BAB I PENDAHULUAN. utama yang dilakukan negara untuk menjalin kerjasama perdagangan. Hal ini

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V KESIMPULAN. masyarakat internasional yaitu isu ekonomi perdagangan. Seiring dengan

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan resiprokal antara dua mitra dagang atau lebih. RTA mencakup

Ananta Cipta M

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. seluruh negara sebagian anggota masyarakat internasional masuk dalam blokblok

BAB I PENDAHULUAN. Integrasi ekonomi merupakan kebijakan perdagangan internasional yang dilakukan

Bab 5 Bisnis Global P E R T E M U A N 5

MULTILATERAL TRADE (WTO), FREE TRADE AREA DI TINGKAT REGIONAL (AFTA) ATAU FREE TRADE AGREEMENT BILATERAL

Bab 5 Bisnis Global 10/2/2017 1

BAB VI DAMPAK ASEAN PLUS THREE FREE TRADE AREA TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini perkembangan perekonomian yang sangat pesat telah. mengarah kepada terbentuknya ekonomi global. Ekonomi global mulai

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan barang dan jasa, investasi yang dapat meningkatkan barang modal,

2 masing-masing negara masih berhak untuk menentukan sendiri hambatan bagi negara non anggota. 1 Sebagai negara dalam kawasan Asia Tenggara tentunya p

SIAPA YANG DIUNTUNGKAN DALAM PERJANJIAN PERDAGANGAN BEBAS?

I. PENDAHULUAN. semakin penting sejak tahun 1990-an. Hal tersebut ditandai dengan. meningkatnya jumlah kesepakatan integrasi ekonomi, bersamaan dengan

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

ABSTRAK. Kata kunci : WTO (World Trade Organization), Kebijakan Pertanian Indonesia, Kemudahan akses pasar, Liberalisasi, Rezim internasional.

RESUME. Liberalisasi produk pertanian komoditas padi dan. biji-bijian nonpadi di Indonesia bermula dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Tinbergen (1954), integrasi ekonomi merupakan penciptaan struktur

PROTOCOL TO IMPLEMENT THE SIXTH PACKAGE OF COMMITMENTS UNDER THE ASEAN FRAMEWORK AGREEMENT ON SERVICES

Materi Minggu 12. Kerjasama Ekonomi Internasional

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional bagi banyak negara di dunia. Semakin terbuka suatu

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Perdagangan Internasional dan Kerja Sama Ekonomi Internasional

BAB I PENDAHULUAN. Liberalisasi perdagangan mulai berkembang dari pemikiran Adam Smith

I. PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara berkembang tidak dapat menutup diri terhadap

BAB I PENDAHULUAN. untuk memperoleh keuntungan dari mengekspor dan mengimpor.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33/M-DAG/PER/8/2010

BAB I PENDAHULUAN. Daya saing sektor manufaktur Indonesia pada tahun 2005 menempati

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Globalisasi menjadi sebuah wacana yang menarik untuk didiskusikan

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan internasional. Dalam situasi globalisasi ekonomi, tidak ada satupun

BAB 1 PENDAHULUAN. dan liberalisasi perdagangan barang dan jasa semakin tinggi intensitasnya sehingga

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

ekonomi KTSP & K-13 PERDAGANGAN INTERNASIONAL K e l a s A. Konsep Dasar Tujuan Pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. setiap negara bertujuan agar posisi ekonomi negara tersebut di pasar internasional

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian PT. PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat.

BAB I PENDAHULUAN. pengaruhnya sangat besar dalam kehidupan sehari-hari masyarakat itu sendiri.

BAB III METODE PENELITITAN. Desain atau metode penelitian dalam suatu penelitian sangat penting

BAB 1 PENDAHULUAN. perdagangan semakin tinggi. Maka dengan ini upaya untuk mengantisipasi hal

BAB I PENDAHULUAN. Perdagangan bebas merupakan perdagangan antara perusahaan yang

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian saat ini telah mengalami perubahan

KAJIAN DAMPAK KEBIJAKAN MAKRO EKONOMI DAN PERDAGANGAN TERHADAP SEKTOR PERTANIAN RENI KUSTIARI

VIII. KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Dalam periode September Oktober 2009 terbukti telah terjadi

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan bisnis yang berkembang sangat pesat. perhatian dunia usaha terhadap kegiatan bisnis

I. PENDAHULUAN. hambatan lain, yang di masa lalu membatasi perdagangan internasional, akan

Sambutan oleh: Ibu Shinta Widjaja Kamdani Ketua Komite Tetap Kerjasama Perdagangan Internasional Kadin Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Globalisasi yang terjadi beberapa dasawarsa terakhir, mendorong

Keseimbangan Ekonomi Empat Sektor. Oleh: Ruly Wiliandri, SE., MM

Efektivitas ASEAN Economic Community Terhadap Optimalisasi Kualitas Industri Kerajinan Keramik Dinoyo Malang

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR TEKSTIL INDONESIA TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. 1. perubahan perilaku konsumsi dan transaksi dan sebagainya.

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai salah satu negara yang telah menjadi anggota World Trade

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

4. KEBIJAKAN KEDELAI NASIONAL

BAB VI. KESIMPULAN. integrasi ekonomi ASEAN menghasilkan kesimpulan sebagai berikut: perdagangan di kawasan ASEAN dan negara anggotanya.

BAB I PENDAHULUAN. kemungkinan kelebihan produksi barang dan jasa tersebut demikian juga negara lain. Jika

ekonomi Sesi PERDAGANGAN INTERNASIONAL A. KONSEP DASAR a. Faktor Pendorong Perdagangan Internasional

Menerjang Arus Globalisasi ACFTA dan Masa Depan Ekonomi Politik Indonesia

I. PENDAHULUAN. secara umum oleh tingkat laju pertumbuhan ekonominya. Mankiw (2003)

BAB I PENDAHULUAN. sehingga perdagangan antar negara menjadi berkembang pesat dan tidak hanya

Poppy Ismalina, M.Ec.Dev., Ph.D., Konsultan ILO

E UNIVERSITAS SEBELAS MARET

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini berjudul pengaruh penagihan tunggakan pajak dengan surat

BAB I PENDAHULUAN. - Uang berfungsi sebagai alat tukar atau medium of exchange yang dapat. cara barter dapat diatasi dengan pertukaran uang.

III KERANGKA PEMIKIRAN

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang sehingga perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. tercermin dari kegiatan perdagangan antar negara. Perdagangan antar negara

DAFTAR PUSTAKA. Allianz. (2015). Global Wealth Report. Berlin: Allianz.

I. PENDAHULUAN. di bidang pertanian. Dengan tersedianya lahan dan jumlah tenaga kerja yang

BAB 7 PERDAGANGAN BEBAS

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Perdagangan internasional merupakan aspek yang sangat penting dalam. perekonomian setiap Negara di dunia. Tanpa adanya perdagangan

KERJASAMA INTERNASIONAL.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan perekonomian suatu negara di berbagai belahan dunia, termasuk negara

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan luar negeri yang mempunyai peranan penting bagi suatu negara,

BAB I PENDAHULUAN. yang berhubungan dengan warga negaranya. Terlebih pada negara-negara yang

BAB. I PENDAHULUAN. akan mengembangkan pasar dan perdagangan, menyebabkan penurunan harga

I. PENDAHULUAN. pertanian berperan besar dalam menjaga laju pertumbuhan ekonomi nasional. Di

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Pertumbuhan Ekonomi Negara di Dunia Periode (%)

BAB I PENDAHULUAN. bidang, hal ini didukung dengan munculnya arus globalisasi yaitu perdagangan bebas

BAB I PENDAHULUAN. kemudian terbagi dalam beberapa divisi yang terpecah dan kemudian mendorong terbentuknya

LAPORAN SOSIALISASI HASIL DAN PROSES DIPLOMASI PERDAGANGAN INTERNASIONAL MEDAN, SEPTEMBER 2013

MENGENAI KERJA SAMA EKONOMI). DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERLINDUNGAN INDUSTRI DALAM NEGERI MELALUI TINDAKAN SAFEGUARD WORLD TRADE ORGANIZATION

I. PENDAHULUAN. mengalami perubahan relatif pesat. Beberapa perubahan tersebut ditandai oleh: (1)

ASEAN ( Association of Southeast Asia Nations ) adalah organisasi yang dibentuk oleh perkumpulan Negara yang berada di daerah asia tenggara

BAB I PENDAHULUAN. cara yang tepat dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat suatu negara

I. PENDAHULUAN. nasional. Badan Pusat Statistik Indonesia mencatat rata-rata penyerapan tenaga

PENDAHULUAN. Tantangan utama negara-negara di seluruh dunia bukan lagi isu perang dingin. Melainkan

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan sangat berarti dalam upaya pemeliharaan dan kestabilan harga bahan pokok,

BAB I PENDAHULUAN. samping komponen konsumsi (C), investasi (I) dan pengeluaran pemerintah (G).

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 102 TAHUN 2000 TENTANG STANDARDISASI NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

ASEAN FREE TRADE AREA (AFTA) Lola Liestiandi & Primadona Dutika B.

I. PENDAHULUAN. menghadapi tantangan yang sangat kompleks dalam memenuhi kebutuhan pangan

BAB I PENDAHULUAN. zaman saat ini yang dipengaruhi oleh globalisasi telah. membuat interaksi antar negara semakin meningkat dalam perdagangan

Judul : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Impor Minyak Bumi Di Indonesia Tahun Nama : Made Ayu Julia Kusuma Dewi NIM :

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN Saat ini, pembentukan Free Trade Agreement (FTA) menjadi salah satu opsi utama yang dilakukan negara untuk menjalin kerjasama perdagangan. Hal ini menjadikan evaluasi dampak terhadap negara-negara yang terlibat pasca FTA mulai di-implementasikan menjadi hal signifikan. Komparasi bagaimana dampak aktual implementasi FTA dengan proyeksi negara terhadap pembentukan FTA menjadi perlu untuk menentukan apakah tujuan pembentukan FTA tersebut telah terpenuhi atau belum. Evaluasi ini pula yang nantinya menjadi dasar pertimbangan negara untuk mengambil langkah penyesuain yang dibutuhkan. Kebijakan apa yang perlu dibentuk dalam rangka meningkatkan efektivitas penerapan FTA, serta langkah apa yang perlu dilakukan agar pihak-pihak yang terlibat dapat memanfaatkan FTA secara optimal dengan maksud meningkatkan perekonomian mereka. A. Latar Belakang Masalah Sejak berakhirnya perang dunia ke-ii, Perkembangan globalisasi ekonomi dunia belangsung dengan sangat cepat. Hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya kegiatan ekonomi di seluruh penjuru dunia, khususnya dalam perdagangan internasional dan investasi asing langsung (Urata, 2002). Perdagangan internasional sendiri dapat diartikan sebagai hubungan maupun kegiatan transaksi yang mencakup ekspor dan impor. Perdagangan internasional terjadi atas kesepakatan bersama antara negara satu dengan negara lainnya. Kegiatan ini dapat dilakukan antara individu dengan individu dari negara lain, individu dengan negara, maupun negara dengan 1

negara lainnya yang diwujudkan dalam bentuk transaksi jual-beli barang maupun jasa (Ilmu Ekonomi ID, 2016). Dalam kaitan-nya dengan studi hubungan internasional, perdagangan internasional berusaha mengkaji tentang keseimbangan neraca perdagangan internasional, blok perdagangan dan kebijakan pemerintah suatu negara dalam mengatur perdagangan internasionalnya. Perdagangan internasional berusaha mempelajari masalah-masalah yang berkaitan dengan hubungan ekonomi suatu negara dengan negara yang lain, kegiatan pertukaran hasil output satu negara dengan negara lain, pertukaran sarana dan faktor produksi serta hubungan kredit (konsekuensi hutang dan piutang). Sayangnya, perdagangan internasional tidak selalu berjalan sesuai dengan kondisi yang diharapkan, kerap kali terdapat hambatan atau masalah-masalah yang menjadi faktor perhalang bagi negara yang terlibat didalamnya, salah satu contohnya adalah sistem tarif dan kuota serta hubungan perdagangan dengan negara lain (Feriyanto, Perdagangan internasional "Kupas Tuntas Prosedur Ekspor dan Impor", 2015). Untuk menjawab permasalahan yang ada maka munculah konsep perdagangan bebas. Perdagangan bebas merujuk pada perdagangan yang tidak terhambat oleh berbagai pajak dan hambatan-hambatan lain seperti penerapan tarif dan kuota perdagangan. Sistem ini dianggap sebagai mekanisme terbaik dalam pelaksanaan kegiatan perdagangan internasional, berdasarkan pandangan ini seluruh negara di dunia dituntut untuk menerapkan perdagangan bebas melalui pemangkasan tarif atau pencabutan kuota perdagangan, tanpa perduli apakah negara tersebut memiliki industri yang cukup kuat atau tidak (Winarno, 2011). Penerapan konsep perdagangan bebas ini 2

cenderung dilakukan melalui dua cara, yaitu melalui metode multilateral yang dijalankan dibawah rezim perdagangan internasional seperti World Trade Organization (WTO), maupun secara bilateral yang cenderung dilakukan melalui pembentukan Free Trade Agreement (FTA) antara satu negara dengan negara lainnya. Beberapa dekade terakhir, pembentukan FTA sebagai kerangka kerjasama perdagangan antara satu negara dengan negara lainnya semakin meningkat. Fenomena peningkatan ini bukanlah sebagai bentuk tren ataupun euforia yang dialami negaranegara di dunia semata. Tetapi hal ini merupakan bentuk perubahan perspektif negaranegara terhadap penggunaan sistem perdagangan multilateral, hal ini terjadi sebagai dampak dari kebuntuan negosiasi yang dialami WTO dalam putaran DOHA di akhir abad ke-20. Salah satu contoh yang menunjukkan perubahan pandangan ini dapat dilihat pada kebijakan perdagangan yang diterapkan Jepang. Awalnya kebijakan perdagangan Jepang cenderung mengarah pada sistem multilateral, hingga akhirnya pandangan ini berubah dan cenderung mengarah pada sistem bilateral. Perubahan paradigma ini membuat pemerintah Jepang lebih aktif dalam forum internasional dan selektif dalam menentukan negara untuk bekerja sama. Pada tahun 1998, konsep Free Trade Agreement (FTA) mulai diberlakukan sebagai instrumen utama untuk kebijakan ekonomi asing Jepang. Implementasi FTA sebagai instrumen utama dalam kebijakan ekonomi asing Jepang, menuntun pemerintah Jepang untuk mulai membentuk kerjasama dengan negara-negara di dunia, salah satunya adalah Swiss. Sebenarnya kerjasama perdagangan kedua negara telah dijalankan sejak lama, tetapi kerjasama ini belum 3

memasuki tahap pembentukan FTA. Hingga Akhirnya pada Februari 2009 silam, Jepang dan Swiss menanda tangani perjanjian Free Trade antara kedua dengan nama Japan-Switzerland Free Trade and Economic Partnership Agreement. Yang kemudian mulai di-implementasikan sebagai kerangka kerjasama perdagangan baru antara kedua negara pada September 2009, dimana penerapa perjanjian ini dapat membawa kerjasama yang lebih komprehensif bagi kedua negara. Sebuah pertanyaan penting yang kemudian muncul dengan adanya pembentukan kerjasama perdagangan adalah apakah FTA ini dapat membuat kondisi perdagangan antara Jepang dan Swiss menjadi lebih baik. Menurut Oktaviani (2008), peningkatan perdagangan karena adanya FTA akan mendatangkan multiplier effect terhadap kegiatan ekonomi lainnya sehingga akan membawa perubahan terhadap kondisi makroekonomi, sektoral ekonomi, regional dan distribusi pendapatan. Akan tetapi, kehadiran informasi asimetris, inefisiensi pasar, dan distorsi ekonomi dalam dunia nyata mengakibatkan adanya penyimpangan manfaat FTA dari kerangka teoritisnya. Terlepas dari FTA dapat mengurangi hambatan perdagangan diantara negara-negara yang terlibat, FTA dapat pula menghasilkan peningkatan atau penurunan perdagangan. FTA belum tentu dapat menghasilkan keuntungan ekonomi bagi negara yang terlibat atau bagi dunia secara keseluruhan. Menurut Michael G. Plummer, dibutuhkan sebuah kajian bagi FTA baik sebelum (ex-ante) maupun sesudah (ex-post) implementasinya. Kajian ex-ante diperlukan untuk menentukan posisi negosiasi sebuah negara secara keseluruhan. Selain itu, kajian ini juga bermanfaat untuk mengetahui sejauh mana potensi keuntungan ekspor dari sebuah FTA dan menyusun kebijakan penyesuaian yang 4

dibutuhkan untuk sektor-sektor yang kemungkinan terkena dampak negatif dari FTA. Hasil dari kajian ex-ante ini kemudian harus benar-benar dipertimbangkan dalam negosiasi FTA untuk mendapatkan manfaat optimal dari sebuah FTA. Kemudian kajian Ex-post mencoba menilai dampak aktual dari sebuah FTA setelah implementasinya untuk mengetahui apakah dampak yang dihasilkan berada dalam batas yang telah diperkirakan sebelumnya. Kajian ini juga penting dalam menyusun kebijakan penyesuaian lebih lanjut untuk sektor yang terkena dampak negatif dan untuk mengetahui manfaat yang belum sepenuhnya terwujud (G.Plummer, 2010). Penelitian ini berusaha melihat bagaimana dampak dari implementasi Japan- Switzerland Free Trade and Economic Partnership Agreement terhadap perdagangan bilateral kedua negara. Apakah kerangka FTA ini dapat meningkatkan perdagangan antara kedua negara seperti yang diharapkan ataukah hasil yang diperoleh masih jauh dari apa yang hendak dicapai. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan diatas, maka muncul permasalahan yang menjadi fokus penilitian ini adalah : Apa dampak peng-implementasian Japan Switzerland Free Trade and Economic Partnership Agreement terhadap perdagangan bilateral kedua negara? C. Kerangka Pemikiran Setiap upaya untuk memahami fenomena sosial pasti melibatkan upaya penyederhanaan atau simplikasi fenomena tersebut. Penyederhanaan fenomena itu berkaitan dengan konseptualisasi karena ilmuwan menyederhanakan fenomena 5

dengan menggunakan konsep. Konsep sendiri dapat diartikan sebagai sebuah kata yang melambangkan suatu gagasan. Konsep bukan sesuatu yang asing. Kita menggunakanya sehari-hari untuk menyederhanakan kenyataan yang kompleks dengan mengkategorikan hal-hal yang kita temui berdasar ciri-cirinya yang relevan bagi kita (Mas'oed, 1990). Untuk mengkaji bagaimana dampak perjanjian Free Trade dan kemitraan ekonomi terhadap perekonomian Jepang dan Swiss diperlukan sebuah kerangka pemikiran. Dalam hal ini penulis akan menggunakan konsep Free Trade Agreement 1. Konsep Free Trade Agreement Konsep Free Trade Agreement adalah perjanjian yang dibentuk oleh dua negara atau lebih yang memuat sistem untuk mengurangi hambatan-hambatan antara dalam perdagangan negara-negara tersebut, dimana tujuan dari hambatan tersebut adalah melindungi pasar dan industri lokal. Perlindungan perdagangan biasanya muncul dalam bentuk tariff dan kuota perdagangan. Free Trade Agreemet juga melindungi, pembelanjaan negara, hak kekayaan intelektual dan kebijakan kompetisi (Grimson, 2014). Penghapusan hambatan perdagangan pada dasarnya diharapkan mampu membuka akses pasar baru bagi industri, meningkatkan jangkauan dan jumlah sasaran penjualan produk mereka. Menurut Arthur O Sullivan dan Steven M. Sheffrin dalam bukunya yang berjudul Economics : Principles in Action menyatakan bahwa Free Trade Agreement adalah perjanjian menyangkut kerjasama antara dua negara atau lebih untuk mengurangi hambatan perdagangan (seperti kuota impor dan tarif) dan untuk 6

untuk meningkatkan perdagangan barang dan jasa antar negara satu dengan negara lainnya yang terlibat perjanjian (O'Sullivan & Sheffrin, 2003) Pendapat lain mengatakan bahwa Free Trade Agreement adalah suatu kebijakan dimana tarif dan kuota antara negara anggota dihapuskan, namun masing masing negara tetap menerapkan tarif mereka masing masing terhadap negara bukan anggota (Ballasa, 1961). Bela Ballasa sendiri dalam bukunya berpendapat bahwa FTA adalah salah satu bentuk dalam integrasi ekonomi antar negara. Maksud dan Tujuan Free Trade Agreement Apabila melihat keinginan dari perdagangan bebas dimana segala ketentuan baik mengenai tarif ataupun non-tarif dapat dihilangkan dan/atau dikurangi, maka secara umum perdagangan bebas bertujuan untuk meningkatkan peredaran arus barang dalam perdagangan internasional, sehingga siapapun dapat melakukan transaksi tanpa adanya campur tangan atau intervensi dari pemerintah kecuali halhal yang bersifat mendukung atau fasilitatif. Tetapi tentunya tidak semata-mata untuk memperlancar arus barang ataupun menghilangkan segala hal yang dianggap sebagai hambatan. Dalam hal ini diharapkan bahwa dengan adanya penghapusan ataupun pengurangan hambatan, akan meningkatkan gairah dari setiap pelaku usaha, sehingga volume perdagangan akan bertambah, sehingga pada akhirnya akan berpengaruh pada pertumbuhan ekonomi setiap negara. Dengan demikian, maka sebenarnya tujuan dari perdagangan bebas adalah untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dari setiap negara. 7

Tujuan di atas dapat dikatakan sebagai tujuan umum dari perdagangan bebas, karena sebagaimana kita ketahui bahwa dengan mempertimbangkan asas resiprokal, setiap skema perdagangan bebas dibangun dengan adanya perjanjian antara para pihak yang terlibat. Hal ini berarti tujuan dari perdagangan bebas atau skema FTA kembali kepada para pihak yang membentuk perjanjian tersebut, yang biasanya dicantumkan di dalam setiap perjanjian yang membentuk skema FTA (Hadi, 2012). Selain itu berdasarkan Teori keunggulan komparatif, perdagangan internasional terjadi apabila ada perbedaan keunggulan komparatif antar negara. Teori ini berpendapat bahwa keunggulan komparatif akan tercapai jika suatu negara mampu memproduksi barang dan jasa lebih banyak dengan biaya yang lebih murah daripada negara lainnya. Apabila teori keunggulan komparatif dapat diaplikasikan, maka suatu bangsa dapat meningkatkan standar kehidupan dan pendapatannya jika negara tersebut melakukan spesialisasi produksi barang atau jasa yang memiliki produktivitas dan efisiensi tinggi (Ricardo, 1817). Statement ini dikuatkan oleh Feriyanto dalam bukunya Perdagangan Internasional : Kupas Tuntas prosedur ekspor impor bahwa negara akan mendapat pendapatan lebih besar dengan mengorbankan peluang untuk memperoleh uang dengan menerima klien lebih banyak. Walaupun suatu negara dapat memproduksi suatu barang yang sama jenisnya dengan negara lain, tapi ada kalanya lebih baik apabila negara tersebut mengimpor barang tersebut dari negara lain (Feriyanto, Perdagangan Internasional : Kupas Tuntas prosedur ekspor impor, 2015) 8

D. Hipotesa Berdasarkan uraian diatas, maka dapat ditarik hipotesa bahwa pengaruh pembetukan Japan Switzerland Free Trade and Economic Partnership Agreement (JSFTEPA) bagi perdagangan bilateral Jepang dan Swiss, yaitu : 1. Pembentukan JSFTEPA telah meningkatkan volume perdagangan antara Jepang dan Swiss, meskipun Jepang mengalami defisit perdagangan (Nilai impor lebih besar dibanding ekspor) 2. Pembentukan JSFTEPA menuntun kedua negara untuk melakukan spesialisasi terhadap jenis komoditas yang diperdagangkan kedua negara. E. Tujuan Penulisan Penelitian dengan judul DAMPAK IMPLEMENTASI JAPAN SWITZERLAND FREE TRADE AND ECONOMIC PARTNERSHIP AGREEMENT TERHADAP PERDAGANGAN BILATERAL ANTARA JEPANG DAN SWISS PERIODE 2010-2015 dilakukan dengan tujuan memperoleh gambaran bagaimana pengaruh implementasi kerangka FTA terhadap hubungan perdagangan bilateral kedua negara. F. Jangkauan Penelitian Batasan penulisan atau jangkauan penelitian dalam sebuah penelitian sangat diperlukan. Hal ini untuk menghindari adanya penyimpangan pembahasan dan pembuktian terhadap hipotesa dan pokok permasalahan yang telah diajukan. Pembatasan ini diperlukan untuk obyek penelitian menjadi jelas dan spesifik, agar permasalahan dan kajian tidak melebar dari wacana yang telah ditetapkan. 9

Dalam penulisan skripsi ini, penulis akan membatasi kajian pada pengaruh dari pembentukan Japan Swistzerland Free Trade and Economic Partnership Agreement terhadap sektor perdagangan bilateral antara Jepang dan Swiss dan pada periode 2010-2015. G. Metode Penelitian 1. Metode Pengumpulan Data Dalam penulisan penelitian ini, penulis menggunakan metode penelitian Qualitative (deskriptif). Penelitian deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti keadaan suatu kelompok manusia, subyek, kondisi, sistem pemikiran ataupun kilas peristiwa pada masa sekarang (Sulistyo & Basuki, 2006). Tujuan penelitian deskriptif ini adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki (Nazir, 1998) Untuk membantu mendiskripsikan penelitian ini diperlukan strategi penelitian. Strategi penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi pustaka, dengan teknik pengumpulan data dari berbagai sumber data sekunder, seperti buku teks, terbitan berkala, jurnal, majalah, surat kabar, dokumen, makalah, dan bahan-bahan lainnya (Keraf, 1984) Tidak tertutup kemungkinan untuk menggunakan berbagai buku, terbitan, majalah, surat kabar, dokumen, makalah, dan bahan-bahan lain yang berbentuk eloktronik (yang biasa dapat diakses melalui instrumen internet). 10

2. Metode Analisis Data Penelitian ini menggunakan teknik analisa induktif atau dengan memahami fakta. Yaitu diawali dengan mengumpulkan fakta-fakta yang berkaitan dengan objek analisa. Kemudian fakta-fakta tersebut dirubah menjadi generalisasi empiris. Dari generalisasi empiris inilah dilakukan proses perumusan konsep, perumusan dan perangkaian preposisi, dan kemudian diubah menjadi induksi teori (Mas oed, 1990) H. Sistematika Penulisan BAB I Dalam bab ini dijelaskan tentang latar belakang, rumusan masalah, kerangka pemikiran, hipotesa, jangkauan penelitian, metode penelitian, tujuan penelitian dan sistematika penulisan. BAB II Dalam bab ini akan dijelaskan sejarah perekonomian Jepang, sejarah perekonomian Swiss, serta sejarah kerjasama perdagangan antara Jepang dan Swiss BAB III Dalam bab ini akan dijelaskan tentang pengertian free trade, kemudian pandangan Jepang dan Swiss terhadap Free Trade dan diakhir bab akan dijelaskan pembentukan Free Trade dan Kemitraan ekonomi antara Jepang dan Swiss pada tahun 2009 BAB IV Dalam bab ini akan dijelaskan tentang implementasi JSFTEPA,dampak implementasi JSFTEPA serta spesialisasi komoditas antara kedua negara BAB V Dalam bab ini berisi Kesimpulan 11