BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengumpulan Dokumen BSI UMY Penelitian memerlukan dokumen visi dan misi BSI UMY.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

LAMPIRAN. A. Hasil kuisioner Proses TI PO2 Menentukan Arsitektur Informasi

LAMPIRAN. Lampiran 1. A. Hasil Kuesioner Prioritas TI JUMLAH. Sangat Perlu. Tidak Perlu Perlu

BAB I PENDAHULUAN. informasi dan sistem informasi agar dapat dimanfaatkan seoptimal mungkin dalam

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

Mengevaluasi Tingkat Kematangan Domain Delivery Support (DS11) Perpustakaan Menggunakan Kerangka COBIT 4.1

BAB VIII Control Objective for Information and related Technology (COBIT)

AUDIT SISTEM INFORMASI PADA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BANYUMAS MENGGUNAKAN FRAMEWORK COBIT 4.1 ABSTRAK

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PENGUKURAN TINGKAT MATURITY TATA KELOLA SISTEM INFORMASI RUMAH SAKIT DENGAN MENGGUNAKAN FRAMEWORK COBIT VERSI 4.1 (Studi Kasus : Rumah Sakit A )

PENGGUNAAN FRAMEWORK COBIT UNTUK MENILAI TATA KELOLA TI DI DINAS PPKAD PROV.KEP.BANGKA BELITUNG Wishnu Aribowo 1), Lili Indah 2)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang

STUDI PENERAPAN IT GOVERNANCE UNTUK MENUNJANG IMPLEMENTASI APLIKASI PENJUALAN DI PT MDP SALES

REKOMENDASI PENGEMBANGAN IT GOVERNANCE

HASIL DAN PEMBAHASAN. Langkah awal dalam tahap perencanaan audit sistem informasi menghasilkan

1. Pendahuluan Teknologi Informasi saat ini menjadi bagian yang tak terpisahkan dan terintegrasi dengan tujuan bisnis organisasi. Bagaimana teknologi

PENGUKURAN TINGKAT KEMATANGAN PADA PENDUKUNG JARINGAN SITU DENGAN MENGGUNAKAN FRAMEWORK COBIT 4.1

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 4 EVALUASI PENGENDALIAN SISTEM INFORMASI PELAYANAN JASA KAPAL PADA PT. PELABUHAN INDONESIA II

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu aktivitas penunjang yang cukup penting pada PT sebagai

Analisis Maturity Level Business Goals 8 Menggunakan COBIT Pada PT. APLIN

Framework Penyusunan Tata Kelola TI

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang

RAHMADINI DARWAS. Program Magister Sistem Informasi Akuntansi Jakarta 2010, Universitas Gunadarma Abstrak

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. bukti, memaparkan temuan-temuan hasil audit yang dibagi menurut masingmasing

BAB V HASIL PERANCANGAN AUDIT DAN REKOMENDASI

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Pendahuluan 2. Kajian Pustaka

Model Tata Kelola Teknologi Informasi Menggunakan Framework Cobit Pada Proses Pendidikan Dan Pelatihan Pengguna

ANALISIS TINGKAT KEMATANGAN TATAKELOLA TI BERBASIS DELIVERY AND SUPPORT DI PERGURUAN TINGGI

PERANCANGAN TATA KELOLA TEKNOLOGI INFORMASI PADA PROSES MANAJEMEN PROYEK TI MENGGUNAKAN COBIT 4.1 (STUDI KASUS PUSDATA KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM)

ANALISIS TATA KELOLA TI PADA INNOVATION CENTER (IC) STMIK AMIKOM YOGYAKARTA MENGGUNAKAN MODEL 6 MATURITY ATTRIBUTE

BAB 4 EVALUASI PENGENDALIAN SISTEM INFORMASI PENJUALAN PADA PT. BANGUNAN JAYA. kematangan penerapan sistem informasi pada PT. Bangunan Jaya.

Bab IV Usulan Perencanaan Investasi Teknologi Informasi

BAB II LANDASAN TEORI

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Evaluasi Hasil Pengujian dan Laporan Audit

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Bab II Tinjauan Pustaka

BAB II LANDASAN TEORI

PENGUKURAN MANAJEMEN SUMBER DAYA TI DENGAN MENGGUNAKAN METODE COBIT PADA PT.PUPUK SRIWIJAYA PALEMBANG

TATA KELOLA TEKNOLOGI INFORMASI PADA DOMAIN PO (PLAN AND ORGANIZE) MENGGUNAKAN FRAMEWORK COBIT 4.1 (STUDI KASUS DI RENTAL MOBIL PT.

PENERAPAN FRAMEWORK COBIT UNTUK IDENTIFIKASI TINGKAT KEMATANGAN TATA KELOLA TEKNOLOGI INFORMASI: STUDI KASUS DI FASILKOM UNWIDHA

ANALISIS TINGKAT KEMATANGAN (MATURITY LEVEL) TEKNOLOGI INFORMASI PADA PUSTAKA MENGGUNAKAN COBIT 4.1

Bab 4 Hasil dan Pembahasan

BAB 9. STANDAR DAN PROSEDUR (BAGIAN KEEMPAT)

AUDIT MANAJEMEN TEKNOLOGI INFORMASI DENGAN MENGGUNAKAN COBIT 4.1 PADA SISTEM TRANSAKSI KEUANGAN

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

Bab I Pendahuluan I. 1 Latar Belakang

Bab IV Usulan Model Pengelolaan Teknologi Informasi PT. Surveyor Indonesia

PENILAIAN TATA KELOLA TEKNOLOGI INFORMASI PADA APLIKASI CSBO DENGAN MENGGUNAKAN FRAMEWORK COBIT 4.0

Tulisan ini bersumber dari : WikiPedia dan penulis mencoba menambahkan

Customer Request/Complaint. Send jobs by SMS Technical Spv. Confirmasi Solve by SMS. Monitoring worktime

BAB 4 EVALUASI SISTEM INFORMASI PENGELOLAAN PIUTANG DAN PENERIMAAN KAS PADA PT LI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. rekomendasi audit pengembangan teknologi informasi. 4.1 Evaluasi Hasil Pengujian & Laporan Audit

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

2015 IT PERFORMANCE MANAGEMENT

AUDIT TI KINERJA MANAJEMEN PT. X DENGAN FRAME WORK COBIT 4.1

Bab III Kondisi Teknologi Informasi PT. Surveyor Indonesia

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

COBIT (Control Objectives for Information and Related Technology)

EVALUASI PENERAPAN TATA KELOLA WEBMAIL DENGAN FRAMEWORK COBIT 4.1 (STUDI KASUS : PT. PERKEBUNAN NUSANTARA V PEKANBARU)

MODEL TATA KELOLA PENGEMBANGAN PERANGKAT LUNAK DI UNIVERSITAS X MENGGUNAKAN COBIT

Andreniko 1a. Gunadarma. Abstrak. Kata Kunci: COBIT, Evaluasi Tatakelola Teknologi Informasi, Plan and Organise, Maturity Level

PENILAIAN KEMATANGAN TATA KELOLA TI PADA LAYANAN TEKNOLOGI INFORMASI

ANALISA TATA KELOLA SISTEM INFORMASI PELAYANAN NASABAH MENGGUNAKAN FRAMEWORK COBIT 4.0 DOMAIN DS3 (Studi Kasus: BMT PETA Cabang Blora)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PENGUKURAN TINGKAT MODEL KEMATANGAN PROSES COBIT MENGGUNAKAN APLIKASI BERBASIS WEB (Studi Kasus di STMIK AMIKOM Yogyakarta)

BAB III METODOLOGI. Dalam penyusunan thesis ini kerangka berpikir yang akan digunakan adalah untuk

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. 1.2 Rumusan Masalah

Jurnal Sistem Informasi Dan Bisnis Cerdas (SIBC) Vol. 10, No. 2. Agustus 2017

BAB I PENDAHULUAN. dan sasaran organisasi harus diimbangi dengan keefektifan dan keefisiensian

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. I.2 Perumusan Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perguruan Tinggi (PT) merupakan institusi yang memberikan pelayanan

Analisa Kesenjangan Tata Kelola Teknologi Informasi Untuk Proses Pengelolaan Data Menggunakan COBIT (Studi Kasus Badan Pemeriksa Keuangan RI)

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB 2 LANDASAN TEORI. komponen. Melalui pendekatan prosedur, sistem dapat didefinisikan sebagai

MENGUKUR TINGKAT KESELARASAN TI BERDASARKAN PERSPEKTIF KEUANGAN MENGGUNAKAN FRAMEWORK COBIT 4.1 (Studi Kasus: PT. Bess Finance Surabaya)

EVALUASI TATA KELOLA TEKNOLOGI INFORMASI MENGGUNAKAN KERANGKA KERJA COBIT (STUDI KASUS : PT. BIRO KLASIFIKASI INDONESIA CABANG MAKASSAR) Oleh

AUDIT SISTEM INFORMASI PADA DIGILIB UNIVERSITAS XYZ MENGGUNAKAN KERANGKA KERJA COBIT 4.0

PERANCANGAN TATA KELOLA TI UNTUK STANDARISASI INFRASTRUKTUR TEKNOLOGI INFORMASI DENGAN COBIT 4.1 PADA PT TERMINAL PETIKEMAS SURABAYA

ANALISIS TATA KELOLA TEKNOLOGI INFORMASI DI UNIVERSITAS MALIKUSSALEH LHOKSEUMAWE

Audit Sistem Informasi Layanan di Biro Administrasi Akademik pada Institut Informatika & Bisnis Darmajaya Menggunakan Cobit 4.1.

EVALUASI TATA KELOLA CALL CENTER DENGAN KERANGKA COBIT UNTUK MENINGKATKAN LAYANAN DAN KEPUASAN PELANGGAN (Studi Kasus Di PT Astra Graphia Tbk)

ABSTRACT KATA PENGANTAR

SNIPTEK 2013 ISBN:

ANALISA STRATEGIS SI/TI: MENILAI DAN MEMAHAMI KONDISI SAAT INI. Titien S. Sukamto

1.1 Latar Belakang Masalah

BAB III METODE PENELITIAN

EVALUASI TATA KELOLA CALL CENTER DENGAN KERANGKA COBIT UNTUK MENINGKATKAN LAYANAN DAN KEPUASAN PELANGGAN (Studi Kasus Di PT Astra Graphia Tbk)

TATA KELOLA TI. Oleh: Tantri Hidayati S, S.Kom., M.Kom

VAL IT SEBAGAI FRAMEWORK TATA KELOLA TI Titien S. Sukamto

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Evaluasi Hasil Pengujian & Laporan Audit. Pihak-pihak yang berkepentingan tersebut telah ditentukan pada RACI Chart.

PENGEMBANGAN MODEL INFORMATION TECHNOLOGY (IT) GOVERNANCE PADA ORGANISASI PENDIDIKAN TINGGI MENGGUNAKAN COBIT4.1 DOMAIN DS DAN ME

Penerapan Teknologi Informasi pada sebuah organisasi

BAB V HASIL RANCANGAN MODEL

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Dalam proses penelitian ini ditujukan untuk menilai posisi perusahaan saat ini dan

Transkripsi:

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengumpulan Dokumen BSI UMY Penelitian memerlukan dokumen visi dan misi BSI UMY. Visi yang dimiliki oleh BSI UMY adalah menjadi Biro yang mampu meningkatkan posisi UMY sebagai universitas yang unggul dalam pemanfaatan TI berdasarkan nilai islam. Misi yang dimiliki oleh Biro Sistem Informasi UMY adalah mengidentifikasi, mengolah, dan menyebarkan, serta mengembangkan TI bagi kepentingan seluruh civitas akademika UMY. Sedangkan untuk tujuan BSI UMY terbagi menjadi dua, yaitu: 1. Tujuan Umum Menyediakan fasilitas akses TI yang terbaik bagi seluruh stakeholder UMY berupa peralatan, sistem pelayanan dan dukungan yang dapat membantu seluruh anggota komunitas secara optimal. 2. Tujuan Khusus a. Tertatanya infrastruktur TI b. Tersedianya perangkat lunak dan perangkat keras yang memadai di setiap unit kerja. c. Mengembangkan sumberdaya manusia TI yang memadai. d. Tersedia informasi secara realtime bagi seluruh stakeholder. Dari hal tersebut didapat proses-proses TI yang ada pada BSI UMY. Tabel 4.1 merupakan pemetaan proses TI pada BSI UMY. 24

Tabel 4.1 Pemetaan Proses TI Visi & Misi BSC Bisnis Goal Menjadi Biro yang mampu meningkatkan posisi Learn and Manage Product UMY sebagai universitas yang unggul Growth and business dalam pemanfaatan TI berdasarkan Prespective innovation nilai islam 16 IT IT Proses Goals 5 PO2 PO4 PO7 AI3 25 PO8 PO10 28 PO6 DS6 ME1 ME4 Mengidentifikasi, mengolah, dan menyebarkan, serta mengembangkan TI bagi kepentingan seluruh civitas akademika UMY Customer Prespective obtain reliable and useful information for strategic decision making 9 2 PO1 PO4 PO10 ME1 ME4 4 PO2 DS11 12 PO5 PO6 DS1 DS2 DS6 ME1 ME4 20 PO6 AI7 DS5 26 AI6 DS5 25

4.2 Analisa Data Kuesioner Pemilihan Skala Prioritas COBIT 4.1 mempunyai 4 domain TI dan terdiri dari 34 proses TI, karena banyaknya proses TI tersebut peneliti membuat kuesioner Skala Prioritas Proses TI yang ada di BSI. Skala prioritas pada penelitian diambil dari kuesioner yang disebarkan pada beberapa karyawan BSI. Proses pembuatan kuesioner tersebut diambil dari Visi dan Misi BSI serta penelitian sebelumnya untuk dipetakan pada proses TI dalam penelitian, setelah peneliti mendapatkan hasil dari Visi dan Misi serta melihat proses TI pada penelitian sebelumnya yang sudah dipetakan baru peneliti membuat kuesioner. Hasil kuesioner penentuan skala prioritas Proses TI di BSI sebagai berikut: Skala Prioritas Proses TI di BSI 20 18 16 14 12 10 8 6 4 2 0 PO1 PO2 PO4 PO5 PO6 PO8 PO10 AI3 AI6 AI7 DS1 DS2 DS5 DS6 ME1 ME4 Gambar 4.1 Skala Prioritas Proses TI Berdasarkan kuisioner prioritas proses TI pada BSI yang telah diberikan kepada 20 responden maka diperoleh hasil seperti Gambar 4.1. Dari 16 proses TI yang ada, PO2 dan PO6 berada pada prioritas tertinggi dengan jumlah 14 responden yang menyatakan proses TI PO2 dan PO6 merupakan proses TI yang penting, kemudian prioritas kedua adalah PO5 dengan 13 responden. Prioritas ketiga dengan jumlah 12 responden menyatakan proses TI berikut adalah penting yaitu PO8, PO10, AI6, DS1, DS2, ME1. Proses PO2, P08, PO10, AI6 telah digunakan

pada penelitian sebelumnya maka proses yang akan diambil untuk penelitian adalah PO5, PO6, dan DS1. Proses TI PO5(mengelola investasi TI) membahas tentang merupakan proses yang mendefinisikan pengelolaan program investasi TI yang meliputi biaya, manfaat, prioritas dalam anggaran dan manajemen terhadap anggaran. Proses TI PO6 (mengkomunikasikan tujuan dan arahan manajemen) mendefinisikan mengenai pengembangan framework sebagai pengendali TI perusahaan yang dikelola manajemen. Komunikasi dijalankan sebagai implementasi untuk mengartikulasikan misi, tujuan, kebijakan dan prosedur. Komunikasi mendukung pencapaian tujuan TI dan memastikan kesadaran dan pemahaman mengenai bisnis, risiko TI, tujuan dan arah. Fokus utama proses DS1 (mendefinisikan dan mengelola tingkat layanan) yaitu mengidentifikasi persyaratan-persyaratan layanan, persetujuan terhadap mutu layanan Service Level Agreement(SLA), dan memonitor pencapaian setiap mutu layanan. Fokus tersebut bertujuan agar pencapaian mutu layanan dapat diawasi dan dilaporkan secara terus menerus sehingga presentasi jumlah stakeholder bisnis yang merasa puas akan penyampaian layanan sesuai dengan level atau mutu yang sudah ditetapkan sebelumnya. Proses DS1 juga harus bisa memastikan keselarasan layanan TI yang ada dengan strategi bisnis perusahaan. 4.3 Analisa Data Kuesioner Maturity Level Proses TI Analisa data kuesioner Maturity level pada proses TI yang diambil pada penelitian tugas akhir yaitu PO5, PO6, dan DS1. Adapun penentuan tingkat kematangan akan dilakukan pada tiap proses teknologi informasi dan dilakukan terhadap semua level, mulai dari level nol atau non-existence, hingga level lima atau optimized. Penjelasannya akan dijabarkan sebagai berikut: 4.3.1 Analisa Data Kuesioner Maturity Level Proses TI PO5 Pada proses TI PO5 berdasarkan RACI berikut adalah hasil data kuesioner maturity level pada responden yang dapat dilihat pada tabel.

Tabel 4.2 Hasil Kuesioner Maturity Level Proses TI PO5 Not Sum of Sum of Normalized Maturity Normalized Statements Statements Compliance Contribution level Compliance Compliance Compliance values (MLxD) (ML) value Value (A) Value (B) (D=C / C) (C=A/B) 0 4 4.00 1.00 0.28 0.00 1 2.97 6.00 0.50 0.14 0.14 2 3.31 5.00 0.66 0.18 0.37 3 5.28 9.00 0.59 0.16 0.49 4 3.30 6.00 0.55 0.15 0.61 5 2.64 8.00 0.33 0.09 0.46 Total C 3.62 Maturity level 2.05 Pada Tabel 4.2 menjelaskan dari hasil kuesioner responden proses TI PO5 pada baris 1 maturity level 0 terdapat hasil jumlah nilai kepatuhan dari pernyataan yang terdapat pada kuesioner yaitu 4 (A), jumlah dari pernyataan setiap maturity level adalah 4 (B), dari situ didapatkan hasil nilai kepatuhan yang tidak dinormalisasikan dengan pembagian nilai kepatuhan dari pernyataan dengan jumlah pernyataan pada setiap maturity level yang ada di kuesioner yaitu 1.,00 (C). Nilai kepatuhan yang sudah dinormalisasi bisa didapat hasilnya dari pembagian antara nilai kepatuhan yang tidak dinormalisasi dengan jumlah keseluruhan nilai kepatuhan yang tidak dinormalisasi yaitu 0,28 (D), dan untuk nilai kontribusi dihasilkan dari perkalian maturity level dengan hasil nilai kepatuhan yang sudah dinormalisasi yaitu 0,00. Begitu seterusnya penghitungan nilai maturity level hingga level 5. Setelah didapatkan hasil pada seluruh kontribusi maka dapat dihitung nilai maturity level proses TI PO5 dengan menambahkan seluruh hasil kontribusi yaitu 2,05 (data terlampir). Nilai maturity level proses TI PO5 yang didapatkan dari hasil maturity level responden adalah 2,05. Sehingga maturity level pada proses TI PO5 berada pada level 2 (repeatable but intuitive).

4.3.2 Analisa Data Kuesioner Maturity Level Proses TI PO6 Pada proses TI PO6 terdapat berdasarkan RACI berikut adalah hasil data kuesioner maturity level pada responden yang dapat dilihat pada tabel. Tabel 4.3 Hasil Kuesioner Maturity Level Proses TI PO6 Not Sum of Sum of Normalized Maturity Normalized Statements Statements Compliance Contribution level Compliance Compliance Compliance values (MLxD) (ML) value Value (A) Value (B) (D=C / C) (C=A/B) 0 1.98 3 0.66 0.22 0.00 1 2.97 5 0.59 0.20 0.20 2 2.97 6 0.50 0.17 0.34 3 3.63 9 0.40 0.14 0.41 4 2.31 5 0.46 0.16 0.63 5 1.32 4 0.33 0.11 0.56 Total C 2.94 Maturity level 2.14 Pada Tabel 4.3 menjelaskan dari hasil kuesioner responden proses TI PO6 pada baris 1 maturity level 0 terdapat hasil jumlah nilai kepatuhan dari pernyataan yang terdapat pada kuesioner yaitu 1,98 (A), jumlah dari pernyataan setiap maturity level adalah 3 (B), dari situ didapatkan hasil nilai kepatuhan yang tidak dinormalisasikan dengan pembagian nilai kepatuhan dari pernyataan dengan jumlah pernyataan pada setiap maturity level yang ada di kuesioner yaitu 0,66 (C). Nilai kepatuhan yang sudah dinormalisasi bisa didapat hasilnya dari pembagian antara nilai kepatuhan yang tidak dinormalisasi dengan jumlah keseluruhan nilai kepatuhan yang tidak dinormalisasi yaitu 0,22 (D), dan untuk nilai kontribusi dihasilkan dari perkalian maturity level dengan hasil nilai kepatuhan yang sudah dinormalisasi yaitu 0,00. Begitu seterusnya penghitungan nilai maturity level hingga level 5. Setelah didapatkan hasil pada seluruh kontribusi makan dapat dihitung nilai maturity level proses TI PO6 dengan menambahkan seluruh hasil kontribusi yaitu 2,14 (data terlampir).

Nilai maturity level proses TI PO6 yang didapatkan dari hasil maturity level adalah 2,14. Sehingga maturity level pada proses TI PO6 berada pada level 2 (repeatable but intuitive). 4.3.3 Analisa Data Kuesioner Maturity Level Proses TI DS1 Pada proses TI DS1 berdasarkan RACI berikut adalah hasil data kuesioner maturity level pada responden yang dapat dilihat pada tabel. Tabel 4.4 Hasil Kuesioner Maturity Level Proses TI DS1 Not Sum of Sum of Normalized Maturity Normalized Statements Statements Compliance Contribution level Compliance Compliance Compliance values (MLxD) (ML) value Value (A) Value (B) (D=C / C) (C=A/B) 0 1.60 2.00 0.80 0.26 0.00 1 2.10 4.00 0.53 0.17 0.17 2 3.10 5.00 0.62 0.20 0.40 3 2.40 6.00 0.40 0.13 0.38 4 4.50 11.00 0.41 0.13 0.52 5 3.00 8.00 0.38 0.12 0.60 Total C 3.13 Maturity level 2.07 Pada Tabel 4.4 menjelaskan dari hasil kuesioner responden proses TI DS1 pada baris 1 maturity level 0 terdapat hasil jumlah nilai kepatuhan dari pernyataan yang terdapat pada kuesioner yaitu 1,60 (A), jumlah dari pernyataan setiap maturity level adalah 2 (B), dari situ didapatkan hasil nilai kepatuhan yang tidak dinormalisasikan dengan pembagian nilai kepatuhan dari pernyataan dengan jumlah pernyataan pada setiap maturity level yang ada di kuesioner yaitu 0,80 (C). Nilai kepatuhan yang sudah dinormalisasi bisa didapat hasilnya dari pembagian antara nilai kepatuhan yang tidak dinormalisasi dengan jumlah keseluruhan nilai kepatuhan yang tidak dinormalisasi yaitu 0,26 (D), dan untuk nilai kontribusi dihasilkan dari perkalian maturity level dengan hasil nilai kepatuhan yang sudah

dinormalisasi yaitu 0,00. Begitu seterusnya penghitungan nilai maturity level hingga level 5. Setelah didapatkan hasil pada seluruh kontribusi makan dapat dihitung nilai maturity level proses TI DS1 dengan menambahkan seluruh hasil kontribusi yaitu 2,07 (data terlampir). Untuk mendapatkan hasil maturity level dapat dihitung dari seluruh hasil maturity level dari seluruh responden, dijelaskan perhitungan hasil dari maturity level proses TI DS1 pada tabel dibawah ini. Tabel 4.5 Hasil Kuesioner Maturity Level Proses TI DS1 Responden Hasil Maturity Level 1 2.07 2 2.67 3 2.13 4 2.53 Rata-rata maturity level (ML/JML 2.35 RESPONDEN) Terlihat pada Tabel 4.4 diatas nilai maturity level proses TI DS1 yang didapatkan dari hasil maturity level responden adalah 2,35. Sehingga maturity level pada proses TI DS1 berada pada level 2 (repeatable but intuitive). 4.4 Kondisi Terkini Proses TI Pada hasil pengolahan data kuesioner maturity level pada semua level pada proses TI PO5 di BSI UMY maka didapatkan nilai maturity level berada pada tingkat 2. Hal ini menunjukkan bahwa BSI sudah melaksanakan proses pengambilan keputusan untuk memprioritaskan alokasi sumber daya teknologi informasi untuk operasi. BSI sudah memelihara proyek-proyek untuk memaksimalkan kontribusi teknologi informasi untuk mengoptimalkan pengembalian portofolio perusahaan tentang program investasi teknologi informasi dan layanan teknologi. Adapun hal-hal yang mendukung kondisi tersebut yaitu:

a. Survei CSF proses TI PO5 Berdasarkan survei Critical Success Factor BSI UMY merupakan biro atau divisi yang mempunyai layanan TI yang menggunakan biaya seperti kerjasama dengan provider. Proyek-proyek yang dikerjakan sudah terdapat post-projectreview walaupun belum secara intensif diterapkan. Informasi kinerja proyek seperti activity diagram dan catatan biaya sudah dilakukan sekitar 20%. b. Survei KPI proses TI PO5 Berdasar survei Key Performance Indicator penyimpangan anggaran yang terdapat di BSI berkisar 10% - 15%. Nilai deviasi anggaran dibandingkan total anggaran berkisar 7%. Sedangkan pada hasil pengolahan data kuesioner maturity level pada semua level pada proses TI PO6 di BSI UMY maka didapatkan nilai maturity level berada pada tingkat 2. Hal ini menunjukkan bahwa BSI sudah mengembangkan dan mempertahankan kerangka kerja yang mendefinisikan pendekatan organisasi secara keseluruhan dengan resiko yang sejalan dengan kebijakan lingkung teknologi informasi, resiko perusahaan dan kerangka control. Adapun hal-hal yang mendukung kondisi tersebut yaitu: a. Survei CSF proses TI PO6 Berdasarkan survei Critical Success Factor BSI UMY sudah mengulas atau memperbarui kebijakan dengan adanya rapat yang membahas hal tersebut. Agenda berkomunikasi dengan user tidak ada. Control framework organisasi juga belum diulas atau diperbarui. b. Survei KPI proses TI PO6 Berdasar survei Key Performance Indicator kebijakan yang ada telah dimengerti stakeholder sebesar 40%. Control framework juga belum ada. Pada hasil pengolahan data kuesioner maturity level pada semua level pada proses TI DS1 di BSI UMY maka didapatkan nilai maturity level berada pada tingkat 2. Hal ini menunjukkan bahwa BSI sudah terdapat SLA (Service Level Agreement) yang sudah disepakati tetapi masih informal dan belum dievaluasi. Laporan SLA belum lengkap mungkin tidak relevan bagi pengguna. Adapun halhal yang mendukung kondisi tersebut yaitu:

a. Survei CSF proses TI DS1 Berdasarkan survei Critical Success Factor BSI UMY belum terdapat SLA sehingga belum ada laporan tingkat layanan. b. Survei KPI proses TI DS1 Berdasar survei Key Performance Indicator layanan yang dikirim yang belum sesuai katalog berkisar 20%. Belum ada catatan komplain layanan dan alat ukur kualitas layanan. 4.5 Rekomendasi Perbaikan Hasil penilaian terhadap masing-masing kendali proses yang berada dibawah 3 (Defined) terutama kategori kedua akan dibuat rekomendasi perbaikan untuk dapat ditingkatkan kematangannya. Terdapat 3 proses tahap kedua 2(Repeatable but intuitive) yang perlu diperbaiki: a. Rekomendasi Perbaikan Proses TI PO5 Mengelola Investasi Teknologi Informasi (Manage IT Investment) Pada proses ini organisasi dapat digolongkan pada maturity level 3 (defined process) jika: 1. Membangun dan menerapkan praktek praktek untuk mempersiapkan anggaran yang mencerminkan prioritas yang ditetapkan oleh portofolio organisasi tentang program investasi teknologi informasi, dan termasuk biaya operasi berkelanjutan dan pemeliharaan infrastruktur saat ini. 2. Praktek praktek harus mendukung pengembangan anggaran teknologi informasi secara keseluruhan serta pengembangan anggaran untuk program individu, dengan penekanan khusus pada komponen teknologi informasi dari program program tersebut. 3. Praktek harus memungkinkan ulasan berkelanjutan, perbaikan dan persetujuan anggaran keseluruhan dan anggaran untuk program individu. 4. Memprediksi dan mengalokasikan anggaran 5. Menetapkan kriteria investasi formal 6. Mengukur dan memperkirakan nilai bisnis terhadap prediksi.

7. Memberikan pelatihan pada karyawan tentang pengelolaan investasi TI. 8. Proses pendanaan dan pemilihan investasi TI terformula, didokumentasikan dan dikomunikasikan. 9. setiap kebijakan dan proses investasi beserta penganggaran hendaknya didefinisikan, didokumentasikan dan dikomunikasikan pada setiap jenis proyek. b. Rekomendasi Perbaikan Proses TI PO6 Mengkomunikasikan Tujuan dan Arahan Manajemen (Communicate Management Aims and Direction) Pada proses ini organisasi dapat digolongkan pada maturity level 3 (defined process) jika: 1. Melakukan sosialisasi mengenai kebijakan TI pada seluruh staff. 2. meningkatkan manajemen kebijakan TI. 3. mengembangankan dan memelihara seperangkat kebijakan untuk mendukung strategi teknologi informasi. Kebijakan ini harus mencakup peran dan tanggung jawab, proses pengecualian, pendekatan kepatuhan, referensi untuk prosedur, standar dan pedoman. 4. Relevansi kebijakan harus dikonfirmasi dan disetujui secara berkala. 5. Pengembangan kebijakan terstruktur, dipelihara dan dikenalkan untuk seluruh staf. 6. Manajemen membahas pentingnya kesadaran keamanan teknologi informasi dan memulai program kesadaran. 7. Memberikan pelatihan pada karyawan mengenai lingkungan pengendalian informasi. 8. Manajemen membuat prosedur pengendalian dan pemantauan yang konsisten sesuai dengan kebijakan. 9. Manajemen menetapkan anggaran tentang pengelolaan keamanan, proses penetapan anggaran dapat didiskusikan pada rapat per semester sehingga fokus penetapan dana bisa menjadi lebih terarah.

c. Rekomendasi Perbaikan Proses TI DS1 Mendefinisikan dan Mengatur Tingkat Layanan (Define and Manage Service Levels) Pada proses ini organisasi dapat digolongkan pada maturity level 3 (defined process) jika: 1. Menyadari penyusunan standar Service Level Agreement (SLA) dan membuat standardisasi laporan permasalahan SLA. 2. Memastikan keselarasan layanan TI dengan strategi bisnis dan fokus pada identifikasi layanan, menyepakati tingkat layanan dan memantau pencapaian tingkat yang harus dipenuhi oleh pengelola layanan TI. 3. Membuat suatu standar SLA untuk pelayanan TI di BSI UMY berdasarkan kesepakatan manajemen. 4. Penyusunan standar SLA tersebut harus berdasarkan evaluasi tingkat pelayanan sebelumnya dan harus sesuai dengan kebutuhan bisnis di BSI UMY. 5. Menekankan peran seseorang secara khusus sebagai penanggung jawab dalam menjalankan SLA.