BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Daya. Kabupaten Pacitan terletak di antara Lintang

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Daya. Kabupaten Pacitan terletak di antara Lintang"

Transkripsi

1 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Gambaran Umum Kabupaten Pacitan a. Kondisi Geografi Kabupaten Pacitan merupakan salah satu dari 38 kabupaten/ kota di Provinsi Jawa Timur yang terletak di bagian Selatan Barat Daya. Kabupaten Pacitan terletak di antara Lintang Selatan dan Bujur Timur, dengan luas wilayah 1.389,8716 km 2 atau ,6 Ha yang sebagian besar berupa bukit, gunung dan jurang terjal. Batas wilayah Kabupaten Pacitan sebagai berikut: Sebelah Utara Sebelah Selatan Sebelah Barat Sebelah Timur : Kabupaten Ponorogo dan Kabupaten Wonogiri : Samudera Indonesia : Kabupaten Wonogiri : Kabupaten Trenggalek Secara administratif, Kabupaten Pacitan terbagi atas 12 kecamatan, 5 kelurahan dan 166 desa. Kecamatan yang paling luas wilayahnya adalah Kecamatan Tulakan, yaitu 161,61 km 2 dan Kecamatan Tegalombo seluas 149,25 km 2. Sedangkan kecamatan dengan luas paling kecil adalah Kecamatan Sudimoro dengan luas 71,86 km 2. 54

2 55 Topografi Kabupaten Pacitan terdiri atas daerah pantai, dataran rendah dan perbukitan. Kondisi tersebut membawa konsekuensi munculnya keberagaman perilaku masyarakat terutama perbedaan mata pencaharian. Kondisi topografi tersebut dapat dirinci sebagai berikut: 1) Datar (kelas kelerengan 0-15%) dengan luas 55,59 km 2 atau 4% dari luas wilayah Kabupaten Pacitan; 2) Berombak (kelas kelerengan 6-10%) dengan luas 138,99 km 2 atau 10% dari luas wilayah Kabupaten Pacitan; 3) Bergelombang (kelas kelerengan 11-30%) dengan luas 333,57 km 2 atau 24% dari luas wilayah Kabupaten Pacitan; 4) Berbukit (kelas kelerengan 31-50%) dengan luas 722,73 km 2 atau 52% dari luas wilayah Kabupaten Pacitan; 5) Bergunung (kelas kelerengan > 52% ) dengan luas 138,99 km 2 atau 10% dari luas wilayah Kabupaten Pacitan. Berdasarkan fungsi kawasan di Kabupaten Pacitan terbagi atas dua kawasan yaitu kawasan budi daya dan kawasan lindung. Kawasan budi daya terdiri dari kawasan hutan produksi/ hutan rakyat, kawasan pertanian tanaman pangan, kawasan lahan kering, kawasan perikanan, kawasan perkebunan, kawasan peternakan, kawasan pariwisata, kawasan permukiman, kawasan perindustrian dan kawasan pertambangan. Sedangkan kawasan lindung meliputi kawasan suaka alam, kawasan pelestarian alam dan kawasan hutan lindung yang senantiasa dikawal dengan kegiatan yang diarahkan untuk menjaga agar pemanfaatan sumber

3 56 daya alam tidak merusak keseimbangan alam sehingga kelestarian lingkungan hidup dapat terjaga. b. Kondisi Demografi Kondisi Demografi Kabupaten Pacitan dapat terlihat dari laju pertumbuhan penduduk antara hasil Sensus Penduduk tahun 2000 dan hasil Sensus Penduduk tahun 2010 atau selama kurun waktu sepuluh tahun terakhir adalah sebesar 0,28%. Hal ini masih relatif rendah apabila dibandingkan dengan laju pertumbuhan penduduk Jawa Timur yang sebesar 0,75% dan Nasional sebesar 1,49%. Laju pertumbuhan kesejahteraan masyarakat tidak selalu tergantung pada pertumbuhan ekonomi, akan tetapi juga dipengaruhi oleh laju pertumbuhan penduduk. Jumlah penduduk di Kabupaten Pacitan pada tahun 2008 sebesar jiwa yang terdiri dari laki-laki dan perempuan, sementara pada tahun 2009 tercatat jiwa dan dari hasil Sensus Penduduk 2010 tercatat sebesar jiwa yang terdiri dari laki-laki dan perempuan. Distribusi penduduk di Kabupaten Pacitan berdasarkan hasil survey Sensus Penduduk 2010 terbesar berada di Kecamatan Tulakan yaitu sebesar 14,30%, yang diikuti oleh Kecamatan Pacitan sebesar 13,5%. Distribusi terkecil adalah Kecamatan Pringkuku sebesar 5,49% dan Kecamatan Sudimoro yaitu sebesar 5,55% (Perda Kabupaten Pacitan Nomor 11 Tahun 2011

4 57 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Tahun , 2011: 12-15). c. Potensi Pariwisata Kabupaten Pacitan Kabupaten Pacitan memiliki potensi pariwisata, di antaranya adalah wisata pantai, wisata goa, wisata sejarah/ budaya, wisata spiritual dan wisata rekreasi. Berikut ini merupakan data tentang wisata goa, wisata sejarah/ budaya, wisata spiritual dan wisata rekreasi: Tabel 2. Potensi Wisata Pacitan NO. JENIS WISATA LOKASI JARAK DARI PUSAT KOTA 1 Wisata Goa Goa Gong 30 km Goa Tabuhan 31 km Goa Putri 28 km Luweng Jaran 33 km 2 Wisata Sejarah/ Monumen Panglima 50 km Budaya Besar Soedirman Monumen Tumpak 9,5 km Rinjing 3 Wisata Spiritual Makam Kanjeng Jimat 0,5 km Padepokan Gunung 20 km Limo 4 Wisata Rekreasi Pemandian Air Hangat 15 km Sumber: Dokumen Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olah Raga Potensi wisata yang paling banyak dimiliki oleh Kabupaten Pacitan adalah wisata pantai. Berikut ini disajikan tabel wisata pantai yang dimiliki oleh Kabupaten Pacitan:

5 58 Tabel 3. Potensi Wisata Pantai di Kabupaten Pacitan No. Nama Letak Keterangan 1 Pantai Dhaki Kec. Sukorejo Belum dikelola Sudimoro 2 Pantai Bawur Kec. Bawur Belum dikelola Sudimoro 3 Pantai Taman Kec. Hadiwarno Sudah dikelola Ngadirojo 4 Pantai Segoro Anakan Kec. Belum dikelola Ngadirojo 5 Pantai Soge Kec. Sidomulyo Belum dikelola Ngadirojo 6 Pantai Jethak Kec. Tulakan Jethak Belum dikelola 7 Pantai Wora-Wari Kec. Wora-Wari Belum dikelola Kebonagung 8 Pantai Dangkal Kec. Wora-Wari Belum dikelola Kebonagung 9 Pantai Wawaran Kec. Sidomulyo Belum dikelola Kebonagung 10 Pantai Kaliwuluh Kec. Klesem Belum dikelola Kebonagung 11 Pantai Ngasem Kec. Klesem Belum dikelola Kebonagung 12 Pantai Bakung Kec. Plumbungan Belum dikelola Kebonagung 13 Pantai Sidomulyo Kec. Sidomulyo Belum dikelola Kebonagung 14 Pantai Teleng Ria Kec. Pacitan Sidoharjo Sudah dikelola 15 Pantai Tamperan Kec. Pacitan Sidoharjo Sudah dikelola 16 Pantai Srau Pringkuku Candi Sudah dikelola 17 Pantai Seruni Kec. Belum dikelola Pringkuku 18 Pantai Watukarung Kec. Watukarung Belum dikelola Pringkuku 19 Pantai Ngiriboyo Kec. Sendang Belum dikelola Donorojo 20 Pantai Klayar Kec. Sendang Sudah dikelola Donorojo 21 Pantai Buyutan Kec. Widoro Belum dikelola Donorojo 22 Pantai Nampu Kec. Donorojo Widoro Belum dikelola Sumber: Dokumen Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olah Raga

6 59 Berdasarkan tabel potensi wisata pantai di Kabupaten Pacitan, pantai yang telah dikelola oleh pihak pemerintah adalah Pantai Taman, Pantai Teleng Ria, Pantai Tamperan, Pantai Srau dan Pantai Klayar. Berikut di bawah ini merupakan keterangan dari masing-masing pantai yang telah dikelola dan dikembangkan oleh Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olah Raga: 1) Pantai Taman Pantai Tamam berlokasi di desa Hadiwarno Kecamatan Ngadirojo. Jarak dari pusat kota Pacitan adalah 30 km dan 4 km dari kota kecamatan. Pantai Taman merupakan salah satu pantai yang berada di sebelah timur Kabupaten Pacitan dan telah dikembangkan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Pacitan. Pantai tersebut berada di sepanjang Jalur Lintas Selatan, sehingga aksesibilitasnya berupa jalan aspal dan pemandangan indah. Fasilitas yang sudah tersedia adalah MCK, gardu pandang, dan tempat parkir. Pantai ini merupakan pantai dengan hamparan pasir putih dan memiliki potensi pengembangan penyu. 2) Pantai Teleng Ria Pantai Teleng Ria berlokasi di Kelurahan Sidoharjo, Kecamatan Pacitan. Jarak dari pusat kabupaten adalah sejauh 4 km dengan aksesibilitas jalan aspal. Luas lokasi pantai ini adalah seluas 30, 007 hektar, di mana di dalamnya telah dibangun beberapa fasilitas seperti bumi perkemahan, tempat outbond, MCK, mushola, kios-kios makanan,

7 60 kios cenderamata, gardu pandang dan sebagainya. Sejak tahun 2008, pantai Teleng Ria mulai dikelola oleh pihak swasta dan fasilitas yang ada di dalam pantai menjadi bertambah, seperti bungalow, Sea Veaw Café, kolam renang, dan wahana bermain. 3) Pantai Tamperan Pantai Tamperan berlokasi di Kelurahan Sidoharjo, Kecamatan Pacitan dan berjarak sejauh 4 km dari pusat kabupaten. Pantai Tamperan merupakan pantai yang sering dimanfaatkan sebagai tempat rekreasi dan memancing. Pantai ini merupakan sekaligus Pelabuhan Penangkapan Pantai (PPP) dan Tempat Pelelangan Ikan (TPI). Memiliki beberapa fasilitas seperti MCK, kios dan villa. Destinasi Pantai Tamperan sebagian lokasinya merupakan milik Perhutani, namun sampai sekarang belum ada kepastian bentuk kerjasamanya. Merupakan pantai yang di dalamnya dibangun Pelabuhan Penangkapan Pantai dan pengelolaannya oleh Pemerintah Provinsi sehingga ada dua penarika retribusi, yaitu dari Disbudparpora dan Pelabuhan. 4) Pantai Srau Pantai Srau berlokasi di Desa Candi Kecamatan Pringkuku. Jarak dari pusat kota pemerintahan adalah sejauh 25 km dari kota kabupaten dan 17 km dari kota kecamatan. Luas area Pantai Srau adalah m 2. Fasilitas yang sudah tersedia adalah panggung hiburan, kios, MCK, gardu pandang, mushola, tempat parkir dan TPR ( Tempat Penarikan Retribusi). Pantai Srau merupakan pantai yang indah dengan pasir

8 61 putih. Akses jalan sepanjang 10 km sempit bergelombang dan naik turun. Kondisi sarana dan prasarana sudah waktunya renovasi dan penambahan, di antaranya gapura pintu masuk, penambahan dan penataan MCK, penambahan gardu pandang, penambahan jalan setapak atau tangga, serta penghijauan dengan tanaman kelapa. 5) Pantai Klayar Pantai Klayar berlokasi di Desa Sendang Kecamatan Donorojo. Jarak dari pusat kota kabupaten adalah sejauh 45 km dan 20 km dari kota kecamatan. Luas area Pantai Klayar adalah m 2. Fasilitas yang telah ada adalah kios Pedagang Kaki Lima, MCK, gardu pandang, mushola dan tempat parkir. Pantai ini merupakan pantai yang indah dengan hamparan pasir putih dan beberapa tebing. Ada dua akses jalan, salah satunya jalan dari Goa Gong sepanjang 8 km yang masih perlu pelebaran jalan dan penataan, sehingga saat ini sedang dilakukan pelebaran jalan. Penambahan fasilitas di Pantai Klayar juga sudah terlihat seperti adanya pos retribusi, pos pengawas pantai, gardu pandang, penambahan jumlah MCK, mushola, dan kios pedagang. (Sumber: Dokumen Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olah Raga, 2013). d. Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olah Raga Berdasarkan Peraturan Bupati Pacitan Nomor 43 Tahun 2007 tentang Uraian Tugas, Fungsi dan Tata Kerja Dinas Kebudayaan,

9 62 Pariwisata, Pemuda dan Olah Raga Kabupaten Pacitan menerangkan bahwa Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olah Raga merupakan unsur pelaksana bidang kebudayaan, pariwisata, pemuda dan olah raga yang dipimpin oleh Kepala Dinas yang berkedudukan di bawah dan bertanggungjawab kepada Bupati melalui Sekretaris Daerah. Sekretariat Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olah Raga Kabupaten Pacitan bertempat di Jalan W. R. Supratman No. 20 A Pacitan. Sekretariat tersebut terdiri dari tiga kantor dalam satu lokasi, yaitu kantor sekretariat utama, kantor UPT (Unit Pelaksana Teknis), dan Tourism Information Center. Sekretariat Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olah Raga berlokasi di dekat salah satu obyek pariwisata pantai di Kabupaten Pacitan, yaitu Pantai Teleng Ria, sehingga Tourism Information Center diharapkan dapat menjadi gerbang informasi utama para wisatawan untuk berkunjung ke daerah daya tarik wisata lain yang ada di Kabupaten Pacitan. 1) Visi Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olah Raga Kabupaten Pacitan Terwujudnya pariwisata berbasis kelestarian alam, budaya lokal, nilai religi, peran serta generasi muda dan prestasi olah raga. 2) Misi Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olah Raga Untuk mewujudkan visi tersebut Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olah Raga mempunyai misi sebagai berikut:

10 63 a) Melakukan peningkatan mutu pelayanan publik b) Melakukan optimalisasi pengelolaan asset seni budaya daerah, nilai tradisi, situs sejarah dan kepurbakalaan c) Melakukan pembinaan dan pengembangan kreativitas serta peningkatan partisipasi generasi muda dalam pembangunan d) Menyelenggarakan pembinaan dan penyuluhan potensi olah raga e) Melakukan pengenalan dan expose potensi obyek dan daya tarik wisata, dan potensi pendukung lainnya termasuk budaya, kreativitas pemuda dan wisata olah raga f) Melakukan optimalisasi pengembangan obyek dan daya tarik wisata, sarana dan prasarana pariwisata serta pengembangan ekowisata berbasis ekonomi kerakyatan. 3) Tugas dan Fungsi Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olah Raga Tugas dan Fungsi Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olah Raga Kabupaten Pacitan telah tertera di dalam Peraturan Bupati Pacitan Nomor 43 Tahun 2007 tentang Uraian Tugas, Fungsi, dan Tata Kerja Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olah Raga Kabupaten Pacitan. Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olah Raga mempunyai tugas melaksanakan urusan kebudayaan, pariwisata, pemuda dan olah raga berdasarkan azas

11 64 otonomi dan tugas pembantuan. Untuk melaksanakan tugas tersebut, Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olah Raga menyelenggarakan fungsi: 1. Perumusan kebijakan teknis di bidang kebudayaan, pariwisata, pemuda dan olah raga 2. Penyelenggaraan urusan kebudayaan, pariwisata, pemuda dan olah raga serta pelayanan umum sesuai dengan lingkup tugasnya 3. Pembinaan dan pelaksanaan tugas di bidang kebudayaan, pariwisata, pemuda dan olah raga 4. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Bupati sesuai dengan tugas dan fungsinya. 4) Struktur Organisasi Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olah Raga Kabupaten Pacitan Sesuai dengan Peraturan Bupati Pacitan No. 43 Tahun 2007 tentang Uraian Tugas, Fungsi dan Tata Kerja Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olah Raga Kabupaten Pacitan, bagan struktur organisasi Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olah Raga adalah sebagai berikut:

12 65 Gambar 5. Bagan Struktur Organisasi Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olah Raga (Peraturan Bupati Pacitan No. 43 Tahun 2007) Berdasarkan bagan susunan organisasi yang termaktub dalam Peraturan Bupati Pacitan Nomor 43 Tahun 2007 tentang Uraian, Tugas, Fungsi dan Tata Kerja Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olah Raga Kabupaten Pacitan, berikut ini merupakan uraian tugas dan fungsi dari bagian, bidang serta seksi di Dinas Kebudayaan Pariwisata, Pemuda dan Olah Raga:

13 66 Sekretariat mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olah Raga di bidang ketatausahaan, keuangan, kepegawaian, sarana dan prasarana, penyusunan program, evaluasi dan pelaporan serta melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olah Raga sesuai dengan tugas dan fungsinya. Adapun fungsi dari sekretariat adalah sebagai berikut: a) Penyelenggaraan dan pengelolaan rumah tangga, sarana dan perlengkapan b) Pelaksanaan surat-menyurat, kearsipan dan perpustakaan c) Pembinaan dan pengembangan serta pengelolaan administrasi kepegawaian d) Penyelenggaraan dan pengelolaan administrasi keuangan e) Pengkoordinasian program kerja dan laporan serta pelaksanaan evaluasi dan pengendalian. Sekretariat terdiri dari Sub Bagian Umum dan Kepegawaian, Sub Bagian Program, Evaluasi dan Pelaporan, serta Sub Bagian Keuangan. Selanjutnya, salah satu bagian dari bagan organisasi Disbudparpora adalah Bidang Kebudayaan. Bidang Kebudayaan terdiri dari dua bagian, yaitu Seksi Kesenian, Sejarah dan Nilai Tradisional serta Seksi Museum dan Kepurbakalaan. Bidang Kebudayaan memiliki tugas melaksanakan sebagian tugas Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olah Raga di

14 67 bidang kesenian, sejarah dan nilai tradisional, museum dan kepurbakalaan. Sedangkan fungsi dari Bidang Kebudayaan adalah sebagai berikut: a) Perencanaan pola pengembangan Kebudayaan Daerah b) Pelaksanaan kebijakan perlindungan Hak Kekayaan Intelektual (HKI) bidang kebudayaan, pemberian penghargaan/ anugerah bagi insan/ lembaga yang berjasa di bidang kebudayaan. c) Pelaksanaan kebijakan kerjasama di bidang kebudayaan d) Pembinaan program pengembangan nila-nilai sejarah, budaya, tradisional, seni kreasi baru, karya seni organisasi seni/ seniman, karya film dan peredarannya e) Pelaksanaan monitoring dan evaluasi kegiatan kebudayaan Bidang yang selanjutnya adalah Bidang Pengembangan Pariwisata. Bidang tersebut terdiri dari tiga bagian yaitu Seksi Obyek dan Daya Tarik Pariwisata, Seksi Jasa dan Sarana, serta Seksi Peningkatan Peran Serta Masyarakat. Bidang Pengembangan mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olah Raga di bidang obyek dan daya tarik wisata, jasa dan sarana, peningkatan peran serta masyarakat serta melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olah Raga sesuai dengan tugas dan fungsinya. Adapun fungsi dari bidang Pengembangan Pariwisata adalah sebagai berikut: a) Pembinaan dan pengembangan produk pariwisata, obyek dan daya tarik wisata

15 68 b) Pembinaan dan pengembangan peran serta/partisipasi masyarakat dalam pengembangan produk usaha dan jasa pariwisata c) Pembinaan dan pengembangan standar mutu produk pariwisata dan pelayanan wisata d) Penyusunan evaluasi dan laporan kegiatan di bidang pengembangan pariwisata Bidang Promosi terdiri dari Seksi Pemasaran dan Seksi Informan dan Analisa Pasar. Bidang ini mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olah Raga di bidang pemasaran, informasi dan analisa pasar serta melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olah Raga. Adapun fungsi dari Bidang Promosi adalah sebagai berikut: a) Pembinaan dan pengembangan promosi dan pameran budaya dan pariwisata b) Pembinaan dan pengembangan promosi potensi budaya dan pariwisata, potensi kepemudaan serta olah raga yang dapat dikemas sebagai daya tarik pariwisata c) Pembinaan dan pengembangan pusat informasi pemasaran, potensi budaya, pariwisata, pengembangan bakat pemuda dan olah raga d) Pengembangan kreasi, bakat dan keterampilan generasi muda dalam bidang pemasaran potensi budaya dan pariwisata

16 69 e) Penyusunan evaluasi dan laporan di bidang promosi. Bidang Pemuda terdiri dari dua seksi yaitu Seksi Produktifitas Kepemudaan dan Seksi Lembaga Kepemudaan. Bidang Pemuda mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olah Raga di bidang produktifitas kepemudaan dan lembaga kepemudaan serta melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olah Raga sesuai dengan tugas dan fungsinya. Fungsi Bidang Pemuda adalah sebagai berikut: a) Penetapan kebijakan di bidang kepemudaan b) Pelaksanaan kebijakan di bidang kepemudaan c) Koordinator pembinaan dan pengembangan kepemudaan d) Pembinaan dan pengawasan organisasi dan kegiatan kepemudaan e) Penyusunan evaluasi dan laporan di bidang kepemudaan Bidang Olah Raga terdiri dari dua Seksi, yaitu Seksi Olah Raga Masyarakat dan Seksi Bina Prestasi dan Organisasi Olah Raga. Bidang Olah Raga mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olah Raga di bidang olah raga masyarakat, bina prestasi dan organisasi olah raga serta melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olah Raga. Fungsi dari Bidang Olah Raga adalah sebagai berikut:

17 70 a) Penetapan kebijakan teknis di bidang olah raga b) Pelaksanaan kebijakan teknis di bidang olah raga c) Koordinator pembinaan dan pengembangan olah raga lintas sektor dan lintas bidang pemerintahan, serta lembaga non pemerintah/ swasta yang memiliki kompetensi keolahragaan d) Pembinaan dan pengawasan di bidang keolahragaan e) Penyusunan evalusasi dan laporan di bidang olah raga Dalam bagan struktur organisasi Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olah Raga juga terdapat struktur UPT (Unit Pelaksana Teknis), yaitu: 1) UPT Pengelola Obyek Wisata Goa dan Pemandian Air Hangat Merupakan unsur pelaksana teknis operasional dan teknis penunjang di bidang Pengelola Obyek Wisata Goa dan Pemandian Air Hangat.UPT ini mempunyai tugas: a) Menyusun kebutuhan dan pengadaan sarana administrasi barang-barang keperluan Unit Pengelola Obyek Wisata Goa dan Pemandian Air Hangat b) Melaksanakan pemeliharaan, menjaga keamanan, menjaga kelestarian obyek wisata, benda-benda, fasilitas dan sumber daya alam yang menjadi kewenangannya c) Melaksanakan dan mengawasi pelaksanaan penjualan karcis retribusi masuk sampai penyetoran sesuai dengan

18 71 ketentuan yang berlaku serta memberikan pelayanan pengunjung dengan sebaik-baiknya d) Melaksanakan pengendalian dan evaluasi pelaksanaan kegiatan pengelolaan obyek wisata goa dan pemandian air hangat e) Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olah Raga sesuai dengan tugas dan fungsinya. 2) UPT Pengelola Obyek Wisata Pantai Merupakan unsur pelaksana teknis operasional dan teknis penunjang di bidang Pengelola Obyek Wisata Pantai.UPT Pengelola Obyek Pariwisata Pantai mempunyai tugas: a) Menyusun kebutuhan dan pengadaan sarana administrasi barang-barang keperluan Unit Pengelola Obyek Wisata Pantai b) Melaksanakan pemeliharaan, menjaga keamanan, menjaga kelestarian, benda-benda, fasilitas dan sumber daya alam di sekitarnya yang menjadi kewenangannya c) Melaksanakan dan mengawasi pelaksanaan penjualan karcis retribusi masuk sampai penyetoran sesuai dengan ketentuan yang berlaku serta memberikan pelayanan pengunjung dengan sebaik-baiknya

19 72 d) Melaksanakan pengendalian dan evaluasi pelaksanaan kegiatan pengelolaan obyek wisata pantai e) Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olah Raga sesuai dengan tugas dan fungsinya. 2. Deskripsi Data a. Strategi Formulasi Pengembangan Daerah Pesisir Sebagai Objek Pariwisata Pantai di Kabupaten Pacitan Proses perumusan strategi mencakup pengembangan visi dan misi, pengidentifikasian peluang, ancaman, kekuatan, dan kelemahan, penetapan tujuan jangka panjang, pencarian strategi alternatif dan pemilihan strategi pada lembaga tersebut. Begitu juga dengan Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olah Raga yang menjadi konseptor sekaligus eksekutor kebijakan di bidang pengembangan pariwisata di Kabupaten Pacitan. Mengenai perumusan strategi pada sektor pengembangan pariwisata, Ibu EI sebagai Kepala Bidang Pengembangan Pariwisata mengemukakan bahwa: Kita yang pertama membuat rencana induk terlebih dahulu, semacam dokumen perencanaan. Seperti misalnya Master Plan, kemudian DED, Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan. Selanjutnya kita mencoba untuk menjaring dana dari luar, departemen atau kementerian lain maka kita harus punya Dokumen Perencanaan. Kemudian setelah

20 73 membuat dokumen perencanaan, kita membuat skala prioritas. Karena dana terbatas, tidak mungkin semua obyek pariwisata terfasilitasi. Sementara yang sudah menjadi KSPN (Kawasan Strategis Pariwisata Nasional) adalah Goa Gong dan Pantai Klayar. Jadi untuk prioritas pengembangan tahun ini, yaitu tahun kita fokuskan kepada Goa Gong dan Pantai Klayar. (Hasil wawancara pada tanggal 25 September 2013). Berdasarkan hasil wawancara tersebut menunjukkan bahwa dalam perumusan strategi pengembangan pariwisata dimulai dari pembuatan rencana induk berupa dokumen perencanaan. Dokumen perencanaan tersebut dapat berupa Master Plan, DED (Detail Engineering Design), serta Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan. Sebagai pengembangan dari visi dan misi Dinas Kebudayaan Pariwisata, Pemuda dan Olah Raga, terutama misi kelima yaitu melakukan pengenalan dan expose potensi obyek dan daya tarik wisata, dan potensi pendukung lainnya termasuk budaya, kreativitas pemuda dan wisata olah raga serta misi keenam yaitu melakukan optimalisasi pengembangan obyek dan daya tarik wisata, sarana dan prasarana pariwisata serta pengembangan ekowisata berbasis ekonomi kerakyatan, ada beberapa prioritas yang harus didahulukan, tetapi tidak mengecualikan daya tarik pariwisata yang lainnya. Hal tersebut dijelaskan kembali oleh Ibu EI sebagai berikut: Setelah pengembangan daya tarik wisata yang ditetapkan sebagai Kawasan Strategis Pariwisata Nasional, yaitu Goa Gong dan Pantai Klayar telah selesai dikembangkan, maka prioritas pengembangan akan dialihkan kepada daerah timur, yang dilalui oleh Jalur Lintas Selatan (JLS). Daerah-daerah

21 74 di sekitar JLS itu sangat berpotensi jika dikembangkan. Namun di daerah wisata yang berada di daerah timur tersebut, meskipun sangat banyak potensinya, tapi belum memiliki sarana dasar pariwisata. Oleh karena itu, belum dilakukan pengelolaan di daerah timur. Masalahnya, jika kita membuka DTW (Daya Tarik Wisata) yang belum memiliki sarana dasar akan membutuhkan banyak perhatian di sana. (Hasil wawancara pada tanggal 25 September 2013). Berdasarkan wawancara tersebut, dari pihak pemerintah daerah memang belum mengembangkan dan mengelola beberapa daya tarik wisata di daerah Pacitan karena harus mendahulukan objek pariwisata yang menjadi prioritas. Pada tahun pengembangan difokuskan kepada Goa Gong dan Pantai Klayar yang telah ditetapkan oleh Pemerintah Pusat sebagai Kawasan Strategis Pariwisata Nasional. Sedangkan objek pariwisata lain, yang kebanyakan berada di daerah timur Pacitan, belum dikembangkan karena prioritasnya masih berada di bawah Goa Gong dan Pantai Klayar. Selain itu, objek pariwisata yang dilalui oleh Jalur Lintas Selatan tersebut belum memuliki sarana dasar pariwisata, sehingga jika dikembangkan membutuhkan perhatian khusus untuk pembangunannya. Mengenai peluang, ancaman, kekuatan dan kelemahan dalam pengembangan pariwisata pantai di Kabupaten Pacitan dijelaskan sebagai berikut: Untuk kelemahan, kita memiliki beberapa kendala, yang pertama adalah SDM intern pariwisata maupun pengelola. Kriteria SDM pengelola belum memenuhi syarat, misalnya tingkat pendidikan, golongan atau pangkat, serta

22 75 keterampilan yang didapat dari kursus. Kedua adalah terbatasnya sarana dan prasarana yang ada sekarang ini. Contohnya jalan. Jalan menuju Goa Gong dan Klayar. Ketiga adalah masalah klasik, yaitu dana. Sedangkan peluangnya adalah dalam sistem pengembangan pariwisata ini adalah suatu kegiatan yang tidak kenal waktu, tidak kenal batas, tidak kenal wilayah. Jika dikelola dengan baik akan menjadi sumber pendapatan yang tidak ada putus-putusnya. Sehingga kesejahteraan masyarakat akan tercapai. Kemudian ancamannya, pasti akan terjadi banyak polusi, terutama yang berasal dari udara, karena mobil dan kendaraan-kendaraan yang masuk akan menimbulkan pencemaran. Kedua, ancamannya pada budaya akibat adanya interaksi masyarakat lokal dengan para wisatawan. Selanjutnya, kekuatan kita itu ada pada potensi, selain itu adanya masyarakat yang mendukung, serta pemerintah yang sangat peduli pada bidang kepariwisataan. (Hasil wawancara pada tanggal 25 September 2013). Berdasarkan hasil wawancara tersebut, maka dapat diidentifikasi tentang peluang, ancaman, kekuatan dan kelemahan dalam pengembangan pariwisata di Kabupaten Pacitan, yaitu sebagai berikut: 1. Peluang a. Sistem pengembangan pariwisata yang tidak kenal waktu, batas, dan wilayah. b. Daya tarik wisata yang dikelola dengan baik akan menjadi sumber pendapatan yang tidak ada putusnya. c. Daya tarik wisata yang dikembangkan dapat memicu tercapainya kesejahteraan masyarakat.

23 76 2. Ancaman a. Polusi, khususnya polusi udara yang timbul dari kendaraan bermotor wisatawan dari luar kabupaten Pacitan. b. Budaya lokal yang dapat bergeser akibat interaksi masyarakat lokal dengan para wisatawan. 3. Kekuatan a. Potensi daya tarik wisata/ objek pariwisata. b. Masyarakat yang mendukung pengembangan pariwisata. c. Pemerintah yang sangat peduli dalam bidang kepariwisataan. 4. Kelemahan a. Sumber Daya Manusia internal pariwisata dan pengelola pariwisata yang masih belum memenuhi beberapa kualifikasi, misalnya tingkat pendidikan, golongan atau pangkat, serta keterampilan yang didapat dari kursus. b. Terbatasnya sarana dan prasarana pariwisata, misalnya akses jalan menuju objek pariwisata. c. Terbatasnya dana. Selanjutnya dalam strategi pengembangan pariwisata tahap pencarian strategi alternatif merupakan hal yang perlu dilakukan oleh pemerintah daerah, khususnya oleh Dinas Kebudayaan,

24 77 Pariwisata, Pemuda dan Olah Raga. Oleh karena itu Ibu EI menjelaskan bahwa: Untuk strategi alternatif yang dipilih adalah strategi pemasaran dengan gencar promosi lewat media, seperti internet, leaflet, booklet, kemudian lewat VCD dengan icon Pacitan is Paradise of Java yang sasarannya adalah tamutamu negara, fungsinya sebagai souvenir. Strategi alternatif lain dalam promosi adalah mengikuti pameran-pameran pariwisata, baik pameran regional maupun nasional. (Hasil wawancara pada tanggal 25 September 2013). Strategi alternatif yang dilakukan dalam pengembangan pariwisata di Pacitan berdasarkan wawancara tersebut adalah mengoptimalkan strategi pemasaran dengan cara gencar melakukan promosi melalui berbagai media, yaitu melalui internet, leaflet, booklet, VCD dengan icon Pacitan is Paradise of Java yang diberikan kepada tamu-tamu negara dan berfungsi sebagai souvenir, serta mengikuti pameran pariwisata baik di tingkat regional maupun tingkat nasional untuk lebih mengenalkan keindahan pariwisata di Kabupaten Pacitan kepada khalayak umum. Beberapa contoh pameran pariwisata yang pernah diikuti oleh Pemerintah Kabupaten Pacitan, dalam hal ini diwakili oleh Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olah Raga dalam mengenalkan pariwisata Pacitan adalah pameran pariwisata di Taman Mini Indonesia Indah Jakarta dan di salah satu Hotel yang ada di kota Surabaya. Pemerintah Daerah juga telah melakukan analisis pasar, di mana sebesar 90% wisatawan berasal dari daerah sebelah barat

25 78 Pacitan, seperti Wonogiri, Solo dan Jogjakarta, sedangkan sebesar 10% wisatawan berasal dari daerah timur seperti Surabaya. Oleh karena itu Pemerintah tetap melakukan ekspansi promosi baik ke daerah barat maupun ke daerah timur di tingkat regional maupun nasional. Berdasarkan pencarian strategi alternatif yang diuraikan di atas, marketisasi Pacitan is Paradise of Java sudah dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Pacitan. Mengenai pemilihan strategi dalam pengembangan daerah pesisir sebagai obyek pariwisata pantai adalah sebagai berikut: Pemilihan strategi dalam pengembangan objek pariwisata pantai di Kabupaten Pacitan adalah dengan membuat daftar prioritas pengembangan. Untuk pariwisata pantainya, kita berusaha untuk menambah sarana dan prasarana seperti peningkatan jumlah MCK, mushola, gardu pandang, toko Pedagang Kaki Lima dan sebagainya. Di samping itu kita juga gencar melakukan promosi baik di tingkat lokal, regional, nasional, maupun internasional. Untuk Pantai lain juga akan dibangun dengan sarana-prasarana serupa, hanya saja waktu dan prioritasnya berbeda. Selain itu untuk strategi pengembangan wilayah Pantai, di salah satu Pantai yaitu Pantai Teleng Ria telah mencoba menerapkan kerjasama dengan 3 pilar good governance, untuk membangun dan mengembangkan sarana dan prasarana di Pantai Teleng Ria. Strategi terbaru yang sedang dipersiapkan adalah dengan menawarkan paket wisata dengan brand Segitiga Emas Pariwisata yang meliputi tiga objek wisata di Pacitan yaitu Goa Gong-Klayar-Taman atau Goa Gong-Klayar-Srau. (Hasil wawancara pada tanggal 25 September 2013). Berdasarkan keterangan tersebut, pemilihan strategi yang diambil pemerintah dalam mengembangkan objek pariwisata pantai adalah dengan membuat daftar prioritas pengembangan pariwisata

26 79 pantai. Setelah mendapatkan prioritas utama, maka dilakukan pengembangan objek pariwisata pantai melalui penambahan sarana dan prasarana yang menunjang serta memberikan kemudahan untuk wisatawan, yaitu penambahan fasilitas MCK, mushola, gardu pandang, toko Pedagang Kaki Lima dan sebagainya. Penambahan fasilitas tersebut diimbangi dengan gencarnya promosi objek pariwisata di Pacitan kepada khalayak umum baik di tingkat lokal, regional, nasional, maupun internasional. Selain itu, di salah satu pantai, yaitu Pantai Teleng Ria telah menggunakan sistem kerjasama dengan tiga pilar good governance yaitu antara pemerintah, swasta dan juga masyarakat untuk mengembangkan objek pariwisata pantai. Bentuk operasional dari kerjasama tersebut adalah dengan menyelenggarakan kontrak kerjasama dengan pihak swasta, sehingga swasta menjadi pengelola dan manajemen pantai, pemerintah sebagai pembuat dan pengkontrol kebijakan, serta masyarakat dilibatkan untuk menumbuhkan kemandirian ekonomi dengan cara membuka warung, tempat berjualan serta memberikan jasa kepada wisatawan. Sedangkan strategi terbaru yang sedang dipersiapkan adalah dengan menawarkan kepada wisatawan paket perjalanan wisata dengan brand Segitiga Emas Pariwisata yang meliputi tiga objek pariwisata di Kabupaten Pacitan.

27 80 b. Strategi Implementasi Pengembangan Objek Pariwisata Pantai di Kabupaten Pacitan Penerapan strategi (strategi implementasi) pengembangan objek pariwisata pantai di Kabupaten Pacitan mengharuskan pemerintah melakukan fungsi-fungsi manajemen. Menurut Ibu EI selaku Kepala Bidang Pengembangan di Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olah Raga mengemukakan bahwa: Untuk penerapan strategi di lapangan, kami selalu melakukan koordinasi, baik koordinasi antar lembaga dengan Pemerintah Daerah maupun dengan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, koordinasi yang sifatnya internal, yaitu dengan struktur organisasi di Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olah Raga, khususnya yang menangani langsung bidang kepariwisataan. Kami juga melakukan koordinasi dan sosialisasi dengan pemerintah desa, masyarakat dan juga swasta yang menjadi mitra kerja. Untuk masyarakat, kami mengadakan sosialisasi dan koordinasi dalam setiap kebijakan yang akan diterapkan dalam pengembangan pariwisata pantai, misalnya untuk masyarakat di sekitar Pantai Teleng Ria. Ketika akan mengadakan kerjasama dengan swasta, kami mengadakan sosialisasi kepada masyarakat mengenai kerjasama tersebut. Begitu juga dengan Pantai lain, misalnya Pantai Klayar, ketika akan melakukan pengmbangan di sana kami mengadakan koordinasi dengan pemerintah desa dan masyarakat. Untuk swasta, yang sementara ini baru mengadakan kerjasama di Pantai Teleng Ria kami juga mengadakan perencanaan dan koordinasi, terutama mengenai sistem bagi hasil retribusi yang didapat dari pengelolaan pantai. Selanjutnya, kami juga melakukan mekanisme kontrol terhadap aktivitas swasta tersebut. Mekanisme kontrol juga kami lakukan dengan pemerintah desa. (Hasil wawancara pada tanggal 25 September 2013). Hal senada dituturkan oleh Bapak W, Kepala Desa Sendang yang membawahi administratif Pantai Klayar:

28 81 Kami selalu mengadakan koordinasi dengan Pemerintah Daerah, khususnya dengan Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olah Raga yang menangani langusung bidang pengembangan Pantai Klayar. Untuk koordinasi yang berjalan selama ini aman-aman saja, karena memang ada kontrak kerja antara Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olah Raga dengan Pemerintah Desa Sendang. Koordinasi yang dilakukan adalah mengenai pembagian hasil retribusi yang menjadi Pendapatan Asli Daerah (PAD). Sejak dikembangkan oleh pemerintah, yaitu pada tahun 2008, sistem pengelolaan menggunakan sistem bagi hasil. Untuk Pemerintah Daerah sebanyak 70% dan untuk Pemerintah Desa sebanyak 30%. Sedangkan pendapatan untuk Desa yang 30% itu masih harus dibagi lagi, yang hasil bersihnya 20% untuk Pemerintah Desa dan 10% untuk Dusun yang bersangkutan. Untuk controlling juga sering terjadi, selain dari Pemda melakukan kunjungan juga berupa target untuk menaikkan pendapatan retribusi Pantai Klayar. Pada tahun 2013 target pendapatannya adalah 125 juta rupiah, sedangkan untuk tahun-tahun selanjutnya mulai tahun 2013 diharapkan target pendapatan sebanyak 250 juta per tahun. (Hasil wawancara pada tanggal 2 Oktober 2013). Berdasarkan pemaparan dari pihak Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olah Raga serta dari pihak pemerintah desa, maka dalam pengembangan objek pariwisata pantai tersebut menggunakan strategi implementasi berupa fungsi-fungsi manajemen, yang meliputi perencanaan, pengorganisasian, koordinasi dan kontrol. Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olah Raga melakukan koordinasi dengan Pemerintah Daerah dan lembaga lain seperti Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Selain itu juga melakukan koordinasi dengan Pemerintah Desa terkait dengan sistem pembagian hasil retribusi pariwisata pantai, koordinasi dengan masyarakat sekitar pantai, serta melakukan

29 82 kontrol terhadap pengembangan pariwisata pantai di tingkat desa. Kontrol yang dilakukan bukan hanya tentang pencapaian target yang harus dicapai untuk kontribusi Pendapatan Asli Daerah, tetapi juga memantau tentang sejauh mana pengembangan aksesibilitas pariwisata, serta kunjungan rutin kepada Pemerintah Desa. Salah satu strategi yang diterapkan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Pacitan yang dalam hal ini adalah Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olah Raga adalah dengan melakukan pengembangan wilayah pesisir sebagai objek pariwisata pantai bersama tiga pilar good governance, yaitu pemerintah, pihak swasta dan masyarakat di Pantai Teleng Ria. Penjelasan lebih lanjut mengenai strategi pengelolaan Pantai Teleng Ria yang dikelola bersama pihak swasta dan masyarakat adalah sebagai berikut: Sebelum melakukan kerjasama dengan swasta, kami melakukan sosialisasi kepada masyarakat setempat. Selain kepada masyarakat juga ada bentuk koordinasi yang lain, yaitu dengan instansi lain dan DPR. Setelah itu antara pihak pemerintah dengan swasta melakukan MoU dan teken kontrak. Kita membutuhkan swasta untuk membangun sarana dan prasarana. Masyarakat sendiri tetap difasilitasi untuk berjualan di sekitar pantai, karena akan menumbuhkan kemandirian ekonomi masyarakat juga. Selain itu masyarakat sekitar juga dibebaskan dari retribusi untuk aktivitas sehari-hari di sekitar pantai. (Hasil wawancara pada tanggal 25 September 2013). Penjelasan tersebut menegaskan bahwa dalam pengambilan keputusan kerjasama antara pemerintah dengan swasta didahului dengan koordinasi dan sosialisasi yang dilakukan oleh pemerintah

30 83 yang diwakili oleh Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olah Raga kepada pihak-pihak berikut: 1) Masyarakat yang berdomisili di sekitar pantai yang tetap diberikan fasilitas untuk berjualan di sekitar pantai serta mendapatkan akses bebas retribusi dalam kegiatan sehari-hari di pantai Teleng Ria. 2) Instansi-instansi lain di lingkungan Pemerintah Kabupaten Pacitan, seperti Dinas Kelautan, Dinas Perhubungan dan Bina Marga. 3) Dewan Perwakilan Rakyat Kabupaten Pacitan terkait dengan kebijakan-kebijakan yang akan diterapkan bersama dalam pengembangan pariwisata. Setelah dilakukannya kerjasama dengan pihak swasta peran pemerintah di Pantai Teleng Ria adalah melakukan fungsi kontrol terkait dengan laporan pengelolaan, perizinan, rencana penataan ruang di wilayah pantai, dan sebagainya. Peran lain yang dijalankan oleh Pemerintah adalah berkoordinasi dengan pihak swasta mengenai sistem pembagian hasil dari retribusi Pantai Teleng Ria. Setelah adanya pengelolaan pantai oleh pihak swasta, mucul beberapa dampak di lapangan, yaitu:

31 84 1) Dampak positif a) Pihak swasta pengelola pantai yaitu PT El John memiliki konsep yang rapi mengenai pengelolaan pantai, terbukti dengan bertambahnya fasilitas dan sarana prasarana di pantai Teleng Ria, seperti kolam renang dan wahana bermain, hotel dan homestay di dalam wilayah pantai, penataan wilayah bumi perkemahan, tempat berjualan masyarakat, gardu pandang, tempat ibadah, MCK dan sebagainya. b) Pantai yang dikelola menjadi lebih bersih, tertata dan indah. c) Bertambahnya daya tarik pantai sehingga wisatawan menjadi lebih tertarik untuk berkunjung. d) Terdapat efek signifikan pada pendapatan masyarakat yang memiliki usaha di sekitar pantai, karena dengan pembangunan fasilitas oleh pihak swasta membuat wisatawan yang berkunjung menjadi lebih banyak. 2) Dampak Negatif Selain dampak positif, kerjasama dengan pihak swasta juga membawa kontradiksi yaitu dengan timbulnya dampak negatif swastanisasi. Dampak tersebut adalah munculnya ketidaksukaan sebagian kecil masyarakat terhadap kerjasama antara pemerintah dengan swasta. Motif ketidaksukaan masyarakat tersebut muncul

32 85 karena masyarakat merasa barang dagangan mereka menjadi kurang laku setelah dibangunnya hotel dan restaurant oleh pihak swasta. Ketidaksukaan tersebut kemudian muncul sebagai aksi protes yang berbuah konflik sehingga harus diselesaikan secara hukum di Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN) Jawa Timur. Setelah diselesaikan melalui jalur hukum, maka didapatkan winwin solution untuk kedua belah pihak, yaitu pihak masyarakat dan pihak pemerintah bersama swasta. c. Strategi Evaluasi Pengembangan Daerah Pesisir Sebagai Objek Pariwisata Pantai di Kabupaten Pacitan 1) Evaluasi Terkait Kerja Sama Tiga Pilar Good Governance di Pantai Teleng Ria Salah satu strategi yang diterapkan oleh Pemerintah Daerah dalam mengembangkan pariwisata pantai adalah menjalin kerjasama dengan pihak swasta dan masyarakat. Kerjasama yang dijalin dengan pihak swasta adalah berupa penanaman investasi dan pembangunan sarana-prasarana di Pantai Teleng Ria. Sedangkan masyarakat berpartisipasi dalam pengembangan obyek pariwisata dengan membangun basis-basis kemandirian ekonomi dengan cara berjualan dan menawarkan beberapa jenis jasa. Seperti yang telah dijelaskan di atas bahwa pengelolaan pantai yang dipindahtangankan kepada swasta tersebut membawa

33 86 dampak positif dan juga negatif. Dampak negatif yang timbul akibat kerjasama dengan swasta tersebut adalah terjadinya pemutusan kontrak kerja dengan pihak swasta pada tanggal 15 Mei Berkaitan dengan konflik yang timbul dalam penyelenggaraan kerjasama dengan pihak swasta, dari pihak Pemerintah Daerah tidak terlalu banyak memberikan keterangan. Keterangan yang diberikan hanyalah sebatas ada pemutusan kontrak pada tanggal 15 Mei 2013 karena terjadi kesalahan dari kedua belah pihak. Untuk mengkonfirmasi tentang masalah yang terjadi, maka peneliti melakukan wawancara terhadap Bapak Y, salah satu tokoh masyarakat yang bertempat tinggal di sekitar wilayah pantai. Hasil wawancara dengan Bapak Y terkait masalah pemutusan kontrak dengan pihak swasta adalah sebagai berikut: Penyelenggaraan kontrak kerja antara pihak pemerintah dengan El John telah disepakati akan diselenggarakan kerja sama selama 20 tahun, ditetapkan sejak bulan September 2008 tetapi diputus tanggal 15 Mei Sejak penyelenggaraan kerja sama dengan pihak swasta timbul beberapa konflik dengan masyarakat. Mengenai pemutusan kontrak, hal itu terjadi karena seperti yang kita ketahui, pemerintah daerah kita sekarang ini dipimpin oleh seorang yang sangat demokratis, sehingga berusaha untuk menjalankan good governance, yang prinsip-prinsip transparansi dan akuntabilitas sangat dijunjung. Ditambah lagi dengan adanya Undang-Undang KIP (Keterbukaan Informasi Publik), maka hal tersebut dimanfaatkan oleh masyarakat yang beraktivitas di pantai, yang dulu juga pernah melaksanakan demo dan protes kepada pemerintah. Sebenarnya mereka adalah kumpulan beberapa orang yang merasa dirugikan dengan keberadaan El John yang dagangannya kurang laku setelah adanya pengelolaan pantai oleh swasta. Mereka selanjutnya mengetahui bahwa dalam penetapan

34 87 kerjasama tahun 2008 dulu kurang melibatkan masyarakat, kurang transparan, sehingga menuntut untuk pembenahan prosedur penetapan pihak pengelola pantai. Oleh karena itu, kontrak dengan El John diputus, dengan harapan ingin melakukan perbaikan prosedur perekrutan pihak swasta pengelola pantai, sehingga sekarang dilakukan proses pelelangan. (Hasil wawancara pada tanggal 2 Oktober 2013) Akibat pemutusan kontrak dengan pihak swasta terjadi beberapa hal seperti yang dijelaskan oleh Bapak Y: Kondisi Teleng Ria saat ini sementara vakum, fasilitasfasilitas sudah tidak ada yang mengurus, jadi terbengkalai. Sudah tidak ada retribusi lagi kalau masuk pantai, paling cuma bayar parkir. Nah, hal-hal seperti itu justru membuktikan bahwa pantai sebesar Teleng Ria itu memang harus dikelola oleh pihak yang ahli dan profesional. Biarkan dulu dampaknya seperti ini, biar mereka yang tidak suka pada swasta tahu. (Hasil wawancara pada tanggal 2 Oktober 2013) Pernyataan Bapak Y tersebut didukung oleh Ibu S, salah satu masyarakat yang setiap hari beraktivitas sebagai penjual ikan laut goreng di Pantai Teleng Ria: Sekarang pantai menjadi tidak terawat, tidak ada yang mengurus. Aktivitas menjadi lebih berkurang, wahana permainan juga tidak jalan. Yang lebih mengkhawatirkan adalah petugas dari TIM SAR tidak setiap hari ada di pantai, karena tidak ada yang mengawasi. Biasanya dari El John mengawasi, tapi karena sudah tidak ada, ya tidak ada yang mengawasi. (Hasil wawancara pada tanggal 3 Oktober 2013) Berdasarkan kedua penyataan di atas, Pantai Teleng Ria menjadi tidak terawat setelah terjadinya pemutusan kontrak dengan pihak swasta. Kegiatan kerjasama dengan pihak swasta tersebut selain bertujuan untuk menumbuhkan iklim investasi juga bertujuan untuk menunjang pertumbuhan kesejahteraan ekonomi

35 88 masyarakat sekitar pantai melalui kegiatan jual-beli dan pemberdayaan masyarakat di sekitar pantai. Bentuk kegiatan masyarakat di sekitar pantai kebanyakan adalah sebagai wirausahawan di berbagai bidang, mulai dari souvenir, makanan kecil, rumah makan, dan sebagainya. Selain itu masyarakat di sekitar pantai juga dilibatkan dalam pengelolaan pantai oleh swasta, misalnya masyarakat yang kurang mampu diberi kesempatan untuk menjadi petugas kebersihan, penjaga toilet dan sebagainya. Melalui berbagai kegiatan yang dapat dirasakan manfaatnya oleh masyarakat tersebut, pihak pemerintah berharap dapat menjadikan masyarakat lebih sejahtera. Namun ternyata kerjasama tersebut masih mempunyai potensi konflik, sehingga terjadi pemutusan kontrak kerja dengan swasta. Hal tersebut juga menjadi evaluasi tersendiri bagi pihak pemerintah sehingga selanjutnya pihak pemerintah melakukan perbaikan prosedur dalam open recruitment pengelola pantai seperti yang dikehendaki oleh masyarakat. Berkaitan dengan proses pelelangan pengelola pantai tersebut, Bapak Y menyatakan bahwa saat ini sedang terjadi proses pelelangan dan PT El John juga turut berkompetisi dengan sistem yang lebih terbuka dan diketahui oleh publik. Menurut prediksi Bapak Y, proses pelelangan tersebut juga akan dimenangkan oleh PT El John kembali.

36 89 2) Evaluasi Terkait Pantai Yang Belum Dikelola Oleh Pemerintah Berdasarkan keterangan dalam Tabel.1 tentang Potensi Pariwisata Kabupaten Pacitan, dari 22 pantai baru 5 pantai yang dikelola oleh Pemerintah, di mana salah satunya juga dikelola oleh pihak swasta. Hasil wawancara dengan Ibu EI selaku Kepala Bidang Pengembangan Pariwisata di Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olah Raga mengenai kriteria pantai yang bisa dikelola oleh pemerintah adalah sebagai berikut: Pantai belum dikelola karena ada daftar prioritas. Yang kedua adalah karena ketersediaan sarana dasar dari suatu pantai. Jika belum ada sarana dasar, maka akan sulit untuk melakukan pengelolaan, karena harus menyediakan sarana dasar terlebih dahulu.oleh karena itu kami akan mengelola pantai yang minimal sudah tersedia sarana dasar air bersih. Sedangkan untuk pengelolaan swasta, ada beberapa syarat pantai bisa diinvestasikan, yaitu luas areanya minimal 5 hektar, ada akses jalan yang mendukung, masyarakat sekitar mendukung, adanya akses air dan juga listrik. Sehingga untuk daerah pantai yang memenuhi kriteria tersebut baru Pantai Teleng Ria yang lokasinya tidak jauh dari pusat pemerintahana. Oleh karena syarat-syarat tersebut baru dipenuhi oleh Teleng Ria, sehingga investasi pun jatuh pada Teleng Ria, walaupun pantai-pantai yang lain juga jauh lebih indah. (Hasil wawancara pada tanggal 25 September 2013) Berdasarkan hasil wawancara tersebut, maka kriteria pengelolaan pantai didasarkan kepada daftar prioritas dan ketersediaan sarana dasar bagi pantai yang akan dikelola oleh pemerintah. Sedangkan yang akan dikelola oleh swasta harus memenuhi beberapa persyaratan yaitu daerah pesisir seluas 5

37 90 hektar, ketersediaan akses jalan, pihak masyarakat memberikan dukungan, ketersediaan akses air dan juga listrik. Salah satu pantai yang belum dikelola oleh pemerintah adalah Pantai Soge yang berada di desa Sidomulyo, Kecamatan Ngadirojo yang berada di daerah timur Kabupaten Pacitan. Pihak Pemerintah Desa sesuai dengan aspirasi masayarakat mengharapkan agar Pantai Soge dapat pula dikelola oleh pemerintah, seperti yang ditutukan oleh Bapak AM, Kepala Urusan Pemerintahan Desa Sidomulyo: Kami mengharapkan agar Pantai Soge bisa dikelola. Kepala Desa sebenarnya sudah meminta kepada Pemerintah Kabupaten, tetapi belum ada hasil. Sepertinya kendalanya ada pada ketersediaan dana. Oleh karena itu, selama ini Pantai Soge dikelola oleh masyarakat, terutama para pemuda. Jadi kalau ada wisatawan yang ke Pantai Soge, pemuda-pemuda itu biasanya mengelola parkir yang nantinya bisa masuk ke keuangan desa. Masyarakat juga membuat sendiri tempat berjualan untuk bisa mengambil manfaat dari para wisatawan tersebut. (Hasil wawancara pada tanggal 25 September 2013) Berdasarkan keterangan tersebut masyarakat Pantai Soge juga berharap agar Pantai Soge juga dikelola oleh Pemerintah agar bisa lebih memfasilitasi wisatawan yang berkunjung, meningkatkan kemandirian ekonomi masyarakat, serta meningkatkan Pendapatan Asli Daerah yang berujung pada kesejahteraan masyarakat.

38 91 B. Pembahasan Daerah Pesisir merupakan daerah yang sangat kaya akan potensi, meliputi potensi sumber makanan utama yang mengandung protein (khususnya protein hewani yang berasal dari ikan, udang dan sejenisnya), kekayaan minyak bumi, gas dan mineral lainnya yang berpotensi dalam bidang pertambangan, potensi pariwisata, pemukiman dan pengembangan industri. Salah satu potensi yang menonjol untuk dikembangkan adalah potensi pariwisata pantai. Oleh karena itu pengembangan pariwisata pantai merupakan suatu langkah strategis yang dapat berdaya guna dan berhasil guna bagi Pendapatan Asli Daerah, sinergitas dengan pihak swasta, pemberdayaan masyarakat dan hasil akhir yang diharapkan adalah kesejahteraan masyarakat. Langkah pengembangan daerah pesisir sebagai objek pariwisata pantai adalah sebuah proses yang dilakukan secara bertahap dan berkelanjutan. Hal tersebut merupakan salah tugas pemerintah dalam mengemban amanah pembangunan nasional yang dilaksanakan untuk mewujudkan tujuan nasional, seperti yang termaktub dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yaitu melindungi segenap bangsa Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia. Oleh karena itu dalam melakukan pengembangan daerah pesisir sebagai objek pariwisata pantai diperlukan suatu manajemen strategik yang baik. Demikian pula yang dilakukan oleh Pemerintah

39 92 Kabupaten Pacitan yang terdiri dari strategi formulasi (perumusan strategi), strategi implementasi (penerapan strategi) dan strategi evaluasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam strategi formulasi dalam pengembangan daerah pesisir sebagai objek pariwisata pantai meliputi perumusan visi dan misi, pengidentifikasian peluang, ancaman, kekuatan dan kelemahan internal, penetapan tujuan jangka panjang, pencarian strategi alternatif dan pemilihan strategi. Hal ini sesuai dengan pendapat David (2009:7) yang menjelaskan bahwa proses manajemen strategi terdiri atas tiga tahap yaitu: 1) perumusan strategi, 2) penerapan strategi, dan 3) penilaian strategi. Perumusan strategi terdiri dari pengembangan visi dan misi, identifikasi peluang dan ancaman eksternal suatu organisasi, kesadaran akan kekuatan dan kelemahan internal, penetapan tujuan jangka panjang, pencarian strategi-strategi alternatif dan pemilihan strategi tertentu untuk mencapai tujuan. Penerapan strategi mengharuskan perusahaan untuk menetapkan tujuan tahunan, membuat kebijakan, memotivasi karyawan, dan mengalokasikan sumber daya, sehingga strategi-strategi yang telah dirumuskan dapat dijalankan. Penilaian strategi adalah tahap akhir dalam manajemen strategik yang mencakup: (a) peninjauan ulang faktor-faktor eksternal dan internal yang menjadi landasan bagi strategi saat ini, (b) pengukuran kinerja, (c) pengambilan langkah korektif. Pengembangan daerah pesisir sebagai objek pariwisata pantai merupakan salah satu isu strategis Kabupaten Pacitan terutama karena

40 93 belum optimalnya pengelolaan sumber daya alam. Masalah ini tertuang di dalam Peraturan Daerah Kabupaten Pacitan Nomor 11 Tahun 2011 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Tahun Oleh karena itu Pemerintah Daerah memiliki tanggung jawab untuk menjadi pelopor pengembangan objek pariwisata pantai yang dalam hal ini diamanahkan kepada Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) terkait yaitu Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olah Raga (Disbudparpora). Visi Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olah Raga Kabupaten Pacitan adalah Terwujudnya pariwisata berbasis kelestarian alam, budaya lokal, nilai religi, peran serta generasi muda dan prestasi olah raga. Sedangkan misi Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olah Raga Kabupaten Pacitan adalah 1) Melakukan peningkatan mutu pelayanan publik, 2) Melakukan optimalisasi pengelolaan asset seni budaya daerah, nilai tradisi, situs sejarah dan kepurbakalaan, 3) Melakukan pembinaan dan pengembangan kreativitas serta peningkatan partisipasi generasi muda dalam pembangunan, 4) Menyelenggarakan pembinaan dan penyuluhan potensi olah raga, 5) Melakukan pengenalan dan expose potensi obyek dan daya tarik wisata, dan potensi pendukung lainnya termasuk budaya, kreativitas pemuda dan wisata olah raga, dan 6) Melakukan optimalisasi pengembangan obyek dan daya tarik wisata, sarana dan prasarana pariwisata serta pengembangan ekowisata berbasis ekonomi kerakyatan.

41 94 Pengembangan visi dan misi Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olah Raga tersebut menjadi salah satu tahap dalam perumusan strategi pengembangan pariwisata pantai di Kabupaten Pacitan, terutama misi kelima dan keenam. Pengembangan daerah pesisir menjadi objek pariwisata pantai adalah berdasarkan visi dan misi yang telah disusun tersebut, dengan kata lain pengembangan pariwisata pantai harus sesuai dengan visi dan misi tersebut. Langkah selanjutnya dari strategi formulasi adalah pengidentifikasian peluang, ancaman, kekuatan dan kelemahan dalam pengembangan objek pariwisata pantai. Berdasarkan hasil wawancara dengan pihak Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olah Raga, pengidentifikasian tersebut adalah sebagai berikut: 1. Peluang a. Sistem pengembangan pariwisata yang tidak kenal waktu, batas, dan wilayah. b. Daya tarik wisata yang dikelola dengan baik akan menjadi sumber pendapatan yang tidak ada putusnya. c. Daya tarik wisata yang dikembangkan dapat memicu tercapainya kesejahteraan masyarakat. 2. Ancaman a. Polusi, khususnya polusi udara yang timbul dari kendaraan bermotor wisatawan dari luar kabupaten Pacitan.

42 95 b. Budaya lokal yang dapat bergeser akibat interaksi masyarakat lokal dengan para wisatawan. 3. Kekuatan a. Potensi daya tarik wisata/ objek pariwisata yang banyak dan indah. b. Masyarakat yang mendukung pengembangan pariwisata. c. Pemerintah yang sangat peduli dalam bidang kepariwisataan. 4. Kelemahan a. Sumber Daya Manusia internal pariwisata dan pengelola pariwisata yang masih belum memenuhi beberapa kualifikasi, misalnya tingkat pendidikan, golongan atau pangkat, serta keterampilan yang didapat dari kursus. b. Terbatasnya sarana dan prasarana pariwisata, misalnya akses jalan menuju objek pariwisata. c. Terbatasnya dana. Berdasarkan identifikasi peluang, ancaman, kekuatan dan kelemahan internal menunjukkan bahwa peluang dan kekuatan lebih besar dibandingkan dengan ancaman dan kelemahan yang dimiliki, sehingga Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olah Raga harus dapat mengoptimalkan pengembangan daerah pesisir sebagai objek pariwisata pantai. Salah satu cara untuk merumuskan strategi adalah

43 96 dengan melakukan analisis SWOT. Siagian (2011:176) menunjukkan salah satu contoh Diagram Analisis SWOT sebagai berikut: Sumber: Siagian (2011:176) Gambar 6. Diagram Analisis SWOT Berdasarkan identifikasi peluang, ancaman, kekuatan dan kelemahan yang dilakukan oleh Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olah Raga serta contoh diagram analisis SWOT di atas, maka analisis SWOT pengembangan daerah pesisir sebagai objek pariwisata pantai di Kabupaten Pacitan adalah sebagai berikut:

44 97 Gambar 7. Diagram Analisis SWOT Pengembangan Daerah Pesisir Sebagai Objek Pariwisata Pantai Setelah dilakukan identifikasi peluang, ancaman, kekuatan dan kelemahan serta digambarkan dalam diagram analisis SWOT, peluang dan kekuatan lebih banyak, sehingga dalam analisis tersebut masuk ke dalam kuadran 1. Kuadran 1 merupakan situasi yang sangat menguntungkan. Organisasi tersebut memiliki peluang dan kekuatan sehingga dapat memanfaatkan peluang yang ada. Strategi yang diterapkan dalam kondisi ini adalah strategi yang mendukung kebijakan pertumbuhan yang agresif (growth oriented strategy). Strategi yang mendukung kebijakan pertumbuhan yang agresif (growth oriented strategy) dapat terjadi karena

BAB I PENDAHULUAN. daerah tersebut. Menurut Masyhudzulhak dalam Proceeding Book. Simposium Ilmu Administrasi Negara untuk Indonesia (2011) daerah

BAB I PENDAHULUAN. daerah tersebut. Menurut Masyhudzulhak dalam Proceeding Book. Simposium Ilmu Administrasi Negara untuk Indonesia (2011) daerah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Daerah pesisir merupakan daerah yang sangat terkait dengan hajat hidup banyak orang, terutama masyarakat yang bertempat tinggal di daerah tersebut. Menurut Masyhudzulhak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diberikan oleh pantai bisa didapat secara langsung dan tidak langsung. Manfaat yang

BAB I PENDAHULUAN. diberikan oleh pantai bisa didapat secara langsung dan tidak langsung. Manfaat yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pantai sebagai suatu ekosistem yang unik memiliki berbagai fungsi yang mampu memberikan manfaat bagi manusia yang tinggal di sekitarnya. Manfaat yang diberikan oleh

Lebih terperinci

BUPATI KEBUMEN PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 75 TAHUN 2008 TENTANG

BUPATI KEBUMEN PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 75 TAHUN 2008 TENTANG BUPATI KEBUMEN PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 75 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PARIWISATA DAN KEBUDAYAAN KABUPATEN KEBUMEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

-1- BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 30 TAHUN 2017 TENTANG PENJABARAN TUGAS DINAS PARIWISATA DAN KEBUDAYAAN

-1- BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 30 TAHUN 2017 TENTANG PENJABARAN TUGAS DINAS PARIWISATA DAN KEBUDAYAAN -1- BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 30 TAHUN 2017 TENTANG PENJABARAN TUGAS DINAS PARIWISATA DAN KEBUDAYAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TRENGGALEK, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI SUMBAWA NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN BUPATI SUMBAWA NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG PERATURAN BUPATI SUMBAWA NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PEMUDA OLAHRAGA KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA KABUPATEN SUMBAWA BUPATI SUMBAWA Menimbang : Mengingat : a. bahwa

Lebih terperinci

WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 73 TAHUN 2016 TENTANG

WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 73 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 73 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, URAIAN TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA DINAS PARIWISATA KOTA BATU DENGAN

Lebih terperinci

BUPATI BOYOLALI PROVINSI JAWA TENGAH

BUPATI BOYOLALI PROVINSI JAWA TENGAH BUPATI BOYOLALI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI BOYOLALI NOMOR 73 TAHUN 2016 TENTANG URAIAN TUGAS JABATAN ESELON PADA DINAS PERDAGANGAN DAN PERINDUSTRIAN KABUPATEN BOYOLALI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BAB III PROFIL DINAS KEBUDAYAAN PARIWISATA PEMUDA DAN OLAHRAGA KABUPATEN PACITAN

BAB III PROFIL DINAS KEBUDAYAAN PARIWISATA PEMUDA DAN OLAHRAGA KABUPATEN PACITAN BAB III PROFIL DINAS KEBUDAYAAN PARIWISATA PEMUDA DAN OLAHRAGA KABUPATEN PACITAN A. DeskripsiDinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olahraga Kabupaten Pacitan Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olahraga

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 03 TAHUN 2008 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 03 TAHUN 2008 TENTANG PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 03 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS DAERAH KABUPATEN LAMONGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LAMONGAN,

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 2 TAHUN 2005 TENTANG PEMBENTUKAN, KEDUDUKAN, TUGAS, FUNGSI DAN SUSUNAN ORGANISASI DINAS DAERAH KOTA PEKALONGAN

PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 2 TAHUN 2005 TENTANG PEMBENTUKAN, KEDUDUKAN, TUGAS, FUNGSI DAN SUSUNAN ORGANISASI DINAS DAERAH KOTA PEKALONGAN PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 2 TAHUN 2005 TENTANG PEMBENTUKAN, KEDUDUKAN, TUGAS, FUNGSI DAN SUSUNAN ORGANISASI DINAS DAERAH KOTA PEKALONGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PEKALONGAN,

Lebih terperinci

WALIKOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA DEPOK NOMOR 80 TAHUN 2016 TENTANG

WALIKOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA DEPOK NOMOR 80 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN WALIKOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA DEPOK NOMOR 80 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PEMUDA, OLAH RAGA, KEBUDAYAAN DAN

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI LOKASI OBJEK PENELITIAN. Batang Hari. Candi ini merupakan peninggalan abad ke-11, di mana Kerajaan

BAB II DESKRIPSI LOKASI OBJEK PENELITIAN. Batang Hari. Candi ini merupakan peninggalan abad ke-11, di mana Kerajaan BAB II DESKRIPSI LOKASI OBJEK PENELITIAN A. Deskripsi Objek Wisata Candi Muaro Jambi Candi Muaro Jambi terletak di Kabupaten Muaro Jambi, tepatnya di Kecamatan Muaro Sebo, Provinsi Jambi. Lokasi candi

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KULON PROGO

PEMERINTAH KABUPATEN KULON PROGO PEMERINTAH KABUPATEN KULON PROGO PERATURAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 3 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KULON PROGO,

Lebih terperinci

QANUN KABUPATEN ACEH TENGAH NOMOR 2 TAHUN 2009 TENTANG

QANUN KABUPATEN ACEH TENGAH NOMOR 2 TAHUN 2009 TENTANG QANUN KABUPATEN ACEH TENGAH NOMOR 2 TAHUN 2009 TENTANG PERUBAHAN ATAS QANUN KABUPATEN ACEH TENGAH NOMOR 20 TAHUN 2008 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS DINAS DAERAH KABUPATEN ACEH TENGAH

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS DAERAH KABUPATEN JEPARA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS DAERAH KABUPATEN JEPARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS DAERAH KABUPATEN JEPARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEPARA, Menimbang : a bahwa dalam rangka mengoptimalkan

Lebih terperinci

STRATEGI PENGEMBANGAN DAERAH PESISIR PANTAI SEBAGAI OBJEK PARIWISATA DI KABUPATEN PACITAN RINGKASAN SKRIPSI

STRATEGI PENGEMBANGAN DAERAH PESISIR PANTAI SEBAGAI OBJEK PARIWISATA DI KABUPATEN PACITAN RINGKASAN SKRIPSI STRATEGI PENGEMBANGAN DAERAH PESISIR PANTAI SEBAGAI OBJEK PARIWISATA DI KABUPATEN PACITAN RINGKASAN SKRIPSI Oleh: MIFTA DAMAI RIYANINGTYAS NIM 09417141030 JURUSAN ILMU ADMINISTRASI NEGARA FAKULTAS ILMU

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KULON PROGO

PEMERINTAH KABUPATEN KULON PROGO PEMERINTAH KABUPATEN KULON PROGO PERATURAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 9 TAHUN 2004 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KULON PROGO,

Lebih terperinci

TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PARIWISATA, SENI, BUDAYA, PEMUDA DAN OLAHRAGA KABUPATEN BANYUASIN

TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PARIWISATA, SENI, BUDAYA, PEMUDA DAN OLAHRAGA KABUPATEN BANYUASIN TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PARIWISATA, SENI, BUDAYA, PEMUDA DAN OLAHRAGA KABUPATEN BANYUASIN A Kewenangan Tugas Pokok dan Fungsi Berdasarkan Peraturan Bupati Nomor 626 Tahun 2011 tentang Penjabaran Tugas

Lebih terperinci

BUPATI WAY KANAN PROVINSI LAMPUNG

BUPATI WAY KANAN PROVINSI LAMPUNG -1- BUPATI WAY KANAN PROVINSI LAMPUNG PERATURAN BUPATI WAY KANAN NOMOR 49 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PEMUDA, OLAHRAGA DAN PARIWISATA KABUPATEN

Lebih terperinci

Uraian Tugas dan Fungsi Dinas Kebudayaan, Pariwisata Kepemudaan dan Olah Raga Kota Madiun

Uraian Tugas dan Fungsi Dinas Kebudayaan, Pariwisata Kepemudaan dan Olah Raga Kota Madiun Uraian dan Dinas Kebudayaan, Pariwisata Kepemudaan dan Olah Raga Kota Madiun No 1 2 3 1 Sekretariat Melaksanakan kebijakan pelayanan administrasi kepada semua unsur di lingkungan Dinas meliputi pengelolaan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKULU SELATAN NOMOR : 09 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS DAERAH KABUPATEN BENGKULU SELATAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKULU SELATAN NOMOR : 09 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS DAERAH KABUPATEN BENGKULU SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKULU SELATAN NOMOR : 09 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS DAERAH KABUPATEN BENGKULU SELATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BENGKULU SELATAN, Menimbang

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR : 5 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR 5 TAHUN 2008 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR : 5 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR 5 TAHUN 2008 TENTANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR : 5 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR 5 TAHUN 2008 TENTANG KEDUDUKAN, TUGAS POKOK DAN SUSUNAN ORGANISASI DINAS DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANGKA SELATAN TAHUN 2005

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANGKA SELATAN TAHUN 2005 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANGKA SELATAN NOMOR 3 SERI D TAHUN 2005 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA SELATAN NOMOR 7 TAHUN 2005 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOSOBO NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOSOBO NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOSOBO NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG ORGANISASI PERANGKAT DAERAH PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI WONOSOBO,

Lebih terperinci

PEMERINTAHAN KABUPATEN BINTAN

PEMERINTAHAN KABUPATEN BINTAN PEMERINTAHAN KABUPATEN BINTAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BINTAN NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DINAS DAERAH KABUPATEN BINTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BINTAN, Menimbang

Lebih terperinci

BUPATI SIGI PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIGI NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS - DINAS DAERAH KABUPATEN SIGI

BUPATI SIGI PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIGI NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS - DINAS DAERAH KABUPATEN SIGI BUPATI SIGI PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIGI NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS - DINAS DAERAH KABUPATEN SIGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIGI, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 63 TAHUN 2016

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 63 TAHUN 2016 BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 63 TAHUN 2016 TENTANG TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA UNSUR ORGANISASI KECAMATAN DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CIAMIS,

Lebih terperinci

BUPATI KLATEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLATEN NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN KABUPATEN KLATEN TAHUN

BUPATI KLATEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLATEN NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN KABUPATEN KLATEN TAHUN BUPATI KLATEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLATEN NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN KABUPATEN KLATEN TAHUN 2014-2029 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KLATEN, Menimbang

Lebih terperinci

BUPATI BLORA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 55 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI BLORA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 55 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI BLORA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 55 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS KEPEMUDAAN, OLAHRAGA, KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA

Lebih terperinci

BUPATI SUMBAWA BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BUPATI SUMBAWA BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT BUPATI SUMBAWA BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN BUPATI SUMBAWA BARAT NOMOR 34 TAHUN 2017 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BUPATI LOMBOK BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LOMBOK BARAT,

BUPATI LOMBOK BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LOMBOK BARAT, BUPATI LOMBOK BARAT PERATURAN BUPATI LOMBOK BARAT NOMOR 27 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PARIWISATA KABUPATEN LOMBOK BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LOMBOK

Lebih terperinci

BAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN

BAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN BAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN 3.1 Telaahan terhadap Kebijakan Nasional Rencana program dan kegiatan pada Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Pemalang mendasarkan pada pencapaian Prioritas

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 27 TAHUN 2007

BERITA DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 27 TAHUN 2007 BERITA DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 27 TAHUN 2007 PERATURAN BUPATI PACITAN NOMOR 42 TAHUN 2007 TENTANG URAIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN PACITAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MADIUN NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI PERANGKAT DAERAH KABUPATEN MADIUN

BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MADIUN NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI PERANGKAT DAERAH KABUPATEN MADIUN BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MADIUN NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI PERANGKAT DAERAH KABUPATEN MADIUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MADIUN, Menimbang : a. bahwa berdasarkan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR : 29 TAHUN 2006 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS-DINAS DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR : 29 TAHUN 2006 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS-DINAS DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR : 29 TAHUN 2006 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS-DINAS DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LUWU TIMUR, Menimbang

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2008 NOMOR 16 SERI D

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2008 NOMOR 16 SERI D LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 008 NOMOR 16 SERI D PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA NOMOR 16 TAHUN 008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA DENGAN

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PESAWARAN NOMOR 05 TAHUN 2011

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PESAWARAN NOMOR 05 TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PESAWARAN NOMOR 05 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS DAERAH KABUPATEN PESAWARAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PESAWARAN, Menimbang : a.

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KETAPANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN KETAPANG NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DINAS DAERAH KABUPATEN KETAPANG

PEMERINTAH KABUPATEN KETAPANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN KETAPANG NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DINAS DAERAH KABUPATEN KETAPANG PEMERINTAH KABUPATEN KETAPANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN KETAPANG NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DINAS DAERAH KABUPATEN KETAPANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KETAPANG, Menimbang : a.

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN MUKOMUKO

PEMERINTAH KABUPATEN MUKOMUKO SALINAN PEMERINTAH KABUPATEN MUKOMUKO PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUKOMUKO NOMOR 9 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS DAERAH KABUPATEN MUKOMUKO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MUKOMUKO,

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN POSO

PEMERINTAH KABUPATEN POSO 1 PEMERINTAH KABUPATEN POSO PERATURAN DAERAH KABUPATEN POSO NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI POSO, Menimbang Mengingat : a. bahwa

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA SEMARANG PERATURAN WALIKOTA SEMARANG TAHUN 2008 NOMOR 30 NOMOR 30 TAHUN 2008

BERITA DAERAH KOTA SEMARANG PERATURAN WALIKOTA SEMARANG TAHUN 2008 NOMOR 30 NOMOR 30 TAHUN 2008 BERITA DAERAH KOTA SEMARANG TAHUN 2008 NOMOR 30 PERATURAN WALIKOTA SEMARANG NOMOR 30 TAHUN 2008 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA KOTA SEMARANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG

PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS DAERAH DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS DAERAH KABUPATEN SIAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS DAERAH KABUPATEN SIAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS DAERAH KABUPATEN SIAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIAK, Menimbang : a. bahwa dalam rangka pelaksanaan

Lebih terperinci

BAB V ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH

BAB V ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH RANCANGAN RPJP KABUPATEN BINTAN TAHUN 2005-2025 V-1 BAB V ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH Permasalahan dan tantangan yang dihadapi, serta isu strategis serta visi dan misi pembangunan

Lebih terperinci

WALIKOTA SURAKARTA PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 28 TAHUN 2012 TENTANG

WALIKOTA SURAKARTA PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 28 TAHUN 2012 TENTANG WALIKOTA SURAKARTA PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 28 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN URAIAN TUGAS JABATAN STRUKTURAL PADA DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURAKARTA,

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA KEDIRI SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA KEDIRI NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS DAERAH KOTA KEDIRI

PEMERINTAH KOTA KEDIRI SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA KEDIRI NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS DAERAH KOTA KEDIRI PEMERINTAH KOTA KEDIRI SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA KEDIRI NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS DAERAH KOTA KEDIRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA KEDIRI, Menimbang :

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SABU RAIJUA NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS-DINAS DAERAH KABUPATEN SABU RAIJUA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SABU RAIJUA NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS-DINAS DAERAH KABUPATEN SABU RAIJUA PERATURAN DAERAH KABUPATEN SABU RAIJUA NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS-DINAS DAERAH KABUPATEN SABU RAIJUA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SABU RAIJUA, Menimbang : a.

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT

PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SUMATERA BARAT, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU NOMOR 06 TAHUN 2005 T E N T A N G

PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU NOMOR 06 TAHUN 2005 T E N T A N G PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU NOMOR 06 TAHUN 2005 T E N T A N G PEMBENTUKAN SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS DAERAH DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU Menimbang : DENGAN

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2008 NOMOR 16 SERI D

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2008 NOMOR 16 SERI D LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2008 NOMOR 16 SERI D PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA NOMOR 16 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA DENGAN

Lebih terperinci

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 52 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 52 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 52 TAHUN 2016 TENTANG TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA UNSUR ORGANISASI DINAS KEBUDAYAAN, KEPEMUDAAN DAN OLAHRAGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 51 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 51 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 51 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PARIWISATA DAN KEBUDAYAAN KABUPATEN

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS DAERAH KABUPATEN BANYUMAS

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS DAERAH KABUPATEN BANYUMAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS DAERAH KABUPATEN BANYUMAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUMAS, Menimbang : a. bahwa dengan

Lebih terperinci

L E M B A R A N D A E R A H

L E M B A R A N D A E R A H L E M B A R A N D A E R A H KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN Tahun 2001 Nomor 69 P E R A T U R A N D A E R A H KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN NOMOR 21 TAHUN 2001 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 9 TAHUN 2009 PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 9 TAHUN 2009 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 9 TAHUN 2009 PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 9 TAHUN 2009 TENTANG BERITA DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 9 TAHUN 2009 PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 9 TAHUN 2009 TENTANG URAIAN TUGAS JABATAN STRUKTURAL PADA DINAS KEBUDAYAAN, PARIWISATA, PEMUDA DAN OLAHRAGA KABUPATEN

Lebih terperinci

WALIKOTA PASURUAN SALINAN PERATURAN WALIKOTA NOMOR 54 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PEMUDA, OLAH RAGA DAN KEBUDAYAAN

WALIKOTA PASURUAN SALINAN PERATURAN WALIKOTA NOMOR 54 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PEMUDA, OLAH RAGA DAN KEBUDAYAAN WALIKOTA PASURUAN SALINAN PERATURAN WALIKOTA NOMOR 54 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PEMUDA, OLAH RAGA DAN KEBUDAYAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PASURUAN, Menimbang : a.

Lebih terperinci

BUPATI BANYUMAS PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 40 TAHUN 2008 TENTANG

BUPATI BANYUMAS PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 40 TAHUN 2008 TENTANG BUPATI BANYUMAS PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 40 TAHUN 2008 TENTANG PENJABARAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA KABUPATEN BANYUMAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULELENG NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN, SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PERANGKAT DAERAH.

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULELENG NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN, SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PERANGKAT DAERAH. PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULELENG 1 NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN, SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PERANGKAT DAERAH. DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BULELENG, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUBANG NOMOR : 7 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUBANG NOMOR : 7 TAHUN 2008 TENTANG PERATURAN DAERAH NOMOR : 7 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS DAERAH DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN BAGIAN ORGANISASI SETDA TAHUN 2008 PEMERINTAH PERATURAN DAERAH NOMOR : 7 TAHUN 2008

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR : 03 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS DINAS DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR : 03 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS DINAS DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR : 03 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS DINAS DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LUWU TIMUR, Menimbang

Lebih terperinci

BUPATI LOMBOK BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LOMBOK BARAT,

BUPATI LOMBOK BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LOMBOK BARAT, BUPATI LOMBOK BARAT PERATURAN BUPATI LOMBOK BARAT NOMOR 22 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN KABUPATEN LOMBOK BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR : 20 TAHUN 2007

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR : 20 TAHUN 2007 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR : 20 TAHUN 2007 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 8 TAHUN 2007 TENTANG RETRIBUSI TEMPAT REKREASI DAN OLAHRAGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PACITAN

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS DAERAH KABUPATEN SIAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS DAERAH KABUPATEN SIAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS DAERAH KABUPATEN SIAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIAK, Menimbang : a. bahwa dalam rangka pelaksanaan

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 13 Tahun : 2011 Seri : D PERATURAN BUPATI GUNUNGKIDUL NOMOR 68 TAHUN 2011 TENTANG URAIAN TUGAS DINAS KEBUDAYAAN

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 03 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS DINAS DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 03 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS DINAS DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 03 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS DINAS DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LUWU TIMUR, Menimbang

Lebih terperinci

Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA BENGKULU Dan WALIKOTA BENGKULU MEMUTUSKAN:

Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA BENGKULU Dan WALIKOTA BENGKULU MEMUTUSKAN: WALIKOTA BENGKULU PERATURAN DAERAH KOTA BENGKULU NOMOR 199 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA BENGKULU NOMOR 09 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN SUSUNAN ORGANISASI DINAS DAERAH KOTA

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN MAJENE

PEMERINTAH KABUPATEN MAJENE PEMERINTAH KABUPATEN MAJENE PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJENE NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS DAERAH PEMERINTAH KABUPATEN MAJENE DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN REJANG LEBONG

PEMERINTAH KABUPATEN REJANG LEBONG L PEMERINTAH KABUPATEN REJANG LEBONG PERATURAN DAERAH KABUPATEN REJANG LEBONG NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA PERANGKAT DAERAH KABUPATEN REJANG LEBONG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BEACH RESORT DI KAWASAN PANTAI KLAYAR DENGAN PENEKANAN KONSEP EKO ARSITEKTUR BAB I PENDAHULUAN

BEACH RESORT DI KAWASAN PANTAI KLAYAR DENGAN PENEKANAN KONSEP EKO ARSITEKTUR BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari pulau-pulau dan dikelilingi oleh lautan. Menurut Dewan Kelautan Indonesia, panjang pantai Indonesia mencapai

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR : 20 TAHUN 2011 SERI : D NOMOR : 2

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR : 20 TAHUN 2011 SERI : D NOMOR : 2 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR : 20 TAHUN 2011 SERI : D NOMOR : 2 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 13

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG NOMOR 20 TAHUN 2007 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS DAERAH

PEMERINTAH KABUPATEN BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG NOMOR 20 TAHUN 2007 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS DAERAH PEMERINTAH KABUPATEN BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG NOMOR 20 TAHUN 2007 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BELITUNG, Menimbang Mengingat

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 11 TAHUN : 2015 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR 3 TAHUN

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN. Visi pembangunan daerah dalam RPJMD adalah visi Kepala daerah dan

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN. Visi pembangunan daerah dalam RPJMD adalah visi Kepala daerah dan BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.1. Visi Visi pembangunan daerah dalam RPJMD adalah visi Kepala daerah dan wakil kepala daerah terpilih yang disampaikan pada waktu pemilihan kepala daerah (pilkada).

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 16 TAHUN 2007 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 16 TAHUN 2007 TENTANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 16 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN, KEDUDUKAN, TUGAS POKOK DAN SUSUNAN ORGANISASI DINAS DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 73 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN PROVINSI BALI

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 73 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN PROVINSI BALI GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 73 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN PROVINSI BALI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI, Menimbang : bahwa

Lebih terperinci

PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG, PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI PANDEGLANG NOMOR 63 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, RINCIAN TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

- 1 - PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG

- 1 - PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG - 1 - PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS-DINAS DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PENAJAM

Lebih terperinci

b. pelaksanaan koordinasi kebijakan di bidang kepemudaan, keolahragaan, pengembangan destinasi pariwisata, dan pemasaran pariwisata dan ekonomi

b. pelaksanaan koordinasi kebijakan di bidang kepemudaan, keolahragaan, pengembangan destinasi pariwisata, dan pemasaran pariwisata dan ekonomi BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 99 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PEMUDA, OLAHRAGA DAN PARIWISATA KABUPATEN

Lebih terperinci

WALIKOTA TASIKMALAYA

WALIKOTA TASIKMALAYA Dicabut dengan Perwal Nomor 95 Tahun 2013 WALIKOTA TASIKMALAYA PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR 31 TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI DAN RINCIAN TUGAS UNIT DINAS KEBUDAYAAN, PARIWISATA, PEMUDA

Lebih terperinci

BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 49 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA DINAS PARIWISATA DAN KEBUDAYAAN DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 14 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS DAERAH KABUPATEN KUDUS

PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 14 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS DAERAH KABUPATEN KUDUS PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 14 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS DAERAH KABUPATEN KUDUS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUDUS, Menimbang

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 5 TAHUN 2008 SERI D.4 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 5 5TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DINAS DAERAH KABUPATEN CIREBON DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

WALIKOTA PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN WALIKOTA PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA PROBOLINGGO NOMOR 99 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, URAIAN TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS KEBUDAYAAN DAN

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI SUBANG NOMOR : TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS KEBUDAYAAN, PARIWISATA, PEMUDA DAN OLAH RAGA KABUPATEN SUBANG

PERATURAN BUPATI SUBANG NOMOR : TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS KEBUDAYAAN, PARIWISATA, PEMUDA DAN OLAH RAGA KABUPATEN SUBANG PERATURAN BUPATI SUBANG NOMOR : TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS KEBUDAYAAN, PARIWISATA, PEMUDA DAN OLAH RAGA KABUPATEN SUBANG BUPATI SUBANG, Menimbang : a. bahwa Dinas Kebudayaan, Pariwisata,

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 61 TAHUN : 2015 PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 60 TAHUN 2015 TENTANG URAIAN TUGAS UNSUR ORGANISASI TERENDAH PADA DINAS PARIWISATA PEMUDA DAN OLAHRAGA DENGAN

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR : 13 TAHUN 2008 SERI : D NOMOR : 2 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR : 13 TAHUN 2008 SERI : D NOMOR : 2 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR : 13 TAHUN 2008 SERI : D NOMOR : 2 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN LINGGA

PEMERINTAH KABUPATEN LINGGA 1 1 PEMERINTAH KABUPATEN LINGGA PERATURAN DAERAH KABUPATEN LINGGA NOMOR : 08 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN STRUKTUR ORGANISASI DAN TATA KERJA PERANGKAT DAERAH KABUPATEN LINGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki potensi wisata alam berupa pantai-pantai. Objek wisata pantai yang ada

BAB I PENDAHULUAN. memiliki potensi wisata alam berupa pantai-pantai. Objek wisata pantai yang ada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kabupaten Pacitan merupakan salah satu destinasi wisata di Indonesia yang memiliki potensi wisata alam berupa pantai-pantai. Objek wisata pantai yang ada di Pacitan

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kawasan pesisir merupakan daerah peralihan antara ekosistem darat dan laut. Kawasan pesisir merupakan ekosistem yang kompleks dan mempunyai nilai sumberdaya alam yang tinggi.

Lebih terperinci

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH ISTIMEWA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH ISTIMEWA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG SALINAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH ISTIMEWA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG KELEMBAGAAN PEMERINTAH DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SAMPANG

PEMERINTAH KABUPATEN SAMPANG PEMERINTAH KABUPATEN SAMPANG PERATURAN BUPATI SAMPANG NOMOR : 42 TAHUN 2008 TENTANG TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS KEBUDAYAAN, PARIWISATA, PEMUDA DAN OLAH RAGA KABUPATEN SAMPANG DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

DINAS PARIWISATA DAN KEBUDAYAAN KOTA TANJUNGPINANG

DINAS PARIWISATA DAN KEBUDAYAAN KOTA TANJUNGPINANG DINAS PARIWISATA DAN KEBUDAYAAN KOTA TANJUNGPINANG Tugas, Fungsi dan Struktur Organisasi SKPD Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Tanjungpinang dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah Kota Tanjungpinang

Lebih terperinci

WALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN WALIKOTA MATARAM NOMOR : 36 TAHUN 2016 TENTANG

WALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN WALIKOTA MATARAM NOMOR : 36 TAHUN 2016 TENTANG WALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN WALIKOTA MATARAM NOMOR : 36 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS KEPEMUDAAN DAN OLAHRAGA KOTA

Lebih terperinci

-1- BUPATI BANYUWANGI PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 52 TAHUN 2011 TENTANG

-1- BUPATI BANYUWANGI PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 52 TAHUN 2011 TENTANG -1- BUPATI BANYUWANGI PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 52 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA KABUPATEN BANYUWANGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 16 TAHUN 2007 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 16 TAHUN 2007 TENTANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 16 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN, KEDUDUKAN, TUGAS POKOK DAN SUSUNAN ORGANISASI DINAS DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN LINGGA

PEMERINTAH KABUPATEN LINGGA 1 1 PEMERINTAH KABUPATEN LINGGA PERATURAN DAERAH KABUPATEN LINGGA NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG STRUKTUR ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS DAERAH KABUPATEN LINGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LINGGA

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA BARAT NOMOR 4 TAHUN 2008

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA BARAT NOMOR 4 TAHUN 2008 PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA BARAT NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS DAERAH KABUPATEN BANGKA BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARIMUN NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN ORGANISASI DINAS DAERAH KABUPATEN KARIMUN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARIMUN NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN ORGANISASI DINAS DAERAH KABUPATEN KARIMUN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARIMUN NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN ORGANISASI DINAS DAERAH KABUPATEN KARIMUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARIMUN, Menimbang Mengingat : :

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR RIAU NOMOR : 35 TAHUN 2009 TENTANG URAIAN TUGAS DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA PROVINSI RIAU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN GUBERNUR RIAU NOMOR : 35 TAHUN 2009 TENTANG URAIAN TUGAS DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA PROVINSI RIAU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA 1 PERATURAN GUBERNUR RIAU NOMOR : 35 TAHUN 2009 TENTANG URAIAN TUGAS DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA PROVINSI RIAU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR RIAU Menimbang : a. Bahwa sebagai tindak lanjut

Lebih terperinci

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 93 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 93 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 93 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA DINAS PEMUDA, OLAHRAGA DAN PARIWISATA

Lebih terperinci