronik (PGK) merupakan gangguan fungsi ginjal yang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mencapai 150 ribu orang dan yang membutuhkan terapi pengganti ada

BAB I PENDAHULUAN. menghambat kemampuan seseorang untuk hidup sehat. Penyakit penyakit

2025 (Sandra, 2012). Indonesian Renal Registry (IRR) tahun 2012

KARAKTERISTIK PASIEN PENYAKIT GINJAL KRONIK YANG MENJALANI HEMODIALISIS DI RSUD KABUPATEN KOTABARU ABSTRAK

BAB 1 PENDAHULUAN. Gagal jantung (heart failure) adalah sindrom klinis yang ditandai oleh sesak

Kondisi Kesehatan Ginjal Masyarakat Indonesia dan Perkembangannya

BAB 1 PENDAHULUAN. Amerika Serikat misalnya, angka kejadian gagal ginjal meningkat tajam dalam 10

PENGARUH PENGGUNAAN TERAPI SEVELAMER TERHADAP KUALITAS HIDUP PASIEN HEMODIALISIS YANG DINILAI MENGGUNAKAN KDQOL SF-36

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. mendadak dan hampir lengkap akibat kegagalan sirkulasi renal atau disfungsi

BAB I PENDAHULUAN. Ginjal memiliki peranan yang sangat vital sebagai organ tubuh

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan peningkatan angka morbiditas secara global sebesar 4,5 %, dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Ginjal merupakan salah satu organ yang memiliki fungsi penting dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. Jumlah pasien gagal ginjal kronis setiap tahun semakin meningkat,

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang Undang Kesehatan N0.36 Tahun 2009 menjelaskan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit ginjal kronik (PGK) adalah suatu proses patofisiologis dengan etiologi yang beragam, mengakibatkan penurunan fungsi ginjal yang progresif, dan lambat. PGK umumnya berakhir dengan gagal ginjal yang memerlukan terapi pengganti ginjal yang tetap, berupa dialisis atau transplantasi ginjal (Suwitra, 2006). Penyakit ginjal kronis saat ini merupakan masalah kesehatan yang penting mengingat insidennya yang terus meningkat. Menurut United State Renal Data System (USRDS) di Amerika Serikat prevalensi PGK meningkat sebesar 20-25% setiap tahunnya. Pada tahun 2010, tercatat sebanyak 116.946 penderita yang memulai terapi pengganti ginjal dari total penderita PGK yang mencapai 594.374 jiwa (USRDS, 2012). Di Indonesia, penderita yang mengalami PGK dan menjalani terapi hemodialisis mengalami peningkatan. Berdasarkan survei yang dilakukan oleh Perhimpunan Nefrologi Indonesia terdapat 18 juta orang di Indonesia menderita PGK (Wiguno & Suhardjono, 2009). Menurut laporan Indonesian Renal Registry (2012) pada tahun 2009, tercatat sebanyak 5.450 pasien gagal ginjal yang menjalani hemodialisis, meningkat pada tahun 2010 sebanyak 8.034 penderita dan meningkat lagi pada tahun 2011 sebanyak 12.804 penderita. 1

Progresivitas PGK terkait dengan berbagai macam komplikasi serius. Salah satu komplikasi dari PGK tahap akhir adalah gangguan tulang dan mineral. Gangguan metabolisme mineral terjadi selama tahap awal penyakit ginjal kronis. Hiperfosfatemia terjadi sebagai konsekuensi dari berkurangnya filtrasi dan ekskresi fosfat pada perkembangan PGK. Penurunan ekskresi fosfat awalnya dapat diatasi dengan peningkatan sekresi hormon paratiroid, yang menurunkan reabsorpsi fosfat proksimal. Oleh karena itu, kadar fosfat biasanya dalam kisaran normal sampai GFR turun di bawah sekitar 30 ml/menit atau stadium IV (Coladonato, 2005). Pada PGK, akibat terhambatnya ekskresi fosfat, akan terjadi hiperfosfatemia yang secara fisikokimiawi akan mengakibatkan terjadinya hipokalsemia. Selanjutnya, hiperfosfatemia dan hipokalsemia akan merangsang peningkatan sekresi hormon paratiroid (Tomasello, 2008). Hiperfosfatemia telah lama dikaitkan dengan perkembangan hiperparatiroidisme sekunder dan osteodistrofi ginjal. Kontrol yang memadai terhadap kadar fosfat serum tetap menjadi landasan dalam manajemen penderita PGK, tidak hanya untuk menurunkan perkembangan hiperparatiroidisme sekunder tetapi juga untuk mengurangi resiko kalsifikasi vaskular dan mortalitas kardiovaskular (Thomas et al, 2008). Kontrol terhadap kadar fosfat meliputi diet rendah fosfor, dialisis, pengikat fosfat oral, dan pengendalian hormon paratiroid. Pengikat fosfat diperlukan untuk membatasi penyerapan fosfat. Agen pengikat fosfat yang sering digunakan adalah kalsium karbonat (CaCO 3 ) dengan dosis harian yang digunakan adalah 1000 1500 mg/hari (K/DOQI, 2003). Kalsium 2

karbonat telah digunakan secara luas di seluruh dunia sejak awal 1980-an karena kemanjuran, tolerabilitas, dan keterjangkauannya (Coladonato, 2005). Gangguan pada metabolisme mineral dan penyakit tulang adalah komplikasi umum dari PGK dan penyebab utama morbiditas dan penurunan kualitas hidup (Moe et al, 2006). Menurut WHO (1994) kualitas hidup didefinisikan sebagai persepsi individu sebagai laki-laki ataupun perempuan dalam hidup, ditinjau dari konteks budaya dan sistem nilai dimana mereka tinggal, dan hubungan dengan standar hidup, harapan, kesenangan, dan perhatian mereka. Hal ini terangkum secara kompleks mencakup kesehatan fisik, status psikologis, tingkat kebebasan, hubungan sosial, dan hubungan kepada karakteristik lingkungan mereka. Dalam penatalaksanaan pasien hemodialisis, penilaian terhadap kualitas hidup merupakan faktor penting karena kualitas hidup berhubungan dengan morbiditas dan mortalitas pasien gagal ginjal (Al-Jumaih et al, 2011). Pasien hemodialisis dengan kualitas hidup yang rendah akan meningkat mortalitasnya dibandingkan dengan populasi normal. Penilaian tentang kualitas hidup merupakan indikator penting untuk menilai efektivitas terapi yang diberikan, sehingga kualitas hidup juga menjadi tujuan penting dalam pengobatan penyakit ginjal (Zadeh, 2001). Pasien yang menjalani hemodialisis lebih dari 5 tahun memiliki sindrom osteodistrofi renal yang lebih banyak seperti gatal yang berlebihan, lelah, dan susah berjalan. Hal ini tentu mempengaruhi aktivitas dalam aspek penilaian kualitas hidup seseorang (Jonjic et al, 2008). 3

Aspek kualitas hidup pada pasien dapat diukur menggunakan berbagai macam kuesioner. Kuesioner tersebut antara lain skala Karnofsky, WHOQOL, SF 36 dan KDQOL. Beberapa aspek yang khusus pada penderita PGK yang menjalani dialisis tidak dapat diukur dengan menggunakan kuesioner yang dirancang untuk penyakit umum, sehingga memerlukan kuesioner untuk mengukur kualitas hidup penderita PGK secara spesifik, yaitu menggunakan kuesioner Kidney Disease Quality of Life Short Form (KDQOL-SF) (Hays et al, 1997). Pertanyaan pada kuesioner ini terdiri dari 43 pertanyaan yang menggali kualitas hidup terkait dengan penyakit ginjal yang menjalani dialisis dan 36 pertanyaan terkait kondisi kesehatan secara umum. Kadar hormon paratiroid intak yang tinggi (> 300 pg/ml) dihubungkan dengan rendahnya nilai kualitas hidup pasien hemodialisis, terkait dengan outcome yang buruk, seperti tingginya angka mortalitas dan hospitalisasi (Malindretos et al, 2012). Pengontrolan yang baik terhadap kadar hormon paratiroid intak dapat meningkatkan kualitas hidup pasien hemodialisis. Penelitian menyebutkan bahwa CaCO 3 secara signifikan menurunkan kadar hormon paratiroid intak. Pemberian CaCO 3 sangat efektif dalam menurunkan progresivitas hiperparatiroid sekunder pada pasien PGK (Debour et al, 2002). Kalsium karbonat memberikan outcome yang lebih baik dan kejadian mortalitasnya lebih rendah dibandingkan sevelamer. Peningkatan efek survival pada penggunaan CaCO 3 ini dapat meningkatkan kualitas hidup penderita PGK (Jean et al, 2011). 4

Rumah Sakit Akademik (RSA) Universitas Gadjah Mada Yogyakarta didesain dengan konsep mendasar pada pelayanan kesehatan terpadu dan terintegrasi dalam kluster dengan multiprofessional team work dan sistem pendidikan klinik interprofessional and transprofessional (Anonim a, 2013). Rumah sakit Akademik UGM merupakan salah satu rumah sakit yang menyelenggarakan unit layanan hemodialisa sebagai layanan unggulan untuk melayani pasien gagal ginjal. Sebagian besar penderita PGK di RSA menggunakan terapi dengan CaCO 3 sehingga peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai hubungan antara kadar hormon paratiroid intak dengan kualitas hidup pasien hemodialisis rutin yang diberikan terapi CaCO 3 terkait kondisi hiperfosfatemia yang dialami penderita PGK. B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah dapat dirumuskan permasalahan : apakah ada hubungan antara kadar hormon paratiroid intak dengan kualitas hidup pasien hemodialisis yang diberikan kalsium karbonat di RS Akademik UGM? C. Keaslian Penelitian Penelitian tentang pengaruh terapi CaCO 3 pada kualitas hidup penderita PGK yang menjalani hemodialisis di RS Akademik Yogyakarta belum pernah dilakukan. Beberapa penelitian tentang kaitan antara terapi, kadar ipth dan kualitas hidup pada penderita PGK yang menjalani hemodialisis telah 5

dipublikasikan dan penelitian tersebut dapat dijadikan acuan dalam melakukan penelitian ini, seperti terlihat pada tabel 1. Tabel 1. Penelitian mengenai kualitas hidup pasien gagal ginjal yang menjalani hemodialisis Peneliti Judul Hasil Penelitian Pramono, 1997 Pengaruh terapi eritropoetin terhadap kualitas hidup penderita gagal ginjal kronis yang menjalani hemodialisis rutin Metode penelitian dilakukan dengan membandingkan kualitas hidup pasien yang diberikan rhu-epo 2000 U/sc/2x seminggu selama 5 minggu dibandingkan dengan plasebo. Kesimpulannya pemberian rhu-epo 2000U/sc/2x seminggu selama 5 minggu dapat meningkatkan kualitas hidup dan status fungsional penderita PGK yang menjalani HD rutin. Johansen et al, 2007 Isakova et al, 2009 Malindre tos, et al, 2012 Chronic Kidney Disease Mineral Bone Disorder and Health Related Dialysis Patients Phosphorus Binders and Survival on Hemodialysis A Study of the Association of Higher Parathormon Levels with Health-Related Quality of Life in Hemodialysis Patients. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara gangguan mineral dan tulang dengan kualitas hidup pasien hemodialisis. Penelitian dilakukan secara cross sectional dengan mengumpulkan data kuesioner KDQOL-SF 36 versi 1.3 dan data laboratorium dari 2590 pasien hemodialisis. Hasil penelitian ini adalah kadar fosfat dan ipth yang rendah berhubungan dengan nilai kesehatan fisik yang buruk. Tidak ada hubungan antara kadar fosfat, kalsium dan ipth dengan domain kesehatan mental dan penyakit ginjal. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui efek terapi agen pengikat fosfat terhadap kemampuan survival pasien hemodialisis yang mengalami hiperfosfatemia. Penelitian ini menggunakan desain cohort study terhadap 5055 responden yang dibagi kedalam kelompok yang menggunakan agen pengikat fosfat dan tidak. Hasil penelitian adalah terapi dengan agen pengikat fosfat berhubungan dengan rendahnya mortalitas dan memperbaiki survival pasien hemodialisis. Penelitian dilakukan untuk mengetahui hubungan antara kadar ipth dengan kualitas hidup. Penelitian ini menggunakan desain case control study terhadap 156 pasien hemodialisis. Kualitas hidup diukur dengan menggunakan kuesioner KDQOL-SF36 versi 1.3. Hasil penelitian adalah kadar ipth yang tinggi (>300 pg/ml) berhubungan dengan nilai parameter nyeri dan kesehatan fisik yang buruk. 6

Perbedaan penelitian ini dengan beberapa penelitian pada tabel 1 adalah penelitian ini melihat hubungan antara kadar ipth karena pemberian kalsium karbonat dengan kualitas hidup penderita PGK yang menjalani hemodialisis di RS Akademik UGM Yogyakarta. D. Manfaat Penelitian Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak, antara lain : 1. Farmasis Sebagai bahan dan motivasi farmasis untuk dapat meningkatkan peran farmasi klinik dalam pharmaceutical care terutama dalam penatalaksanaan terapi penyakit ginjal kronik dan peningkatan kualitas pelayanan kesehatan. 2. Instalasi Rumah Sakit dan Profesi Kesehatan Lain Memberikan informasi bagi rumah sakit dan profesi kesehatan lain mengenai kualitas hidup pasien hemodialisis rutin yang menggunakan terapi CaCO 3 sehingga dapat digunakan sebagai masukan untuk meningkatkan kualitas hidup yang merupakan tujuan dari terapi penderita PGK yang menjalani hemodialisis rutin. 3. Peneliti Memberikan data dan pustaka bagi peneliti yang akan datang dalam rangka peningkatan pelayanan dan pengelolaan penderita PGK yang menjalani hemodialisis rutin pada khususnya dan pasien PGK pada umumnya. 7

E. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara kadar hormon paratiroid intak dengan kualitas hidup pasien hemodialisis yang diberikan kalsium karbonat di RS Akademik UGM. 8