BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang International Labour Organization (2013) menyebutkan MSDs termasuk Carpal Tunnel Syndrome (CTS), mewakili 59% dari keseluruhan catatan penyakit yang ditemukan pada tahun 2005 di Eropa. Laporan komisi pengawas Eropa menghitung kasus MSDs menyebabkan 49,9% ketidakhadiran kerja lebih dari tiga hari dan 60% kasus ketidakmampuan permanen dalam bekerja. Pada tahun 2010 World Health Organization (WHO) melaporkan bahwa MSDs menyumbang 10% dari semua tahun. Sedangkan di Korea MSDs mengalami peningkatan yang sangat tinggi dari 1.634 pada tahun 2001 menjadi 5.502 pada tahun 2010. Di Argentina, pada tahun 2010 dilaporkan 22.013 kasus dari penyakit akibat kerja, dengan MSDs diantaranya merupakan kejadian yang paling tinggi. Di Inggris MSDs terdiri sekitar 40% dari semua kasus kerja penyakit terkait untuk periode 2011-2012. Indonesia merupakan negara yang berkembang di sektor industri. Untuk menciptakan hasil yang produktif, suatu industri harus memiliki sumber daya manusia atau tenaga kerja yang sehat, efisien, dan produktif. Tenaga kerja diharapkan dapat memberikan hasil yang maksimal dalam bekerja untuk mencapai produktivitas yang diharapkan. Tingkat produktivitas yang tinggi dapat dicapai dengan mengendalikan, mengurangi, dan menghilangkan tingkat risiko bahaya yang mungkin
dapat terjadi pada tenaga kerja baik kecelakaan kerja maupun penyakit akibat kerja. Bahaya kecelakaan kerja maupun penyakit akibat kerja yang dapat terjadi pada sektor industri dapat disebabkan dari mesin, suhu, iklim, pola waktu kerja, posisi dalam bekerja, penggunaan Alat Pelindung Diri (APD). Menurut Grandjean (1993) dan Lemasters (1996) yang dikutip Tarwaka (2015), keluhan muskuloskeletal merupakan keluhan pada bagian-bagian otot rangka yang dirasakan oleh seseorang mulai dari keluhan sangat ringan sampai sangat sakit. Apabila otot menerima beban statis secara berulang dan dalam waktu yang lama, akan dapat menyebabkan keluhan berupa kerusakan pada sendi, ligamen dan tendon. Keluhan hingga kerusakan inilah yang biasanya diistilahkan dengan keluhan musculoskeletal disorders (MSDs) atau cidera pada sistem muskuloskeletal. Setiap pekerjaan selalu mengandung potensi bahaya dalam bentuk penyakit akibat kerja. Jumlah kasus penyakit akibat kerja tahun 2011 2014 terjadi penurunan. (Tahun 2011 yaitu 57.929 kasus ; tahun 2012 yaitu 60.322 kasus ; tahun 2013 yaitu 97.144 ; tahun 2014 yaitu 40.694 kasus). Provinsi dengan jumlah kasus penyakit akibat kerja tertinggi pada tahun 2011 yaitu Provinsi Jawa Tengah, Sulawesi Utara dan Jawa Timur ; tahun 2012 yaitu Provinsi Sumatera Utara, Sumatera Selatan dan Jawa Barat ; tahun 2013 yaitu Provinsi Banten, Gorontalo dan Jambi ; dan tahun 2
2014 yaitu Provinsi Bali, Jawa Timur dan Sulawesi Selatan (Kemenkes RI, 2015). Penelitian yang dilakukan sebelumnya oleh Nusa dkk (2013), terkait hubungan antara umur, lama kerja dan getaran dengan keluhan muskuloskeletal pada sopir bus trayek Manado Langowan di Terminal Karombasan. Terdapat hubungan yang signifikan antara umur dengan keluhan muskulokeletal dengan nilai p = 0,003 atau kurang dari 0,05 (p < 0,05). Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara lama kerja dengan keluhan muskuloskeletal dengan hasil p = 0,763 atau lebih dari 0,05 (p > 0,05). Dengan waktu lama kerja yang telah diteliti oleh peneliti 3 6 jam per hari. Terdapat hubungan yang signifikan antara getaran dengan keluhan sistem muskuloskeletal dengan nilai p = 0,000 atau kurang dari 0,05 (p < 0,05) dengan nilai r = 0,625 yang berarti semakin kuat getaran semakin tinggi pula tingkat risiko keluhan sistem muskuloskeletal. Pada penelitian yang dilakukan Jalajuwita dan Indriani (2015), mengenai hubungan antara posisi kerja dengan keluhan muskuloskeletal pada unit pengelasan terdapat hubungan yang signifikan antara posisi kerja dengan keluhan muskuloskeletal. Didapat hasil sebanyak 68,6% pekerja memiliki risiko muskuloskeletal sedang (skor REBA 4 7) dan 62,5% pekerja pengelasan memiliki tingkat risiko keluhan muskuloskeletal sedang. Sehingga dapat disimpulkan bahwa posisi kerja pekerja pengelasan memiliki hubungan yang signifikan dengan keluhan muskuloskeletal. Adanya hubungan yang signifikan p = 0,005 yang 3
merupakan kurang dari 0,05 (p < 0,05) pada posisi kerja dengan keluhan muskuloskeletal pekerja pengelasan, dengan tingkat hubungan menunjukkan korelasi sedang. Berdasarkan penelitian mayoritas pekerja bekerja selama 12 jam per hari. Purwantoro Wood Working merupakan Usaha Dagang penggergajian kayu yang terletak di Purwantoro, Wonogiri. Pekerja yang bekerja di industri ini 40 orang dengan pembagian kerja bagian angkatangkut dan operator mesin gergaji. Bahaya kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja mempunyai peluang tinggi untuk dapat terjadi. Seperti tangan terkena gergaji, kebisingan karena suara mesin, dan bagian angkat-angkut yang dapat mempunyai keluhan muskuloskeletal dan lain sebagainya. Pada survei pendahuluan yang dilakukan di Usaha Dagang penggergajian kayu terdapat berbagai masalah yaitu, kebisingan, keluhan muskuloskeletal dan keluhan otot bagian pinggang bawah. Pada keluhan muskuloskeletal didapat berbagai keluhan otot yang dialami pekerja yaitu 12 dari 15 pekerja mengalami keluhan sakit pada bagian bahu kiri dan lutut kanan dan lutut kiri. Kemudian 11 dari 15 pekerja mengalami keluhan otot pada bahu kanan. Dan keluhan paling sedikit yaitu pada pantat. Pekerja yang bekerja di industri ini mayoritas berumur 17 60 tahun yang merupakan warga daerah yang berada di sekitar lingkungan pekerjaan. Pekerja pada bagian angkat-angkut merupakan pekerja yang bertugas mengangkat kayu mulai dari menurunkan kayu gelondong dari 4
truk ke tempat yang disediakan untuk kemudian diangkat lagi ke tempat penggergajian. Pekerja angkat-angkut memiliki risiko keluhan muskuloskeletal yang tinggi. Sehingga pengangkatan yang benar, beban yang tidak berlebih, serta jangka waktu pengangkatan harus diperhatikan. Berdasarkan latar belakang di atas dan mengingat bagian angkat-angkut memiliki peran yang tinggi terjadinya keluhan muskuloskeletal pada pekerja, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai hubungan postur kerja dengan keluhan muskuloskeletal pada pekerja penggergajian kayu bagian angkat-angkut di Kecamatan Purwantoro, Kabupaten Wonogiri. B. Rumusan Masalah Apakah ada hubungan antara postur kerja dengan keluhan muskulokeletal pada pekerja penggergajian kayu bagian angkat-angkut di Kecamatan Purwantoro, Kabupaten Wonogiri? 5
C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum Untuk menganalisis serta mengetahui ada atau tidaknya hubungan antara postur kerja dengan keluhan muskuloskeletal pada pekerja penggergajian kayu bagian angkat-angkut di Kecamatan Purwantoro, Kabupaten Wonogiri. 2. Tujuan khusus a. Untuk menilai tingkat risiko postur kerja pada pekerja penggergajian kayu bagian angkat-angkut di Kecamatan Purwantoro, Kabupaten Wonogiri. b. Untuk menilai tingkat risiko keluhan muskuloskeletal pada pekerja penggergajian kayu bagian angkat-angkut di Kecamatan Purwantoro, Kabupaten Wonogiri menggunakan kuesioner Nordic Body Map (NBM). 6
D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Mahasiswa Untuk meningkatkan pengetahuan yang lebih luas mengenai keluhan muskuloskeletal pada pekerja. 2. Bagi Pekerja Untuk mengetahui gambaran tentang keluhan muskuloskeletal dan penyebab yang dapat mempengaruhi keluhan muskuloskeletal serta mengetahui cara bekerja yang lebih aman dan benar. 3. Perguruan Tinggi Untuk menambah referensi kepustakaan mengenai pengetahuan tentang hubungan antara postur kerja dengan keluhan muskuloskeletal pada pekerja angkat-angkut 4. Peneliti Lain Untuk memperoleh pengetahuan dalam merencanakan penelitian. Dapat dijadikan referensi penelitian selanjutnya yang lebih mendalam. 7