BAB I PENDAHULUAN. daerah tersebut. Menurut Masyhudzulhak dalam Proceeding Book. Simposium Ilmu Administrasi Negara untuk Indonesia (2011) daerah

dokumen-dokumen yang mirip
STRATEGI PENGEMBANGAN DAERAH PESISIR PANTAI SEBAGAI OBJEK PARIWISATA DI KABUPATEN PACITAN RINGKASAN SKRIPSI

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 21 TAHUN 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 21 TAHUN 2010 TENTANG

BUPATI PACITAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI PACITAN NOMOR 20 TAHUN 2015 TENTANG PENETAPAN TARIF RETRIBUSI TEMPAT REKREASI DAN OLAHRAGA

BAB I PENDAHULUAN. dan teknologi, sehingga keadaan ini menjadi perhatian besar dari para ahli dan

BAB I PENDAHULUAN. diberikan oleh pantai bisa didapat secara langsung dan tidak langsung. Manfaat yang

BEACH RESORT DI KAWASAN PANTAI KLAYAR DENGAN PENEKANAN KONSEP EKO ARSITEKTUR BAB I PENDAHULUAN

I. PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan salah satu hal yang penting bagi suatu negara.

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan dan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan wilayah yang mempunyai potensi obyek wisata. Pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. kawasan wisata primadona di Bali sudah tidak terkendali lagi hingga melebihi

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah Pusat dan Daerah di mana sistem pemerintahan negara yang semula. pembangunan perekonomian daerah setempat.

I. PENDAHULUAN. Kemajuan dan perkembangan ekonomi Kota Bandar Lampung menunjukkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. keuangan walaupun masih ada aliran dana dari pusat kepada daerah seperti dalam bentuk

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi daerah khususnya Daerah Tingkat II (Dati II)

mempertahankan fungsi dan mutu lingkungan.

BAB III METODE PENELITIAN

LAMPIRAN. Pertanyaan wawancara untuk Dinas Pariwisata Kabupaten Gunungkidul. kelebihannya bila dibandingkan dengan pariwisata di daerah lain?

BAB I PENDAHULUAN. memiliki potensi wisata alam berupa pantai-pantai. Objek wisata pantai yang ada

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kontribusi Pajak Dan Retribusi Sektor Pariwisata Terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD)

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam konteks pembangunan, bangsa Indonesia sejak lama telah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki banyak potensi wisata baik dari segi sumber daya

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sektor kelautan memiliki peluang yang sangat besar untuk dijadikan

I. PENDAHULUAN. berkembangnya pembangunan daerah. Provinsi Lampung merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan otonomi daerah khususnya Daerah Tingkat II (Dati II) merupakan titik awal pelaksanaan pembangunan,

BAB I PENDAHULUAN. Kepariwisataan merupakan salah satu sektor industri didalam

BAB II KAJIAN TEORI. A. Deskripsi Teoritik. 1. Strategi. Dalam melakukan fungsi-fungsi manajemen di suatu

BAB I PENDAHULUAN. tempat obyek wisata berada mendapat pemasukan dari pendapatan setiap obyek

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Jawa Tengah, Cilacap

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR : 20 TAHUN 2007

BAB 1 PENDAHULUAN. pusat (sentralistik) telah menimbulkan kesenjangan antara Jawa dan luar Jawa

BAB I PENDAHULUAN. Investasi memiliki peran yang sangat penting dalam mendorong

BAB I PENDAHULUAN. memiliki tanah yang subur, yang merupakan sumber daya alam yang sangat berharga bagi

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia dengan beribu

BAB I PENDAHULUAN. proses untuk menarik wisatawan dan pengunjung lainnya (McIntosh : 4, 1972). Kepariwisataan

BAB I PENDAHULUAN. artinya bagi usaha penanganan dan peningkatan kepariwisataan. pariwisata bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi,

BAB I PENDAHULUAN. Undang Nomor 32 Tahun 2004 sebagai penyempurnaan Undang-undang Nomor 22

PEMERINTAH KABUPATEN SINTANG

BAB I PENDAHULUAN. nusantara maupun wisatawan mancanegara. Hal ini dikarenakan. yang dapat dimanfaatkan sebagai kegiatan di bidang pariwisata.

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya alam hayati dan ekosistemnya yang berupa keanekaragaman

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan suatu penerimaan yang rutin, maka pemerintah menempatkan

BAB I PENDAHULUAN. menjangkau kalangan bawah. Masyarakat di sekitar obyek-obyek wisata

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. 4.1 Kesimpulan. 1. Sektor yang memiliki keterkaitan ke belakang (backward linkage) tertinggi

BAB I PENDAHULUAN. tentang Pemerintahan Daerah, pada Pasal 1 ayat (5) disebutkan bahwa otonomi

I. PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan salah satu fenomena sosial, ekonomi, politik, budaya,

BAB I PENDAHULUAN. memberikan kontribusi terhadap jumlah penjualan, laba, lapangan pekerjaan,

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Daya. Kabupaten Pacitan terletak di antara Lintang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN. Tabel 1. Produk Domestik Bruto Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha, ** (Miliar Rupiah)

BAB I PENDAHULUAN. dalam pertumbuhan perekonomian nasional. Pemerintah daerah hendaknya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kekayaan sumber daya alam yang dimiliki kawasan Indonesia menjadikan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. 1.2 Tujuan dan Sasaran

I. PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan sektor penunjang pertumbuhan ekonomi sebagai

BAB I PENDAHULUAN. dengan kata lain Good Governance, terdapat salah satu aspek di dalamnya yaitu

ANALISIS POTENSI PENERIMAAN PAJAK HOTEL DI KABUPATEN KARIMUN SKRIPSI. Disusun oleh: JURUSAN ADMINISTRASI NEGARA FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan salah satu sektor pembangunan yang tidak dapat

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT NOMOR 5 TAHUN 2014 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan perekonomian suatu wilayah, baik dalam bidang sosial maupun

BAB I PENDAHULUAN. dapat dijadikan sebagai prioritas utama dalam menunjang pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi seperti sekarang ini, pembangunan kepariwisataan

POTENSI DAN USAHA PENGEMBANGAN EKOWISATA TELUK PENYU CILACAP

BAB I PENDAHULUAN. salah satu sumber pendapatan daerah. Program pengembangan dan pendayagunaan sumber

BAB I PENDAHULUAN. Untuk memperbesar pendapatan asli daerah maka pemerintah perlu. pariwisata dapat memberikan sumbangan bagi pembangunan ekonomi.

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam rangka pembangunan nasional di Indonesia, pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia termasuk negara yang berkembang yang memiliki pendapatan

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi yang terjadi. Bagi daerah, indikator ini penting untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. positif yang cukup tinggi terhadap pendapatan negara dan daerah (Taslim. 2013).

BAB I PENDAHULUAN. pasar bebas khususnya di bidang ekonomi, terlebih kepada negara yang semakin

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia sebagai negara kepulauan mempunyai lebih dari pulau dan

BAB I PENDAHULUAN. menjadikan Indonesia sebagai negara kepalauan terbesar di dunia. Kekayaan alam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PERAN RETRIBUSI OBYEK WISATA DALAM MENINGKATKAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DI KABUPATEN GUNUNGKIDUL NASKAH PUBLIKASI

BAB V ARAHAN PENGEMBANGAN WISATA KAMPUNG NELAYAN KELURAHAN PASAR BENGKULU

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia memiliki banyak potensi dan sumber daya alam yang belum dikembangkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Kesimpulan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: masyarakat, keamanan yang baik, pertumbuhan ekonomi yang stabil,

BAB I PENDAHULUAN. menjanjikan dalam hal menambah devisa suatu negara. Menurut WTO/UNWTO

I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. menjadi pusat pengembangan dan pelayanan pariwisata. Objek dan daya tarik

BAB I PENDAHULUAN. merupakan titik awal pelaksanaan pembangunan, sehingga daerah diharapkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II LANDASAN KONSEP DAN TEORI ANALISIS. pengelolaan kebersihan lingkungan pantai di Bali dan Pantai Sanur Kaja.

I. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki panorama alam yang indah yang akan memberikan daya tarik

BAB I PENDAHULUAN. Sistem pemerintahan Republik Indonesia mengatur asas desentralisasi,

BAB I PENDAHULUAN. besar untuk dikembangkan. Peluang itu didukung oleh kondisi kondisi alamiah

WALIKOTA BATAM PERATURAN DAERAH KOTA BATAM NOMOR 3 TAHUN 2003 TENTANG

1. PENDAHULUAN. jenis flora dan fauna menjadikan Indonesia sebagai salah satu mega biodiversity. peningkatan perekonomian negara (Mula, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia merupakan negara kepulauan yang mempunyai wilayah

BAB I PENDAHULUAN yang tertuang dalam pasal 33 Undang-Undang Dasar Pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. npembangunan nasional. Hal ini dilakukan karena sektor pariwisata diyakini dapat

BAB I PENDAHULUAN. Wonogiri, sebuah Kabupaten yang dikenal dengan sebutan kota. GAPLEK dan merupakan salah satu Kabupaten di Indonesia yang

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT NOMOR 5 TAHUN 2014 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. negara yang menerima kedatangan wisatawan (tourist receiving countries),

LAMPIRAN. Lampiran 1. Peta Pola Ruang Kabupaten Lampung Selatan

I. PENDAHULUAN. keanekaragaman kondisi fisik yang tersebar di seluruh Kabupaten, Hal ini menjadikan

I-1 BAB I PENDAHULUAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN. Visi pembangunan daerah dalam RPJMD adalah visi Kepala daerah dan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Daerah pesisir merupakan daerah yang sangat terkait dengan hajat hidup banyak orang, terutama masyarakat yang bertempat tinggal di daerah tersebut. Menurut Masyhudzulhak dalam Proceeding Book Simposium Ilmu Administrasi Negara untuk Indonesia (2011) daerah pesisir adalah daerah pertemuan antara pengaruh daratan dan lautan, ke arah darat sampai pada daerah masih adanya pengaruh perembesan air laut dan angin laut, dan ke arah laut sampai pada daerah masih ada pengaruh air tawar yang memiliki beragam sumberdaya. Secara sosial ekonomi wilayah pesisir merupakan tempat aktivitas manusia bersosialisasi, yaitu kepemerintahan, sosial, ekonomi budaya, pertahanan dan keamanan. Sementara Bengen dalam Apridar et al (2001:1) menyatakan bahwa daerah pesisir merupakan wilayah daratan dan wilayah laut yang bertemu di garis pantai, di mana wilayah daratan mencakup daerah yang tergenang atau tidak tergenang air yang dipengaruhi oleh proses-proses laut seperti pasang surut, angin laut, dan intrusi air laut. Sedangkan wilayah laut mencakup perairan yang dipengaruhi oleh proses-proses alami daratan seperti sedimentasi dan aliran air tawar ke laut serta perairan yang dipengaruhi oleh kegiatan manusia di darat. Berdasarkan dua definisi di atas, daerah pesisir mencakup dua wilayah utama, yaitu wilayah daratan 1

2 dan wilayah laut, yang menyimpan berbagai macam sumber daya, baik yang ada di daratan maupun yang ada di lautan. Daerah pesisir memiliki berbagai macam potensi, meliputi sumber makanan utama yang mengandung protein (khususnya protein hewani yang berasal dari ikan, udang dan sejenisnya), kekayaan minyak bumi, gas dan mineral lainnya yang berpotensi dalam bidang pertambangan, potensi pariwisata, pemukiman dan pengembangan industri. Oleh karena itu, daerah pesisir menjadi daerah yang strategis untuk dikelola dalam rangka memenuhi hajat hidup masyarakat, terutama berkaitan dengan pembangunan ekonomi yang dapat menunjang perekonomian masyarakat sekitar, pemerintah daerah maupun pihak-pihak lainnya. Pengelolaan daerah pesisir tentu saja melibatkan banyak pemangku kepentingan (stakeholders), sehingga berbagai kepentingan pun bertemu atas nama pembangunan daerah pesisir. Potensi yang dimiliki oleh daerah pesisir seharusnya dapat dibaca sebagai sebuah peluang untuk melakukan pembangunan di berbagai aspek kehidupan untuk menyejahterakan kehidupan masyarakat, salah satunya adalah melalui pembangunan daerah pesisir menjadi objek pariwisata. Dewasa ini, bidang pariwisata merupakan suatu bidang yang potensial dalam pembangunan suatu negara, karena pariwisata dianggap membawa dampak positif sebagai motor penggerak kegiatan ekonomi rakyat. Daerah dengan potensi pariwisata dapat menghidupkan kegiatan ekonomi masyarakat sekitar dengan timbulnya usaha-usaha skala kecil

3 sampai menengah, mengurangi tingkat pengangguran, meningkatkan pendapatan masyarakat, serta meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang akan kembali digunakan oleh pemerintah untuk melaksanakan pembangunan di daerah dan mencapai kesejahteraan. Gamal Suwantoro (1994:36) mengemukakan bahwa banyak negara di dunia yang menganggap pariwisata sebagai sebuah aspek penting dan integral dari strategi pengembangan negara, karena setiap literatur pariwisata memberikan ulasan bahwa sektor pariwisata memberikan keuntungan ekonomi terhadap negara yang bersangkutan. Keuntungan-keuntungan ini biasanya didapatkan dari pendapatan nilai tukar mata uang asing, pendapatan pemerintah, stimuli pengembangan regional, dan penciptaan tenaga kerja serta peningkatan pendapatannya. Kabupaten Pacitan merupakan salah satu daerah yang memiliki potensi daerah pesisir yang cukup banyak. Kabupaten kecil di ujung barat daya Provinsi Jawa Timur ini tercatat memiliki banyak daerah pesisir yang dikelola menjadi objek pariwisata pantai. Peraturan Daerah Kabupaten Pacitan Nomor 21 Tahun 2010 Tentang Retribusi Tempat Rekreasi dan Olah Raga menyebutkan nama-nama pantai tersebut, yaitu Pantai Tamperan, Pantai Pancer Dor, Pantai Srau, Pantai Kelayar, Pantai Watukarung, Pantai Taman Hadiwarno, Pantai Soge Sidomulyo, Pantai Ndaki Bawur, Pantai Mbuyutan Widoro, dan Pantai Dangkal Wora-Wari, dan lain-lain. Pantai-pantai tersebut seharusnya dapat menjadi aset penting pariwisata yang ada di Kabupaten Pacitan yang memberikan sumbangan

4 Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang tinggi dan menjadi sarana dalam memberdayakan masyarakat, namun faktanya baru beberapa pantai saja yang dapat memberikan sumbangan bagi PAD dan berdayaguna dalam membentuk kemandirian ekonomi masyarakat. Salah satu pantai di Kabupaten Pacitan, yaitu Pantai Teleng Ria telah mendapatkan prioritas pembangunan sektor pariwisata, terbukti dengan dibangunnya infrastruktur yang memadai, seperti akses jalan yang mudah, sarana prasarana pariwisata seperti toilet, tempat ibadah, gardu pandang, tempat berjualan, bumi perkemahan dan sebagainya. Aktivitas pembangunan pemerintah tersebut juga menumbuhkan ekonomi rakyat dengan dibukanya berbagai macam usaha seperti pusat oleh-oleh, Tempat Pelelangan Ikan (TPI), usaha homestay, dan sebagainya. Bahkan, pemerintah juga telah bekerjasama dengan pihak swasta dalam pembangunan infrastruktur seperti hotel, restoran, memperindah lokasi sekitar Pantai Teleng Ria yang semua hal tersebut telah menarik wisatawan domestik dan manca negara untuk berkunjung ke Pantai Teleng Ria. Dalam pembangunan pantai Teleng Ria ini, pemerintah telah melaksanakan hubungan kerjasama dengan masyarakat dan swasta. Seperti yang disebutkan oleh Effendi (2010: 114), ada tiga pilar pokok yang mendukung kemampuan suatu bangsa dalam melaksanakan Good Governance yakni pemerintah (the state), masyarakat sipil (civil society), dan pasar atau dunia usaha, maka sudah selayaknya jika pemerintah Pacitan juga mengembangkan hubungan kemitraan dengan pihak swasta

5 N O dan masyarakat untuk berpartisipasi aktif terhadap pembangunan di Kabupaten Pacitan. Hal yang lebih penting adalah mengenai pengembangan wilayah pesisir pantai oleh Pemerintah dan bekerjasama dengan masyarakat, sehingga Pendapatan Asli Daerah dapat terpantau dengan baik. Berikut ini merupakan tabel data kunjungan wisata dan PAD pariwisata pantai Kabupaten Pacitan: Nama Obyek Tabel 1. Data Kunjungan Wisata dan PAD Pariwisata Pantai Kabupaten Pacitan Tahun 2012 2012 Wisnu Wisman PAD Jumlah Target Realisasi % 19.542-19.542 61.690.000 69.703.600 113 1 Tamperan Gung 2 Pantai Srau 33.917-33.917 97.168.000 108.112.600 111 3 Pantai 45.888 3 45.891 129.961.200 144.100.400 111 Klayar 4 Pantai 9.271-9.271 25.427.200 30.128.800 119 Taman 5 Pantai 15.586 118 15.704 61.494.600 59.947.200 97 Pancer Door 6 Pantai 242.796-242.796 500.000.000 412.000.000 82 Teleng Ria Sumber: Dokumen Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olah Raga Kabupaten Pacitan (2013) Berdasarkan tabel di atas, sejumlah pantai telah dikembangkan dan dikelola oleh pemerintah bersama masyarakat. Pendapatan Asli Daerah dari penarikan retribusi wisata pantai yang telah dikelola pemerintah tersebut dapat terpantau dengan baik. Namun, pengembangan daerah pesisir pantai sebagai obyek pariwisata tersebut belum merata ke seluruh potensi wisata pantai yang dimiliki oleh Kabupaten Pacitan. Demikian pula dengan pembangunan ideal daerah pesisir yang melibatkan tiga pilar good governance, ternyata belum diterapkan kepada pantai-pantai yang

6 lain yang ada di wilayah Kabupaten Pacitan. Meskipun sebenarnya pantai-pantai tersebut memiliki keindahan alam tersendiri, namun karena kurangnya fasilitas dan infrastruktur yang mendukung, menyebabkan pantai-pantai tersebut masih jarang dikunjungi oleh wisatawan, sehingga hal tersebut berpengaruh kepada jumlah pengunjung dan tingkat keramaian dari objek pariwisata serta Pendapatan Asli Daerah (PAD). Kurangnya fasilitas dan infrastruktur tersebut misalnya adalah akses jalan menuju beberapa pantai yang masih kurang baik, dengan keadaan jalan yang sempit, jalan aspal yang rusak, kurangnya infrastruktur seperti rumah ibadah dan penginapan yang memadai, serta kondisi pantai yang kurang terpelihara. Pemerintah Daerah sendiri telah mencoba untuk mengoptimalkan pendapatan daerah dengan mengeluarkan Peraturan Daerah yang mengatur tentang tarif retribusi di objek pariwisata pantai, salah satunya adalah Peraturan Daerah Kabupaten Pacitan Nomor 21 Tahun 2010 Tentang Retribusi Tempat Rekreasi dan Olah Raga. Namun, sekali lagi Peraturan Daerah tersebut tidak sepenuhnya dapat dilaksanakan di lapangan, misalnya di Pantai Soge Sidomulyo. Pantai tersebut memiliki daya tarik yang unik sebagai pantai yang terletak di sekitar Jalur Lintas Selatan Kabupaten Pacitan, sehingga berpotensi mendatangkan wisatawan dengan jumlah yang banyak. Namun, karena minimnya fasilitas yang dimiliki Pantai Soge Sidomulyo dan belum dikelola oleh pemerintah, maka pantai tersebut masih belum terlalu dikenal oleh khalayak luas. Beruntungnya, masyarakat setempat memiliki daya inisiatif untuk

7 mengadakan pos retribusi, meskipun belum terlalu optimal karena pos tersebut hanya dibuka pada hari-hari tertentu, di mana retribusi tersebut tidak mengalir kepada kas Pemerintah Daerah, melainkan kepada Pemerintah Desa dan kas pemuda. Padahal jika Pemerintah Daerah turut campur tangan dalam pengembangan pariwisata pantai tersebut, dapat terjadi kenaikan prosentase pengunjung dengan Pendapatan Asli Daerah yang terpantau dan dapat dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk pembangunan masyarakat. Selain kondisi tersebut Pemerintah Daerah juga belum merumuskan kebijakan pengembangan pariwisata secara khusus, namun Peraturan Daerah tentang tarif dan retribusi obyek pariwisata telah diterapkan. Berkaca kepada kondisi pengembangan ideal yang diterapkan kepada Pantai Teleng Ria, dengan pola kebijakan umum pengembangan pariwisata yang meliputi kebijakan untuk menjaga keseimbangan peran serta antara pemerintah, masyarakat dan swasta, kebijakan pengembangan objek wisata, atraksi, taman rekreasi dan hiburan umum, serta kebijakan pengembangan sarana prasarana, seharusnya pemerintah dapat membuat strategi pengembangan pariwisata serupa yang kemudian diterapkan kepada pantai-pantai lain di wilayah Kabupaten Pacitan. Inilah yang menjadi alasan penulis untuk mengangkat masalah penelitian dengan judul Strategi Pengembangan Daerah Pesisir Pantai Sebagai Objek Pariwisata di Kabupaten Pacitan. Diharapkan dengan mengetahui strategi pengembangan daerah pesisir yang salah satunya diterapkan di Pantai

8 Teleng Ria mampu memberi gambaran untuk mengembangkan daerah pesisir pantai yang lain dalam rangka mengoptimalkan Sumber Daya Alam yang berdampak kepada Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan pembangunan Kabupaten Pacitan pada khususnya.penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan gambaran output tentang strategi pengembangan daerah pesisir pantai sebagai objek pariwisata secara terpadu. B. Identifikasi Masalah Identifikasi masalah berdasarkan latar belakang di atas yaitu: 1. Kabupaten Pacitan memiliki potensi daerah pesisir yang dapat dikembangkan menjadi sektor pariwisata, namun pengelolaannya belum optimal. 2. Pemerintah Kabupaten Pacitan telah memberikan prioritas pembangunan kepada Pantai Teleng Ria, namun pantai-pantai yang lain belum mendapatkan prioritas pembangunan yang serupa. 3. Pemerintah Kabupaten Pacitan telah menjalin kerja sama dengan swasta untuk mengembangkan Pantai Teleng Ria, namun pantaipantai lain belum mendapatkan investasi dari swasta. 4. Belum ada kebijakan khusus yang mengatur tentang pembangunan dan pengembangan sektor pariwisata yang ada di Kabupaten Pacitan, peraturan yang ada hanya mengatur tentang kebijakan mengenai tarif dan retribusi sektor pariwisata.

9 5. Strategi pengembangan daerah pesisir pantai sebagai objek pariwisata belum dilaksanakan secara optimal. C. Batasan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah di atas, peneliti membatasi masalah tentang strategi pengembangan daerah pesisir pantai sebagai objek pariwisata yang belum dilaksanakan secara optimal. D. Rumusan Masalah Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: Bagaimana strategi yang dilakukan dalam mengembangkan daerah pesisir pantai sebagai objek pariwisata di kabupaten Pacitan? E. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui strategi yang diterapkan Pemerintah Daerah bersama pihak swasta dan masyarakat dalam mengembangkan daerah pesisir pantai sebagai objek pariwisata di Kabupaten Pacitan. F. Manfaat Penelitian 1. Secara Teoritis

10 Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap pengembangan Ilmu Administrasi Negara khususnya dalam bidang manajemen strategik. 2. Secara Praktis a. Bagi Peneliti Penelitian ini digunakan sebagai Tugas Akhir Skripsi (TAS) sebagai prasyarat dalam mendapatkan Gelar Sarjana, serta bermanfaat dalam menambah wawasan peneliti terutama dalam bidang kebijakan publik dan manajemen strategik, sehingga peneliti dapat menerapkan ilmu yang telah didapat selama masa perkuliahan. b. Bagi Pemerintah Daerah Penelitian ini bermanfaat sebagai bahan evaluasi dan perbaikan atas kebijakan pariwisata dan implementasinya yang dilaksanakan di Kabupaten Pacitan, khususnya dalam bidang pengembangan daerah pesisir pantai sebagai objek pariwisata. c. Bagi Masyarakat Penelitian ini bermanfaat sebagai sarana informasi terkait strategi pengembangan daerah pesisir pantai sebagai objek pariwisata di Kabupaten Pacitan, sehingga masyarakat dapat berpartisipasi aktif dan menjadi mitra pemerintah dalam pembangunan serta implementasi kebijakan pengembangan pariwisata di Kabupaten Pacitan.