BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), sebagai lembaga negara yang dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, yang diberi amanat melakukan pemberantasan korupsi secara profesional, intensif, dan berkesinambungan. KPK merupakan lembaga negara yang bersifat independen yang artinya dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya bebas dari kekuasaan manapun. Transparansi menjadi salah satu tolak ukur dari suatu penyelenggaraan pemerintahan yang baik. Masyarakat berhak mengetahui informasi apapun dari pembuat dan pelaku kebijakan, tidak terkecuali KPK, sebagai salah satu lembaga penegak hukum yang menjalankan peran kehumasannya memanfaatkan media massa sebagai jembatan penyampaian informasi ke publik. Dalam wawancara awal dengan perwakilan dari Biro Humas KPK, diketahui bahwa media massa sebagai mitra strategis KPK dalam menjalankan tugas pokok dan fungsi (tupoksi) memiliki peran sentral sebagaimana tiga fungsi utamanya, yakni fungsi informasi, fungsi edukasi dan fungsi kontrol. Karenanya, pembinaan hubungan dengan media massa menjadi aspek penting bagi KPK. Melalui media, kewajiban KPK untuk memberikan informasi dan data berkaitan dengan upaya dan kinerja pemberantasan korupsi yang dilakukan KPK sebagaimana amanat UU No 30 tahun 2002, dapat dikomunikasikan dengan baik 13
kepada segenap masyarakat. Pembinaan hubungan dengan media, dapat dilakukan melalui berbagai kegiatan dan forum. KPK telah memanfaatkan berbagai kegiatan dan forum dalam rangka memenuhi kebutuhan informasi, seperti di antaranya pemberian keterangan pers, media visit, diskusi media, konferensi pers dan penyebaran rilis. Melalui kegiatankegiatan tersebut aspek informasi dan narasumber kredibel yang mutlak dibutuhkan dalam menyusun berita oleh media, dapat dipenuhi. Namun, hubungan baik yang harus terus dibina dengan media sebagai mitra tidak hanya melalui forum-forum resmi. Misalnya melalui kegiatan santai seperti kegiatan outbond dengan suasana dan lingkungan yang berbeda dari keseharian di kantor dapat memberikan efek dan manfaat bagi kedekatan dengan insan media dalam membangun hubungan yang lebih harmonis. Selain itu, kesempatan ini juga dapat dimanfaatkan untuk menjaga dukungan media terhadap upaya-upaya pemberantasan korupsi yang dilakukan oleh KPK melalui acara diskusi atau pemberian materi oleh narasumber KPK. Pada salah satu kegiatan Diskusi Media yang diadakan di Gedung KPK, 19 April lalu, salah satu wartawan media cetak berpendapat bahwa kegiatan media relations yang dilakukan oleh KPK untuk mengembangkan hubungan baik dengan wartawan sebenarnya tidak terlalu diperlukan. Hal ini disebabkan karena sifat berita yang ada di KPK cenderung selalu menarik dan menjual. Ia berpendapat, bahwa tanpa adanya kegiatan media relations pun, wartawan akan selalu menantikan dan mencari berita tentang lembaga ini. 14
Menurut penelitian awal yang telah dilakukan, pihak yang diberikan wewenang untuk berbicara kepada media massa dan menyampaikan informasi mengenai situasi KPK terkini adalah ke lima pimpinan dan satu juru bicara. Juru bicara rutin menyampaikan informasi terbaru mengenai kegiatan penindakan dan pencegahan korupsi yang dilakukan oleh KPK. Kegiatan media relations yang dilakukan pun cukup beragam dan rutin dilakukan untuk memberikan asupan informasi kepada media massa sehingga hubungan baik senantiasa terjalin. Namun, hal yang kemudian menjadi perhatian adalah ketika pada Februari 2015 terdapat tiga kursi kosong pada pucuk pimpinan KPK (dua pimpinan mengundurkan diri dan satu pimpinan telah selesai masa jabatan). Kemudian Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo, menunjuk tiga orang pelaksana tugas (Plt) pimpinan untuk mengisi kekosongan pimpinan di KPK, salah satunya diisi oleh Johan Budi, yang awalnya menjabat sebagai Deputi Pencegahan dan Juru bicara KPK. Tentunya hal ini membuat posisi juru bicara menjadi kosong dan mengakibatkan asupan informasi kepada media massa menjadi berkurang. Secara tidak langsung, hubungan yang telah dibina baik dengan pihak media massa menjadi berubah dikarenakan sulitnya media massa mendapatkan informasi situasi terkini KPK. Hubungan Masyarakat (Public Relations atau humas) saat ini sudah semakin berkembang, karena semakin banyak perusahaan maupun institusi pemerintah yang menempatkan keberadaan humas dalam struktur organisasinya. Eksistensi sebuah organisasi akan sangat tergantung pada humas dalam menciptakan citra positif dan pengertian antara organisasi dan publiknya, karena 15
ketika pengertian tersebut dicapai, maka apa yang menjadi tujuan organisasi akan dapat dicapai secara optimal. Humas diharapkan dapat mengambil dan merencanakan tindakan-tindakan dalam upaya mempertahankan dan memelihara pengertian bersama antara organisasi dan masyarakat. Institusi pemerintah senantiasa mengharapkan institusi berjalan sesuai dengan rencana awal, sesuai dengan visi dan misi yang dibentuk oleh institusi tersebut. Salah satu peran humas adalah bekerja dengan media, dengan pemahaman dasar tentang hubungan yang kompleks antara praktisi humas dengan wartawan. Salah satu diantaranya adalah pengelolaan isu publik melalui media massa. Kedua mitra ini mempunyai hubungan yang sangat erat dan saling membutuhkan. Media membutuhkan informasi dari humas untuk disampaikan kepada publik mengenai kinerja, hasil kerja, program serta kebijakan yang dimiliki institusi. Melalui peran humas yang mendistribusikan informasi melalui media massa, kemudian publik akan mengetahui informasi terkait kinerja, hasil kerja, program, serta kebijakan yang dimiliki organisasi. Dengan demikian media diharapkan dapat menyampaikan kepada masyarakat. Lainnya, dalam menjalankan kegiatan media relations, salah satu tugas yang harus dikerjakan adalah menjalin hubungan baik dengan wartawan, yang merupakan bagian penting dari organisasi media. Namun, mengingat media tidak dapat disederhanakan hanya sebatas wartawan belaka, maka menjalin hubungan baik dengan organisasi media, asosiasi profesi wartawan, atau asosiasi media, juga tak kalah pentingnya. Disinilah humas menjalankan peran media relations sebagai sarana penyambung lidah penyampaian informasi kepada masyarakat. 16
Berdasarkan hal yang telah dipaparkan diatas, peneliti tertarik untuk mencermati lebih jauh tentang pentingnya posisi media dalam program dan kegiatan di KPK. Selanjutnya, penelitian ini ditujukan untuk mengungkapkan dan menjelaskan bagaimana aktivitas KPK dalam menjalankan media relations dalam kaitannya dengan mengembangkan hubungan baik dengan wartawan, serta pada akhirnya mengkaji apakah aktivitas humas dimaksud telah sesuai dengan konsep kehumasan yang berlaku atau tidak. 1.2. Fokus Penelitian Penelitian ini berfokus pada, bagaimana aktivitas media relations Komisi Pemberantasan Korupsi dalam mengembangkan hubungan dengan wartawan? 1.3. Identifikasi dan Rumusan Masalah Karena pentingnya media dalam siklus kehidupan instansi pemerintah seperti KPK, maka KPK harus mampu mewujudkan hubungan yang harmonis dengan media. Salah satu aktivitas yang dapat dilakukan untuk menjaga dan mengembangkan hubungan yang harmonis dengan pihak media adalah dengan menjalankan aktivitas media relations. Ada sejumlah prinsip umum yang perlu diperhatikan oleh setiap praktisi humas dalam menciptakan dan membina hubungan pers yang baik. Prinsip-prinsip tersebut adalah sebagai berikut 1 : 1 Frank Jeffkins, Public Relations edisi ke- 5 (Erlangga 2002) Hal 116 17
1. Memahami dan melayani media. 2. Membangun reputasi sebagai orang yang dapat dipercaya. 3. Menyediakan salinan yang baik 4. Bekerjasama dalam penyediaan materi. 5. Menyediakan fasilitas verifikasi. 6. Membangun hubungan personal yang kokoh. Informasi pemberitaan mengenai KPK bisa dibilang tidak sedikit. Dari sisi eksternal, bahkan KPK dianugrahi penghargaan Media Relations Awards & Summit 2016 sebagai media exposure terbanyak di tahun 2015. Dari sinilah peneliti bergerak untuk meneliti lebih dalam, apa saja aktivitas media relations yang dilakukan oleh KPK, apakah sudah memenuhi membina hubungan pers yang baik serta bagaimana upaya KPK dalam mengatasi hambatan yang yang muncul dari kegiatankegiatan tersebut. 1.4. Tujuan Penelitian Mengetahui aktivitas media relations Biro Humas Komisi Pemberantasan Korupsi dalam mengembangkan hubungan dengan wartawan. 1.5. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis a. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan ilmu pengetahuan, khususnya pengetahuan Ilmu Komunikasi b. Untuk menambah kajian ilmu pengetahuan tentang Public Relations dan kegiatannya. 18
2. Manfaat Praktis a. Memberi wawasan, pengetahuan, dan pengalaman dalam menerapkan teori ke dalam praktek sebenarnya. b. Sebagai kontribusi bagi Biro Humas KPK untuk dapat lebih meningkatkan aktivitas Public Relations-nya. 3. Manfaat Sosial Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi masyarakat dalam memahami bagaimana upaya yang dilakukan oleh KPK dalam membina hubungan baik dengan pihak media massa. 19