BAB V METODE PELAKSANAAN 5.1 Uraian Umum Metode pelaksanaan konstruksi merupakan salah satu proses pelaksanaan konstruksi yang harus direncanakan sebelumnya. Untuk mengetahui metode pelaksanaan di lapangan penulis melakukan pengumpulan data berupa : 1. Diskusi di lapangan (dengan pembimbing, pelaksana, mandor dan pekerja) dan disertai dengan dokumentasi di lapangan, 2. Mengamati secara langsung proses di lapangan, 3. Membandingkan antara teori yang diterima di bangku kuliah dengan pelaksanaan di lapangan. Pada tahap pelaksanaan pekerjaan ada bagian-bagian yang saling berkaitan sehingga harus dikerjakan secara berurutan, akan tetapi selain itu ada pula yang dapat dimulai pada waktu bersamaan. Karena itu waktu pelaksanaan, rangkaian pelaksanaan, dan waktu/durasi harus diatur sedemikian rupa agar proyek dapat selesai dengan waktu yang ditetapkan. Pengamatan yang kami lakukan terfokus pada pekerjaan struktur bawah. 5.2 Pekerjaan Pengukuran Pekerjaan pengukuran merupakan awal dari pekerjaan pembangunan. Hampir semua pekerjaan membutuhkan data dari seorang surveyor, sehingga diperlukan ketelitian dan kecermatan dalam pengukuran. Pekerjaan pengukuran meliputi : V 1
5.2.1 Marking ROW Pekerjaan marking ini bertujuan untuk menentukan batas area kerja proyek, sehingga tim teknik bisa mendesain gambar kerja yang akan di proses. 5.2.2 Poligon Pengukuran poligon merupakan metode pemetaan tanah untuk menentukan posisi horizontal dan titik titik koordinat. Karena pengukuran ini digunakan dalam pengukuran jalan, maka pengukuran yang di gunakan ialah poligon terbuka. Dimana tidak terdapat sudut dalam dalam pengukuran dan pengukuran titik akhir tidak akan bertemu dengan titik awal. Tujuan dari dilakukannya pengukuran ini ialah untuk mendapatkan data data lapangan berupa koordinat horizontal (x,y) 5.2.3 Marking / Stake Out Titik Pancang Marking / stake out titik pancang merupaka pengukuran yang bertujuan untuk menentukan titik titik koordinat pancang di lapangan. Jarak penentuan titik-titik di lapangan mengikuti dari gambar teknik yang telah di buat. 5.2.4 Marking Land of Concred Setelah pekerjaan pancang dan galiaan footing selesai di lakukan, maka tahap selanjutnya pengukuran Land Of Concred (LC). Pengukuran ini bertujuan untuk menentukan batas batas LC. V - 2
5.2.5 Marking / Stake Out Pile Cap pengukuran pile cap ini bertujuan untuk menandakan batas-batas ruang pile cap yang berpatokan dari gambar teknik. Tujuan lain dari pengukuran ini ialah untuk memastikan peletakan pile cap sesuai dengan gambar yang telah di buat. 5.2.6 Marking Top Cor Pengukuran top cor bertujuan untuk menandakan batas atas pengecoran. Dengan adanya pengukuran ini, penggunaan besi lebih efisien, karena besi di rakit sesuai dengan hasil pengukuran tersebut, lalu dari pengukuran ini volume beton yang di butuhkan akan diketahui, dan pengukuran tersebut mengacu dari gambar teknik yang telah di setujui. 5.2.7 Marking Dimensi Bottom Kolom Pengukuran ini bertujuan untuk menandakan letak kolom dan batas selimut beton untuk pengecoran kolom. Karena dengan pengukuran ini kita bisa mengetahui kebutuhan akan besi dan beton. Dan ini juga mengacu pada gambar teknik yang telah di setujui. 5.3 Pembebasan Lahan Pembebasan lahan merupakan pekerjaan yang di lakukan setelah melakukan marking row dan pemetaan dengan metode poligon sebagai penentu setiap titik koordinat yang akan di bangun. V - 3
5.4 Test Pit Setelah pekerjaan marking pile cap selesai di lakukan, maka selanjutnya dilakukan test pit. Guna dilakukannya test pit yaitu untuk mengetahui utilitas yang terdapat di area yang akan di bangun. 5.5 Test Penyelidikan Tanah Lokasi penyelidikan tanah ini terletak di titik yang sudah di tentukan di sepanjang proyek Becakayu. Ada pun maksud dan tujuan dari penyelidikan tanah ini ialah untuk mendapatkan data mengenai keadaan tanah subsurface, baik Engineering maupun Index Propertiesnya sebagai input data guna menganalisa daya dukung tanah setempat dan menentukan jenis pondasi yang sesuai baik dari segi teknis, ekonomis maupun keamanannya. 5.5.1 Pekerjaan Lapangan 1) Deep boring Meliputi 5 (lima) titik deep boring mencapai elevasi sampai 30,00 m yang dilaksanakan dengan menggunakan alat bor mesin type standar soil test berikut pengambilan 10 (sepuluh) tabung undistrub samples. Tujuan dilaksanakannya penyelidikan bor dalam ini untuk mengetahui keadaan tanah dasar setempat mulai dari permukaan tanah sampai kedalaman tanah yang dikehendaki serta untuk mengetahui kedalaman dan ketebalan lapisan tanah kerasnya, V - 4
sehingga sistem pondasi yang sesuai dapat ditentukan, baik ditinjau dari segi ekonomis, konstruktif dan keamananya. 2) Standart Penetration Test (SPT) SPT dilakukan di lubang bor pada interval 2,00 m, penumbuk seberat 140 lbs dijatuhkan dari ketinggian 30 inci secara semi otomatis. Setiap SPT dilaksanakan 3 kali 15 cm penetrasi dimana 15 cm penetrasi pertama tidak dihitung. Dari hasil test SPT tersebut dinyatakan dengan SPT N yang mana dapat diketahui kondisi lapisan tanah tersebut yang kemudian hasilnya dipersembahkan dalam bentuk Boring Log (Terlampiri). 5.5.2 Pekerjaan Laboratorium Percobaan di laboratorium terhadap contoh tanah asli untuk mendapatkan parameter parameter tanah yang terdiri dari : 1) Index Properties a. Specific Gravity (Gs), Water Content (Wn), Void Ratio (e) dan Unit Weight (γn) yang dilakukan terhadap contoh tanah asli tak terganggu. Berdasarkan data ini dapat diketahui tanah tersebut organis, unorganis atau mengandung mineral berat. V - 5
b. Atterberg Limit Atterberg limit meliputi liquid limit/batas cair (LL) dan Plastic Limit/batas plastis (PL) dilakukan terhadap undistrubed samples. Test ini dilakukan untuk mendapatkan informasi mengenai sifat sifat tanah berbutir halus, termasuk sifat plastis dan pemampatannya. Hasil dari pada test ini dapat diplotkan pada Casagrande Plasticity Chart untuk penentuan klasifikasi tanah tersebut. c. Grainsize Analysis Salah satu data yang diperlukan untuk menentukan klasifikasi tanah adalah persentasi dari butir butir tanah. Hal ini dapat diketahui dengan melakukan analisa tapis. Yang disebut Grainsize Distribution Curve yang berdasarkan Mit Classification. 2) Engineering Properties a. Direct Shear Percobaan ini dilakukan untuk mendapatkan sifat sifat tanah terhadap kekuatan geser berdasarkan data kohesi (c) dan sudut geser dalam (ø) yang berguna dalam analisa perhitungan daya dukung tanah setempat. V - 6
b. Unconfined Compression Test Dari percobaan Unconfined Compression Test didapat parameter qu kekuatan tanah terhadap tekanan bebas serta kesensitifan tanah tersebut yang merupakan perbandingan kekuatan tanah undisturbed dengan kekuatan tanah remoulded. c. Consolidation Test (CT) Dari percobaan CT didapat parameter parameter koeficient pemampatan (settlement) tanah dasar tersebut. Percobaaan yang telah dilakukan baik di lapangan maupun di laboratorium semuanya mengikuti peraturan peraturan dan ketentuan ketentuan yang berlaku di Indonesia dalam hal ini ASTM. 5.6 Perencanaan Desain Perencanaan desain ini dilakukan oleh tim teknik. Setelah tim teknik memiliki data dari surveyor, data test pit, dan data penyelidikan tanah. Maka tim teknik segera mendesain shopdrawing (pondasi, pile cap, kolom) yang akan di pakai untuk di terapkan di lapangan. Setelah shopdrawing selesai dibuat, maka shopdrawing harus di serahkan ke kepala teknik dan konsultan perencana guna mendapatkan persetujuan atas shopdrawing yang telah di desain. Dengan arti shopdrawing sudah memenuhi syarat dari data yang di miliki. V - 7
5.7 Pekerjaan Pancang/Bor Pile Pekerjaan pancang/bor pile ini dilakukan oleh subkon yang telah di tunjuk oleh PT. Waskita Karya Tbk untuk pelaksanaan dalam mengerjakan pondasi sistem pancang/bor pile. Untuk bisa melaksanakan pekerjaan pancang/bor pile, subkon harus menunggu data & shopdrawing dari teknik. Setelah memiliki data dan shopdrawing, subkon akan melakukan pekerjaan pancang/borpile. Pada umumnya desain pondasi yang di keluarkan dari tim teknik menggunakan pondasi jenis pancang. Namun sepenuhnya tidak bisa di terapkan di lapangan, karena melihat kondisi di lingkungan sekitar. Jika kondisi tidak memungkinkan untuk dilakukan pancang, maka akan dilakukan pekerjaan bor. Tapi jika kondisi memungkinkan untuk dilakukannya pekerjaan pancang, maka pekerjaan pancang yang akan di laksana kan. Jika ada kelebihan tiang pancang yang pada saat kegiatan pemancangan, maka kelebihan tersebut di buang dengan cara di bobok menggunakan hammer. Gambar 5.7 Pekerjaan Pancang (Spon Pile) V - 8
Gambar 5.7 Pekerjaan Bor Pile 5.8 Pekerjaan Galian Footing Setelah pekerjaan pancang/bor maka dilakukan galian di area pemancangan sedalam 2,5 meter. Setelah melakukan penggalian, tiang pancang yang berada di galian tanah di hancurkan lagi dengan ketinggian tiang pancang (utuh dengan beton) sepanjang 20 cm dan besi dari tiang pancang di biarkan utuh sepanjang 1 meter. Karena besi-besi yang terdapat pada tiang pancang tersebut akan di satukan dengan rakitan besi pile cap. V - 9
Gambar 5.8 Galian Footing 5.9 Pembesian Isian Pancang dan Cor Setelah melakukan pembobokan pada tiang pancang dan di sisakan 20 cm, maka selanjutnya tiang pancang di isi besi sepanjang ± 1M lalu di cor guna menutup lubang yang terdapat pada spon pile, karena desain spon pile precast terdapat rongga di tengahnya, tujuannya di tutupnya lubang yang terdapat pada spon pile dengan cara pengecoran ialah untuk mencegah remuknya/hancurnya ujung spon pile yang bersentuhan langsung dengan pile cap saat menerima beban dari atas. 5.10 Pengecoran Land of Concret (LC) Setelah pembesian dan pengecoran pada rongga spon pile, maka pekerjaan selanjutnya adalah pengecoran LC. Pengecoran LC ini memiliki jarak 110 dari spon pile terluar dan memiliki tebal 10 cm. Tujuannya adalah sebagai alas dari pile cap. Pada pengecoran yang di gunakan untuk lokasi PEB menggunakan beton K-500, sedangkan untuk lokasi PEB menggunakan beton K-350. V - 10
110 cm Batas dari Land of Concred Land of Concred (LC) 110 cm Tiang Pancang (Spon Pile) Gambar 5.10 Land of Concred 5.11 Pembesian dan Pengecoran Pile Cap Setelah pengecoran LC selesai di lakukan, maka tahap selanjutnya melakukan perakitan besi untuk pembuatan pile cap. Pile cap memiliki lebar 10 cm lebih pendek dari LC. Dengan tinggi 250 cm. Pada pengecoran yang di gunakan untuk lokasi PEB menggunakan beton K-500, sedangkan untuk lokasi PEB menggunakan beton K-350. Batas dari Land of Concred 110 cm 100 cm Batas dari Pile Cap 110 cm Pile Cap 100 cm Tiang Pancang (Spon Pile) Gambar 5.11 Pile Cap V - 11
Gambar 5.11.1 Pembesian & Pengecoran Pile Cap 5.12 Pembesian dan Pengecoran Kolom Pembesian dan pengecoran baru dapat di laksanakan setelah beton pada pile cap mengering sempurna, setelah beton pada pile cap kering, maka tahapan selanjutnya adalah perakitan tulangan kolom, untuk dimensi kolom yang di gunakan bervariasi, tergantung seberapa jauh bentang antar kolom berikutnya, desain kolom di lapangan mengikuti gambar teknik dan spesifikasi yang telah di buat. Pada pengecoran yang di gunakan untuk lokasi PEB menggunakan beton K- 500, sedangkan untuk lokasi PEB menggunakan beton K-350. V - 12
Gambar 5.12 Pembesian & Pengecoran Kolom V - 13