BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis dan pengolahan data yang ada maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : A. Karakteristik kecelakaan berdasarkan beberapa klasifikasi di Kota Tangerang didapatkan hasil sebagai berikut: 1. Berdasarkan bulan kejadian kecelakaan, jumlah kecelakaan lalu lintas di Kota Tangerang untuk tahun 2015 adalah 293 kejadian dan tahun 2016 sebanyak 366 kejadian kecelakaan, dengan persentase tertinggi untuk tahun 2015 terjadi pada bulan Agustus sebesar 10,58%,dan tertinggi ditahun 2016 pada bulan mei sebesar 10,38%. 2. Berdasarkan tipe tabrakan, kecelakaan di Kota Tangerang yang paling tinggi mendominasi adalah tipe tabrakan antar kendaraan searah tanpa pergerakan berbelok sebesar 46,42% di tahun 2015 dan 43,72% untuk tahun 2016. 3. Sepeda motor merupakan kendaraan yang paling banyak terlibat dalam kecelakaan lalu lintas di Kota Tangerang yaitu sebesar 49% untuk tahun 2015 dan meningkat menjadi 55,26% pada tahun 2016. 4. Jam kejadian kecelakaan yang paling tinggi tahun 2015 dan 2016 terjadi pada jam yang sama yaitu jam 05.00 pagi hari. Dengan persentase sebesar 6,14% di tahun 2015 dan tahun 2016 sebesar 7,92%. V-1
5. Kejadian kecelakaan di Kota Tangerang tahun 2015 cenderung mengumpul pada hari Kamis (49 kejadian, 16,72%), sedangkan kejadian kecelakaan di tahun 2016 dengan angka kecelakaan paling tinggi pada hari Sabtu ( 64 kejadian, 17,49%) hal ini dimungkinkan karena hari sabtu merupakan hari peralihan dari hari efektif ke hari libur sehingga kondisi lalu lintas di ruas jalan cukup ramai. 6. Keterlibatan pengguna jalan dengan rentan usia 20 tahun 24 tahun sebagai pedominasi korban kecelakaan tertinggi dikota Tangerang dengan persentase 19,01% ditahun 2015 dan 15,55% untuk tahun 2016. 7. Karateristik pengguna jalan kategori korban, didapatkan pengemudi menempati urutan paling tinggi sebagai korban peristiwa kecelakaan baik ditahun 2015 dan tahun 2016, dengan korban pengemudi 511 korban tahun 2015 dan 660 korban di tahun 216. B. Dari hasil analisa dan pengolahan data kecelakaan Kota Tangerang tahun 2016 dengan metode Angka Ekivalen Kecelakaan (AEK) berdasarkan modul Penentuan dan Pengkajian Blackspot bagi Kepolisian Republik Indonesia, didapatkan hasil perangkingan 3 (tiga) titik rawan kecelakaan (blackspot) pada ruas jalan di Kota Tangerang berturut-turut yaitu: 1. Simpang Jl. Jendral Sudirman Jl. Satria dengan total nilai angka ekivalen kecelakaan 50. 2. Jl. Aria Kemuning total nilai angka ekivalen kecelakaan 31. 3. Jl. Kh. Hasyim Ashari total nilai angka ekivalen kecelakaan 30. V-2
C. Faktor yang paling sering menjadi penyebab terjadinya kecelakaan pada titik rawan kecelakaan di Kota Tangerang yaitu: 1. Faktor manusia yang tidak displin dalam berlalu lintas, dari 6 kasus kecelakaan yang terjadi pada titik rawan kecelakaan (blackspot) tertinggi di Kota Tangerang pada simpang Jl.Jendral Sudirman Jl. Satria, 5 kejadian kecelakaan di sebabkan oleh pengguna jalan yang perilakunya tidak displin dalam berlalu lintas. D. Berdasarkan analisis kecelakaan dan analisis permasalahan terhadap titik rawan kecelakaan (blackspot) tertinggi di Kota Tangerang pada simpang Jl.Jendral Sudirman Jl. Satria, maka disusun usulan penanganan sebagai berikut: 1. Penambahan jumlah serta waktu kerja personil kepolisian 2. Penegakan hukum bagi pelanggar peraturan lalu lintas. 3. Penggantian marka baru untuk tepi kiri, tepi kanan dan tengah sebagai pembatas lajur utama dan bahu jalan sehingga ada ketegasan mengenai jumlah lajur kendaraan. 4. Pembuatan marka untuk penyeberang jalan. 5. Pemasangan Rambu STOP di ujung simpang dan menambahkan marka melintang sebagai pembatas daerah stop. 6. Mengoptimalkan jarak pandang aman berkeselamatan pada persimpangan dengan menyingkirkan objek penghalang. 7. Melebarkan median jalan sampai 2 meter. 8. Memasang marka kotak kuning. 9. Menambah panjang median jalan sehingga sejajar dengan kaki simpang (kaki simpang Jl. Jendral Sudirman sebelah utara) V-3
10. Memasang rambu larangan dilarang memutar (kaki simpang Jl. Jendral Sudirman sebelah utara) E. Dalam upaya untuk meningkatkan keselamatan di lokasi rawan kecelakaan (blackspot) tertinggi di Kota Tangerang pada simpang Jl. Jendral Sudirman Jl. Satria, pada kaki simpang yaitu Jl. Kehakiman dan Jl. Satria perlu ditambahkan perlambatan lalu lintas berupa pita penggaduh yang biasanya diterapkan didaerah perumahan, pusat perbelanjaan, dan jalan lingkungan. Tujuan utama pelambatan lalu lintas adalah menurunkan angka kecelakaan terutama dikawasan yang banyak pejalan kakinya, pesepeda, lingkungan pemukiman, kawasan pejalan kaki, dengan salah satunya adalah dengan melakukan mengurangi konflik antara kendaraan bermotor dengan kendaraan lainnya termasuk dengan kendaraan tidak bermotor, termasuk menurunkan kecepatan kendaraan dengan menggunakan rambu ataupun secara fisik, membatasi akses jalan ataupun membatasi keinginan untuk menyalip kendaraan lain. F. Penanganan lokasi rawan kecelakaan berupa penanganan defisiensi dan perlengkapan jalan tidak dapat mereduksi 100 % kecelakaan lalu lintas, karena kecelakaan lalu lintas di pengaruhi oleh banyak faktor diantaranya adalah faktor manusia, kendaraan serta jalan dan lingkungan. G. Penanganan lokasi rawan kecelakaan hanya salah satu upaya teknis dari berbagai upaya yang dapat dan harus dilakukan untuk mengurangi resiko kecelakaan. H. Data kecelakan yang didapat dari Sistem Manajemen Keselamatan Jalan Terpadu atau Integrated Road Safety Management System ( IRSMS ) Korlantas Polri sangat membantu dalam melakukan analisa awal lokasi rawan kecelakaan. V-4
I. 5.2. Saran Berdasarkan kesimpulan dan temuan dalam studi ini dapat disampaikan beberapa saran yaitu: 1. Berdasarkan analisis karateristik kecelakaan diketahui bahwa kecelakaan di kota Tangerang selama tahun 2015-2016 ini terus meningkat. Bahkan dari tahun 2015 sampai 2016 jumlah kecelakaan lalu lintas meningkat yaitu dengan total 293 kasus kecelakaan menjadi 366 kasus kecelakaan. Tentunya hal ini harus dijadikan bahan evaluasi bagi pihak yang berwenang dalam mengatasi permasalahan kecelakaan lalu lintas di kota Tangerang baik dari pihak Kepolisian, Dinas Perhubungan maupun Dinas Pekerjaan umum untuk berkoordinasi dalam menekan jumlah kecelakaan lalu lintas di Kota Tangerang. Untuk pihak Kepolisian dapat dengan cara mengawasi pengendara lalu lalu lintas dan memberikan saksi yang pantas bagi pengendara yang melanggar peraturan lalu lintas. Dinas Perhubungan dapat dengan cara merawat serta memperbaiki fasilitas jalan sedangkan Dinas Pekerjaan Umum dapat memperbaiki jalan-jalan yang rusak akibat pengendara serta memperbaiki rambu-rambu lalu lintas yang ada sehingga kendaraan yang melewati jalan tersebut dapat berjalan dengan baik. 2. Informasi kecelakaan lalu lintas sangat diperlukan sebagai informasi untuk mereduksi kecelakaan lalu lintas. Pembuatan peta kecelakaan (accident map) merupakan salah satu contoh informasi yang dapat dibuat guna melihat daerah mana yang paling rawan, sehingga dapat dilakukan penanganan yang lebih serius pada lokasi tersebut. V-5
3. Upaya penanganan kecelakaan lalu lintas harus dilakukan sedini mungkin. Bentuk pendidikan berlalu lintas yang diajarkan sejak dini merupakan usaha untuk menyadarkan kepada seluruh warga bahwa peraturan lalu lintas sangat penting untuk ditaati dalam rangka menekan tingkat kecelakaan. 4. Memberikan bimbingan dan penyuluhan kepada masyarakat mengenai hak dan kewajiban dalam pelaksanaan kebijaksanaan lalu lintas mengingat kecelakaan lalu lintas dominan disebabkan oleh faktor manusia yakni pengemudi. 5. Untuk menciptakan kondisi yang aman, nyaman, dan baik sangat perlu dilaksanakan suatu pengadaan/penambahan dan perbaikan marka jalan, penambahan dan perbaikan lampu penerangan, pengadaan area parkir, perbaikan bahu jalan, perbaikan dan pembangunan trotoar, pengadaan jembatan penyeberangan pada tempat yang ramai pejalan kaki, perbaikan jalan yang rusak serta pelebaran jalan yang sesuai dengan volume kendaraan yang melintasi daerah tersebut dan penggantian rambu-rambu lalu-lintas yang rusak, menempatkan rambu-rambu peringatan pada daerah kecelakaan dan penambahan rambu-rambu pada tempat yang dianggap perlu sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku. 6. Penindakan kepada pelanggaran ketentuan di jalan baik itu pelanggaran batas kecepatan, tidak mempunyai SIM, menyeberang jalan, muatan yang tidak memenuhi syarat, beban yang lebih dan sebagainya. V-6