PENDAHULUAN. hemiselulosa dan lignin dan telah dikondensasi. Asap cair masih mengandung

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. selama penyimpanan (teroksidasinya senyawa fenol, perubahan warna), kurang praktis dalam penanganan, distribusi dan aplikasinya.

I. PENDAHULUAN. poliaromatik hidrokarbon / PAH (Panagan dan Nirwan, 2009). Redestilat asap cair

BAB I PENDAHULUAN. kontribusi terhadap flavor dan berperan terhadap pembentukan warna.

I. PENDAHULUAN. Di industri pangan, penerapan teknologi nanoenkapsulasi akan memberikan

BAB I PENDAHULUAN. Pati merupakan polisakarida yang terdiri atas unit-unit glukosa anhidrat.

I. PENDAHULUAN. membentuk lapisan kompleks yang menyelimuti inti. Bahan inti yang dilindungi

BAB I PENDAHULUAN. bahan yang memiliki sifat rentan terhadap kerusakan oleh lingkungan luar dengan

I. PENDAHULUAN. memiliki potensi perikanan terbesar ketiga dengan jumlah produksi ,84

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia disebut sebagai negara penghasil rempah-rempah, yang juga

BAB I PENDAHULUAN. Kelor (Moringa Oleifera L) merupakan tanaman asli kaki bukit selatan

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit degeneratif sejak beberapa dasawarsa silam telah menjadi penyebab

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (1.6) Hipotesis Penelitian, dan (1.7) Tempat dan Waktu Penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. perikanan yang sangat besar. Oleh karena itu sangat disayangkan bila. sumber protein hewani, tingkat konsumsi akan ikan yang tinggi

TINJAUAN PUSTAKA. nabati yang penting di Indonesia. Kelapa minyak sawit mengandung kurang lebih

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG

I. PENDAHULUAN. Pemanfaatan ubi jalar ungu sebagai alternatif makanan pokok memerlukan

PENGASAPAN. PENGASAPAN merupakan perlakuan terhadap produk makanan dengan gas yang dihasilkan dari pemanasan material tanaman (contoh : kayu)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan istilahnya, mikroenkapsulasi berarti suatu teknik enkapsulasi untuk

TEKNOLOGI ENKAPSULASI FLAVOR REMPAH-REMPAH. Ir. Sutrisno Koswara, MSi

METODE. Waktu dan Tempat

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Banyak masyarakat Indonesia mengkonsumsi buah-buahan bertujuan untuk

4. PEMBAHASAN 4.1. Penelitian Pendahuluan Penentuan Konsentrasi Mikroenkapsulan

I PENDAHULUAN. (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian,

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

OPTlMASl PEMURNIAN ASAP CAIR DENGAN METODA REDISTILAS1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. Kerbau adalah hewan tergolong memamah biak subkeluarga bovinae dan

I. PENDAHULUAN. Jamur tiram (Pleurotus ostreatus) merupakan salah satu jenis sayuran sehat yang

I PENDAHULUAN. Identifikasi Masalah, (1.3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (1.4) Manfaat

BAB I PENDAHULUAN. seperti rasa dan tekstur. Selama proses pengolahan pangan warna suatu bahan

pangan fungsional yang beredar di pasaran. Salah satu pangan fungsional yang

adalah produk pangan dengan menggunakan bakteri probiotik. Produk pangan Bakteri probiotik merupakan bakteri baik yang dapat memberikan keseimbangan

I. PENDAHULUAN. lahan pertanian mengakibatkan impor beras semakin tinggi, atau bahkan krisis

BAB I PENDAHULUAN. baik di pasar domestik maupun internasional. Selain itu, juga didukung dengan

PENGARUH PERBANDINGAN BAHAN PELAPIS MALTODEKSTRIN DAN GUM ARAB DALAM MIKROKAPSUL BERBAHAN INTI SITRONELAL ABSTRAK ABSTRACT

II. TINJAUAN PUSTAKA. dan dispersi koloid yang berasal dari uap asap kayu dalam air yang diperoleh dari

OPTIMASI PROSES PIROLISIS ASAP CAIR DARI TEMPURUNG KELAPA DAN APLIKASINYA SEBAGAI KOAGULAN LATEKS

1 I PENDAHULUAN. Identifikasi Masalah, (1.3) Maksud dan tujuan Penelitian, (1.4) Manfaat

BAB 1 PENDAHULUAN Judul Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. pada umunya merupakan hasil proses pengeringan menggunakan spray dryer.

I. PENDAHULUAN. Produksi ubi jalar di Indonesia pada tahun 2013 dilaporkan sebesar ton

I. PENDAHULUAN. Ubi jalar merupakan jenis umbi-umbian yang dapat digunakan sebagai pengganti

Bab IV Pembahasan. Pembuatan Asap cair

I. PENDAHULUAN. memberikan efek menyehatkan bagi inangnya dengan cara memperbaiki komposisi

BAB III MATERI DAN METODE. Laboratorium Nutrisi dan Pakan Ternak Fakultas Peternakan dan Pertanian,

5.1 Total Bakteri Probiotik

PEMBAHASAN 4.1. Karakteristik Fisik Daya Larut

II. TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Bab ini akan menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang Penelitian,

BAB I PENDAHULUAN. dikembangkan, mulai dari teh, kopi, karet, kakao, kelapa, rempah-rempah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA. empat di dunia. Ubi jalar merupakan salah satu sumber karbohidrat dan memiliki

I. PENDAHULUAN. apabila tidak ditangani secara benar. Kerusakan bahan pangan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5)

I PENDAHULUAN. kesehatan. Nutrisi dalam black mulberry meliputi protein, karbohidrat serta

I. PENDAHULUAN. Ubi jalar (Ipomoea batatas L) merupakan salah satu hasil pertanian yang

BAB I PENDAHULUAN. industri. Pemanis yang umumnya digunakan dalam industri di Indonesia yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit degeneratif seperti diabetes melitus tipe 2, hipertensi,

BAB I PENDAHULUAN. jenang terbuat dari tepung ketan, santan, dan gula tetapi kini jenang telah dibuat

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Ubi jalar mengandung karbohidrat sebanyak 27,9 g yang dapat menghasilkan

BAB I PENDAHULUAN. Industri makanan dan minuman sering menggunakan pemanis sebagai

I. PENDAHULUAN. kelezatannya (Anonim a, 2006). Manggis menyimpan berbagai manfaat yang luar

I. PENDAHULUAN. satu produk olahan pangan asal hewan yangpaling banyak diminati

I. PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menyebut tanaman jali dengan sebutan hanjali, hanjaeli, jali,-jali, jali, maupun jelai.

BAB I PENDAHULUAN. pemikiran untuk mencari alternatif sumber energi yang dapat membantu

OPTIMASI PEMURNIAN ASAP CAIR DENGAN METODA REDISTILASI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Hasil hutan tidak hanya sekadar kayu tetapi juga menghasilkan buahbuahan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. baik oleh industri atau rumah tangga, sedangkan kapasitas produksi tepung terigu

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. batok sabut kelapa (lunggabongo). Sebelum dilakukan pengasapan terlebih dahulu

5. STUDI PUSTAKA/KEMAJUAN YANG TELAH DICAPAI DAN STUDI PENDAHULUAN YANG SUDAH DILAKSANAKAN

PENGERINGAN PENDAHULUAN PRINSIP DAN TUJUAN PENGOLAHAN SECARA PENGERINGAN FAKTOR-FAKTOR PENGERINGAN PERLAKUAN SEBELUM DAN SETELAH PENGERINGAN

KARAKTERISTIK KIMIA ASAP CAIR HASIL PIROLISIS BEBERAPA JENIS KAYU

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Karakterisasi Bahan Baku Karet Crepe

PENGARUH KONSENTRASI NATRIUM METABISULFIT (Na2S2O5) DAN LAMA PERENDAMAN TERHADAP KARAKTERISTIK TEPUNG KECAMBAH KEDELAI

BAB I PENDAHULUAN. masing-masing sebesar ton dan hektar. Selama lima

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

PIROLISIS CANGKANG SAWIT MENJADI ASAP CAIR (LIQUID SMOKE)

I. PENDAHULUAN. Karet (Hevea brasiliensis M.) merupakan salah satu komoditi penting dan terbesar

Peluang Aplikasi Mikroenkapsulat Vitamin A dan Zat Besi sebagai. Chance of Microencapsulat Application of Vitamin A and Iron as

IV. PEMBAHASAN A. KARAKTERISIK BAHAN BAKU

4. PEMBAHASAN 4.1. Penampakan Fisik Bumbu Penyedap Blok Spirulina 4.2. Sifat Higroskopis Bumbu Penyedap Blok Spirulina

BAB I PENDAHULUAN. Daun stevia merupakan daun yang berasal dari tanaman stevia (Stevia

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Lingkungan masyarakat perkotaan yang penuh dengan polusi, limbah, dan

Gambar 4.1. Perbandingan Kuantitas Produk Bio-oil, Gas dan Arang

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN. bentuk daun-daunan termasuk di dalamnya rumput dan leguminosa. peternak masih bergantung pada hijauan yang berada di lapang.

PEMBAHASAN 4.1. Penampakan Fisik Bumbu Penyedap Granul Non-Monosodium Glutamate Pada Berbagai Konsentrasi Maltodekstrin

I. PENDAHULUAN. berbagai usaha untuk meningkatkan produksi gula selain gula tebu karena gula tebu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

4. PEMBAHASAN 4.1. Analisa Kimia

seperti Niasin (vitamin B3), vitamin A, C, E, anthraquinon, serat, magnesium,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Asap cair merupakan hasil pirolisis bahan yang mengandung selulosa, hemiselulosa dan lignin dan telah dikondensasi. Asap cair masih mengandung senyawa tar dan polisiklis aromatik hidrokarbon (PAH). Pemurnian asap cair dengan cara redestilasi atau destilasi bertingkat dilakukan untuk meminimalisir senyawa PAH beserta turunannya. Beberapa diantara komponen tersebut bersifat karsinogenik. Benzo[a]pyrene merupakan salah satu senyawa PAH yang diketahui bersifat karsinogenik dan biasa ditemukan pada produk pengasapan (Guillen et al. 1995). Redestilat asap cair mengandung asap cair sangat kompleks dan terdiri dari komponen yang berasal dari kelompok senyawa kimia yang berbeda, seperti aldehid, keton, alkohol, asam, ester, turunan furan dan pyran, turunan fenolik, hidrokarbon, dan nitrogen (Soldera et al. 2008) yang secara bersama-sama berfungsi sebagai antioksidan, antimikrobia dan pemberi cita rasa pangan. Namun, redestilat asap cair mudah rusak selama penyimpanan karena oksidasi senyawa fenol yang diikuti oleh perubahan warna menjadi kecoklatan. Oleh sebab itu, perlu inovasi teknologi untuk mempertahankan fungsi senyawa bioaktif dalam asap cair dengan enkapsulasi menggunakan teknik spray drying. Enkapsulasi merupakan teknik penyalutan satu jenis bahan atau campuran bahan dimasukkan kedalam bahan lain (Madene et al., 2006). Kegunaan teknik ini yaitu mampu mengendalikan pelepasan senyawa bioaktif, melindungi senyawa bioaktif dari oksidasi dan memudahkan dalam penanganan (Gharsalloui et al., 1

2007). Faktor keberhasilan enkapsulasi adalah pemilihan bahan enkapsulan yang digunakan. Bahan enkapsulan yang umum digunakan dalam mikroenkapsulasi spray drying dapat berupa gum arab, kitosan, aliginat dan maltodekstrin. Namun bahan enkapsulan tersebut masih memiliki harga yang relatif tinggi dan beberapa sulit untuk didapatkan secara komersial. Sehingga perlu digantikan dengan bahan enkapsulan yang lebih murah dan mudah didapatkan, salah satunya adalah menggunakan golongan karbohidrat seperti pati yang dimodifikasi menjadi maltodekstrin dan dapat diaplikasikan sebagai bahan penyalut. Ubi uwi, garut dan jalar merupakan sumber bahan pangan yang memiliki kandungan pati tinggi, bersifat pangan lokal, bernilai ekonomis dan mudah didapatkan. Sehingga, pati ubi uwi, garut dan jalar dapat digunakan sebagai bahan penyalut redestilat asap cair. Syarat sebagai enkapsulan adalah memiliki kelarutan yang tinggi dalam air, mampu membentuk emulsi, memiliki viskositas yang rendah dan mampu melindungi senyawa bioaktif dalam bahan pangan (Gharsalloui et al., 2007). Namun pati tidak mudah larut dalam air, maka untuk mengubah sifat-sifat pati sebagai syarat enkapsulan dilakukan modifikasi pati. Guna meningkatkan kelarutan yang lebih tinggi yaitu dengan merubah polimer pati menjadi gula-gula sederhana (Winarno, 2010) dengan cara hidrolisis enzimatis menggunakan enzim α-amilase. Hidrolisis enzim dinilai dapat meningkatkan kelarutan hingga mencapai 90%. Produk yang dihasilkan dari proses hidrolisis pati ubi uwi, garut dan jalar berupa maltodekstrin. Teknik yang digunakan pada enkapsulasi redestilat asap cair adalah spray drying. Teknik ini lebih banyak dan umum digunakan dalam industri pangan 2

karena biaya rendah dan peralatan yang tersedia mudah. Spray drying atau pengeringan semprot didefinisikan sebagai suatu proses perubahan bahan dari bentuk cair menjadi partikel kering dengan jalan menyemprotkan bahan tersebut ke dalam medium kering yang panas. Produk kering yang dihasilkan dari proses ini dapat berbentuk bubuk maupun butiran (Masters, 1979). Saloko dkk. (2012), menggunakan kondisi spray drying pada suhu inlet 130 C dan laju alir 5 ml/menit dengan penyalut maltodekstrin pada enkapsulasi asap cair. Spray drying dengan total padatan terlarut yang sangat rendah tidak dapat dilakukan, karena larutan bersifat sangat encer. Total padatan terlarut yang sesuai untuk spray drying yaitu antara 20-50% (Murugesan dan Orsat, 2011). Namun maltodekstrin memiliki beberapa kekurangan yaitu mudah terjadi cacking atau aglomerasi pada produk kering yang dihasilkan. Sehingga untuk memperbaiki kekurangannya maltodekstrin perlu dikombinasikan dengan penyalut lain seperti kitosan. Kombinasi maltodekstrin dan kitosan memiliki sifat pembentuk film, sehingga bahan tersebut dapat dijadikan pilihan sebagai bahan pengapsul. Kitosan juga memiliki sifat antibakteri dan agen penyerap (absorber) fenol redestilat asap cair sehingga dapat memperkuat sifat fungsionalnya sebagai pengawet makanan. Konsentrasi total padatan terlarut akan memberikan karakteristik dan kualitas mikrokapsul redestilat asap cair tempurung kelapa yang baik, yaitu meningkatkan hasil dan efisiensi mikrokapsul, memperbaiki proses pengeringan, mengurangi masalah kekempalan (stickiness) dan penggumpalan (agglomeration) selama penyimpanan. Menurut Caliskan dan Dirim (2013), meningkatnya konsentrasi padatan terlarut maltodekstrin dapat memperbaiki dan meningkatkan 3

efisiensi dan hasil mikrokapsul ekstrak sumac, serta meningkatkan total fenolik dan antosianin pada tepung ubi ungu (Ahmed et al., 2009). Maltodekstrin 10% meningkatkan fenol, asam dan karbonil mikrokapsul asap cair (Darmadji dkk., 2012). Berdasarkan uraian diatas, maltodekstrin ubi uwi, garut dan jalar sebagai penyalut pada enkapsulasi redestilat asap cair tempurung kelapa perlu dilakukan. Maltodekstrin ubi uwi, garut dan jalar diharapkan dapat memberikan karakteristik dan kualitas mikrokapsul yang baik berdasarkan kadar air, total fenol, kecepatan kelarutan, efisiensi pembentukan mikrokapsul, morfologi mikrokapsul, distribusi ukuran partikel dan retensi volatil selama pengeringan sebagai parameter keberhasilannya. 1.2. Rumusan Masalah Rumusan masalah dasar penelitian adalah : 1. Maltodektrin hasil hidrolisis enzim α-amilase pada ubi uwi, garut dan jalar dengan kelarutan diatas 90% dapat diaplikasikan sebagai bahan enkapsulan redestilat asap cair. 2. Bagaimana pengaruh konsentrasi total padatan terlarut maltodekstrin ubi uwi, garut dan jalar terhadap kualitas mikrokapsul yang dihasilkan. 3. Berapakah konsentrasi total padatan terlarut yang tepat/optimum untuk mikroenkapsulasi asap cair tempurung kelapa. 4

1.3. Tujuan Tujuan penelitian adalah : 1. Mengevaluasi potensi maltodekstrin ubi uwi, garut dan jalar sebagai penyalut redestilat asap cair terbaik. 2. Menentukan konsentrasi terbaik dari total padatan terlarut dan penyalut yang digunakan berdasarkan total fenol dan morfologi mikrokapsul. 3. Mengevaluasi total padatan terlarut maltodekstrin ubi uwi, garut dan jalar dengan kitosan terhadap karakteristik mikrokapsul yang dihasilkan berdasarkan total fenol, kecepatan kelarutan, efisiensi pembentukan mikrokapsul redestilat asap cair tempurung kelapa. 1.4. Manfaat Manfaat yang dapat diambil dari penelitian adalah : 1. Pati yang dihasilkan dari ubi uwi, garut dan jalar dihidrolisis menggunakan enzim α-amilase sehingga menghasilkan maltodekstrin dengan kelarutan tinggi dan diharapkan manjadi enkapsulan yang baik. 2. Mikrokapsul asap cair tempurung kelapa dinilai lebih praktis dan efisien dalam penanganan dan aplikasinya sebagai bahan pengawet pangan. 5