BAB 1 PENDAHULUAN. sendiri, masyarakat maupun bangsa. Di dalam Undang-undang nomor 20 tahun. 2003Pasal 1 tentang sistem Pendidikan Nasional bahwa:

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. berupaya untuk meningkatkan mutu pendidikan, diantaranya dengan

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran di sekolah dasar era globalisasi. menjadi agen pembaharuan. Pembelajaran di Sekolah Dasar diharapkan dapat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. memiliki penetahuan dan keterampilan, serta manusia-manusia yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa yang maju adalah bangsa yang mampu menunjukan tingkat

BAB I PENDAHULUAN. yang sedang terjadi dengan apa yang diharapkan terjadi.

BAB I PENDAHULUAN. kompetensi yang diharapkan. Karena hal itu merupakan cerminan dari kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. manusia untuk mengembangkan pengetahuan dan kepribadiannya. merupakan satu usaha yang sangat penting dan dianggap pokok dalam

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu proses untuk membantu manusia dalam mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran untuk peserta didik secara aktif mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 pasal 3 berfungsi untuk

BAB I PENDAHULUAN. memiliki penetahuan dan keterampilan, serta manusia-manusia yang memiliki. latihan bagi peranannya di masa mendatang.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikian pada hakikatnya adalah usaha sadar yang dilakukuan oleh. manusia untuk mengembangkan pengetahuan dan kepribadiannya.

BAB I PENDAHULUAN. keluarga, maupun bangsa dan negara. Maju mundurnya suatu bangsa banyak. ditentukan oleh maju-mundurnya pendidikan bangsa itu.

BAB I PENDAHULUAN. yang terpenting dalam meningkatkan kualitas maupun kompetensi manusia, agar

BAB I PENDAHULUAN. perubahan. Pada era globalisasi, dituntut suatu mutu lulusan yang disiapkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembelajaran yang bermakna dan menyenangkan akan membawa siswa pada pengalaman belajar yang mengesankan dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tingkah laku pada diri pribadinya. Perubahan tingkah laku inilah yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dengan pembukaan Undang-undang Dasar 1945 alinea ke-4 serta ingin mencapai

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan dan perkembangan suatu negara. Pendidikan nasional berfungsi

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan usaha yang mempunyai tujuan, yang dengan. didik (Sardiman, 2008: 12). Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang

BAB I PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia (SDM), karena sumber daya yang berkualitas

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan seluruh aspek pribadi siswa secara utuh. Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 1 Ayat (1) yang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang. Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 berfungsi untuk:

BAB I PENDAHULUAN. kembangkan potensi-potensi siswa dalam kegiatan pengajaran. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan proses untuk membantu manusia dalam

BAB I PENDAHULUAN. bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu tujuan Negara Indonesia termuat dalam pembukaan UUD

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Pasal 31 ayat 2 Undang-Undang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. hidupnya yang berlangsung sepanjang hayat. Oleh karena itu maka setiap manusia

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan faktor yang penting dalam kehidupan. Negara

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia dewasa ini telah mendapat perhatian yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang paling tepat untuk meningkatkan dan mengembangkan kualitas sumber

BAB I PENDAHULUAN. yang diharapkan. Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan pondasi utama dalam upaya memajukan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan. membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. manusia agar dapat mengembangkan potensi dirinya, antara lain melalui proses

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Yang Maha Esa, berakhlak mulia, berilmu, kreatif, mandiri, serta mampu

BAB I PENDAHULUAN. terencana untuk membekali peserta didik agar menjadi warga negara yang baik

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar

BAB I PENDAHULUAN. pertama dan utama adalah pendidikan. Pendidikan merupakan pondasi yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. seutuhnya. Hal ini dijelaskan dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor

BAB I PENDAHULUAN. sebagai suatu sistem pada prinsipnya bukan hanya bertujuan untuk memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. aspirasi (cita-cita) untuk maju, sejahtera, dan bahagia menurut konsep

BAB 1 PENDAHULUAN. berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dengan peserta didik dalam situasi intruksional edukatif. Melalui proses belajar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan, manusia dapat mengembangkan diri untuk menghadapi tantangan

BAB I PENDAHULUAN. hal tersebut, pembangunan nasional dalam bidang pendidikan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Kurikulum baru yaitu Kurikulum Kurikulum 2013 pada proses

BAB I PENDAHULUAN. Peserta didik merupakan masa depan bangsa. Jika peserta didik di didik

BAB I PENDAHULUAN. manusia untuk mengembangkan pengetahuan dan kepribadiannya. Pendidikan ini

BAB I PENDAHULUAN. ini semakin berkembanng dengan sangat pesat. integratif, produktif, kreatif dan memiliki sikap-sikap kepemimpinan dan

BAB I PENDAHULUAN. Bab I ketentuan umum pada pasal 1 dalam UU ini dinyatakan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan investasi yang paling utama bagi setiap bangsa,

SANTI BBERLIANA SIMATUPANG,

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pengertian pendidikan menurut Undang-undang Sistem Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya pembelajaran adalah suatu proses yang tidak mudah. menggunakan pembelajaran dalam kegiatan belajar mengajar.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi seperti sekarang ini, segala sesuatu berkembang secara pesat dan sangat cepat.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Yuanita, 2013

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mendorong berbagai upaya dan perhatian seluruh lapisan masyarakat terhadap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu hal yang harus dipenuhi dalam upaya meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Pendidikan menentukan kualitas sumber daya manusia di suatu negara,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dan keterampilan. Menurut Suharjo (2006: 1), pendidikan memainkan peranan. emosi, pengetahuan dan pengalaman peserta didik.

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan pengalaman peneliti mengajar mata pelajaran fisika di. kelas VIII salah satu SMP negeri di Bandung Utara pada semester

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan cara mencari tahu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Proses pembelajaran dirancang dan dilakukan semata-mata untuk. mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Undang-Undang Sisdiknas Pasal

BAB I PENDAHULUAN. memiliki pengetahuan dan keterampilan, serta manusia manusia yang

I. PENDAHULUAN. Tujuan pendidikan nasional yang tercantum dalam Undang- Undang Sistem Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. manusia dan masyarakat suatu bangsa. Pendidikan diharapkan mampu

BAB I PENDAHULUAN. Melalui pendidikan, setiap siswa difasilitasi, dibimbing dan dibina untuk

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan sebagai tempat mencetak sumber daya manusia yang berkualitas.

Transkripsi:

1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peran yang sangat penting bagi kehidupan diri sendiri, masyarakat maupun bangsa. Di dalam Undang-undang nomor 20 tahun 2003Pasal 1 tentang sistem Pendidikan Nasional bahwa: Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual, keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Tercapainya tujuan pendidikan di Indonesia tidak terlepas dari peran guru, siswa, masyarakat maupun lembaga terkait lainnya. Sebagai salah satu upaya peningkatan kualitas menuju tercapainya tujuan tersebut perlu disampaikan suatu upaya perbaikan sistem pembelajaran inovatif yang merangsang siswa untuk mencintai yang akhirnya mau mempelajari seksama terhadap suatu mata pelajaran. Keberhasilan pendidikan sangat ditentukan manakala pendidik tersebut dapat mengubah diri siswa. Perubahan tersebut dalam arti dapat menumbuh kembangkan potensi-potensi yang dimiliki siswa sehingga siswa dapat memperoleh manfaatnya secara langsung dalam perkembangan pribadinya. Dalam rumusan Tujuan Pendidikan yang terdapat dalam Undang-Undang No.20 tahun 2003 pasal 3 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa:

2 Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan serta membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Hal di atas Sesuai dengan tujuan pembelajaran IPA di SD menurut kurikulum KTSP (Depdiknas 2006) secara terperinci adalah : 1. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkankeberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaan-nya 2. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari 3. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positip dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat 4. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan 5. Meningkatkan kesadaran untuk berperanserta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam 6. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan 7. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs. Prinsip pembelajaran IPA adalah aktif. Proses aktif memiliki implikasi aktivitas mental dan fisik. Artinya hands-on activities saja tidak cukup, melainkan juga mond-on activities. Dalam melakukan proses belajar mengajar diperlukan langkah-langkah sistematis untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. hal ini harus dilakukan dengan menggunakan metode yang cocok dengan kondisi siswa agar siswa dapat berpikir kritis, logis, dan dapat memecahkan masalah dengan sikap terbuka, kreatif, dan inofatif. Di dalam proses pembelajaran aktivitas siswa lebih diutamakan untuk dapat mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditentukan. Aktivitas belajar

3 adalah aktivitas yang bersifat fisik maupun mental. Dalam proses belajar kedua aktivitas itu harus saling berkaitan. Lebih lanjut lagi piaget menerangkan dalam buku Sardiman bahwa jika seorang anak berfikir tanpa berbuat sesuatu, berarti anak itu tidak berfikir (Sardiman, 2011 h. 100). Aktivitas siswa merupakan kegiatan atau perilaku yang terjadi selama proses belajar mengajar. Kegiatan-kegiatan yang dimaksud adalah kegiatan yang mengarah pada proses belajar seperti bertanya, mengajukan pendapat, mengerjakan tugas-tugas, dapat menjawab pertanyaan guru dan bisa bekerjasama dengan siswa lain, serta bertanggung jawab terhadap tugas yang diberikan. Berdasarkan Kurikulum KTSP (Depdiknas, 2006) bahwa IPA berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta, konsep, atau prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Oleh karena itu IPA memegang peranan penting dalam kehidupan, apalagi untuk peserta didik sekolah dasar. Dengan adanya pembelajaran IPA di sekolah anak-anak akan dikenalkan tentang kehidupan alam dunia tempat mereka tinggal beserta dengan permasalahan-permasalahannya yang pada akhirnya membutuhkan penyelesaian secara bijak, sehingga kehidupan ini bisa berjalan secara seimbang. Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar yang berlangsung di SDN Cihambulu 1 Kecamatan Pabuaran Kabupaten Subang, berdasarkan observasi di sekolah, permasalahan dalam pembelajaran IPA antara lain ditunjukkan dengan kondisi sebagai berikut, kurangnya pengalaman dalam berdiskusi kelompok yang menunjukkan adanya kecenderungan pembelajaran yang kurang aktif dan bersifat

4 individualis. Siswa kurang dilibatkan secara aktif dalam pembelajaran dan siswa hanya mendengarkan konsep-konsep yang disajikan guru sebagai sebuah cerita. Siswa cenderung bekerja sendiri dan jarang adanya diskusi kelompok dan kerjasama dalam menyelesaikan masalah yang diberikan dalam materi IPA. Guru cenderung menggunakan metode ceramah dalam penyampaian materi, kemudian siswa hanya diberi tugas untuk mencatat atau mengerjakan tugas dari buku panduan belajar siswa. dan banyak siswa yang mengalami kesulitan memahami materi yang diajarkan, yakni tingkat kemampuan pemahaman konsep IPA masih kurang, serta tidak dapat memahami hakikat dari pembelajaran IPA. Rendahnya tingkat Aktivitas siswa dalam pembelajaran IPA, mengakibatkan. hasil pencapaian belajar siswa kurang maksimal. Hal itu terbukti dengan tidak tercapainya nilai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal). Untuk KKM pada mata pelajaran IPA di SDN Cihambulu 1 sendiri mencapai 70. Perolehan nilai rata-rata ulangan harian siswa yakni hanya 65 dari jumlah murid 32 orang. Sebanyak 22 siswa yang belum tuntas yaitu sekitar 68,75% dan siswa yang mencapai KKM hanya 10 orang sekitar 31,25% yang dinyatakan tuntas. Upaya meningkatkan Aktivitas belajar dan Hasil belajar siswa terhadap materi pembelajaran tentunya diperlukan sebuah metode atau model pembelajaran yang dapat mengarahkan dan memberdayakan siswa dalam pembelajaran IPA. Keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran akan menumbuhkan kegiatan dalam belajar sendiri. Aktivitas belajar dapat diartikan sebagai pengembangan diri melalui pengalaman bertumpu pada kemampuan diri belajar di bawah bimbingan tenaga pengajar.

5 Untuk mengatasi permasalahan ini, salah satunya menggunakan model pembelajaran yang menggambarkan keseluruhan proses sosial dalam belajar dan meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa yaitu Model Cooperative Learning Tipe Numbered Head Together untuk meningkatkat aktivitas dan hasil belajar siswa. Cooperative Learning adalah salah satu bentuk pembelajaran berdasarkan paham kontruktivis. Cooperative Learning merupakan suatu model pembelajaran yang mana siswa belajar dalam kelompok-kelompok kecil yang memiliki tingkat kemampuan yang berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompok, setiap anggota saling bekerjasama dan membantu untuk memahami suatu bahan pembelajaran. Belajar belum selesai jika salah satu teman dalam kelompok belum menguasai bahan pelajaran. (Aris Shoimin, 2014, hal. 45) Salah satu model cooperative adalah model NHT (Numbered Head Together). Model ini dikembangkan oleh Spenser Kagan (1993) dalam (Aris Shoimin 2014, h. 108). Numbered Head Together merupakan suatu model pembelajaran berkelompok yang setiap anggota kelompoknya bertanggung jawab atas tugas kelompoknya, sehingga tidak ada pemisahan antara siswa yang satu dan yang lain dalam satu kelompok untuk saling memberi dan menerima antara satu dengan yang lain. Sehubungan dengan masalah di atas, peneliti tertarik mencoba serta melakukan penelitian tentang Penggunaan Model Cooperative Learning Tipe Numbered Head Together Untuk Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar Dalam Mata Pelajaran Ipa Materi Sistem Kerangka (Penelitian Tindakan Kelas

6 Pada Siswa Kelas IV SDN Cihambulu I Kecamatan Pabuaran Kabupaten Subang Tahun Pelajaran 2016-2017). B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah di uraikan di atas, maka permasalahannya dapat diidentifikasi sebagai berikut: 1. Kurang tepatnya pemilihan model yang digunakan selama proses pembelajaran berlangsung. 2. Pengajaran berpusat pada guru sehingga siswa menjadi kurang aktif selama proses pembelajaran. 3. Hasil belajar Siswa kelas IV SDN Cihambulu 1 masih belum maksimal atau nilai rata-rata kelas masih belum mencapai KKM. 4. Kurangnya alat peraga dan media pembelajaran yang digunakan guru menyebabkan penjelasan meteri tidak menarik bagi siswa bahkan terlihat abstrak. C. Rumusan Masalah dan Pernyataan Penelitian 1. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas masalah yang muncul dalam penelitian menjadi fokus penelitian tindakan kelas ini adalah apakah penggunaan model Cooperative Learning Tipe Numbered Head Together (NHT) dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa pada pembelajaran IPA materi rangka di kelas IV SDN Cihambulu 1?

7 2. Pernyataan Penelitian Mengingat rumusan masalah utama sebagaimana telah diuraikan diatas masih luas sehingga belum secara sepesifik menunjukkan batas-batas mana yang harus diteliti, maka rumusan masalah tersebut kemudian dirinci menjadi beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikiut: a. Bagaimana hasil belajar siswa sebelum mengikuti proses pembelajaran dengan menggunakan model Cooperative Learning Tipe Numbered Head Together (NHT)? b. Bagaimana penyusunan dokumen pembelajaran yang disiapkan oleh guru, apakah sesuai atau tidak dengan penggunaan model Cooperative Learning Tipe Numbered Head Together (NHT)? c. Bagaimana aktivitas guru selama melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan model Cooperative Learning Tipe Numbered Head Together (NHT)? d. Bagaimana respon siswa selama mengikuti pembelajaran dengan menggunakan model Cooperative Learning Tipe Numbered Head Together (NHT)? e. Bagaimana aktivitas belajar siswa selama mengikuti pembelajaran dengan menggunakan model Cooperative Tipe Numbered Head Together (NHT)? f. Bagaimana hasil belajar siswa setelah mengikuti proses pembelajaran dengan menggunakan model Cooperative Tipe Numbered Head Together (NHT)? D. Pembatasan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah, rumusan masalah dan pertanyaanpetanyaan penelitian yang telah diuraikan, diperoleh gambaran dimensi

8 permasalahan yang begitu luas. Namun, menyadari keterbatasan waktu dan kemampuan, maka peneliti ini penulis memandang perlu memberi batasan masalah secara jelas sebagai berikut: 1. Dari sekian banyak pokok bahasan dalam pembelajaran IPA, dalam penelitian ini hanya akan mengkaji atau menelaah pembelajaran pada pokok bahasan mengenai Rangka. 2. Penyusunan dokumen guru model Cooperative Learning Tipe Numbered Head Together (NHT) dalam pembelajaran IPA pada materi rangka. 3. Penelitian difokuskan kepada siswa kelas IV SDN Cihambulu 1 Kecamatan Pabuaran Kabupaten Subang. 4. Model yang digunakan dalam penelitian ini adalah model Cooperative Learning Tipe Numbered Head Together (NHT). 5. Meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa menjadi fokus dalam penelitian ini. E. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Secara umum penelitian tindakan kelas ini bertujuan meningkatkan aktivitas dan hasil elajar pada siswa kelas IV SDN Cihamulu 1 Kecamatan Pabuaran Kabupaten Subang pada pemelajaran IPA materi rangka dengan menggunakan model Cooperative Tipe Numbered Head Together (NHT).

9 2. Tujuan Khusus a. Ingin mengetahui hasil belajar siswa sebelum mengikuti proses pembelajaran dengan menggunakan model Cooperative Learning Tipe Numbered Head Together (NHT) kelas IV SDN Cihambulu 1 Kecamata Pabuaran Kabupaten Subang pada pembelajaran IPA materi rangka b. Ingin mengetahui penyusunan dokumen guru dalam penggunaan model Cooperative Learning Tipe Numbered Head Together (NHT) kelas IV SDN Cihambulu 1 Kecamata Pabuaran Kabupaten Subang pada pembelajaran IPA materi rangka. c. Ingin mengetahui aktivitas guru selama melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan model Cooperative Learning Tipe Numbered Head Together (NHT) kelas IV SDN Cihambulu 1 Kecamata Pabuaran Kabupaten Subang pada pembelajaran IPA materi rangka d. Ingin mengetahui respon siswa selama mengikuti pembelajaran dengan menggunakan model Cooperative Learning Tipe Numbered Head Together (NHT) kelas IV SDN Cihambulu 1 Kecamata Pabuaran Kabupaten Subang pada pembelajaran IPA materi rangka e. Ingin mengetahui aktivitas belajar siswa selama mengikuti pembelajaran dengan menggunakan model Cooperative Tipe Numbered Head Together (NHT) kelas IV SDN Cihambulu 1 Kecamata Pabuaran Kabupaten Subang pada pembelajaran IPA materi rangka f. Ingin mengetahui hasil belajar siswa setelah mengikuti proses pembelajaran dengan menggunakan model Cooperative Tipe Numbered Head Together

10 (NHT) kelas IV SDN Cihambulu 1 Kecamata Pabuaran Kabupaten Subang pada pembelajaran IPA materi rangka. F. Manfaat Penelitian a. Manfaat Teoritis Penelitian diharapkan dapat menjadi bahan acuan dalam melakukan penelitian, selanjutnya dengan menggunakan model pembelajaran Numbered Head Together dalam pembelajaran IPA yang merupakan salah satu alternatif model pembelajaran untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa. b. Manfaat Praktis Adapun harapan dari penelitian ini adalah agar bermanfaat bagi semua pihak yang terkait, diantaranya: 1) Bagi Siswa a. Agar aktivitas siswa dikelas IV SDN Cihambulu 1 Semester 1 meningkat. b. Agar hasil belajar siswa dikelas IV SDN Cihambulu Semester 1 meningkat. c. Memberikan pengalaman yang bermakna dan mampu meningkatkan motivasi belajar siswa yang tujuannya adalah meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa itu sendiri. 2) Bagi Guru a. Guru mampu menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) pada mata pelajaran IPA materi rangka dikelas IV SDN Cihambulu 1 semester 1

11 b. Guru mampu menerapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan model pembelajaran Numbered Head Together pada mata pelajaran IPA materi rangka di kelas IV semester 1. c. Dapat meningkatkan kinerja guru dalam pembelajaran. 3) Bagi Sekolah a. Dapat meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah. b. Dapat meningkatkan kualitas pendidikan. 4) Manfaat Bagi Peneliti Melalui penetitian ini dapat meningkatkan wawasan, pengetahuan, serta teori bagi penelitian selanjutnya. G. Kerangka Pemikiran Pada proses pembelajaran IPA kelas IV di SDN Cihambulu 1 kecamatatan Pabuaran siswa lebih banyak menjadi pendengar atau bersifat pasif. Disamping itu metode yang digunakan masih dominan menggunakan metode ceramah yaitu guru menjelaskan di depan kelas dan siswa diminta menghapal yang sudah dipelajari pada hari itu. Pembelajaran ini dilakukan secara monoton dan kurang bervariasi sehingga peran guru lebih dominan yang menyebabkan keterlibatan siswa dalam pembelajaran kurang. Pembelajaran akan berhasil secara optimal apabila ada penguatan dan proses pembelajaran yang tidak monoton dari guru maupun perlakuan yang baik dari teman sebayanya, dalam proses belajar mengajar IPA, guru dituntut memiliki kemampuan dalam menentukan pendekatan pembelajaran yang digunakan untuk

12 menyampaikan materi pelajaran IPA. Karena metode yang kurang baik akan menyebabkan rendahnya aktivitas siswa dalam mengikuti pelajaran IPA yang dan dapat berdampak pada prestasi belajar siswa. Dengan menggunakan model pembelajaran Cooperative Learning tipe Numbered Head Together untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar IPA siswa pada materi rangka, karena dengan menggunakan model pembelajaran Cooperative tipe Numbered Head Together ini siswa dapat mengemukakan ideide atau pendapatnya dan dapat saling berdiskusi mengenai jawaban yang paling tepat. Model Cooperative tipe Numbered Head Together (NHT) merupakan suatu model pembelajaran yang lebih mengedepankan kepada aktivitas belajar siswa dalam mencari, mengolah, dan melaporkan informasi dari berbagai sumber yang akhirnya dipresentasikan didepan kelas. Tujuan Cooperative tipe Numbered Head Together (NHT) adalah untuk memberikan kesempatan kepada siswa agar dapat terlibat aktif dalam proses berfikir dan dakam kegiatan-kegiatan belajar. Dalam hal ini sebagian besar aktivitas pembelajaran berpusat pada siswa, yakni mempelajari materi pelajaran serta berdiskusi untuk memecahkan masalah. Sebagaimana yang dikemukakan oleh (Lie, 2004, h. 59) bahwa Cooperative tipe Numbered Head Together (NHT) memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling membagi ide-ide dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat serta teknik ini untuk meningkatkan semangat kerjasama mereka. Sehingga dalam proses belajar diharapkan aktivitas siswa dapat meningkat dan berakibat terhadap hasil belajar siswa yang meningkat.

13 berikut: Dari permasalahan tersebut peneliti membuat kerangka berpikir sebagai Sumber: Nurul Fitri Anggraeni Gambar 1.1 Kerangka Pemikiran H. Asumsi dan Hipotesis a. Asumsi Di dalam buku panduan penyusunan proposal skripsi, skripsi dan artikel jurnal ilmiah FKIP Unpas (2015, h. 13) menyatakan bahwa asumsi merupakan titik tolak pemikiran yang kebenarannya diterima peneliti. Asumsi berfungsi

14 sebagai landasan bagi perumusan hipotesis, oleh karena itu asumsi penelitian yang di ajukan dapat pula berasal dari pemikiran peneliti. Rumusan asumsi berbentuk kalimat yang bersifat deklaratif, bukan kalimat Tanya, perintah, pengharappan, ataupun kalimat yang bersifat saran. Dalam pembelajaran di Sekolah Dasar kelas IV pada materi rangka. Numberd Head Together dapat digunakan menjadi suatu alternatif pembelajaran, karena peserta didik dapat memperoleh pengetahuan dari sesama yang menjadikan peserta didik lebih memahami esensi materi dibandingkan dengan materi yang diperoleh oleh pendidik. b. Hipotesis Menurut Arikunto (2006, h. 71) Hipotesis merupakan suatu jawaban sementara terhadap permasalahan penelitian sampai terbukti melalui data yang terkumpul. Hipotesis merupakan kesimpulan sementara dalam sebuah penelitian, hipotesis secara unum dalam penelitian tindakan kelas ini adalah: Dengan menerapkan model Cooperative Learning tipe Numbered Head Together mampu meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA pokok bahasan rangka kelas IV SDN Cihambulu 1 Kecamatan Pabuaran Kabupaten Subang. I. Definisi Operasional Agar tidak terjadi salah persepsi erhadap variabel-variabel penelitian ini, maka penulis kemukakan definisi operasional sebagai berikut:

15 1. Definisi Cooperative tipe Numbered Head Together Roger, dkk (dalam Huda, 2015, h. 29) pembelajaran kooperatif merupakan aktivitas pembelajaran kelompok yang diorganisir oleh satu prinsip bahwa pembelajaran harus didasarkan pada perubahan informasi secara sosial diantara kelompok-kelompok pembelajar yang di dalamnya setiap pembelajar bertanggungjawab atas pembelajarannya sendiri dan didorong untuk meningkatkan pembeljaran anggota-anggota yang lain. 2. Definisi Numbered Head Together Numbered Head Together adalah suatu model pembelajaran berkelopok yang setiap anggota kelompoknya bertanggung jawab atas tugas kelompoknya, sehingga tidak ada pemisahan antara siswa yang satu dan siswa yang lian dalam satu kelompok untuk saling memberi dan menerima antara satu dengan yang lainnya. (Aris Sohaimin, 2014, h. 108) 3. Definisi Belajar Dalam The Guidance of Learning Activities (W.H. Burton 1984, dalam Eveline Siregar, 2010 h. 4). mengemukakan bahwa belajar adalah proses perubahan tingkah laku pada diri individu karena adanya interaksi antara individu dengan individu dan individu dengan lingkungannya sehingga mereka lebih mampu berinteraksi dengan lingkungannya. 4. Definisi Pembelajaran Pembelajaran adalah seperangkat tindakan yang dirancang untuk mendukung proses belajar siswa, dengan memperhitungkan kejadian-kejadian ekstrim yang berperan terhadap rangkaian kejadian-kejadian intern yang

16 berlngsung dialami siswa (Winkel 1991, dalam Siregar 2010 h. 12) 5. Definisi Aktivitas Aktivitas belajar adalah aktivitas yang bersifat fisik maupun mental. Dalam proses belajar kedua aktivitas itu harus saling berkaitan. Lebih lanjut lagi piaget menerangkan dalam buku Sardiman bahwa jika seorang anak berfikir tanpa berbuat sesuatu, berarti anak itu tidak berfikir (Sardiman, 2011, h. 100). 6. Definisi Hasil Belajar Menurut Morgan (dalam Purwanto, 2009, h. 24) hasil belajar adalah setiap perubahan yang relative menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman. 7. Definisi IPA Menurut Jujun Suriasumantri (dalam Trianto 2010, h. 136). Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan atau Sains yang semula berasal dari Bahasa Inggris science. Kata science sendiri berasal dari kata dalam Bahasa Latin scientia yang berarti saya tahu. Science terdiri dari social science (Ilmu Pengetahuan Sosial) dan natural science (Ilmu Pengetahuan Alam). Namun, dalam perkembangannya science sering diterjemahkan sebagai sains yang berarti Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) saja, walaupun pengertian ini kurang pas dan bertentangan dengan etimologi. (Jujun suriasumantari dalam trianto, 2010 h. 136)

17 J. Struktur Organisasi Skripsi Gambaran mengenai keseluruhan isi skripsi dan pembahasannya dapat dijelaskan dalam sistematika penulisan sebagai berikut: 1. Bab I Pendahuluan Bagian pendahuluan menjelaskan mengenai latar belakang masalah, identifikasi masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kerangka pemikiran, definisi operasional dan struktur organisasi skripsi. 2. Bab II Kajian teoritis, analisis dan pengembangan materi pelajaran yang diteliti 3. Bab III Bagian ini membahas mengenai komponen dari metode penelitian yaitu, Lokasi dan subjek penelitian, desain penelitian, metode penelitian, definisi operasional variabel, instrumen penilaian, teknik pengumpulan data dan analisis data. 4. Bab IV hasil penelitian dan pembahasan Bagian ini membahas mengenai pencapaian hasil penelitian dan pembahasannya. 5. Bab V simpulan dan saran Bagian ini membahas mengenai penafsiran dan pemaknaan peneliti terhadap hasil analisis temuan penelitian.