BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisis dan pengolahan data yang ada maka dapat diambil

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. orang meninggal dunia setiap tahun nya dan lebih dari 50 jt jiwa mengalami luka luka

BAB VIII KESIMPULAN DAN SARAN

MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT TENTANG ZONA SELAMAT SEKOLAH (ZoSS). Pasal 1

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

Perda No. 19/2001 tentang Pengaturan Rambu2 Lalu Lintas, Marka Jalan dan Alat Pemberi Izyarat Lalu Lintas.

ABSTRAK. Kata Kunci: Evaluasi, pola pergerakan, efektivitas, ZoSS. iii

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN

BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA LALU LINTAS

Persyaratan Teknis jalan

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TANGERANG,

BUPATI KAPUAS HULU PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAPUAS HULU NOMOR 14 TAHUN 2014 TENTANG

BLACKSPOT INVESTIGATION WORKSHOP Surabaya, Mei 2012

a. Manusia 89,56 % b. Jalan dan lingkungan 564% 5,64 c. Kendaraan 4,80 %

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUWANGI

PERATURAN DAERAH KOTA SAMARINDA NOMOR 20 TAHUN 2002

ANALISIS DAN PEMBAHASAN 5

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Lokasi kejadian kecelakaan lalu lintas pada ruas jalan Yogya-Magelang

BAB I PENDAHULUAN. Dunia oleh WHO (World Health Organization) pada tahun 2004 merupakan

D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG BAB V PENUTUP

BAB III LANDASAN TEORI. hanya melibatkan satu kendaraan tetapi beberapa kendaraan bahkan sering sampai

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT TENTANG PETUNJUK TEKNIS PERLENGKAPAN JALAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT,

BAB III LANDASAN TEORI. tahun dan saat ini sudah menjadi permasalahan global dan bukan semata-mata

CONTOH SOAL TES TORI SIM C (PART 1)

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 1993 TENTANG PRASARANA DAN LALU LINTAS JALAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LAMPIRAN A HASIL CHECKLIST LANJUTAN PEMERIKSAAN INSPEKSI KESELAMATAN JALAN YOGYAKARTA SOLO KM 10 SAMPAI DENGAN KM 15

BAB III LANDASAN TEORI. diangkut selalu bertambah seperti pertambahan jumlah penduduk, urbanisasi,

ANALISIS KECELAKAAN LALU LINTAS DI RUAS JALAN PROF. DR. IDA BAGUS MANTRA

BAB V MEDIAN JALAN. 5.2 Fungsi median jalan

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM 65 TAHUN 1993 T E N T A N G FASILITAS PENDUKUNG KEGIATAN LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN MENTERI PERHUBUNGAN,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Keselamatan Jalan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM 61 TAHUN 1993 TENTANG RAMBU-RAMBU LALU LINTAS DI JALAN MENTERI PERHUBUNGAN,

Rekayasa Lalu Lintas

BAB III LANDASAN TEORI. Jalan Wonosari, Piyungan, Bantul, banyak terjadi kecelakaan lalu lintas yang

EVALUASI PENERAPAN ZONA SELAMAT SEKOLAH DI KOTA PADANG ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. berpenduduk di atas 1-2 juta jiwa sehingga permasalahan transportasi tidak bisa

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III LANDASAN TEORI. memberikan pelayanan yang optimal bagi pejalan kaki.

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT NOMOR : HK.205/1/1/DRJD/2006 TENTANG

MASALAH LALU LINTAS DKI JAKARTA

PEMERINTAH KABUPATEN MURUNG RAYA

2 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 101, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5422); 4. Peraturan Pemerintah Nomor 34

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Persimpangan adalah simpul dalam jaringan transportasi dimana dua atau

PERATURAN DAERAH KOTA BANJARBARU NOM0R 25 TAHUN 2000 TENTANG

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TULUNGAGUNG NOMOR TAHUN 2012 TENTANG

Perpustakaan Unika SKALA DISIPLIN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

TINJAUAN KECEPATAN KENDARAAN PADA WILAYAH ZONA SELAMAT SEKOLAH DI KOTA PEKANBARU 1

ANALISIS KECELAKAAN LALU LINTAS YANG MELIBATKAN SEPEDA MOTOR DI KABUPATEN KARANGASEM TUGAS AKHIR. Oleh: I KETUT CAHYADI

D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG BAB I PENDAHULUAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

機車標誌 標線 號誌是非題 印尼文 第 1 頁 / 共 15 頁 題號答案題目圖示題目. 001 X Tikungan beruntun, ke kiri dahulu. 002 O Persimpangan jalan. 003 X Permukaan jalan yang menonjol

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. A. Karakteristik Kecelakaan. 1. Jumlah kecelakaan dan jumlah korban kecelakaan

PEDOMAN. Perencanaan Separator Jalan. Konstruksi dan Bangunan DEPARTEMEN PERMUKIMAN DAN PRASARANA WILAYAH. Pd. T B

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA, ANALISIS DAMPAK, SERTA MANAJEMEN KEBUTUHAN LALU LINTAS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA, ANALISIS DAMPAK, SERTA MANAJEMEN KEBUTUHAN LALU LINTAS

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM 60 TAHUN 1993 T E N T A N G MARKA JALAN MENTERI PERHUBUNGAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

PEDOMAN. Perencanaan Median Jalan DEPARTEMEN PERMUKIMAN DAN PRASARANA WILAYAH. Konstruksi dan Bangunan. Pd. T B

BAB I PENDAHULUAN. Kota Yogyakarta merupakan kota pendidikan dan wisata. Dengan. meningkatnya populasi penduduk di kota Yogyakarta mengakibatkan

PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG

BAB III LANDASAN TEORI

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA, ANALISIS DAMPAK, SERTA MANAJEMEN KEBUTUHAN LALU LINTAS

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini kemacetan dan tundaan di daerah sering terjadi, terutama di

Pd T Perambuan sementara untuk pekerjaan jalan

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT NOMOR : SK.603/AJ 401/DRJD/2007 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA SELATAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebelumnya, maka dengan ini penulis mengambil referensi dari beberapa buku dan

SEBARAN POSISI SEPEDA MOTOR DI JALUR JALAN PADA BERBAGAI KONDISI ARUS LALULINTAS

PENELITIAN TENTANG KESELAMATAN DAN KEAMANAN DI LINTASAN KERETA API

BUPATI BANGKA TENGAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA TENGAH NOMOR 26 TAHUN 2014 TENTANG

BAB II TINJAU PUSTAKA. jalan bergabung atau berpotongan/bersilangan. Faktor faktor yang digunakan

WALIKOTA TEGAL PERATURAN WALIKOTA TEGAL NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG KETERTIBAN LALU LINTAS DI KOTA TEGAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV ANALISIS DATA. Data simpang yang dimaksud adalah hasil survey volume simpang tiga

BAB I PENDAHULUAN. untuk berpindah atau bergerak tersebut akan semakin intensif. Hal ini tidak dapat

Penempatan marka jalan

BAB I PENDAHULUAN. memiliki mobilitas tinggi dalam menjalankan segala kegiatan. Namun, perkembangan

BAB III LANDASAN TEORI

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM 62 TAHUN 1993 T E N T A N G ALAT PEMBERI ISYARAT LALU LINTAS MENTERI PERHUBUNGAN,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Peranan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

BAB III LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. lalu lintas yang ada. Hal tersebut merupakan persoalan utama di banyak kota.

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II JEMBRANA NOMOR 18 TAHUN 1994 T E N T A N G

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian tentang kesadaran hukum siswa dalam berlalu

Kecelakaan Lalu Lintas Indonesia

ABSTRAK. Kata kunci: keselamatan pengguna jalan, kecepatan pengemudi kendaraan, ZoSS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 09 TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 14 TAHUN 2013 TENTANG ALAT PEMBERI ISYARAT LALU LINTAS, RAMBU LALU LINTAS DAN MARKA JALAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. satu menuju daerah lainnya. Dalam ketentuan yang diberlakukan dalam UU 22 tahun

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Inspeksi Keselamatan Jalan

Mengenal Undang Undang Lalu Lintas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berpotongan/bersilangan. Faktor faktor yang digunakan dalam perancangan suatu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Transkripsi:

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis dan pengolahan data yang ada maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : A. Karakteristik kecelakaan berdasarkan beberapa klasifikasi di Kota Tangerang didapatkan hasil sebagai berikut: 1. Berdasarkan bulan kejadian kecelakaan, jumlah kecelakaan lalu lintas di Kota Tangerang untuk tahun 2015 adalah 293 kejadian dan tahun 2016 sebanyak 366 kejadian kecelakaan, dengan persentase tertinggi untuk tahun 2015 terjadi pada bulan Agustus sebesar 10,58%,dan tertinggi ditahun 2016 pada bulan mei sebesar 10,38%. 2. Berdasarkan tipe tabrakan, kecelakaan di Kota Tangerang yang paling tinggi mendominasi adalah tipe tabrakan antar kendaraan searah tanpa pergerakan berbelok sebesar 46,42% di tahun 2015 dan 43,72% untuk tahun 2016. 3. Sepeda motor merupakan kendaraan yang paling banyak terlibat dalam kecelakaan lalu lintas di Kota Tangerang yaitu sebesar 49% untuk tahun 2015 dan meningkat menjadi 55,26% pada tahun 2016. 4. Jam kejadian kecelakaan yang paling tinggi tahun 2015 dan 2016 terjadi pada jam yang sama yaitu jam 05.00 pagi hari. Dengan persentase sebesar 6,14% di tahun 2015 dan tahun 2016 sebesar 7,92%. V-1

5. Kejadian kecelakaan di Kota Tangerang tahun 2015 cenderung mengumpul pada hari Kamis (49 kejadian, 16,72%), sedangkan kejadian kecelakaan di tahun 2016 dengan angka kecelakaan paling tinggi pada hari Sabtu ( 64 kejadian, 17,49%) hal ini dimungkinkan karena hari sabtu merupakan hari peralihan dari hari efektif ke hari libur sehingga kondisi lalu lintas di ruas jalan cukup ramai. 6. Keterlibatan pengguna jalan dengan rentan usia 20 tahun 24 tahun sebagai pedominasi korban kecelakaan tertinggi dikota Tangerang dengan persentase 19,01% ditahun 2015 dan 15,55% untuk tahun 2016. 7. Karateristik pengguna jalan kategori korban, didapatkan pengemudi menempati urutan paling tinggi sebagai korban peristiwa kecelakaan baik ditahun 2015 dan tahun 2016, dengan korban pengemudi 511 korban tahun 2015 dan 660 korban di tahun 216. B. Dari hasil analisa dan pengolahan data kecelakaan Kota Tangerang tahun 2016 dengan metode Angka Ekivalen Kecelakaan (AEK) berdasarkan modul Penentuan dan Pengkajian Blackspot bagi Kepolisian Republik Indonesia, didapatkan hasil perangkingan 3 (tiga) titik rawan kecelakaan (blackspot) pada ruas jalan di Kota Tangerang berturut-turut yaitu: 1. Simpang Jl. Jendral Sudirman Jl. Satria dengan total nilai angka ekivalen kecelakaan 50. 2. Jl. Aria Kemuning total nilai angka ekivalen kecelakaan 31. 3. Jl. Kh. Hasyim Ashari total nilai angka ekivalen kecelakaan 30. V-2

C. Faktor yang paling sering menjadi penyebab terjadinya kecelakaan pada titik rawan kecelakaan di Kota Tangerang yaitu: 1. Faktor manusia yang tidak displin dalam berlalu lintas, dari 6 kasus kecelakaan yang terjadi pada titik rawan kecelakaan (blackspot) tertinggi di Kota Tangerang pada simpang Jl.Jendral Sudirman Jl. Satria, 5 kejadian kecelakaan di sebabkan oleh pengguna jalan yang perilakunya tidak displin dalam berlalu lintas. D. Berdasarkan analisis kecelakaan dan analisis permasalahan terhadap titik rawan kecelakaan (blackspot) tertinggi di Kota Tangerang pada simpang Jl.Jendral Sudirman Jl. Satria, maka disusun usulan penanganan sebagai berikut: 1. Penambahan jumlah serta waktu kerja personil kepolisian 2. Penegakan hukum bagi pelanggar peraturan lalu lintas. 3. Penggantian marka baru untuk tepi kiri, tepi kanan dan tengah sebagai pembatas lajur utama dan bahu jalan sehingga ada ketegasan mengenai jumlah lajur kendaraan. 4. Pembuatan marka untuk penyeberang jalan. 5. Pemasangan Rambu STOP di ujung simpang dan menambahkan marka melintang sebagai pembatas daerah stop. 6. Mengoptimalkan jarak pandang aman berkeselamatan pada persimpangan dengan menyingkirkan objek penghalang. 7. Melebarkan median jalan sampai 2 meter. 8. Memasang marka kotak kuning. 9. Menambah panjang median jalan sehingga sejajar dengan kaki simpang (kaki simpang Jl. Jendral Sudirman sebelah utara) V-3

10. Memasang rambu larangan dilarang memutar (kaki simpang Jl. Jendral Sudirman sebelah utara) E. Dalam upaya untuk meningkatkan keselamatan di lokasi rawan kecelakaan (blackspot) tertinggi di Kota Tangerang pada simpang Jl. Jendral Sudirman Jl. Satria, pada kaki simpang yaitu Jl. Kehakiman dan Jl. Satria perlu ditambahkan perlambatan lalu lintas berupa pita penggaduh yang biasanya diterapkan didaerah perumahan, pusat perbelanjaan, dan jalan lingkungan. Tujuan utama pelambatan lalu lintas adalah menurunkan angka kecelakaan terutama dikawasan yang banyak pejalan kakinya, pesepeda, lingkungan pemukiman, kawasan pejalan kaki, dengan salah satunya adalah dengan melakukan mengurangi konflik antara kendaraan bermotor dengan kendaraan lainnya termasuk dengan kendaraan tidak bermotor, termasuk menurunkan kecepatan kendaraan dengan menggunakan rambu ataupun secara fisik, membatasi akses jalan ataupun membatasi keinginan untuk menyalip kendaraan lain. F. Penanganan lokasi rawan kecelakaan berupa penanganan defisiensi dan perlengkapan jalan tidak dapat mereduksi 100 % kecelakaan lalu lintas, karena kecelakaan lalu lintas di pengaruhi oleh banyak faktor diantaranya adalah faktor manusia, kendaraan serta jalan dan lingkungan. G. Penanganan lokasi rawan kecelakaan hanya salah satu upaya teknis dari berbagai upaya yang dapat dan harus dilakukan untuk mengurangi resiko kecelakaan. H. Data kecelakan yang didapat dari Sistem Manajemen Keselamatan Jalan Terpadu atau Integrated Road Safety Management System ( IRSMS ) Korlantas Polri sangat membantu dalam melakukan analisa awal lokasi rawan kecelakaan. V-4

I. 5.2. Saran Berdasarkan kesimpulan dan temuan dalam studi ini dapat disampaikan beberapa saran yaitu: 1. Berdasarkan analisis karateristik kecelakaan diketahui bahwa kecelakaan di kota Tangerang selama tahun 2015-2016 ini terus meningkat. Bahkan dari tahun 2015 sampai 2016 jumlah kecelakaan lalu lintas meningkat yaitu dengan total 293 kasus kecelakaan menjadi 366 kasus kecelakaan. Tentunya hal ini harus dijadikan bahan evaluasi bagi pihak yang berwenang dalam mengatasi permasalahan kecelakaan lalu lintas di kota Tangerang baik dari pihak Kepolisian, Dinas Perhubungan maupun Dinas Pekerjaan umum untuk berkoordinasi dalam menekan jumlah kecelakaan lalu lintas di Kota Tangerang. Untuk pihak Kepolisian dapat dengan cara mengawasi pengendara lalu lalu lintas dan memberikan saksi yang pantas bagi pengendara yang melanggar peraturan lalu lintas. Dinas Perhubungan dapat dengan cara merawat serta memperbaiki fasilitas jalan sedangkan Dinas Pekerjaan Umum dapat memperbaiki jalan-jalan yang rusak akibat pengendara serta memperbaiki rambu-rambu lalu lintas yang ada sehingga kendaraan yang melewati jalan tersebut dapat berjalan dengan baik. 2. Informasi kecelakaan lalu lintas sangat diperlukan sebagai informasi untuk mereduksi kecelakaan lalu lintas. Pembuatan peta kecelakaan (accident map) merupakan salah satu contoh informasi yang dapat dibuat guna melihat daerah mana yang paling rawan, sehingga dapat dilakukan penanganan yang lebih serius pada lokasi tersebut. V-5

3. Upaya penanganan kecelakaan lalu lintas harus dilakukan sedini mungkin. Bentuk pendidikan berlalu lintas yang diajarkan sejak dini merupakan usaha untuk menyadarkan kepada seluruh warga bahwa peraturan lalu lintas sangat penting untuk ditaati dalam rangka menekan tingkat kecelakaan. 4. Memberikan bimbingan dan penyuluhan kepada masyarakat mengenai hak dan kewajiban dalam pelaksanaan kebijaksanaan lalu lintas mengingat kecelakaan lalu lintas dominan disebabkan oleh faktor manusia yakni pengemudi. 5. Untuk menciptakan kondisi yang aman, nyaman, dan baik sangat perlu dilaksanakan suatu pengadaan/penambahan dan perbaikan marka jalan, penambahan dan perbaikan lampu penerangan, pengadaan area parkir, perbaikan bahu jalan, perbaikan dan pembangunan trotoar, pengadaan jembatan penyeberangan pada tempat yang ramai pejalan kaki, perbaikan jalan yang rusak serta pelebaran jalan yang sesuai dengan volume kendaraan yang melintasi daerah tersebut dan penggantian rambu-rambu lalu-lintas yang rusak, menempatkan rambu-rambu peringatan pada daerah kecelakaan dan penambahan rambu-rambu pada tempat yang dianggap perlu sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku. 6. Penindakan kepada pelanggaran ketentuan di jalan baik itu pelanggaran batas kecepatan, tidak mempunyai SIM, menyeberang jalan, muatan yang tidak memenuhi syarat, beban yang lebih dan sebagainya. V-6